Kamis, 05 April 2012

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3580

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1a.

[catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun

Posted by: "Siu Elha" siuelha@yahoo.com   siuhik

Thu Apr 5, 2012 12:21 am (PDT)



Lama ndak sambang rumah ini, semoga masih ada yang suka nongkrong disini, apa kabar semuanya?

***

Pernahkan panjenengan menyadari
bahwa Tuhan menciptakan tiga keadaan kepada kita?

Kondisi nol kilometer saat kita
mentok. Mentok dengan segala keadaan, dan kita menjadi nothing. Pernah berada
dalam kondisi tersebut? Bersyukurlah. Kabar baiknya ketika panjenengan kepentok
maka sejatinya itu adalah alat Tuhan untuk memantulkan nasib kita. Hukumnya,
semakin keras kita kepentok, maka seharusnya kita akan memantul lebih tinggi.

Bersyukurlah Tuhan menyempatkan
kita untuk melalui proses kehidupan di nol kilometer. Jangan sedih, bahkan
seharusnya panjenengan harus sedikit kegeeran. Karena saat itulah Tuhan tengah
merengkuh kita. Jangan berputus dengan rahmatNya, Tuhan tak pernah ingkar
dengan janjiNya. Hanya kadang ambang kesabaran kita mengacaukan gelombang
keikhlasan ini. Bersabarlah, sesungguhnya sholat dan sabar adalah penolongmu.

Mengawang. Ini adalah comfort
zone, zona nyaman. Panjenengan pernah mengalaminya?. Dimana sejauh mata
memandang everything is OK! Lahir batin panjenengan terasa nyaman, bahagia,
tenteram sentosa. Dan panjenengan sangat menikmatinya. Kabar baik –ato
buruk-nya adalah karena zona ini memang bagai dua sisi mata uang.

Ketika seseorang sedang berada
dalam level zona ini, berhati-hatilah. Karena bisa jadi level mengawang ini
akan membawa panjenengan terjun bebas kembali mentok ke nol kilometer, atau
justru membuat pantulan menjadi semakin melambung. Tergantung visi mana yang
penjenengan fokuskan. Terus bergerak maju, menjadi cahaya, atau terus meredup
menjadi gerhana.

Puncak. Ini bagian ketiga yang
membuat panjenengan berada dalam level paling atas. Level yang menjadi
idam-idaman setiap manusia. Tanpa menjadi tujuan, surga sudah dalam genggaman.
Segala kenikmatan lahir batin berada dalam rengkuhan. Dan kabar buruknya,
karena ini adalah kurva tertinggi, sesuai sunnatullah maka ia akan menurun.
Roda kehidupan akan berputar. Fokus, visi, niat panjenengan dalam kehidupan
akan lebih teruji di level ini.

Ketika kita lengah dengan semua yang
serba gemerlap, menyilaukan, suka cita, dan anugerah kehidupan ini, maka
sejatinya tunggulah saat meredupnya kehidupan.  Kembali ke titik nol.

Atau barangkali panjenengan
memilih opsi ini?, ketika berada di puncak, maka jangan berdiam diri,
berayunlah. 
Dengan berayun maka kita tak pernah lagi kembali di level terendah,
karena sesekali kita memposisikan diri kita diri di titik rendah walopun bukan
terendah. 

Esensinya beda, ketika kita dipaksa untuk turun atau kita membiasakan
diri untuk turun. Turun artinya panjenengan menurunkan dengan kesadaran
sendiri, dengan segala ketulusan yang penuh, untuk membagi puncak kebahagiaan,
berbagi kenikmatan.

Bukankah puncak kebahagiaan
adalah dengan membaginya?
 
Sugeng Sianggg….
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik
1b.

Re: [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun

Posted by: "suhadi hadi" abinyajundi@yahoo.com   abinyajundi

Thu Apr 5, 2012 12:39 am (PDT)



wah..abis diskusi kemarin, kebayar juga deh utangnya mbak buat ngeluarin tulisan
mantab jali..semantab somaynya kayaknya hehehe
rgds
shd

________________________________
From: Siu Elha <siuelha@yahoo.com>
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, April 5, 2012 2:21 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
Lama ndak sambang rumah ini, semoga masih ada yang suka nongkrong disini, apa kabar semuanya?

***

Pernahkan panjenengan menyadari
bahwa Tuhan menciptakan tiga keadaan kepada kita?

Kondisi nol kilometer saat kita
mentok. Mentok dengan segala keadaan, dan kita menjadi nothing. Pernah berada
dalam kondisi tersebut? Bersyukurlah. Kabar baiknya ketika panjenengan kepentok
maka sejatinya itu adalah alat Tuhan untuk memantulkan nasib kita. Hukumnya,
semakin keras kita kepentok, maka seharusnya kita akan memantul lebih tinggi.

Bersyukurlah Tuhan menyempatkan
kita untuk melalui proses kehidupan di nol kilometer. Jangan sedih, bahkan
seharusnya panjenengan harus sedikit kegeeran. Karena saat itulah Tuhan tengah
merengkuh kita. Jangan berputus dengan rahmatNya, Tuhan tak pernah ingkar
dengan janjiNya. Hanya kadang ambang kesabaran kita mengacaukan gelombang
keikhlasan ini. Bersabarlah, sesungguhnya sholat dan sabar adalah penolongmu.

Mengawang. Ini adalah comfort
zone, zona nyaman. Panjenengan pernah mengalaminya?. Dimana sejauh mata
memandang everything is OK! Lahir batin panjenengan terasa nyaman, bahagia,
tenteram sentosa. Dan panjenengan sangat menikmatinya. Kabar baik –ato
buruk-nya adalah karena zona ini memang bagai dua sisi mata uang.

Ketika seseorang sedang berada
dalam level zona ini, berhati-hatilah. Karena bisa jadi level mengawang ini
akan membawa panjenengan terjun bebas kembali mentok ke nol kilometer, atau
justru membuat pantulan menjadi semakin melambung. Tergantung visi mana yang
penjenengan fokuskan. Terus bergerak maju, menjadi cahaya, atau terus meredup
menjadi gerhana.

Puncak. Ini bagian ketiga yang
membuat panjenengan berada dalam level paling atas. Level yang menjadi
idam-idaman setiap manusia. Tanpa menjadi tujuan, surga sudah dalam genggaman.
Segala kenikmatan lahir batin berada dalam rengkuhan. Dan kabar buruknya,
karena ini adalah kurva tertinggi, sesuai sunnatullah maka ia akan menurun.
Roda kehidupan akan berputar. Fokus, visi, niat panjenengan dalam kehidupan
akan lebih teruji di level ini.

Ketika kita lengah dengan semua yang
serba gemerlap, menyilaukan, suka cita, dan anugerah kehidupan ini, maka
sejatinya tunggulah saat meredupnya kehidupan.  Kembali ke titik nol.

Atau barangkali panjenengan
memilih opsi ini?, ketika berada di puncak, maka jangan berdiam diri,
berayunlah. 
Dengan berayun maka kita tak pernah lagi kembali di level terendah,
karena sesekali kita memposisikan diri kita diri di titik rendah walopun bukan
terendah. 

Esensinya beda, ketika kita dipaksa untuk turun atau kita membiasakan
diri untuk turun. Turun artinya panjenengan menurunkan dengan kesadaran
sendiri, dengan segala ketulusan yang penuh, untuk membagi puncak kebahagiaan,
berbagi kenikmatan.

Bukankah puncak kebahagiaan
adalah dengan membaginya?
 
Sugeng Sianggg….
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik
1c.

Bls: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun

Posted by: "Teha Sugiyo" kembangpring049@yahoo.co.id   kembangpring049

Thu Apr 5, 2012 12:46 am (PDT)



wiiiih mbak siswi dah pulang ke kandang oi.... semakin berbobot semakin berisi.... sugeng siang mbakyu. mugi panjenangipun sageda dalam kondisi puncak terus menerus.
sutardji pernah bilang, "saya sudah sampai puncak gunung dan akan terbang lagi....". dalam dunia bisnis kita kenal istilah plc - product life cycle, siklus kehidupan suatu produk, ketika sudah sampai puncak bakal menurun. benar kata mbakyu siwi, sebelum menggelontor turun, sebaiknya kita terus berusaha untuk tidak turun tetapi mencari alternatif baru sehingga kita tidak pernah turun, tetapi terus naik, naik, naik ke puncak, dan ke puncak yang lain. sehingga kita terus bertualang dari puncak yang satu ke puncak yang lain.... bagaimana  caranya? sumangga kersaaaa mbakyu..... huhuhu... sukses selalu...

________________________________
Dari: Siu Elha <siuelha@yahoo.com>
Kepada: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Dikirim: Kamis, 5 April 2012 14:21
Judul: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
Lama ndak sambang rumah ini, semoga masih ada yang suka nongkrong disini, apa kabar semuanya?

***

Pernahkan panjenengan menyadari
bahwa Tuhan menciptakan tiga keadaan kepada kita?

Kondisi nol kilometer saat kita
mentok. Mentok dengan segala keadaan, dan kita menjadi nothing. Pernah berada
dalam kondisi tersebut? Bersyukurlah. Kabar baiknya ketika panjenengan kepentok
maka sejatinya itu adalah alat Tuhan untuk memantulkan nasib kita. Hukumnya,
semakin keras kita kepentok, maka seharusnya kita akan memantul lebih tinggi.

Bersyukurlah Tuhan menyempatkan
kita untuk melalui proses kehidupan di nol kilometer. Jangan sedih, bahkan
seharusnya panjenengan harus sedikit kegeeran. Karena saat itulah Tuhan tengah
merengkuh kita. Jangan berputus dengan rahmatNya, Tuhan tak pernah ingkar
dengan janjiNya. Hanya kadang ambang kesabaran kita mengacaukan gelombang
keikhlasan ini. Bersabarlah, sesungguhnya sholat dan sabar adalah penolongmu.

Mengawang. Ini adalah comfort
zone, zona nyaman. Panjenengan pernah mengalaminya?. Dimana sejauh mata
memandang everything is OK! Lahir batin panjenengan terasa nyaman, bahagia,
tenteram sentosa. Dan panjenengan sangat menikmatinya. Kabar baik –ato
buruk-nya adalah karena zona ini memang bagai dua sisi mata uang.

Ketika seseorang sedang berada
dalam level zona ini, berhati-hatilah. Karena bisa jadi level mengawang ini
akan membawa panjenengan terjun bebas kembali mentok ke nol kilometer, atau
justru membuat pantulan menjadi semakin melambung. Tergantung visi mana yang
penjenengan fokuskan. Terus bergerak maju, menjadi cahaya, atau terus meredup
menjadi gerhana.

Puncak. Ini bagian ketiga yang
membuat panjenengan berada dalam level paling atas. Level yang menjadi
idam-idaman setiap manusia. Tanpa menjadi tujuan, surga sudah dalam genggaman.
Segala kenikmatan lahir batin berada dalam rengkuhan. Dan kabar buruknya,
karena ini adalah kurva tertinggi, sesuai sunnatullah maka ia akan menurun.
Roda kehidupan akan berputar. Fokus, visi, niat panjenengan dalam kehidupan
akan lebih teruji di level ini.

Ketika kita lengah dengan semua yang
serba gemerlap, menyilaukan, suka cita, dan anugerah kehidupan ini, maka
sejatinya tunggulah saat meredupnya kehidupan.  Kembali ke titik nol.

Atau barangkali panjenengan
memilih opsi ini?, ketika berada di puncak, maka jangan berdiam diri,
berayunlah. 
Dengan berayun maka kita tak pernah lagi kembali di level terendah,
karena sesekali kita memposisikan diri kita diri di titik rendah walopun bukan
terendah. 

Esensinya beda, ketika kita dipaksa untuk turun atau kita membiasakan
diri untuk turun. Turun artinya panjenengan menurunkan dengan kesadaran
sendiri, dengan segala ketulusan yang penuh, untuk membagi puncak kebahagiaan,
berbagi kenikmatan.

Bukankah puncak kebahagiaan
adalah dengan membaginya?
 
Sugeng Sianggg….
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik
1d.

Re: [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun

Posted by: "Siu Elha" siuelha@yahoo.com   siuhik

Thu Apr 5, 2012 12:47 am (PDT)



halahhhh.....

tapi emang rumah ini perlu 'diruwat' biar rame lagi... :D

hush jangan ngomong siomay disini, bs dibanned sm momod...heheheh
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik

________________________________
From: suhadi hadi <abinyajundi@yahoo.com>
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, April 5, 2012 2:39 PM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
wah..abis diskusi kemarin, kebayar juga deh utangnya mbak buat ngeluarin tulisan
mantab jali..semantab somaynya kayaknya hehehe
rgds
shd

________________________________
From: Siu Elha <siuelha@yahoo.com>
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, April 5, 2012 2:21 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
Lama ndak sambang rumah ini, semoga masih ada yang suka nongkrong disini, apa kabar semuanya?

***

Pernahkan panjenengan menyadari
bahwa Tuhan menciptakan tiga keadaan kepada kita?

Kondisi nol kilometer saat kita
mentok. Mentok dengan segala keadaan, dan kita menjadi nothing. Pernah berada
dalam kondisi tersebut? Bersyukurlah. Kabar baiknya ketika panjenengan kepentok
maka sejatinya itu adalah alat Tuhan untuk memantulkan nasib kita. Hukumnya,
semakin keras kita kepentok, maka seharusnya kita akan memantul lebih tinggi.

Bersyukurlah Tuhan menyempatkan
kita untuk melalui proses kehidupan di nol kilometer. Jangan sedih, bahkan
seharusnya panjenengan harus sedikit kegeeran. Karena saat itulah Tuhan tengah
merengkuh kita. Jangan berputus dengan rahmatNya, Tuhan tak pernah ingkar
dengan janjiNya. Hanya kadang ambang kesabaran kita mengacaukan gelombang
keikhlasan ini. Bersabarlah, sesungguhnya sholat dan sabar adalah penolongmu.

Mengawang. Ini adalah comfort
zone, zona nyaman. Panjenengan pernah mengalaminya?. Dimana sejauh mata
memandang everything is OK! Lahir batin panjenengan terasa nyaman, bahagia,
tenteram sentosa. Dan panjenengan sangat menikmatinya. Kabar baik –ato
buruk-nya adalah karena zona ini memang bagai dua sisi mata uang.

Ketika seseorang sedang berada
dalam level zona ini, berhati-hatilah. Karena bisa jadi level mengawang ini
akan membawa panjenengan terjun bebas kembali mentok ke nol kilometer, atau
justru membuat pantulan menjadi semakin melambung. Tergantung visi mana yang
penjenengan fokuskan. Terus bergerak maju, menjadi cahaya, atau terus meredup
menjadi gerhana.

Puncak. Ini bagian ketiga yang
membuat panjenengan berada dalam level paling atas. Level yang menjadi
idam-idaman setiap manusia. Tanpa menjadi tujuan, surga sudah dalam genggaman.
Segala kenikmatan lahir batin berada dalam rengkuhan. Dan kabar buruknya,
karena ini adalah kurva tertinggi, sesuai sunnatullah maka ia akan menurun.
Roda kehidupan akan berputar. Fokus, visi, niat panjenengan dalam kehidupan
akan lebih teruji di level ini.

Ketika kita lengah dengan semua yang
serba gemerlap, menyilaukan, suka cita, dan anugerah kehidupan ini, maka
sejatinya tunggulah saat meredupnya kehidupan.  Kembali ke titik nol.

Atau barangkali panjenengan
memilih opsi ini?, ketika berada di puncak, maka jangan berdiam diri,
berayunlah. 
Dengan berayun maka kita tak pernah lagi kembali di level terendah,
karena sesekali kita memposisikan diri kita diri di titik rendah walopun bukan
terendah. 

Esensinya beda, ketika kita dipaksa untuk turun atau kita membiasakan
diri untuk turun. Turun artinya panjenengan menurunkan dengan kesadaran
sendiri, dengan segala ketulusan yang penuh, untuk membagi puncak kebahagiaan,
berbagi kenikmatan.

Bukankah puncak kebahagiaan
adalah dengan membaginya?
 
Sugeng Sianggg….
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik

1e.

Re: Bls: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan menga

Posted by: "Siu Elha" siuelha@yahoo.com   siuhik

Thu Apr 5, 2012 1:00 am (PDT)



waduh sekalinya nulis langsung dikomen sesepuh gini, saya langsung 'panas' hehehe...

menjadi hal baru buat saya Pak Teha, bahwa :

'sebelum menggelontor turun, sebaiknya kita terus berusaha untuk tidak turun tetapi mencari alternatif baru sehingga kita tidak pernah turun, tetapi terus naik, naik, naik ke puncak, dan ke puncak yang lain. sehingga kita terus bertualang dari puncak yang satu ke puncak yang lain....'

sungguh saya sukaaa sekali dengan komen itu...
menjura dalam-dalam untuk Pak Teha....

Aminnn untuk do'anya...

 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com (diary saya)
www. wedangpokak.wordpress (bakulan saya)
id ym siuhik

________________________________
From: Teha Sugiyo <kembangpring049@yahoo.co.id>
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Thursday, April 5, 2012 2:46 PM
Subject: Bls: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
wiiiih mbak siswi dah pulang ke kandang oi.... semakin berbobot semakin berisi.... sugeng siang mbakyu. mugi panjenangipun sageda dalam kondisi puncak terus menerus.
sutardji pernah bilang, "saya sudah sampai puncak gunung dan akan terbang lagi....". dalam dunia bisnis kita kenal istilah plc - product life cycle, siklus kehidupan suatu produk, ketika sudah sampai puncak bakal menurun. benar kata mbakyu siwi, sebelum menggelontor turun, sebaiknya kita terus berusaha untuk tidak turun tetapi mencari alternatif baru sehingga kita tidak pernah turun, tetapi terus naik, naik, naik ke puncak, dan ke puncak yang lain. sehingga kita terus bertualang dari puncak yang satu ke puncak yang lain.... bagaimana  caranya? sumangga kersaaaa mbakyu..... huhuhu... sukses selalu...

________________________________
Dari: Siu Elha <siuelha@yahoo.com>
Kepada: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Dikirim: Kamis, 5 April 2012 14:21
Judul: [sekolah-kehidupan] [catcil] Memantul, mengawang, dan mengayun


 
Lama ndak sambang rumah ini, semoga masih ada yang suka nongkrong disini, apa kabar semuanya?

***

Pernahkan panjenengan menyadari
bahwa Tuhan menciptakan tiga keadaan kepada kita?

Kondisi nol kilometer saat kita
mentok. Mentok dengan segala keadaan, dan kita menjadi nothing. Pernah berada
dalam kondisi tersebut? Bersyukurlah. Kabar baiknya ketika panjenengan kepentok
maka sejatinya itu adalah alat Tuhan untuk memantulkan nasib kita. Hukumnya,
semakin keras kita kepentok, maka seharusnya kita akan memantul lebih tinggi.

Bersyukurlah Tuhan menyempatkan
kita untuk melalui proses kehidupan di nol kilometer. Jangan sedih, bahkan
seharusnya panjenengan harus sedikit kegeeran. Karena saat itulah Tuhan tengah
merengkuh kita. Jangan berputus dengan rahmatNya, Tuhan tak pernah ingkar
dengan janjiNya. Hanya kadang ambang kesabaran kita mengacaukan gelombang
keikhlasan ini. Bersabarlah, sesungguhnya sholat dan sabar adalah penolongmu.

Mengawang. Ini adalah comfort
zone, zona nyaman. Panjenengan pernah mengalaminya?. Dimana sejauh mata
memandang everything is OK! Lahir batin panjenengan terasa nyaman, bahagia,
tenteram sentosa. Dan panjenengan sangat menikmatinya. Kabar baik –ato
buruk-nya adalah karena zona ini memang bagai dua sisi mata uang.

Ketika seseorang sedang berada
dalam level zona ini, berhati-hatilah. Karena bisa jadi level mengawang ini
akan membawa panjenengan terjun bebas kembali mentok ke nol kilometer, atau
justru membuat pantulan menjadi semakin melambung. Tergantung visi mana yang
penjenengan fokuskan. Terus bergerak maju, menjadi cahaya, atau terus meredup
menjadi gerhana.

Puncak. Ini bagian ketiga yang
membuat panjenengan berada dalam level paling atas. Level yang menjadi
idam-idaman setiap manusia. Tanpa menjadi tujuan, surga sudah dalam genggaman.
Segala kenikmatan lahir batin berada dalam rengkuhan. Dan kabar buruknya,
karena ini adalah kurva tertinggi, sesuai sunnatullah maka ia akan menurun.
Roda kehidupan akan berputar. Fokus, visi, niat panjenengan dalam kehidupan
akan lebih teruji di level ini.

Ketika kita lengah dengan semua yang
serba gemerlap, menyilaukan, suka cita, dan anugerah kehidupan ini, maka
sejatinya tunggulah saat meredupnya kehidupan.  Kembali ke titik nol.

Atau barangkali panjenengan
memilih opsi ini?, ketika berada di puncak, maka jangan berdiam diri,
berayunlah. 
Dengan berayun maka kita tak pernah lagi kembali di level terendah,
karena sesekali kita memposisikan diri kita diri di titik rendah walopun bukan
terendah. 

Esensinya beda, ketika kita dipaksa untuk turun atau kita membiasakan
diri untuk turun. Turun artinya panjenengan menurunkan dengan kesadaran
sendiri, dengan segala ketulusan yang penuh, untuk membagi puncak kebahagiaan,
berbagi kenikmatan.

Bukankah puncak kebahagiaan
adalah dengan membaginya?
 
Sugeng Sianggg….
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik

2a.

Re: Bagaimana Cara Unsubscribe

Posted by: "Siu Elha" siuelha@yahoo.com   siuhik

Thu Apr 5, 2012 12:49 am (PDT)



duh sedih juga kl mbak jenny unsubscribe...:(
semoga sukses selalu mbak....:)
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com 
id ym siuhik

________________________________



 
Dear All,

Saya sudah berkali2 mencoba unsub, tapi selalu gagal. Mohon bantuannya, gimana cara unsub dari milis ini. Barangkali moderator bisa bantu?

Thanks.

- JJ -
3a.

Re: (unknown)

Posted by: "Siu Elha" siuelha@yahoo.com   siuhik

Thu Apr 5, 2012 12:52 am (PDT)



ini curcol nya Emak2 banget, Bunda....
tapi begitulah pasti banyak yang mengalaminya....
termasuk saya, pontang-panting dengan asisten Rumah tangga
alhamdulillah sekarang anak2 sudah mulai besar jadi mulai dididik mandiri
semoga bisa segera belajar...

salam Bunda Icha...:)
 
Siwi LH
Salam Hebat Penuh Berkah
www. cahayabintang.wordpress.com
id ym siuhik

________________________________
From: Elisa Koraag <elisa201165@yahoo.com>
To: vanenbas <vanenbas@bundagaul.multiply.com>; pengembangan-kepribadian@yahoogroups.com; Sekolah Kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, March 28, 2012 9:19 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (unknown)


 
SUKA DUKA PUNYA ASISTEN RUMAH TANGGA
 
Saat ini saya tidak mempunyai asisten rumah tangga alias
pembantu. Sebelumnya kalau di total-total, saya pernah mempunya  6 pembantu silih berganti dengan rentang usia
antara 16 th sd 42 th. Saya memutuskan menggunakan jasa asisten RT setelah
melahirkan anak ke-2. Saat cuti melahirkan anak kedua selesai, sulung saya
sudah berusia 3 tahun dan anak kedua berusia 3 bulan, saya memerlukan asisten
RT.
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: