Oleh: Wildan Hasan
Peminat Pemikiran Islam, tinggal di Lemah Abang Cikarang
"Kalaulah suatu penduduk Negeri beriman dan bertakwa kepada Allah, niscaya
kami akan membuka kan berkah buat mereka dari langit dan dari bumi…"
(Al-A'raf 96)
66 tahun yang lalu Indonesia memerdekakan diri pada hari Jum'at, hari paling
mulia dalam Islam, bertepatan pada bulan Ramadhan, bulan paling mulia dalam
Islam. Tak diragukan lagi, sangat jelas artinya bahwa kemerdekaan adalah
anugerah dari Allah SWT. Demikianlah, maka disebut dalam muqaddimah UUD 1945
bahwa atas berkat rahmat Allah telah sampailah Indonesia kepada gerbang
kemerdekaan.
Dua bulan kemudian setelah Agustus, setiap tanggal 10 November rakyat
Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan Nasional. 10 November sebuah
tanggal yang monumental buah perjuangan arek-arek Suroboyo di bawah pimpinan
pejuang besar kemerdekaan, Bung Tomo.
Namun naas, karena sejarah milik penguasa. Nasib Bung Tomo tiada ubahnya bak
pesakitan dan pengkhianat bangsa. Ia di penjara oleh rezim yang berkuasa.
Namun bagaimana pun juga, akhir sejarah, Allahlah yang menentukan. Bung
Karno terkena tulah dari ucapannya yang terkenal "Bangsa yang besar adalah
bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya." Ia terjungkal dari
kekuasaan dengan cara yang mengenaskan dan jadi pesakitan yang sebenarnya,
karena ulahnya yang tidak mampu menghargai jasa para pejuang. Hal yang sama
terjadi kepada penggantinya, Soeharto.
Bung Tomo yang setiap pidatonya dalam membakar semangat jihad rakyat
Indonesia melawan penjajah kafir selalu diawali dan diakhiri dengan Takbir,
Jum'at 7 November 2008 akhirnya ditetapkan oleh pemerintah sebagai Pahlawan
Nasional bersama Dr Mohammad Natsir dan KH Abdul Halim. Ketiga Mujahid
pejuang kemerdekaan ini –seandainya masih hidup– mungkin akan bergumam "ah,
malu aku. Hanya seperti inikah kemampuan pelanjutku dalam menghargai
perjuangan yang berdarah-darah itu?" Bukan berarti mereka mengharapkan
penghargaan. Terlintas di pikiran pun tentunya tidak.
Dr. Mohammad Natsir adalah seorang ulama besar yang diakui dunia, dai,
pendidik dan politisi ulung yang mempersatukan negara-negara boneka buatan
kolonial Belanda dengan mosi yang terkenal, Mosi Integral Natsir, menjadi
Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Mosi yang disebut-sebut sebagai
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kedua setelah proklamasi 17 Agustus
1945. Akhirnya Pak Natsir, demikian biasa disapa, dipercaya menjadi Perdana
Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia . Beliau juga pernah
menjabat sebagai Menteri Penerangan di tiga kabinet yang berbeda masa
Soekarno. Di mana menurut pengakuan Bung Hatta, Bung Karno tidak pernah mau
menandatangani surat-surat pemerintah jika tidak disusun dan dibaca dulu
oleh Pak Natsir.
Sedangkan KH Abdul Halim adalah ulama karismatik asal Majalengka Jawa Barat
–penulis sendiri lahir dan besar di kota yang sama, merasakan karisma beliau
yang begitu kuat pada masyarakat setempat– melahirkan banyak para pejuang
kemerdekaan dengan metode pendidikannya yang khas.
Lalu apa pentingnya gelar Pahlawan Nasional bagi Bung Tomo, Pak Natsir dan
KH Abdul Halim? Buat mereka bertiga tentu sangat tidak penting. Karena
mereka adalah pahlawan sejati, yang berjuang ikhlas hanya berharap pahala
dari Allah SWT (pahala-wan). Karena faktor keikhlasan itulah setelah
kemerdekaan diraih; para kyai, ulama dan santri itu kembali melanjutkan amal
mereka di sawah, ladang, pesantren dan lain-lain. Sementara pemerintahan
akhirnya diisi oleh mereka yang tidak ikut berjuang atau ikut berjuang tapi
tidak cinta Islam.
Para pejuang kemerdekaan berjuang atas motivasi mempertahankan aqidah dan
memperjuangkan agama Allah di bumi ini. Maka ketika adanya penjajahan yang
otomatis akan merusak akidah, umat Islam bangkit melawan. Jelas benar bahwa
pejuang kemerdekaan seluruhnya adalah kaum muslimin tidak yang lain. Hanya
umat Islamlah yang memerdekakan negeri ini dari penjajahan. Karena buat kaum
muslimin saat itu perjuangan kemerdekaan adalah jihad fi sabilillah. Mereka
sangat menyadari bahwa akan tetap hidup di sisi Allah sekalipun syahid di
medan perang. Allah SWT berfirman,
"Laa tahsabanna ladziina qutiluu fii sabiilillahi amwaatan bal ahyaaun 'inda
Robbihim yurzaquun…" (Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh
di jalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan
diberi rezeki…)
Maka tidak lain dan tidak bukan, Islamlah yang memerdekakan Negeri ini,
karena seluruh pejuang kemerdekaan beragama Islam. Menurut penelitian Guru
Besar Ilmu Sejarah UNPAD, Dr Ahmad Mansur Suryanegara, tokoh pejuang
kemerdekaan asal wilayah timur Nusantara, Thomas Mattulesy ternyata seorang
muslim yang bernama Muhammad atau Ahmad Lesy. Kenapa demikian, karena
wilayah timur Indonesia dari dulu sampai saat ini komposisi muslim dan
non-muslim seimbang bahkan pada awalnya hanya ada Islam. Tidak benar jika
dikatakan bahwa wilayah timur mayoritas non muslim. Bahkan Islamlah yang
pertama kali menapakkan kaki di wilayah tersebut.
Dalam buku Neiuw Guinea karangan WC Klein tertulis fakta bahwa Islam masuk
Papua pada 1569. Barulah pada 5 Februari 1855, dua misionaris Kristen
mendarat di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua. Ternyata menurut buku Penduduk
Irian Barat (hal 105) sebagian besar tentara dan orang Belanda yang
ditempatkan di Papua adalah rohaniawan Gereja (misionaris Katolik dan
Zending Protestan).
…Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan
penjajahan dan pertumpahan darah…
Hal ini semakin menambah bukti bahwa Kristen disebarkan melalui jalan
penjajahan dan pertumpahan darah. Sementara itu Kata 'Maluku' diambil dari
bahasa Arab muluk (Raja-Raja), wilayah Maluku saat ini dan Papua awalnya
dikuasai dan diperintah oleh para Raja Islam (Sultan) sebelum akhirnya
datang misionaris-misionaris Kristen yang mempertahankan adat dan tradisi
jahiliyyah di wilayah tersebut. Sehingga upacara-upacara kemusyrikan dan
pakaian yang tidak syar'i dipertahankan dengan dalih pelestarian budaya.
Tragisnya, ternyata hal itu dilanjutkan secara legal oleh pemerintah kita
hingga detik ini.
Padahal, menurut para dai yang bertugas di sana, termasuk Ustadz Fadhlan
Garamatan, seorang Da'i putra asli daerah, warga Papua sebenarnya malu dan
tidak ingin lagi memakai koteka. Namun demi pelestarian budaya daerah,
pemerintah tetap mantap dalam pembodohan struktural terhadap rakyatnya
tersebut. Ustadz Fadhlan menggambarkan betapa warga pedalaman Papua begitu
senang bisa mandi menggunakan sabun sebelum mereka disyahadatkan. Sebelumnya
mereka mandi dengan melumuri badannya dengan minyak babi atas petunjuk para
misionaris Kristen.
...Warga Papua sebenarnya malu dan tidak ingin lagi memakai koteka.
Namun demi pelestarian budaya daerah, pemerintah tetap pada pembodohan
struktural terhadap rakyatnya...
Raja Sisinga Mangaraja juga adalah muslim yang taat. Menurut Ahmad Mansur
Suryanegara, tidak benar kalau raja Sisinga Mangaraja adalah penganut agama
leluhur tapi dia adalah seorang muslim yang taat. Termasuk para pejuang
Nasional yang kita kenal, mereka semuanya muslim. Pangeran Diponegoro adalah
Ustadznya Istana dan para penasihatnya adalah para Kyai. Imam Bonjol, Cut
Nyak Dien dan lain-lain semuanya adalah para ulama dan santri.
Konsekuensinya umat-umat yang lain khususnya umat Kristiani tidak punya
andil sama sekali dalam perjuangan kemerdekaan. Umat Kristiani tidak mungkin
akan bangkit berjuang melawan penjajah. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi
sementara agama yang dianutnya dengan agama para penjajahnya sama? Akankah
mereka akan membunuh saudara seimannya? Lebih-lebih kita tahu Kristen
disebarkan melalui penjajahan. Menurut keterangan Ahmad Mansur Suryanegara,
"orang Kristen pada waktu itu, bukan lagi tidak punya andil dalam perjuangan
kemerdekaan. Bahkan mereka membantu kaum penjajah!" (hal tersebut beliau
sampaikan langsung kepada penulis, saat penulis panel bersama beliau dalam
Studium General Milad Pemuda Muhammadiyah ke-99 di Subang 22 November 2008).
Bagi yang mengerti sejarah hal ini adalah fakta yang teramat jelas. Jadi
sungguh mengherankan ketika mereka menuntut lebih. Bahkan sedikitpun
sebenarnya mereka tidak berhak, ketika faktanya mereka tidak punya saham
apapun dalam perjuangan kemerdekaan.
...umat Kristiani tidak punya andil sama sekali dalam perjuangan
kemerdekaan. Mereka tidak mungkin bangkit berjuang melawan penjajah dan
membunuh saudara seimannya...
Katakan dulu di BPUPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, tercantum nama
Maramis dan Latuharhary dua orang perwakilan umat Kristiani. Namun sungguh
keberadaan dua orang tersebut faktanya masih buram. Jika benar mereka ada
(bukan fiktif), apakah mereka tidak malu mengaku-ngaku tapi tidak ikut
memperjuangkan kemerdekaan, atau menurut beberapa sumber mereka sengaja
mendompleng atau didomplengkan oleh Soekarno agar terlihat bahwa umat
Kristiani juga punya peran dalam kemerdekaan Republik ini. Selain mereka
juga termasuk yang habis-habisan menolak Piagam Jakarta. Hingga saat ini,
umat Kristiani senantiasa menolak habis-habisan bila ada perundang-undangan
yang mengatur ibadah dan muamalah umat Islam. Aneh, padahal tidak ada
sangkut pautnya dengan mereka.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu, sehingga
engkau mengikuti millah mereka." (Al-Baqarah: 120)
Begitu besarnya peran umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan, dalam bukunya
'Menemukan Sejarah' Ahmad Mansur Suryanegara menuliskan beberapa data di
antaranya:
1. Pengakuan George Mc Turner Kahin seorang Indonesianis (Nationalism and
revolution Indonesia) bahwa ada 3 faktor terpenting yang mempengaruhi
terwujudnya integritas Nasional; 1) Agama Islam dianut mayoritas rakyat
Indonesia, 2) Agama Islam tidak hanya mengajari berjamaah, tapi juga
menanamkan gerakan anti penjajah, 3) Islam menjadikan bahasa Melayu sebagai
senjata pembangkit kejiwaan yang sangat ampuh dalam melahirkan aspirasi
perjuangan Nasionalnya.
…Pelopor gerakan Nasional bukan Budi Utomo tetapi Syarekat Islam (SI)
yang memasyarakatkan istilah Nasional dan bahasa Melayu ke seluruh
Nusantara...
2. Bahwa pelopor gerakan Nasional bukan Budi Utomo tetapi Syarekat Islam
(SI) yang memasyarakatkan istilah Nasional dan bahasa Melayu ke seluruh
Nusantara, anggotanya beragam dan terbuka. Sementara Budi Utomo; menolak
persatuan Indonesia, memakai bahasa Jawa dan Belanda dalam pergaulannya,
bersikap ekslusif di luar pergerakan Nasional dan keanggotaannya hanya untuk
kalangan Priyayi (Bangsawan/ningrat) saja.
3. Pelopor pembaharuan sistem pendidikan Nasional adalah Muhammadiyah (1912)
10 tahun lebih awal dari Taman Siswa (1922). Muhammadiyah sudah memakai
bahasa Melayu sementara Taman Siswa berbahasa Jawa dan Belanda. Hal paling
mengerikan adalah pendiri Taman Siswa Ki Hajar Dewantara ternyata sangat
membenci Islam.
4. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dipelopori oleh para pemuda Islam atas
prakarsa para ulama dalam rapat Nasional PSII di Kediri pada 27-30 September
1928. Dan masih banyak lagi-lagi fakta-fakta lain yang belum terungkap.
Pada hakikatnya dan seharusnya negeri ini adalah negeri Islam. Karena salah
satu sumber hukum positif di negeri ini adalah Syariat Islam. Dicantumkannya
Piagam Jakarta dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai menjiwai UUD 1945
oleh Soekarno menjadi dasar sahih keharusan negeri ini diatur oleh syari'at
Islam selain faktor historis yang sudah dikemukakan di atas. Maka
sebelumnya, saat ini dan seterusnya seluruh produk perundang-undangan yang
lahir harus mengandung nilai-nilai syariat.
…Pelopor pembaharuan sistem pendidikan Nasional adalah Muhammadiyah
(1912) 10 tahun lebih awal dari Taman Siswa (1922)…
Dengan dasar tersebut sungguh tidak logis dan inkonstitusional jika ada
sebagian kalangan yang menggugat perda-perda bernuansa Syariah. Termasuk UU
Pornografi yang juga sebenarnya belum murni syariah. Tanpa malu-malu mereka
mengancam akan berpisah dari NKRI, seolah-olah NKRI membutuhkan mereka.
Sesungguhnya, mereka harus berpisah diri-diri mereka saja dari bumi
Indonesia, karena wilayah timur atau wilayah manapun di negeri ini adalah
milik umat Islam.
Negeri ini lahir atas buah karya keikhlasan para mujahid pejuang kemerdekaan
atas Berkat Rahmat Allah SWT. Sebagaimana tercantum dengan tegas dalam
Pembukaan UUD 1945 "Atas Berkat Rahmat Allah SWT…." Karena jika tidak atas
Berkat Rahmat Allah SWT tidak mungkin bambu runcing dapat menang melawan
senjata-senjata modern penjajah kafir.
Para muarrikhin (sejarawan) mengatakan "sejarah milik penguasa". Perjuangan
seorang Mohammad Natsir dan kawan-kawan yang berjasa besar dalam perjuangan
kemerdekaan dan mempersatukan Indonesia dalam NKRI banyak tidak diketahui
oleh para pewarisnya (rakyat Indonesia), karena Natsir memperjuangkan Islam
sebagai dasar Negara sementara para penguasa tidak menginginkannya.
Sebagian besar dari kita atau anak-anak kita di sekolah tidak mengenal sosok
para mujahid tersebut. Dengan dianugerahkannya gelar Pahlawan Nasional maka
sudah menjadi keharusan materi sejarah diluruskan di buku-buku sejarah
anak-anak kita. Hal yang sebenarnya paling ditakuti oleh penguasa. Di mana
pemikiran dan perjuangan sosok-sosok itu akan dibaca yang kemudian
membangkitkan ruh jihad di dada-dada generasi Islam. Sehingga gelar pahlawan
yang secara otomatis pengakuan konstitusional itu, senantiasa diulur-ulur.
Mereka khawatir jika setiap kali keluar dari kelas, para siswa akan
memekikkan takbir Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar !!!
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar