Jumat, 27 April 2012

[daarut-tauhiid] Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah Ketaatan (oleh Ihsan Tandjung)

Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah Ketaatan

Oleh Ihsan Tandjung



Kitab Suci Al-Qur'an seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan
para penghuni Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan
dengan urusan "ketaatan". Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah
mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah penuh
penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati Allah dan
RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan kepatuhan
kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan atasan
mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus.
Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan
agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali lipat
daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya
mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan
yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan
demikian. *Na'udzubillahi min dzaalika..! *



*Yawma tuqallabu wujuuhum fi'nnaari yaquuluuna yaalaytanaa 'atha'na 'llaaha
wa 'atha'na' rasuulaa. Wa qaaluu' rabbanaa 'innaa 'atha'naa saadatanaa wa
kubaraa'anaa fa'adhalluuna' 'ssabiilaa. Rabbanaa 'aatihim dhi'fayni mina 'l
'adzaabi wa 'l 'anhumla'nan' kabiiran'*

"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at
(pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada
mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS
Al-Ahzab ayat 66-68)



Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan.
Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama
dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar ternyata telah
ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi pembenci dan
pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat
menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar.
Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar
itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang
mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.



Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah
dan RasulNya serta "ulil amri minkum" (para pemimpin di antara orang-orang
beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria "ulil amri minkum" yang
sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi
perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur'an) dan RasulNya
(As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan
memutuskan
segenap perkara.



"Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS
An-Nisaa ayat 59)



Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin,
namun pemimpin yang seperti apa?



Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak
pernah menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk
menyelesaikan berbagai problema yang muncul?



Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan manusia, bikinan para
legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah dan
RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan
mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak
akan menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik
menyerang dan memohon kepada Allah agar para *ulil amri* gadungan tersebut
diazab dan dikutuk...!







Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama
sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada
saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para
pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di Padang
Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar,
namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para
pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat
petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun
tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin.
Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama
saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang
sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam
derita Neraka.



"Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke
hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang
yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka
dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit
saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami,
niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah
kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat
untuk melarikan diri". (QS Ibrahim ayat 21)





Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini
adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri
dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal
dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka
pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada para pemimpin sesat
tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.



*Wa mina 'nnaasi man yyattakhidzu min duuni 'llaahi 'andaadan
yyuhibbuunahum ka hubbi 'llaahi. Wa 'lladziina 'aamanuu 'asyaddu hubban'
lli'llaahi. Wa law yara 'lladziina zhalamuu' 'idz yarawna 'l'adzaaba 'anna
'lquwwata lillaahi jamii'an wwa 'anna 'llaaha syadiidu 'l'adzaabi.*

*'idz tabarra'a lladziina 'ttubi'uu' mina 'lladziina 'ttaba'uu' wa ra'awu'
'l'adzaaba wa taqaththa'at bihimu 'l 'asbaabu.*

*Wa qaala 'lladziina 'ttaba'uu' law 'anna lanaa karratan fanatabarra'a
minhum kamaa tabarra 'uu' minna. Kadzaalika yuriihimu 'llaahu 'a'maalahum
hasaraatin 'alayhim. Wa maa hum bikhaarijiina mina'nnaari.*

"Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang
yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan
antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang
mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami."
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api
neraka." (QS Al-Baqarah ayat 165-167)



Kamis, 15/10/2009 11:43 WIB





http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/penyesalan-ahli-neraka-karena-masalah-ketaatan.htm



10/25/2009 2:59 PM


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: