Jumat, 09 Desember 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3528

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1.

[esai] Norman Kamaru, Kisah Klasik Para Pencari Lentera Jiwa

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Dec 8, 2011 7:03 pm (PST)



*Norman Kamaru, Kisah Klasik Para Pencari Lentera Jiwa*

*Oleh Nursalam AR*

Nasib (eks) Briptu Norman Kamaru kini persis seperti kata pepatah €  '³*sudah
jatuh tertimpa tangga*€  '³. Sudah dipecat dengan tidak hormat oleh instansi
tempatnya bertugas (Polda Gorontalo), dihujat pula oleh banyak orang,
terutama di berbagai forum di dunia maya. *Kasihan oh kasihan*.

Alasan para penghujat, antara lain, adalah karena Norman melakukan tindak
indispliner dengan mangkir bertugas selama 2 bulan berturut-turut. Dan itu
menurut mereka bukan cerminan citra polisi yang baik. Apalagi buat polisi
selebritas sekaliber Norman Kamaru yang terlanjur jadi idola. Barangkali
awalnya para penghujat ini adalah pemuja Norman Kamaru yang terlalu menaruh
ekspektasi berlebihan di pundak s i belia Norman.

Dengan munculnya video Youtube Norman dengan goyangan *Chaiya-Chaiya* yang
asyik, seakan mereka menemukan katarsis atau oase di tengah timbunan
kekecewaan mereka terhadap citra dan kinerja kepolisian negeri ini yang
memprihatinkan. Mereka berilusi dengan munculnya Norman sebagai ikon polisi
yang humanis (berjoget ceria) maka kepolisian akan terdorong untuk lebih
baik. Di beberapa kesempatan, pihak kepolisian juga tampak aktif
memanipulasinya dengan sederet *move *kehumasan, seperti mengundang Norman
ke mabes Polri dan memberikan penghargaan dll.

Namun, apakah lantas kisahnya menjadi *happy ending*?

Tidak, bagaimanapun Norman Kamaru adalah manusia biasa. Ia punya jiwa, ia
punya kebebasan. Sebagai manusia, ia punya *passion*. Dalam istilah Andi F.
Noya, pembawa acara *talkshow* *Kick* *Andy* di Metro TV, ada lentera jiwa
dalam diri setiap orang yang butuh dipuaskan. Dan Norman Kamaru juga punya
itu, saya meyakininya demikian. Dan ia pun berhak mengukir kisah hidupnya
sendiri, sebagaimana yang mulai diukirnya dan akan terus bergulir.
Sesederhana itu saja saya memandangnya.

Bagi saya, kisah Norman Kamaru bukan kisah pembangkangan seorang polisi
terhadap komandannya. Bukan juga kisah orang kampung yang mabuk kepayang
dengan ketenaran, sebagaimana banyak dituduhkan orang. Kisah Norman Kamaru
adalah kisah klasik para pencari lentera jiwa atau *passion*, yang
menggelegak dalam diri mereka.

*Passion* itulah yang mengundang sederet drama dalam karier Norman Kamaru:
pelarangan manggung hingga €  '³pengamanan€  '´ dari pihak kepolisian - sebagai
atasan Norman €  '· saat ia menjalani syuting acara musik di sebuah TV swasta
di Jakarta. Alhasil, bisa kita tebak alur kemudian adalah, pembangkangan
Norman yang berujung pada pemecatan tidak hormat atas dirinya dari korps
kepolisian.

Di sini, sikap kepolisian bagai sikap sebagian orang tua kita yang
paradoks: membangga-banggakan anaknya yang balita yang berbakat melukis
namun menjewer telinganya tiap kali ia mencoret-coret dinding, dan bukan
menyodorkan alternatif media gambar yang lebih memenuhi harapan semua pihak.

Boleh jadi polisi memang sebuah profesi turunan di keluarga Norman, seperti
yang diakuinya di banyak berita di media massa. Mulai dari ayahnya, Idrus
Kamaru,hingga saudara-saudaranya semuanya polisi. Tapi, salahkah jika
Norman punya pilihan sendiri sesuai suara hati atau bisikan nuraninya yang
berbeda dari harapan orang tuanya? Terlebih jika ada tawaran menarik secara
material dalam profesi barunya itu.

Adalah hak asasi seseorang untuk mencari penghidupan yang lebih layak,
lebih baik. Jelas, itu pilihan yang lebih baik, jika memang sesuai dengan
suara nuraninya. Bisa jadi pula, sekadar dugaan, Norman yang berjiwa seni
tertekan dengan atmosfer kemiliteran di kepolisian yang menekan jiwanya,
atau, maaf, budaya sogok atau korupsi yang konon membudaya di dalam tubuh
kepolisian. Salahkah jika Norman memilih hijrah dari itu semua?

Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami di suatu titik kehidupan kita
saat harus membungkam *passion *atau keinginan nurani kita semata-mata
karena menuruti egoisme orang tua atau keluarga. Kita yang bercita-cita
menjadi arsitek namun harus memilih kuliah di fakultas hukum hanya karena
orang tua kita menganggap profesi arsitek tidak mendatangkan uang lebih
banyak daripada profesi pengacara. Jika pun kita mampu, kita tak menemukan
kesenangan atau kegembiraan bekerja dalam profesi tersebut. Jika demikian,
apakah kita bisa disebut manusia yang merdeka jiwanya?

Norman Kamaru, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, harus jujur
kita akui, adalah manusia yang merdeka. Ia memilih mengikuti *passion* atau
lentera jiwanya, melakukan apa yang disukainya. Kita patut iri kepadanya.
Sama seperti irinya kita kepada Thomas Alva Edison, sang penemu jenius,
yang dalam salah satu kutipan legendarisnya, mengatakan bahwa ia tak pernah
merasa bekerja, ia hanya bermain-main.

Ya, bermain-main, karena Edison melakukan segenap upaya penemuan bola lampu
dan ratusan hak paten lainnya dengan sukacita, sesukacita balita yang
bermain-bermain dengan apa yang disukainya. Pada dasarnya, manusia
adalah *animale
luden*, hewan yang bermain-main. Sisi inilah yang kerap hilang dari kita,
yang membuat kita iri (dan patut iri) pada seorang Norman Kamaru.

Saat kita iri, jeleknya, kerap kali kita berlaku seperti rubah licik dalam
legenda *The Sour Grape* (anggur asam) yang terkenal itu. Karena sang rubah
tak mampu menjangkau anggur yang ranum, ia pun mempropagandakan ke seluruh
isi hutan bahwa anggur itu asam. Dalam bahasa lain, Aa Gym, jauh sebelum
beliau berpoligami, sering mengatakan bahwa bangsa kita seperti kepiting.
Jika sekelompok kepiting ditaruh dalam baskom, dan salah satu berusaha
keluar dari baskom atau wadah itu, yang lain justru akan berusaha
menariknya kembali. Ya, dalam bahasa sebuah *tagline *iklan, *susah lihat
orang senang, senang lihat orang susah*.

Kawan, marilah ambil cermin untuk berkaca, karena bukan mustahil kisah
Norman Kamaru diam-diam adalah keinginan terpendam kita bertahun-tahun lalu
yang terpaksa luluh dibakar waktu karena kita tak berani keluar dari *comfort
zone* atau kungkungan kebiasaan dan tradisi. Kisah Norman Kamaru adalah
kisah klasik para pencari lentera jiwa. Kisah orang-orang yang ingin bebas
merdeka mengejawantahkan *passion*-nya, mewujudkan mimpi-mimpinya,
merengkuh masa depannya dengan caranya sendiri. Sesederhana itu saja.

*€  '³Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.€  '´* (Andrea Hirata
dalam tetralogi *Laskar Pelangi*)

Sekadar renungan, berikut lirik lagu *Lentera Jiwa* yang dinyanyikan Nugie:

reff:
*kubiarkan kumengikuti suara dalam hati**
yang slalu membunyikan cinta
kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku
lentera jiwaku*

Lirik lengkapnya lihat di
http://liriklaguindonesiapopuler.blogspot.com/2008/04/lirik-lagu-lentera-jiwa-nugie.html

*Lenteng Agung, 8 Desember 2011*

*Follow me @salamrahman*

*www.nursalam.wordpress.com*

Tautan:
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/12/08/norman-kamaru-kisah-klasik-para-pencari-lentera-jiwa/

--
www.nursalam.wordpress.com
2.

Catatan Kecil Hari Ini

Posted by: "siti nurasiah" asia_bidakara@yahoo.co.id   asia_bidakara

Thu Dec 8, 2011 8:33 pm (PST)



Dear rekan,
Mencoba berbagi coretan, moga berkenan.

Yang Tak Biasa Dari Rutinitas Kita

Sering aku menganggap, segala sesuatu yang kulakukan secara rutin setiap hari sebagai rutinitas.€ ¦  Berangkat ke kantor, duduk di depan komputer, melakukan pekerjaan marketing, dan kembali pulang di jam-jam yang sama.

Kegiatan itu memang selalu sama, persis seperti ketika aku berdiri di sebuah titik menunggu kereta. Juga, seperti sembahyang yang dilakukan pada jam-jam sama, dengan hitungan sama. Kalau mau lanjut, silahkan ke: http://sitinurrofiqoh.blogspot.com

3.

test sorry saya mw belajar

Posted by: "Valen Tina" valentinathigan@yahoo.co.id   valentinathigan

Thu Dec 8, 2011 8:35 pm (PST)



Maaf klo mengganggu saya hanya ingin mencoba mendaftar.
4.

Maaf Belajar

Posted by: "Hilda Puspita Sari Tarigan" hildapuspitasaritarigan@yahoo.co.id   hildapuspitasaritarigan

Thu Dec 8, 2011 8:41 pm (PST)



ingin belajar maaf jika menggangu ...
5.

Pelajaran Berharga Dari Peserta Terapi Berpikir Positif 13

Posted by: "rahmad nurdin" rahmad.aceh@gmail.com   rahmadsyah_tcc

Thu Dec 8, 2011 10:26 pm (PST)



<http://4.bp.blogspot.com/-uZuXPRtAPh4/TuGE6NCsdwI/AAAAAAAAA-c/qHiShPrwZpU/s1600/DSC00802.JPG>

*Bila engkau belajar dalam ketidaknyamanan nan penuh kesulitan. Maka,
bersyukurlah. Karena kondisi itu lebih menguatkan ingatanmu, dibandingkan
kondisi nyaman yg telah menjadi biasa saja bagimu, tanpa ada muatan emosi.**
#NasehatDiri***

*Terapi berfikir positif batch 13*

Alhamdulillah, selasa 13 september 2011, *Terapi Berfikir Positif* bisa
terselenggara dengan baik. Sebagai penyelenggara dan fasilitator saya
sangat. Karena, kelas* Terapi Berfikir Positif *sudah terselenggara (setiap
hari selasa sore) selama 13 kali secara publik. Dan 2 kali In-House. Mohon
maaf kepada para shahabat di luar kota Jakarta, saya belum bisa memenuhi
harapan Anda, supaya kelas ini juga bisa terselenggara di kota-kota lain.
Seperti Surabaya, Bandung, Jogya, Lampung, Kalimantan dan daerah lainnya.
Mudah-mudahan bulan mendatang, ada pihak yang bisa bersinergi, sehingga
kelas *Terapi Berfikir Positif* bisa hadir di kota Anda.

*Berguru kepada peserta*

Beberapa trainer hebat pernah bercerita. Bahwa, detik-detik pelaksanaan
training sebenarnya, bukan hanya peserta yang belajar. Tetapi, kita sebagai
pemandu, juga belajar khasanah kehidupan dari para peserta. Apalagi,
training yang sering saya bawakan berhubungan dengan perubahan pola pikir (*
mindset*). Terkadang sering ada sesi terapinya. Pada momen itu, sungguh
banyak sekali pembelajaran hidup yang saya peroleh. (Saya mengucapkan
terima kasih kepada seluruh alumni).

Sebagaimana kelas-kelas sebelumnya. Setelah selesai teori cara berpikir
positif, langsung tersusul dengan latihan bersama. Pada angkatan yang ke-13
ini, seorang peserta dari Bandung, menceritakan pengalaman nyata yang
beliau alami, sebagai contoh kasus untuk aplikasi cara yang telah saya
bahas.

*Berhati-hatilah dalam mengutuk ilmu dengan mengatakan, kuliah S2 kok mahal
ya? kursus kompetensi skill kok mahal ya? **Sungguh keberkahan ilmu jauh
darimu dengan perkataanmu itu. *#NasehatDiri**
*Pengorbanan biaya, waktu dan tenaga*

Katakan saja nama beliau ibu Ika. Sehari-hari beraktifitas sebagai Guru.
Berangkat dari Bandung menuju Jakarta menggunakan bis Bandung-Jakarta jam
10.00 pagi. Beliau tiba di terminal Kampung Rambutan sekitar jam 12.30.

Ibu Ika menceritakan, setelah tiba di Kampung Rambutan, supaya tidak
terlambat di tempat pelatihan. Beliau memutuskan untuk menggunakan taksi
saja. Sang sopir taksi di terminal memberi penawaran, €  '³*Mau pakai Argo atau
tembak saja?*€  '´ Ibu Ika memilih €  '³*Pakai Argo saja pak*€  '´ Tapi sopir menawar
lagi €  '³*Tembak saja bu, kalau Argo kemahalan*€  '´. €  '³*Berapa?*€  '´ Ibu Ika merespon
dengan nada suara memastikan. €  '³*Rp.150.000,-*€  '³ Sopir membalas. €  '³*Oke deal
Rp.150.000,- ya?*€  '´ Ibu Ika memastikan sekali lagi.

Singkat cerita, ternyata saat tiba di tempat pelatihan, Pak Sopir
bilang, €  '³*Harganya
Rp.270.000,- bu. Ini lihat argonya*€  '´ €  '³*Tapikan tadi setuju Rp.150.000,-*€  '³
Ibu Ika membela diri. Kemudian Pak Sopir ngontot €  '³*Iya tapi ini kejauhan,
lihat argonya segini Rp.270.000,-*€  '´

*Anggap saja sedekah*

Karena tidak mau berdebat lagi, akhirnya ibu Ika menambahkan Rp.120.000,-
lagi. Memang awalnya beliau kesal, merasa sopir taksi tadi membohongi dan
mengakalin beliau. €  '´*Wah saya diakalin dan dibohongin nih*€  '´ ada suara dalam
diri beliau. Kemudian beliau berusaha menenangkan diri dengan mebingkai
kejadian tersebut, uang yang beliau tambahkan tadi, diluar dari kesepakatan
sebagai sedekah. Kemudian, para peserta yang lain, membantu menambah sudut
pandang, agar beliau lebih bisa menerima kejadian itu sebagai hikmah dan
pembelajaran.

*Sungguh sangat berkesan*

Keinginan beliau untuk belajar, disertai dengan pengorbanan waktu, tenaga
dan uang yang beliau investasikan. Benar-benar membuat saya terkesan.
Mungkin, karena perbandingan yang saya lakukan dengan peserta yang
mendaftar, tetapi pada hari pelaksanaan tidak hadir.

Ada peserta yang menyadari pernah mendaftar, sehingga saat tidak bisa hadir
karena ada hal lebih penting, menyampaikan permohonan maaf karena tidak
bisa mengikuti kelas. Sementara yang lain, kabar pun tak ada. Meskipun
sudah saya tuliskan €  '´Mohon tidak mendaftar apabila ragu tidak bisa hadir€  '´.

*Nasehat sang guru*

Cara yang ditempuh oleh ibu Ika untuk mengikuti pelatihan Terapi Berfikir
Positif ini, mengingatkan saya akan nasehat Guru, €  '´*Bila ilmu kamu dapatkan
dengan mudah, maka ikhlaskan oleh mu, bila dia mudah meninggalkanmu.
Demkian sebaliknya, jika kamu mendapatkan ilmu dengan susah payah, maka dia
enggan meninggalkanmu*€  '´.

*Terima kasih*

Kepada seluruh peserta Terapi Berfikir positif, dari Bacth 1 €  '¶ 13, saya
mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah Anda luangkan. Terutama
kepada PT. Rumah Sehat Keluarga, telah bersedia bersinergi mensponsori
program TBP sampai bacth 18.

Ciganjur, Sabtu, 8 oktober 2011

*Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist*
*Dapatkan e-book €  '´Explore Your Potentials€  '´ GRATIS, Klik
download<http://www.box.com/s/dp7uesnx09c1j86zj1hj>

Sumber : www.kursusnlp.com
*

--
Rahmadsyah Mind-Therapist
*www.terapinlp.com* I* 081511448147* I *YM; rahmad_aceh* I *FB :
rahmadnlp@yahoo.co.id*
6.

€  '³Ini Bapakmu..! Ini Matanya..! Ku ludahi..! Ku injak-injak..!!€ 

Posted by: "+ Made Teddy Artiana +" made.t.artiana@gmail.com

Thu Dec 8, 2011 10:42 pm (PST)



€  '³Ini Bapakmu..! Ini Matanya..! Ku ludahi..! Ku injak-injak..!!€  '´
By : Made Teddy Artiana
Penulis, fotografer, Event organizer

Siapapun akan bergidik membaca kalimat diatas. Demikian sarkastis.
Mengerikan. Tetapi bagi mereka yang mengetahuinya, kalimat itu adalah
tukilan dialog dari sebuah adegan film komedi yang telah melegenda di
negeri ini. Nagabonar.

Kata-kata itu diucapkan oleh Jendral Nagabonar, dialamatkan kepada
Jendral Mariam, sepupunya sendiri. Sebuah provokasi.
€  '³Sengaja dia ku buat marah. Waktu dia marah, kucopet buah caturnya!!€  '´.
Dan Mariampun kalah bermain catur. Hanya karena terprovokasi lalu
menjadi marah.

Yang €  '±satu itu€  '² memang punya keunikan tersendiri. Provokasi. Sebuah
instrumen yang jika digunakan dengan benar akan sangat hebat
dampaknya, namun jika salah, akan sangat merugikan. Sebuah buku kuno
tentang strategi perang, yang sekarang banyak diaplikasikan di dunia
bisnis pun merasa perlu mencantumkannya. Sun Tzu€  '²s The Art of War.

€  '³Jendral Perang.€  '´, Demikian menurut Sun Tzu, €  '´Jika ia pengecut, ia
akan tertangkap. Jika ia ceroboh, ia akan terbunuh. Jika ia sensitif
terhadap kehormatan, ia akan mudah dipermalukan. Jika ia pemarah, ia
akan mudah terprovokasi€  '´

Menarik untuk dipahami, sebuah provokasi tidak hanya dapat lahir dari
seseorang, namun juga keadaan. Keadaan bisa jadi turut menjadi
provokator.

Apakah kemudian provokasi sepenuhnya bermakna negatif? Tentu saja tidak.

Seorang CEO sekaligus owner sebuah perusahaan minyak yang adalah
merupakan salah satu client kami, setelah menjadi mentor sekian tahun,
memprovokasi sang pengganti dihadapan segenap karyawan mereka.

€  '³Harusnya dia (sambil menyentuh pundak CEO muda penggantinya) bisa
lebih dari saya. Saya saja yang bukan Sarjana Perminyakan bisa, masa
dia yang adalah Sarjana dari sebuah Universitas terkemuka, kalah sama
saya. Memalukan jika itu sampai terjadi€  '´

Agak berbeda dengan pengalaman diatas. Seorang sahabat, yang adalah
konsultan bisnis, sebaliknya : mengeluhkan ketidakpiawaian banyak
atasan dalam menggunakan instrumen ini.

€  '³Mereka hanya sekedar memprovokasi (memanas-manasi) bawahan mereka.
Hanya itu. Lalu berharap bawahannya akan melakukan yang terbaik.
Bahkan dibanyak kasus€  '´, masih menurut sahabat terakhir, €  '³para pimpinan
itu tidak bisa membedakan provokasi dan adu domba! Manajemen konflik
yang keliru!!€  '´

Jika diamati lebih jauh, ternyata bukan hanya pimpinan perusahaan yang
sering tidak mengerti cara menggunakan provokasi dengan baik, orang
tua, guru pun bahkan kita semua sering melakukan €  '±dosa€  '² yang serupa.

€  '³Masa gitu aja gak bisa..! Malu-maluin keluarga aja!€  '´
€  '³Liat tuh Dewi, rajin..gak kaya kamu!!€  '´
€  '³Dasar pengecut!! Kaya gitu aja gak berani!! Kamu bukan anak saya!!!€  '´
€  '³Emang kamu tahu apa..!? Bisa apa?!! Dari dulu emang gak bisa apa-apa€  '´
€  '³Kalo kamu bisa berubah..udah kiamat kali dunia!!€  '´

Untuk sebuah tujuan yang bapositif, provokasi sebaiknya didahului
dengan pengenalan diri. Lalu dilanjutkan dengan motivasi. Kemudian
persiapan atau perbaikan diri.
Tanpa terlebih dulu membantu seseorang menemukan €  '±kekuatan€  '² dan
€  '±kebaikan€  '² dalam dirinya, provokasi hampir bisa dipastikan hanya
tinggal provokasi.
Karena mereka yang terprovokasi, akan terpancing untuk maju, keluar,
menyerang. Persis prajurit yang maju berperang tanpa keahlian dan
persenjataan yang cukup. Dan ini bunuh diri.

Sebuah cerita Yunani kuno, mungkin dapat mewakili keadaan diatas :
provokasi kosong.

Achielles seorang prajurit perkasa dan kebal senjata, bersahabat karib
dgn Patroclus. Suatu hari, karena terprovokasi situasi perang dan
ingin menjadi seperti sahabatnya, Patroclus menyamar menjadi Achieles.
Ia mengenakan pakaian perang Achielles, bahkan seluruh senjata perang
Achielles. Tapi apa lacur, Patroclus bukanlah Achielles. ia akhirnya
terbunuh, karena memang tidak sama sekali bukanlah prajurit yang
memiliki kesaktian seperti Achielles.

Nah cerita diatas, agaknya diadopsi (jangan dibaca : ditiru) oleh film
Nagabonar.

Si Bujang, sahabat karib Nagabonar, melakukan hal yang sama dengan
yang dilakukan. Hasilnya ? Meminjam pakaian dan senjata sahabatnya,
kemudian maju ke medan perang. Akhirnya ? senasib dengan Patroclus!

€  '³Bujaaanggg..Bujaaanggg..zudah ku bilang zangan bertempurr.. zangan
bertempurrr...kau bertempur zuga..matilah kau dimakan caciiing !!!!€  '´
(*)

--
*What a wonderfull world ! What an exciting journey !!
*
*
Made Teddy Artiana, S. Kom
*
fotografer, penulis & event organizer
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com

*Galery & Stock Photo
*http://theBeautyofBelitung.multiply.com
http://fromBaliWithLove.multiply.com
http://LawangSewuKotaTua.multiply.com
http://TriptoPulauPramuka.multiply.com

http://HongkongMacauShenzen.multiply.com

7.

Artikel € ¢â' '³ Terlihat Benar Belum Tentu Benar

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Dec 8, 2011 10:43 pm (PST)



Artikel € ¢â' '³ Terlihat Benar Belum Tentu Benar
€ ¢Â 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
€ ¢Â 
Catatan Kepala:€ ¢â' '½Sekalipun sudah berada dijalan yang benar, namun jika cara melintasi jalan itu tidak benar, maka kita belum menjadi orang yang benar.€ ¢â' '½
€ ¢Â 
Sudah cukup sering kita berhadapan dengan orang-orang yang menganggap dirinya benar. Melakukan hal-hal yang benar. Dan memperjuangkan sesuatu yang diyakininya benar. Anehnya, kebenaran yang diperjuangkan itu berbenturan dengan norma atau kaidah yang berlaku dalam lingkup yang lebih besar. Orang-orang semacam itu tidak hanya bisa kita temui di jalan. Juga di lingkungan tempat kita tinggal. Maupun di kantor tempat kita bekerja. Orang-orang itu tidak berada jauh. Banyak yang dekat dengan kita. Ada yang sangat dekat dengan kita. € ¢Â Bahkan ada yang sedemikian dekatnya sehingga jantungnya adalah jantung kita juga. Ehm, kalau begitu; orang itu adalah diri kita sendiri dong ya. Kita yang sering merasa telah berada di jalan yang benar, seolah hal lain di luar kita adalah salah.
€ ¢Â 
Saya punya janji rapat presentasi program pelatihan saya dihadapan management sebuah group perusahaan. Berbekal alamat lengkap lokasi meeting, maka saya pun meluncur ke lokasi. Karena kurang faham wilayah itu, saya sesekali berhenti untuk menanyakan arah. Sesuai petunjuk orang yang ditanya, saya pun belok kanan. Alhamdulillah, nama jalannya sudah pas seperti seharusnya. Tinggal mencari menara perkantoran itu, sampailah. Namun, saya tidak kunjung menemukan menara itu, hingga nama jalan yang dilalui berubah. Saya putar arah, sampai diujung perempatan lagi. Menara itu tetap tidak ada. Apa pasal? Rupanya, jalan di seberang perampatan itu juga masih sambungannya. Seharusnya tadi saya belok kiri, karena menara itu ternyata berada di sebelah sana. Kejadian ini memberi saya pelajaran berharga, bahwa; € ¢â' '¼Sekalipun sudah berada dijalan yang benar, namun jika cara melintasi jalan itu tidak benar, maka kita belum menjadi orang yang benar.€ ¢â' '½ Ini bukan sekedar soal
mencari alamat tertentu, melainkan isyarat Ilahi tentang cara menelusuri sepanjang perjalanan hidup kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami isyarat itu dalam menjalani hidup, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
€ ¢Â 
1.€ ¢Â Â Â Â Â  Berhenti merasa benar sendiri. Misalkan saja Anda sedang berada di jalan Jenderal Sudirman. Saat menelepon teman Anda, dia mengaku jika dia pun sedang berada di jalan yang sama. Apa yang selanjutnya Anda lakukan? Anda mengatakan bahwa dia berdusta? Tidak. Mungkin malah Anda akan bertanya; € ¢â' '¼Elu ada disebelah mana? O, gitu. Ya udah elu jangan kemana-mana. Gue langsung meluncur kesana.€ ¢â' '½ Kan begitu. Mudah bagi kita untuk memahami hal itu. Yang sulit adalah ketika kita merasa semua kebenaran ini milik kita seluruhnya sedangkan semua orang lain salah. Karena sama-sama ngotot, maka kita saling mempertentangkan kebenaran masing masing. Padahal, boleh jadi sebenarnya kita berada pada € ¢â' '¸rute jalan€ ¢â' '¹ yang sama, namun€ ¢Â  kita berada pada € ¢â' '¸spot€ ¢â' '¹ yang berbeda. Jika Anda bisa mengatakan € ¢â' '¸ya udah elu tunggu aja, sebentar lagi gua kesana€ ¢â' '¹ di Jalan Jenderal Sudirman itu, kenapa sih kita tidak bisa mengatakan;€ ¢â' '¹Elu bener. Gue pun akan punya
keyakinan serupa itu jika menggunakan sudut pandang nyang entu€ ¢â' ¦â' '½ Itu loh yang sering kita sebut sebagai empati itu. Kita memahami latar belakang dan sudut pandanganya, sehingga bisa memahami pendapatnya. Dan sikap serupa itu, hanya bisa kita miliki jika kita berhenti untuk merasa benar sendiri.
€ ¢Â 
2.€ ¢Â Â Â Â Â  Jalan itu bukan lokasi. Kalau kita sudah berada di sebuah jalan, hal itu tidak berarti kita telah melintasi semua bagian dari jalan itu, begitulah faktanya. Saya sudah berada dijalan itu. Tapi saya tidak bisa menemukan lokasi rapat itu. Faktanya, jalan adalah lorong untuk mengantarkan kita ke lokasi yang kita tuju. Masalahnya, jika jalan hidup kita, jalan pikiran kita, jalan keyakinan kita sudah benar kita sering merasa jika kita sudah berada di € ¢â' '¸lokasi€ ¢â' '¹ yang benar. Makanya, kebenaran sering kita amalkan secara membabi buta. Kita merasa berhak menindas orang lain atas nama kebenaran. Kita boleh memaki bawahan atas nama kebenaran. Kita boleh menghujat atasan dan pemimpin atas nama kebenaran. Dan kita, boleh € ¢â' '¸melakukan apapun juga€ ¢â' '¹ selama kita berpijak diatas sendi-sendi kebenaran. Tidak bung. Anda baru sampai di Jalan tempat kebenaran itu ada. Namun Anda, belum sampai di lokasi kebenaran itu sendiri. Tak heran jika banyak atasan yang
semena-mena. Banyak bawahan yang suka membangkang. Banyak teman yang berani melakukan apa saja demi memenangkan persaingan. Karena mereka lupa; bahwa yang mereka perjuangkan itu bukanlah sebuah kebenaran. Melainkan sebuah perjalanan yang belum selesai ditempuhnya. Maka tempuhlah perjalanan menuju kebenaran itu terlebih dahulu. Pastikan Anda sampai di lokasi kebenaran itu berada. Izinkan semua orang dari berbagai penjuru bumi menggunakan bermacam alat transportasi, dan menempuh jalur-jalur yang berbeda bisa tiba ditempat yang sama. Setelah berada disana; kita baru akan menyadari jika ternyata; kita berbeda ini memiliki tujuan dan kebenaran yang sama. Oh, ternyata jalan itu, bukanlah lokasi.
€ ¢Â 
3.€ ¢Â Â Â Â Â  Tidak ada jawaban yang salah. Saya salah berbelok. Harusnya ke kiri, bukan ke kanan. Tapi, itu saya lakukan karena seseorang memberitahukan untuk belok kanan. Lho, kok kesalahan saya malah ditimpakan kepada orang lain yang sudah berusaha untuk memberi bantuan. Saya bertanya € ¢â' '¸jalan ini ada dimana?€ ¢â' '¹. Dia bilang, € ¢â' '¸diperempatan itu, Bapak belok kanan.€ ¢â' '½ Dia benar. Bahkan sekalipun orang itu menjawab salah, bukan salah dia. Yang salah adalah saya yang bertanya kepada orang yang tidak mengetahui jawabannya. Kita? Oooh, sering sekali menimpakan nasib sial, kesulitan, kegagalan, kekecewaan dan semua perasaan yang tidak menyenangkan sebagai ulah yang diakibatkan oleh orang lain. Saya melakukan ini karena istri saya tidak merawat diri. Saya melakukan itu karena suami saya tidak perhatian lagi. Karir gue mandek gara-gara teman gue suka menjilat atasan. Saya malas kerja karena suasana di kantor kurang kondusif. Saya sering telat karena teman dan
boss saya juga begitu gak diapa-apain. Lha, kok semua keburukan, kesialan, dan kelemahan kita malah ditimpakan penyebabnya kepada orang lain. € ¢â' '¸Lantas, elo mau aja menyerahkan nasib kepada orang lain?€ ¢â' '¹ Begitu saya mendengar € ¢Â teguran keras dari dalam diri saya. Jikapun orang lain telah menyebabkan kita menderita; belum tentu karena mereka sengaja. Mungkin karena mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk membantu kita dengan lebih baik. Maka ketika kita mendapatkan jawaban atau bantuan dan perlakuan apapun dari orang lain, bukan salah mereka jika kita menerimanya. Kitalah yang mesti belajar untuk memilahnya; dan menjaga diri dari dampak buruknya.
€ ¢Â 
4.€ ¢Â Â Â Â Â  Tidak semua pengguna jalan tertib aturan. € ¢Â Orang tidak sengaja menyulitkan kita? Iya. Tapi, kadang kita bisa kecipratan dampak buruk dari perilaku kotor orang lain. Sama seperti pengendara di jalan-jalan yang kita lalui. Ada saja tingkah polah pengendara lain yang menyusahkan kita. Angkot yang berhenti sembarangan. Motor yang ngecot kiri-ngecot kanan. Bis kota yang ngetem di tikungan. Bahkan, ada juga mobil pribadi yang menggunakan sirene polisi hanya untuk menakut-nakuti. Sama seperti hidup kita. Meskipun kita sudah berada di jalan yang lurus, namun banyak juga orang yang melintasinya secara ugal-ugalan. Mereka kelihatan percaya diri dengan kengawurannya. Mereka baru meringis nangis kalau pelipisnya sudah teriris oleh kerikil dari aspal yang terkikis. Sekitar tahun 1998, saya bahkan pernah menjadi korban tabrak lari. Seperti itulah kira-kira fakta hidup kita. Jangan pernah pergi melintasi jalan manapun jika tidak ingin bertemu dengan para
pengendara ceroboh dan arogan seperti itu. Jangan pergi ke kantor jika tidak ingin bertemu dengan orang-orang yang suka menimpakan kesalahan kepada orang lain. Jangan bekerja jika tidak mau dibentak. Jangan keluar rumah jika tidak ingin berpapasan dengan tetangga judes. Jangan keluar kamar jika ogah melihat wajah marah orang serumah. Jangan hidup jika tidak mau menghadapi konsekuensi-konsekuensi lumrah sebagai mana layaknya. Tidak semua pengguna jalan tertib aturan. Begitulah faktanya. Maka mari kita hadapi kenyataan itu. Dan mari kita lintasi semua jalan dan jalur kehidupan yang semertinya kita tempuh. Meski berhadapan dengan resiko serupa itu.
€ ¢Â 
5.€ ¢Â Â Â Â Â  Jalan yang tidak pernah menyesatkan. Ada banyak jalan menuju ke Roma, katanya. Itu benar. Tetapi tidak berarti bahwa semua jalan bisa membawa kita ke Roma. Semua orang boleh memilih jalan hidupnya masing-masing, katanya. Itu benar. Tetapi, tidak berarti bahwa seseorang boleh bertindak semau udele dhewek. Kenyataannya ada jalan buntu. Bahkan jalan yang menyesatkan. Kewarasan kita patut dipertanyakan jika sudah tahu itu buntu tapi masih maksa menembusnya juga. Sudah tahu itu sesat, eh ngotot saja hanya karena merasa nikmat. Makanya, meski kita boleh memilih jalan hidup; kita perlu memilih jalan hidup yang tidak pernah menyesatkan. Adakah jalan seperti itu? Ada. Yaitu, jalan yang dibentangkan berdasarkan petunjuk dan bimbingan Tuhan. Untuk menemukan jalan itu, tidak cukup sekedar bertanya kepada pemuka agama. Pertama, mereka juga manusia yang bisa salah seperti kita. Kedua, pemuka agama tidak memiliki kemampuan untuk memaksa kita mengikuti
kata-katanya. Ketiga, hanya diri kita yang bisa membuka pintu hati agar isyarat dan cahaya Ilahi bisa memasuki relung terdalamnya. Kita akan bisa menemukan jalan Ilahi itu hanya jika terus mencari, menerima, menyadari, mempersiapkan dan memahami tanda-tandanya. Dan salah satu tanda itu adalah; ketika kita ikhlas menjalani peran yang sehari-hari kita mainkan. Tanpa keikhlasan itu, jelas sekali jika kita tidak sedang melangkah dalam jalan yang tidak pernah menyesatkan itu.
€ ¢Â 
Setelah sekian puluh tahun perjalanan hidup kita, sudahkah kita menemukan jalan hidup yang benar-benar tepat untuk kita lalui? Jika kita pernah salah jalan, tak usah terlampau gusar. Segeralah memutar arah, lalu ikutilah jalur yang seharusnya. Setelah berada di jalan yang kita kira benar pun, teruslah memeriksa apakah kita berada di lajur yang benar? Boleh jadi, jalan kita sudah benar, namun kita berada di lajur yang salah, atau menuju kearah yang salah, € ¢Â dan mengikuti rambu yang salah. € ¢Â Mengapa? Karena sesuatu yang terlihat benar itu, belum tentu benar. Hanya ada satu kebenaran mutlak. Yaitu kebenaran yang datangnya dari Tuhan. Mengapa kebenaran dari Tuhan sifatnya mutlak? Karena Tuhan itu hanya satu, sehingga kebenaran yang ditentukanNya tidak ada yang bisa mempertanyakan. Mempertentangkan. Atau memberi tandingan. Dalam jalan € ¢Â kebenaran yang dilandasi petunjuk Ilahi itu; yuk, kita sama-sama melangkah.
€ ¢Â 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman € ¢â' '³ 08 Desember2011
Trainer of Natural Intelligence Leadership Training
Penulis buku€ ¢â' '½Natural Intelligence Leadership€ ¢â' '½(Tahap dummy di penerbit)
€ ¢Â 
Catatan Kaki:
Isyarat kebenaran Ilahi hanya bisa ditangkap oleh pribadi yang menyediakan jiwa dan raganya untuk selalu bersih dalam menjalani hidupnya.
€ ¢Â 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.
€ ¢Â 
Tentang Dadang Kadarusman
~ Spesialisasi training di bidang: NATURAL INTELLIGENCE dan penerapannya dalam LEADERSHIP, PERSONNEL DEVELOPMENT dan PERSONAL EXCELLENCE ~

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
8.

Art-Living Sos 2011 (A-12  Obat Nyamuk

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Thu Dec 8, 2011 10:44 pm (PST)





Dear Allz€ ¢â' ¦.
€ ¢Â 
Helloooow€ ¢â' ¦dellloww€ ¢â' ¦hehe€ ¢â' ¦apakabar
? Semoga di bulan terakhir tahun ini teman dan sahabatku dalam keadaan
sehat-sehat semua, ya€ ¢â' ¦
€ ¢Â 
Lama nian tidak bersapa€ ¢â' ¦lama
banget gak ketawa-ketiwi bareng di sini€ ¢â' ¦rasanya kangen juga€ ¢â' ¦Eeeh, maaf yaa€ ¢â' ¦saya
nih yang sok sibuk€ ¢â' ¦ngider sana sini kayak kitiran atau kipas angin€ ¢â' ¦hahaha€ ¢â' ¦Tapi
percayalah€ ¢â' ¦walaupun saya sibuk atau sok sibuk, saya tetap kangen dengan teman
dan sahabat sekalian.
€ ¢Â 
Beberapa waktu ini saya
banyak mendapat kabar yang gembira, tetapi ada juga kabar yang agak
menyedihkan. Beberapa sahabat saya jatuh sakit. Dari mulai sakit yang bisa
dirawat di rumah, hingga sakit yang membutuhkan perawatan dan terapi yang
berkesinambungan di rumahsakit . Sungguh€ ¢â' ¦menanggulangi penyakit itu menjadi mahal
harganya. Hidup sehat memang dianjurkan. Namun kadang kita suka lupa diri kalau
sedang sehat, dan mengabaikan penjagaan atau pengelolaan diri yang baik. Di
antaranya adalah pengelolaan lingkungan. Lingkungan yang bersih dan sehat,
insya Allah akan mendukung kesehatan kita juga.
€ ¢Â 
Naaaah, mumpung kita sedang
ngobrol soal lingkungan, saya mau cerita sedikit mengenai nyamuk. Lho€ ¢â' ¦apa
hubungannya dengan lingkungan, ya ? Yeaaah€ ¢â' ¦mau tidak mau, nyamuk itu adalah
hewan kecil yang paling akrab dengan manusia. Walaupun tubuhnya kecil, tapi
banyak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh gangguan nyamuk ini. Itu sebabnya,
kita perlu menjaga diri dari gangguan nyamuk. Diantaranya dengan menggunakan
obat nyamuk ! Sssttt€ ¢â' ¦jangan protes dulu€ ¢â' ¦
€ ¢Â 
Mumpung sekarang akhir pekan€ ¢â' ¦mumpung
sekarang waktunya agak santai€ ¢â' ¦Kita ngobrol yang santai saja dulu, yaaa€ ¢â' ¦.Siapkan
cemilan€ ¢â' ¦siapkan segelas teh manis atau kopi pahit€ ¢â' ¦dan siapkan obat nyamuk€ ¢â' ¦hehehehe€ ¢â' ¦.
€ ¢Â 
Selamat menikmati€ ¢â' ¦semoga
berkenan€ ¢â' ¦
€ ¢Â 
Jakarta, 9 Desember 2011
Salam hangaaaatt,
€ ¢Â 
€ ¢Â 
Ietje S. Guntur
€ ¢Â 
€ ¢â'¹¥â'¹¥
€ ¢Â 
€ ¢Â 
€ ¢Â 
€ ¢Â 
Art-Living Sos 2011 (A-12
Monday, December 05, 2011
Start : 12/5/2011 10:01:14 AM
Finish :12/5/2011 10:57:28 AM
€ ¢Â 
€ ¢Â 
OBAT € ¢Â NYAMUK
€ ¢Â 
Hari libur. Menjelang
magrib. Di rumah. Sambil menonton acara televisi yang bolak-balik diganti
salurannya oleh € ¢Â Sang Pangeran Remote
Control, saya menikmati segenggam kacang goreng.€ ¢Â  Duduk santai sambil selonjor seperti ini,
saya harus membagi perhatian antara layar kaca yang terus berganti acara dengan
kacang goreng yang€ ¢Â  mesti dikupas
kulitnya.€ ¢Â  Baru menunduk sebentar untuk
menggigit kacang, acara televisi sudah berubah lagi. Waaah€ ¢â' ¦bagaimana ini ?
Kadang-kadang saking repotnya, kulit kacang yang luput dikupas ikut terbawa ke
dalam mulut€ ¢â' ¦huuuh€ ¢â' ¦

Tiba-tiba keasyikan
saya terganggu oleh seekor nyamuk yang berpatroli. Tidak cukup hanya terbang
mendekat, nyamuk itu pun mulai bernyanyi . Mendendangkan lagu senja, yang bisa
berarti pula lagu penyerbuan terhadap mangsa. Benar saja. Tidak lama kemudian,
beberapa ekor nyamuk lagi mengikuti si Nyamuk yang pertama. Dan mereka mulai
menari dengan lincah, sambil menunggu mangsanya lengah. Huupp..satu ekor
hinggap di betis kiri saya. Baru saja mau mengusirnya, dia sudah terbang. Tapi
dalam sekejap itu dia sudah meninggalkan bekas galian yang menimbulkan rasa
gatal.

Sekarang dia pindah
lagi. Menari di dekat telinga. Dua ekor nyamuk menyanyi dan berjoget sekaligus.
Ohoooo€ ¢â' ¦niatnya barangkali mau menghibur. Tapi mendadak salah satu turun dan
hinggap di jidat€ ¢â' ¦halaaah€ ¢â' ¦kok nggak sopan amat siichh ? Saya kerepotan. Antara
mau menepuk, dan menggenggam kacang. Akhirnya saya hanya bisa pasrah.
Membiarkan Si Nyamuk berpesta sejenak di jidat, yang barangkali lebih lezat
rasanya€ ¢â' ¦hiiikss€ ¢â' ¦

€ ¢â' '¼ Haduuuuh€ ¢â' ¦nih nyamuk
iseng amat. Tolong usir dulu dari kepalaku, € ¢â' '¼ kata saya kepada Pangeran Remote
Control yang masih asyik mengganti saluran. Beliau menoleh sejenak.
€ ¢â' '¼ Nyamuknya nggak
kelihatan !€ ¢â' '½ sahutnya santai.
€ ¢â' '¼ Ini
niiiih€ ¢â' ¦uuuuhhh..gatel banget !!€ ¢â' '½ seru saya, sambil berusaha menepuk dan
menggaruk. Hasilnya malah kulit kacang bertaburan di lantai.
€ ¢â' '¼ Sudah€ ¢â' ¦ambil obat
nyamuk saja. Sudah hampir magrib nih, sekalian disemprot saja.€ ¢â' '½

Pangeran Remote
Control langsung bangkit, mencari obat nyamuk semprot yang tersedia di pojokan.
€ ¢â' '¼ Tungguuuuu€ ¢â' ¦aku
pindah dulu. Jangan disemprot sekarang. Nanti aku sesak nafas.€ ¢â' '½ Seru saya
sambil bangkit dan lari ke dalam kamar. Salah semprot, bukannya nyamuk yang
terkapar, tapi bisa-bisa saya yang sesak nafas.

Dalam sekejap
Pangeran Remote Control, itu panggilan sayang buat suami tercinta, sudah heboh
berperang dengan nyamuk. Suara semprotan obat nyamuknya terdengar kemana-mana,
dan aroma obat nyamuk yang tajam menyerbu menusuk hidung. Walaupun ada aroma
seperti jeruk, tapi tetap saja aroma kimia yang tajam lebih kental menyergap ke
dalam pernafasan.

€ ¢â' '¼ Ayooo€ ¢â' ¦sudah niiih.
Sekarang semprot kamar dulu.€ ¢â' '½ Suara Sang Pemburu Nyamuk€ ¢Â  terdengar di depan pintu. Halaaaahh€ ¢â' ¦mesti
ngungsi lagi niiih, batin saya.
€ ¢â' '¼ Sebentar. Nanti
sajalah, tunggu sholat magrib dulu.€ ¢â' '½ Saya menyahut dari dalam. Tidak membuka
pintu€ ¢â' ¦.hihihiiii€ ¢â' ¦
€ ¢â' '¼ Ya, sudah. Nanti
jangan lupa, ya. Kalau tidak disemprot, nyamuk yang di luar bisa masuk ke
kamar.€ ¢â' '½ Suara Pangeran menjauh. Saya bernapas€ ¢Â  lega. Urusan perburuan nyamuk reda sejenak.
€ ¢â'¹¥

Tidak satu hari itu
saja kami harus berurusan dengan nyamuk.

Di musim-musim
kemarau, atau musim peralihan antara musim kemarau dan musim hujan, biasanya
armada nyamuk akan merajalela di dalam dan di luar rumah. Nyamuk kebun yang
lebih hitam dan langsing, biasanya memiliki posko atau daerah teritori sendiri.
Mereka jarang masuk ke dalam rumah, dan biasanya tidak terlalu suka dengan
cahaya. Berbeda dengan nyamuk rumah, yang sudah seperti tuan rumah di tempat
kita. Kalau siang hari dia bersembunyi di balik lemari atau di dalam tumpukan
pakaian dan buku. Menjelang senja, barulah mereka beroperasi mencari mangsa.

Nyamuk kebun, yang
banyak di luar rumah biasanya memperoleh santapan dari lingkungan sekitar.
Kalau ada hewan, mereka mengambil makanan dari darah hewan. Tapi kalau
sekali-sekali ada manusia yang lewat di dekat daerah kekuasaannya, mohon maaf
saja, maka manusia itu pun harus membayar upeti berupa darah yang langsung
disedot oleh para nyamuk. Kan menurut nyamuk, mereka juga perlu makanan lezat
sekali-sekali. Mana tahu, di dalam darah itu terkandung zat gizi yang baik,
berasal dari aneka hidangan yang enak dan sedap. Agar para nyamuk tambah sehat
dan tambah bersemangat untuk berburu manusia. Hooooh !!!

Atas dasar
ketidaksepakatan itulah, sejak dahulu kala antara manusia dengan nyamuk memang
tidak pernah akur. Kita, manusia, yang selama ini merasa memiliki kekuasaan dan
memangsa mahluk lain, bisa kalah tak berkutik terhadap nyamuk. Kitalah yang
selama ini menjadi mangsa kaum nyamuk€ ¢â' ¦huuh !! Siapa bilang bahwa mahluk kecil
tidak bisa menguasai manusia ? Barangkali itulah yang dipikirkan oleh nyamuk,
ya€ ¢â' ¦hehehe€ ¢â' ¦

Manusia tentu tidak
mau dikalahkan begitu saja oleh nyamuk.

Agar manusia tidak
terganggu oleh nyamuk, maka sejak dahulu kita selalu berusaha untuk membasmi
nyamuk apa pun caranya. Mulai dari cara tradisional, dengan membakar kayu atau
daun-daun sehingga timbul asap yang tidak disukai nyamuk. Hingga menciptakan
berbagai obat anti nyamuk dan pembasmi nyamuk.

Jenis obat anti
nyamuk ini juga beragam. Ada yang berupa cairan yang disemprotkan, ada juga
berupa zat padat yang dibakar, atau berupa cairan yang dioleskan ke permukaan
kulit.

Lucunya€ ¢â' ¦nah, ini dia,
karena kita di Indonesia ini suka bahasa yang ringkas dan praktis, obat anti
nyamuk ini sering salah kaprah disebut menjadi obat nyamuk. Bayangkan anti
nyamuk, yang artinya untuk menghindarkan kita dari nyamuk berubah menjadi obat
nyamuk. Tentu si Nyamuk senang sekali, karena dia diberi obat untuk mengobati
dan menguatkannya€ ¢â' ¦hahaha€ ¢â' ¦ pantesan saja dari dulu sampai sekarang kita tidak
pernah menang melawan nyamuk !

€ ¢â'¹¥

Ngomong-ngomong soal
obat nyamuk yang salah kaprah itu, saya jadi berpikir. Hanya untuk membasmi
seekor mahluk kecil yang sekali tepuk bisa langsung gepeng, kita membutuhkan
upaya dan daya yang sangat besar. Sebut saja obat nyamuk bakar. Ini obat nyamuk
yang sudah kita kenal sejak berpuluh tahun lalu. Bahan baku obat nyamuk bakar,
mulai dari yang sederhana mirip dengan adonan bubuk kayu berwarna coklat hingga
yang kemudian yang berwarna hijau. Dibentuk seperti ular melingkar, obat nyamuk
bakar ini cukup praktis. Tinggal dibakar, maka asapnya akan mengusir nyamuk
agar enggan mendekat. Namun belakangan obat nyamuk bakar ini kurang disukai,
karena membuat pernapasan menjadi tidak nyaman.

Kemudian muncul obat
nyamuk cair yang disemprot dengan alat penyemprot khusus . Konon dulu kandungan
obat nyamuk semprot mengandung DDT atau endrin, racun yang sangat berbahaya
bagi manusia. Lalu dicari bahan kimia yang dianggap aman bagi manusia, tapi
ampuh untuk mengusir dan membasmi kawanan nyamuk. Sayangnya, penyalahgunaan
penggunaan obat nyamuk cair ini sering terjadi. Bukannya digunakan untuk
membasmi nyamuk, eeeeh€ ¢â' ¦banyak orang yang putus asa menggunakan cairan obat
nyamuk ini untuk menghabiskan nyawa sendiri€ ¢â' ¦hiiiks€ ¢â' ¦Sementara itu sang nyamuk
hanya bisa terheran-heran melihat kenekadan dan perilaku manusia yang salah
kaprah tadi.

Kembali kepada Sang
Nyamuk dan obatnya. Melihat nyamuk yang beterbangan kian kemari dengan
riangnya, saya termenung.

Mahluk kecil yang
tidak berdaya itu sungguh luar biasa. Dia hanya sekedar mengikuti naluri dan
menggigit manusia untuk kelangsungan hidupnya, tetapi akibatnya banyak manusia
menjadi sakit bahkan meninggal akibat penyakit yang ditimbulkannya. Lalu bangsa
manusia pun bangkit, dan menyatakan perang dengan nyamuk. Dengan daya pikirnya
manusia menciptakan berbagai obat anti nyamuk yang menjadi obat nyamuk.

Berpuluh bahkan
beratus tahun kehidupan manusia berdampingan dengan nyamuk sekaligus
memusuhinya. Berbagai daya dan akal manusia digunakan untuk membasmi,
memusnahkan dan menyingkirkan nyamuk dari kehidupannya. Hingga sejauh ini kita
belum berhasil.

Barangkali kita harus
berpikir, lebih jauh dari sekedar memusuhi dan membasmi nyamuk. Barangkali kita
harus benar-benar membuat nyamuk menjadi sahabat manusia, dan membuat obat
nyamuk€ ¢â' ¦yang artinya obat yang terbuat dari nyamuk€ ¢â' ¦hehehehe€ ¢â' ¦Siapa tahu, ada obat
di dalam tubuh nyamuk yang dapat menjadi obat bagi manusia€ ¢â' ¦???

Semoga saja€ ¢â' ¦kita
dapat berpikir melebihi kemampuan nyamuk€ ¢â' ¦J
€ ¢Â 
Jakarta,€ ¢Â  5 Desember 2011
€ ¢Â 
Salam hangat,
€ ¢Â 
Ietje
S. Guntur
€ ¢Â 
Special note :
Terima
kasih kepada Pangeran Remote Control dan Pa tercinta yang suka banget berburu
nyamuk setiap senja hari€ ¢â' ¦Kenapa ya, para bapak seperti mendapat kenikmatan dari
berburu nyamuk ini ? hehehe€ ¢â' ¦Cuma Tanya € ¢â' ¦!! Thanks untuk inspirasinya, yaaaa€ ¢â' ¦.
€ ¢Â 
€ ¢â'¹¥â'¹¥
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Yahoo! Groups

Do More For Dogs Group

Join a group of dog owners

who do more.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: