Senin, 05 Desember 2011

[daarut-tauhiid] Tazkiyatun Nafs: Sebab yang menarik manusia pada kehidupan dunia

Tazkiyatun Nafs: Sebab yang menarik manusia pada kehidupan dunia

Saif Al Battar

*Kamis, 24 November 2011 21:20:00*
<http://arrahmah.com/images/stories/2011/11/dunia-ohdunia.jpg>

Sesungguhnya segala puji itu milik Allah. Kami memuji-Nya, memohon
pertolongan kepada-Nya dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami
dan keburukan amal-amal kami. Barang siapa diberi petunjuk Allah, maka
tidak ada yang dapat menyesatkan. Dan barang siapa disesatkan Allah maka
tidak ada yang dapat menunjukinya.

*"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam". (QS. Ali 'Imran :102)*

*"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar". (QS. Al Ahzab : 70-71)*

*"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan
kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan
daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS.
An Nisa' : 1)*

Dan aku bersaksi bahwa tiada llah kecuali Allah saja, tiada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang
telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan memberi nasehat kepada
umat. Mudah- mudahan kesejahteraan dan keselamatan dicurahkan Allah kepada
junjungan kita Muhammad saw, kepada keluarganya serta sahabat-sahabatnya,
Wa ba'du:

Diri seseorang merupakan perintangan pertama bagi mereka yang hendak
melangkah di jalan jihad yang mendaki ini. Sebagaimana ucapan Ibnul Qoyyim
rhm. "Ketahuilah bahwa diri itu merupakan gunung besar yang merintangi
jalan mereka yang melangkah menuju keridloan Allah. Tidak mungkin seseorang
bisa menempuh jalan tersebut sebelum ia melewati gunung yang besar itu".

Jalan yang mendaki dan sulit ini… gunung yang besar ini, disertai pula
dengan lembah-lembah, bukit-bukit dan jurang-jurang yang dalam. Syetan
berdiri di atas puncaknya dan memperingatkan dengan maksud menakut-nakuti
orang yang berusaha untuk mendaki puncak ketinggian tersebut. Perintang
yang datangnya dari diri sendiri ini harus kamu lewati sehingga kamu sampai
ke jalan Allah yang aman. Jalan keselamatan yang diterangi oleh wajah Allah
swt.
Maka dari itu kamu harus mendaki gunung ini. Setiap mana seorang muslim
mencoba untuk menaikinya, maka syetan meneriakinya, hawa nafsu menariknya,
syahwat melemahkan kemauannya. Semua bermaksud untuk melengketkan ke bumi,
meski orang tersebut adalah ulama besar. Maka dari itu harus melepaskan
dirinya dari segala macam keterikatan, dari segala macam ikatan dan
belenggu sehingga tubuhnya menjadi enteng dan dapat mendaki puncak yang
tinggi itu. Apabila ia berhasil mendaki puncak itu, maka ia akan menemukan
jalan yang aman, seperti yang difirmankan Allah Azza Wa Jalla:

*"Allah menyeru (manusia) ke negeri keselamatan (surga), dan menunjuki
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus". (QS. Yunus: 25)*

Dan ia adalah jalan yang diterangi dengan cahaya,lurus, aman, lagi menjamin
keselamatan. Yaitu sesudah mana seseorang berhasil melewati rintangan besar
yang menghadangnya. Rintangan itu adalah hawa nafsu yang selalu mendorong
berbuat jahat.

*SEBAB YANG MENARIK MANUSIA KEPADA KEHIDUPAN DUNIA*

*Pertama:* Kebodohan

Sebenarnya banyak sekali faktor yang membantu nafsu (yang selalu mendorong
berbuat jahat) untuk mengikat pemiliknya kepada kehidupan dunia. Diantara
yang utama adalah "kebodohan". Kebodohan adalah kubangan yang busuk baunya,
mengikat setiap yang mempunyai hawa nafsu dengan kebusukannya sehingga
iapun tenggelam dan menyelam dalam lumpurnya yang berbau busuk.

Kebodohan merupakan faktor terbesar yang merintangi perjalanan seseorang
kepada Allah Azza Wa Jalla. Merintangi kaki dari belenggu yang mengikatnya.
Merintangi ruh yang akan melepaskan diri dari belenggunya. Kebodohan,
apabila telah menimpa diri seseorang, maka terkadang akan membuatnya
mengingkari adanya matahari meskipun ia melihat di siang hari bolong.

*"Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka niscaya mereka juga tidak beriman, kecuali jika Allah
menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti (bodoh)". (QS. Al
An-aam : 111)*

Andaikata orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, para
malaikat datang, dan seluruh binatang liar datang serta berbicara kepada
mereka; tetap saja mereka tidak beriman. Penyebabnya adalah kebodohan (akan
tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti).

Bodoh disini bukan berarti kurang pengetahuan, akan tetapi "tidak
mengerti". Orang yang mengetahui tentang Allah adalah yang takut dan
bertaqwa kepada Nya. Sebagaimana firman Allah :

*"Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia
takut kepada (adzab) akherat dan mengharap rahmat Rabbnya? Katakanlah,
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui ? "Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran (QS. Az Zumar : 9)*

Orang yang beribadah, berdiri sholat sepanjang malam, mengharap surga yang
dijanjikan Rabbnya, takut terhadap adzab Nya; adalah orang-orang yang
dikatakan `alim (berilmu/mengetahui).

Ibnu Mas`ud r.a. berkata,
" Bukanlah yang dinamakan ilmu itu dengan banyaknya riwayat (yang
dihafalkan), tetapi ilmu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa takut".

Mari kita simak bersama perkataan nabi Yusuf As, *" Dan jika engkau tidak
dihindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku akan menjadi diantara
orang-orang yang bodoh". (QS. Yusuf : 33)*

Yusuf mengetahui bahwa zina adalah perbuatan keji dan suatu kemaksiatan
yang besar. Namun demikian, pengetahuan nabi Yusuf akan kekejian perbuatan
tersebut tidak menafikan predikat bodoh andaikan ia terjerumus ke dalamnya.
Jadi kebodohan adalah rintangan yang paling besar yang menghadang di depan
jalan mendaki dari gunung yang dinamakan'Hawa nafsu yang selalu mendorong
berbuat jahat'.

Oleh karenanya, Nabi Musa As menjawab perkataan kaumnya ketika ia menyuruh
kepada mereka menyembelih sapi betina dan mereka mengatakan, "Adakah engkau
akan menjadikan kami bahan olok-olokan?".

*"Aku berlindung kepada Allah menjadi diantara golongan orang-orang yang
bodoh *
*(QS. Al Baqarah : 62)*

Beliau tidak menjawab dengan ucapan, "Aku berlindung kepada Allah menjadi
diantara golongan orang-orang yang mencemooh".

Oleh karena kebodohan lebih besar bala`nya daripada mencemooh. Bodoh
terhadap Allah sebab yang menjadikan seseorang mencemooh dan
memperolok-olok yang lain.

*"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya
dikala mereka berkata, "Allah tidak menaruhkan sesuatu kepada manusia".
(QS. Al An `aam : 91)*

Sikap tidak menghormati Allah serta tidak mengagungkan Nya adalah yang
dinamakan jahil/bodoh terhadap Allah `Azza Wa Jalla. Ma`rifat atau
pengetahuan tidak menafikan kebodohan. Kadang ma`rifat dan kebodohan
bertemu dalam diri seseorang, ilmu adalah lawan dari kebodohan. Dan ilmu
itu sendiri adalah rasa takut. Boleh jadi seseorang banyak mengetahui
sesuatu dan banyak mengerti sesuatu, akan tetapi sebenarnya ia tidak
mengetahui kecuali sedikit saja.

*"Aliif lam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat
(1) dan sesudah mereka dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun
(lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di
hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah.Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (sebagai) janji yang
sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir
(saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat
adalah lalai." (QS. Ar-Ruum : 1-7)*

Mereka mengetahui seluk beluk dan rahasia atom, putaran elektron, kapal
terbang, kapal perang, jet-jet tempur serta teknologi tinggi yang lain.
Mereka mengetahui itu, akan tetapi mereka lalai terhadap kehidupan akhirat.
Maka dari itu mereka dikatakan kaum yang tidak mengetahui.

Oleh karena itu para ulama berkata, "Orang yang berolok-olok atau bersenda
gurau dengan ayat Al-Qur'an adalah fasik". Dan sebagian dari mereka
berpedapat kufur.

Misalnya ada sekumpulan orang yang sedang menghadapi jamuan makanan. Lalu
salah seorang dari mereka maju untuk mengambil makanan seraya berkata, "Wa
nasafnal jibaala nasfaa, artinya : "Dan kami hancurkan gunung-gunung itu
sehancur-hancurnya." Maka perbuatan seperti itu tergolong perbuatan fasik
menurut jumhur ulama, dan kufur menurut sebagian di antara mereka. Sebab
ayat Al-Qur'an adalah firman Allah, bukan untuk bahan olok-olokan ataupun
senda gurau.

*"Katakanlah,"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman." (QS. At-Taubah : 65-66)*

Maka dari itu, waspadalah dari persoalan ini. Kalian jangan menjadikan
hadits-hadtis Nabi dan ayat-ayat Al-Qur'an sebagai bahan untuk melucu dan
menghibur agar orang-orang tertawa dan senang. Kalian harus berhati-hati
dan tetap mengagungkan Allah, karena Dia adalah Dzat yang Maha Perkasa,
Maha Agung, Maha Suci dan Maha Luhur.
Maka dari itu, ketika Rasulullah saw merasa bersedih hati atas berpalingnya
kaum beliau dan berduka melihat jalan yang mereka tempuh, maka Allah
menegurnya :

*"Dan jika berpalingnya mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika
kamu dapat melihat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat
mendatangkan mu'jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah
menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab
itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil." (QS.
Al-An'am : 35)*

Kalau mau membicarakan soal kebodohan, maka pembahasannya akan sangat
panjang. Adapun cara terbaik untuk menghadapi orang-orang bodoh adalah
berpaling dari mereka. Sebab jika kamu berdebat dengan mereka, maka mereka
akan mengalahkanmu –dengan kengototan mereka–. Dan jika kamu dapat
mengalahkan mereka, maka mereka akan membencimu. Dan mereka tidak akan mau
mengakui kebenaranmu. Maka jalan yang terbaik adalah berpaling dari mereka.

*"Maka berpalinglah engkau (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari
peringatan Kami." (QS. An-Najm : 29)*

Dan….

*"Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik." (QS. Al-Hijr : 85)*

Berpalinglah kamu dari mereka dan jangan berdebat dengan mereka. Oleh
karena perdebatan itu hanya akan menambah kecongkaan mereka. Imam
Asy-Syafi'i pernah mengatakan, "Tiadalah aku berdebat dengan orang-orang
yang bodoh melainkan ia akan mengalahkanku. Dan tiadalah aku berdebat
dengan orang yang pandai melalinkan aku akan dapat mengalahkannya."

Tentu saja karena orang bodoh terkadang mengingkari –seperti pernah saya
katakan—cahaya matahari yang bersinar di siang hari bolong dan cahaya
rembulan pada saat purnama.

Maka biarkanlah orang-orang bodoh itu. Mereka akan mati jika kalian
tinggalkan. Dan akan hidup jika kalian ajak mereka berdebat. Mudah-mudahan
dengan jalan meninggalkan mereka, maka mereka akan tercegah berlaku sombong
dan congkak. Dengan menjauhkan diri dan meninggalkan berdebat dengan
mereka, maka mereka akan mengerti kedudukan mereka sendiri. Ini jika kamu
merasa pasti bahwa dia adalah seorang yang bodoh, mengikuti hawa nafsunya
sendiri, tidak mau mengakui kebenaran dan tidak mau mengikuti sesuatu yang
telah pasti kebenarannya.

*Kedua:* Lalai

Sifat lalai menyebabkan orang terjerumus ke dalam neraka.

Allah Ta'ala berfirman :

*"Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta merasa
tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat
kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka
kerjakan." (QS. Yunus : 7-8)*

Lalai menyebabkan seseorang berpaling, menyebabkan seseorang menyikapi
peringatan ayat-ayat Allah dengan senda gurau :

*"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak datang
kepada mereka suatu ayat al-Qur'an pun yang baru (diturunkan) dari Rabb
mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main,
(lagi)hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang zalim itu
merahasiakan pembicaraan mereka, 'Orang ini tidak lain hanyalah seorang
manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal
kamu menyaksikannya." (QS. Al-Anbiya' : 1-3)*

Kamu mendatanginya dengan membawa berita yang sangat penting dan dengan
perkataan yang serius. Kamu ceritakan kepadanya tentang berbagai
pertempuran yang membuat agama Islam menghadapi dua pilihan : lenyap atau
terus bertahan. Kamu ceritakan kepadanya tentang pertempuran yang sangat
dahsyat dan membinasakan. Membinasakan anak manusia sebagaimana halnya batu
penggiling menumbuk halus bulir padi. Namun demikian dia lalai dan tidak
begitu mengacuhkan. Sambutan yang diberikannya padamu hanyalah senyum hampa
atau mengatakan padamu, 'Saya telah mendengar cerita mereka, bahwasanya
mereka telah melakukan begini dan begitu.

Saya tidak punya waktu untuk mendengar pembicaraan mengenal kaum itu.'

Dia sibuk mengumpulkan uang dan menghitung-hitungnya, dia sibuk dengan
berbagai macam buah-buahan yang hendak dimakannya dan berbagai macam jenis
minuman yang hendak ditenggaknya. Kamu datang kepadanya untuk mengekang
hawa nafsunya, untuk menyadarkannya sedikit dari kelalaian yang
menghinggapi dirinya dari ujung kaki sampai puncak kepala. Kamu hendak
mengalihkan sedikit perhatiannya dari tumpukan uang yang selalu
dihitung-hitungnya dan dari dunia yang ia jadikan tempat bersenang-senang,
dan dari kehidupannya yang ia jadikan sebagai senda gurau dan main-main
belaka. Kehidupan dunia telah menipunya. Dia tidak punya waktu sedikitpun
untuk mendengar perkataan yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan di
akhirat.

*KITA LEBIH BERHAK TERHADAP PENGGUNAAN WAKTU*

Ada beberapa orang bertanya pada Piccaso: "Berapa jam anda tidur dalam
sehari?" "Empat jam." Jawabnya. "Apakah empat jam cukup bagi anda?" Tanya
mereka. Piccaso menjawab, "Kalian ingin saya tidur delapan jam sehari
hingga sepertiga kehidupan saya terbuang sia-sia untuk tidur? Kapan saya
bisa memuaskan kesenangan saya dan menyalurkan hobby serta bakat saya? Saya
hanya tidur empat jam sehari."

Siapa yang lebih berhak terhadap waktu? Kalian ataukah mereka?. Kalian yang
berdiri shalat menghadap Rabbul Alamin atau mengikuti jejak Syahidul
Mursalin shallallohu 'alaihi wa sallam dalam keadaan lapang dan sempit, di
malam yang gelap gulita dan di siang yang terang oleh cahaya mentari,
ataukah mereka yang berlaku sombong yang tidak mau tidur delapan jam sehari
supaya kesenangan dan keinginan mereka dapat terpenuhi dan tersalurkan?
Kita diperintahkan untuk menghentikan persahabatan dengan kaum yang lalai
itu. Kita diperintahkan untuk menghentikan pembicaraan dengan mereka. Kita
boleh memberikan kepada mereka sedikit senyuman, sedikit akhlak dan
mu'amalah/perhubungan baik kita. Tetapi kita tidak boleh membuang-buang
waktu kita bersama mereka. Kita tidak boleh menyatukan suatu pendapat
apapun dengan mereka.

*"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengikuti Kami serta memperturutkan hawa nafsunya dan adalah urusannya itu
melewati batas." (QS. Al-Kahfi : 28)*

Kata "Janganlah kamu mengikuti" dalam ayat ini adalah larangan, sedangkan
larangan di situ menunjukkan keharaman.

Adalah urusannya kalau dia melampaui batas, oleh karena mengikuti hawa
nafsu serta kelalaian hanya akan membawa cerai berainya urusan, lepasnya
ikatan di antara manusia, hilangnya pemikiran yang sehat dan lenyapnya
logika yang benar.

*Ketiga:* Hawa Nafsu

Hawa nafsu adalah kecenderungan manusia untuk memperturutkan
syahwat/keinginannya. Hawa nafsu lawannya adalah kebenaran. Allah adalah
Dzat yang Maha Benar, Dia menciptakan langit dan bumi dengan alasan yang
benar. Firman-Nya :

*"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah
mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari
kebanggaan itu." (QS. Al-Mukminun : 71)*

Hawa nafsu akan membuat seseorang berlaku zhalim dan kezhaliman itu membuat
seseorang tersesat dari jalan yang benar.

*"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan
mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (QS.
Shaad : 26)*

*"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar
balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan." (QS. An-Nisa' : 135)*

Hawa nafsu akan selalu menjauhi keadilan, sedangkan kebenaran akan selalu
diikuti keadilan.

Karena itulah hawa nafsu –dalam bahasa Arabnya—"Hawa"() yang berarti jauh
dari tempat ketinggian ke tempat yang rendah. Oleh karena itu ia
menjatuhkan orang yang mengikuti hawa nafsunya dari ketinggian ke tempat
yang rendah. Maka orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang merosot
dan jatuh bersama hawa nafsu, kelalaian dan kebodohannya ke tempat
serendah-rendahnya di dunia dan akhirat, di mana ruhnya jatuh ke neraka
Sijjil.

Terkadang hawa nafsu bisa membesar dalam diri seseorang sehingga orang
tersebut tidak menentang kemungkaran yang dilihatnya dan tidak mengikuti
kebaikan yang telah diyakininya. Bahkan bisa menjadi lebih besar lagi
sehingga ia melihat yang mungkar menjadi ma'ruf dan ma'ruf menjadi mungkar.

*"Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan
kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), 'Inikah orangnya yang diutus Allah
sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari
sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya'. Dan
mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling
sesat jalannya. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS.
Al-Furqan : 41-44).*

Hawa nafsulah yang menjadikan seseorang cenderung kepada dunia dan
kemewahannya. Dan hawa nafsu pula yang menurunkan kedudukan ulama' dari
tingkatan di bawah para nabi, yakni tingkatan para shiddiqin ke tingkat
seekor anjing.

*"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia
melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan
(sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir." (QS. Al-A'raf : 175-176).*

Seperti anjing yang tiada henti-hentinya menjulurkan lidahnya, sama saja di
saat dia istirahat ataupun tengah kecapaian. Sungguh alangkah indah dan
mengenanya penyerupaan dan penggambaran yang dilukiskan Allah melalui
firman-Nya.

Di dalam kitab-kitab tafsir diterangkan bahwa ayat di atas mengisahkan
tentang seorang laki-laki Bani Isra'il yang bernama Bal'am bin Ba'ura'.
Dahulunya ia adalah seorang yang sangat alim dan sangat mustajab do'anya.
Ketika tentara Musa a.s. datang untuk menggempur kaum lalim yang bermukim
di Palestina, maka kaumnya datang dan menemui serta membujuknya,
'Berdo'alah kepada Allah untuk membinasakan Musa dan pengikutnya'. Maka
lelaki ini menyanggupi permintaan kaumnya karena tamak terhadap dunia
mereka. Lalu lidahnya menjulur ke dada dan ia meninggalkan ayat-ayat Allah.
Maka jadilah ia seperti anjing, jika dihalau, lidahnya menjulur dan jika
dibiarkan lidahnya tetap menjulur.

*Keempat:* Syahwat (Ambisi)

Sebab keempat yang menyebabkan diri manusia bertindak durhaka dan melampaui
batas adalah syahwat. Syahwat menarik diri manusia untuk melakukan apa saja
yang diinginkannya. Syahwat yang pertama adalah berlaku sombong di muka
bumi. Yang menjadikan kebenaran seperti kebatilan dan menjadikan kebatilan
seperti kebenaran. Orang-orang yang berlaku sombong di muka bumi tidak akan
masuk surga.

*"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS. Al-Qashash :
83).*

Wallohu ta'ala a'lam bishshowab

*sumber: Ashabulkahfi site*

*
http://arrahmah.com/read/2011/11/24/16533-tazkiyatun-nafs-sebab-yang-menarik-manusia-pada-kehidupan-dunia.html
*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: