Senin, 22 Desember 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2428

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap From: ukhti hazimah
1b.
Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap From: Rini Agus Hadiyono
2a.
Bls: [sekolah-kehidupan] [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Postin From: bujang kumbang
3a.
Bls: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang From: bujang kumbang
3b.
Re: Bls: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami From: Nia Robie'
4a.
Re: [Rauang Lobby] Salam Kenal From: ukhti hazimah
5a.
Re: Mama, lihat aku! From: yanihakim
5b.
Re: Mama, lihat aku! From: yanihakim
6a.
Re: [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Posting From: ukhti hazimah
7a.
Re: [Proyek Laskar Pelangi] Ide Novel! (Achi TM) From: sismanto
7b.
Re: [Proyek Laskar Pelangi] Ide Novel! (Achi TM) From: Nia Robie'
8.
(Catcil) Konferensi Segi Tiga  Jilid II From: sismanto
9.
Bumi LASKAR PELANGI From: teddy bear
10a.
[Ruang Baca]Daripada Bete, Nulis Aja! From: Rini Nurul Badariah
10b.
Re: [Ruang Baca]Daripada Bete, Nulis Aja! From: Bu CaturCatriks
11a.
(bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi From: Bu CaturCatriks
11b.
Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi From: Siwi LH
11c.
Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi From: Bu CaturCatriks
12.
Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ? From: asma_h_1999
13a.
[Catcil] Tentang Ibu From: Kang Dani
13b.
Re: [Catcil] Tentang Ibu From: Bu CaturCatriks
14.
UDA PALRIS (CATATAN KAKI) From: arya noor amarsyah arya
15.
BELAJAR MENULIS DARI PENULIS (CATATAN KAKI) From: arya noor amarsyah arya
16a.
[Etalase] Lomba Menulis "The Amazing of Moms" From: fitria chakrawati
17.
SELAMAT  HARI  IBU From: eretnoni

Messages

1a.

Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Dec 21, 2008 5:31 am (PST)

weeeiiitss...keren neh bisa nelorin cerpen. Top..teroptop ^_^d

Sedikit masukan ya neng, menurutku cerita dikau kurang terasa bahasa anak-anaknya, walaupun tokoh yang diambil adalah anak-anak. Ambil di paragraf pembuka:

"Angin
sejuk menerpa wajah Belinda yang cantik. Desau dedaunan yang ditiup
angin begitu indah terdengar, rumput pun ikut merasakan kebahagiaan di
sore yang begitu indah itu. Sore itu di sebuah pekarangan rumah Sahara,
penuh tawa."

Begitu aku membaca awal cerpenmu [kata-kata yang kasih huruf tebal] kerasa banget bahasa orang dewasanya yang seringkali 'berbunga-bunga' sedangkan menurut aku pribadi, anak-anak lebih suka bahasa yang lugas dan mudah diterima.

Sedikit referensi bacaan
- Buku Astrid Lindgren [exp: Madicken, cerita-cerita di Bullerbyn, dkk]
- Ma..Dongengin Aku Yuk! : Farida Nur'aini
- Majalah Anak-anak
- banyak lagi sih, cuman pengetahuanku aja yang terbatas

Eniwei, maap..maap...klo sok teur, coz aku sendiri juga blum nelorin cerpen anak. Itu tadi sekedar masukan yang mungkin bisa salah ^_^v Mungkin Mbak Ichen bisa membagi keahliannya disini. Mbak Icheeeeeeeeeeeeeen!!! :D

Semangat ya neng ^_^

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
YM : SINTHIONK

________________________________
From: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>; wordsmartcentre@yahoogroups.com; rumbelkita@yahoogroups.com
Sent: Sunday, December 21, 2008 3:11:58 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap semangat!!!}

Tolong kasih masukan yak:) sebenernya ini cerpen anak islam yang aku
pernah ikut sertakan dalam lomba namun sepertinya gagal:( tapi tak
papalah sekedar berbagi.. terinspirasi dari hubungan kakak adik yang
aku jalani.. sempet termehek2 saat zaman kuliah dulu ketika menyadari
rumah sepi karena seseorang yang aku anggap 'pengacau' harus dirawat di
rumah sakit akibat dua ruas tulang belakangnya harus diangkat..

Si Pengadu
Oleh : Nia Robie'

1b.

Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Sun Dec 21, 2008 6:33 am (PST)

Dear Nia,
aku beda pendapat sama Sinta. Sedikit..
Menurutku anak sekarang udah cukup cerdas untuk menyerap gaya bahasa
yang berkembang pesat. Kalimat-kalimat ini mengingatkanku pada kumcer
Pak Soekanto SA. Nia pernah baca? kalau belum, coba cari ya..

Paling, tinggal dipotong sedikit..supaya kalimatnya tidak terlalu
panjang saja. Panjang naskah sudah memadai menurutku.. cukuplah untuk
anak kelas 3 SD-an.

Terus menulis ya Nia..aku pun belum pernah menang lomba cernak
lho..kita senasib. Tapi aku yakin Nia tak patah semangat.

maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan ya,

salam,
Rinurbad

2a.

Bls: [sekolah-kehidupan] [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Postin

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sun Dec 21, 2008 6:01 am (PST)

deu...deu...kumaha atuh....kok ganti melulu....
jadi liyer neh akang....hehehe
untung bukan ganti calon istri huwakakakak
sukses selalu deh, okay?
wassalam

--- Pada Ming, 21/12/08, Humas Sekolahkehidupan <humas.sekolahkehidupan@yahoo.com> menulis:
Dari: Humas Sekolahkehidupan <humas.sekolahkehidupan@yahoo.com>
Topik: [sekolah-kehidupan] [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Posting
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 21 Desember, 2008, 10:39 AM

Milis
Sekolah Kehidupan yang berlandaskan prinsip "Comfort,
Fun, And Welfare Home", memiliki banyak ruang kelas sebagai tempat belajarnya,
maka diputuskan bahwa semua email yang dikirim ke milis
ini harus mencantumkan label/istilah
dalam subjek email, sesuai dengan panduan di bawah ini.

Penggantian label/istilah ini akan disosialisasikan selama satu bulan penuh ke
milis ini sehingga semua sahabat sudah terbiasa menggunakan istilah dalam
subjek emailnya.

Bagi sahabat yang tidak menggunakan label/istilah dalam subjek
emailnya akan dimoderasi, supaya moderator bisa membantu mencantumkan label/istilah
sebelum meneruskannya ke milis. Jika ada pertanyaan tentang penggunaan label/istilah
ini, sila kirim email ke moderator.

Penggantian Istilah Judul Posting

Istilah "Daftar
Kelas" menjadi "Jadwal
Mata Pelajaran Seminggu"Istilah "Resensi
Buku" menjadi "Ruang
Baca"Istilah "Resensi
Film" menjadi " " atau
"Bioskop"Istilah "Inspirasi
dan Motivasi" menjadi "Inspirasi"
dan  atau "Motivasi"Istilah "Wanita,
Keluarga dan Rumahtangga" menjadi "Ruang Keluarga"Istilah "Pendidikan
dan Anak" menjadi "TeKa"Istilah "Diary"
menjadi "Catcil"Istilah "Puisi"
menjadi "Rampai"Istilah "Diary
Pekerja" menjadi "Ruang
Kantor"Istilah "Penyejuk
Iman" menjadi "Mimbar"
Istilah "Sastra dan
Seni" menjadi "
Bahasa" Istilah apapun yang tak
terdefinisi: "Catatan
Kaki"Istilah donasi buku
menjadi "Perpustakaan"
Istilah
"Wirausaha" menjadi "Garasi"Istilah iuran SK menjadi "Tabungan"Istilah "Humor" menjadi "Canda"

Istilah Postingan Fhoto2
Menjadi "Galeri"Penyambutan terhadap
anggota milis yang baru Subjeknya: "Ruang Tamu" Tambahan subjek penulisan
tiap minggu, utk artikel2 kesehatan ("Sehat"),
juga artikel2 resensi musik ("Ruang
Musik") Bagi para anggota SK yg
ingin promosi buku/ tulisan, bisa posting dgn subject:
"Etalase" Bagi para anggota SK yang
ingin berbagi kisah/catatan perjalanan, bisa diposting dengan subject "Kelana" Bagi para anggota SK yang
ingin mengumumkan kelahiran/kematian/ pernikahan/ ulang tahun, bisa
diposting dengan istilah "Lonceng" Bagi para anggota SK yang
ingin mengumumkan ucapan syukur karena tulisan dimuat di media/dapat
pekerjaan baru/dapat jodoh/dapat rejeki nomplok/lulus ujian/lulus
kuliah/lulus sekolah, bisa diposting dengan istilah "Prestasi"

Salam

KABINET SEKOLAH KEHIDUPAN 2008-2010











Pemanasan global? Apa sih itu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
3a.

Bls: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sun Dec 21, 2008 6:09 am (PST)

wah-wah ternyata produktif juga ngikuti lomba ya, Mpok!
mo nimbrung Mpok kasih Mpok....
ceritanya seh udah oke....
tapi....ada tapinya....
jika kita mau nulis cerita anak itu Mpok kita harus bisa menjiwa anak-anak Mpok
lalu dalam penulisannnya jangan banyak personifikasi ato hiperbolanya
mereka (anak2) nggak bakal ngerti Mpok
kalo bisa nulis cerita anak2 itu haraus ke konflik terus ending ada masukan ato istilahnya nasehat getho yang aye tau...
memang sih nulis cerita anak agak sulit tapi kalo melihat mpok ngajar sebagai guru tk ato anak2 pasti Mpok akan tau dan mendalmi jiwa anak-anak
pernah BangFy kirim cerita anak ke Kompas Anak Minggu...
tau nggak lebih dapat surat cinta sma redakturnya alias surat penolakan...hehehe
tapi sekali bisa masuk dan mau dimuat kata redaksinya cerita ato temanya sudah pernaha muat...
cape dehhhhhhh!!
tapi, gak apalah akhirnya bisa nembus juga di majalah anak2 muslim AKU ANAK SALEH tahun 2007 edisi Juli-Agustus....
ternyata akhirnya berbuah hasil....hehe
pantang mundur Mpok
jangan takut ditolak sama redaksi daripada sama calon mertua...huwakakakak
sukses selalu ya Mpok!
 amin

--- Pada Ming, 21/12/08, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com> menulis:
Dari: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
Topik: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap semangat!!!}
Kepada: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>, wordsmartcentre@yahoogroups.com, rumbelkita@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 21 Desember, 2008, 6:11 PM

Tolong kasih masukan yak:) sebenernya ini cerpen anak islam yang aku
pernah ikut sertakan dalam lomba namun sepertinya gagal:( tapi tak
papalah sekedar berbagi.. terinspirasi dari hubungan kakak adik yang
aku jalani.. sempet termehek2 saat zaman kuliah dulu ketika menyadari
rumah sepi karena seseorang yang aku anggap 'pengacau' harus dirawat di
rumah sakit akibat dua ruas tulang belakangnya harus diangkat..

Si Pengadu
Oleh : Nia Robie'
  Angin
sejuk menerpa wajah Belinda yang cantik. Desau dedaunan yang ditiup
angin begitu indah terdengar, rumput pun ikut merasakan kebahagiaan di
sore yang begitu indah itu. Sore itu di sebuah pekarangan rumah Sahara,
penuh tawa. Tiga
anak kecil yang masih duduk di kelas 3 SD tertawa-tawa di atas tikar.
Jilbab mereka melambai-lambai. Belinda mengenakan jilbab biru, Sahara
menggunakan jilbab merah muda dan Jihan mengenakan jilbab kuning yang
begitu cerah. Wajah mungil mereka diterpa kemilau sang surya yang sudah
mulai beranjak tenggelam. Di atas tikar, mereka seperti sedang
bertamasya sambil berbagi cerita. Sore
itu yang mereka bicarakan adalah mengenai kakak-kakak mereka yang
sama-sama juga duduk di bangku kelas 6 SD. Sahara mulai bercerita. "Kakakku,
selalu membawakan tas aku sehabis pulang sekolah, kakakku khawatir
kalau aku lelah membawa banyak buku pelajaran yang ada dalam tasku
itu... Malah kadang-kadang ia membelikan aku es krim di toko bu Haji
Naning. baik banget ya? Aku sayang banget sama kakakku..." Sahara berkata dengan senyum riang.  
Belinda
mulai mengingat, ia mempunyai kakak yang baginya seperti seorang
mata-mata yang selalu saja mengadu tentang hal buruk yang dilakukan
adiknya. "Ummi, Belinda tuh kerjaannya nonton TV mulu, bukannya belajar" Begitulah kata-kata yang sering diadukan Adit kepada Umminya.
 
Di sela lamunannya, Jihan bercerita. "Kalau
kakakku, setiap aku ulang tahun tidak pernah lupa membelikan sesuatu
untukku lalu ia menulis surat ucapan yang sampai saat ini aku simpan
rapih dalam kotak merah di meja belajarku."  
Belinda mengingat-ngingat lagi apa yang telah dilakukan kak Adit kepadanya. Ia berkata dalam hati 'jangankan
membawakan tas dan membelikan es krim, kadang ia malah tidak mau pulang
beriringan dengan aku sehabis sekolah dan jangankan memberikanku
hadiah, ucapan selamat ulang tahun saja dari ka Adit jarang  terdengar
di telingaku. Huh...' Belinda mendengus kesal.  
"Belinda! Belinda... kamu sedang memikirkan apa? Kok malah melamun?" Jihan membuyarkan lamunannya.
"Dari pada melamun, silahkan ambil dan cicipi kue nastar lezat buatan ibuku tadi siang.. enak lho..."
Sahara menyodorkan toples bening ke arah Jihan dan Belinda. Sambil
tersenyum mereka makan nastar berbentuk bunga matahari yang diatasnya
terdapat selai  nanas yang manis sekali. Setelah
selesai mencicipi hidangan yang di suguhkan Sahara, mereka bertiga
mulai memeriksa ulang PR yang tadi didiskusikan bersama-sama.  
Lembayung
sudah sangat jelas terlihat, matahari mulai tenggelam dan sekelompok
burung pulang ke rumahnya. Belinda dan Jihan menyadari harus segera
pulang sebelum maghrib tiba. Ummi dan Abi sering mengingatkan Belinda
untuk kembali kerumah sebelum maghrib tiba untuk sama-sama sholat
berjama'ah.  
Belinda
dan Jihan pulang ke rumah masing-masing dengan melewati beberapa rumah
saja dari rumah Sahara. Rumah Jihan tepat bersebelahan dengan rumah
Belinda.  
"Belinda, aku duluan ya? Assalamu'allaikum." tanya Jihan sebelum ia masuk ke pekarangan rumahnya.
"Iya Jihan.. Sampai bertemu ya... Wa'allaikum Salam", jawab Sahara sambil tersenyum. ***
"Assalamu'allaikum Ummi, Abi.. aku pulang!"
"waallaikum salam" jawab tante Amara yang menghampiri Belinda dari ruang TV.
Tumben
sekali fikir Belinda, biasanya yang menjawab dan menyambut
kedatangannya saat dari luar rumah adalah Ummi, tapi hari ini tante
Amara yang menjawab. Suasana rumah pun nampak sepi, biasanya hari
minggu seperti ini Abi juga ada di rumah dan tentu  juga si  Pengadu,
begitu Belinda menjuluki kakaknya, Adit.  
"Tante, Ummi dan Abi kemana? Kok rumah sepi sih? Kalo si Pengadu pasti lagi main games ya dikamarnya?" Belinda menanyakan banyak pertanyaan ke tante Amara.
 
"Ummi
dan Abi sedang ke rumah sakit dek, kalo si Pengadu itu siapa? Kak Adit
maksudmu?" Tanya tante  kepada Belinda yang punya panggilan rumah
dengan sebutan Adek.  
"Iya Tante, si Pengadu itu kak Adit.." Jawab Belinda agak sedikit cemberut.
"Oh...
justru Ummi dan Abi ke rumah sakit membawa kak Adit, tiba-tiba kak Adit
mengeluh sakit di bagian kanan perutnya" Tante Amara menjawab.  
Tiba-tiba
Belinda tersenyum riang sambil membawa tas ke kamarnya. Belinda
berfikir, waktunya untuk senang-senang, untuk menonton TV lama-lama,
main games kakaknya, membaca  komik sepuasnya  tanpa diganggu kak  Adit. ***
Jam 8 malam, sudah hampir 3 jam Abi dan Ummi belum memberi kabar, dan saat itu Belinda mulai merindukan mereka.
 
"Kriiiiiing.. . Kriiiiiiing. ......." Telpon berbunyi nyaring. Segera Belinda mengangkat telepon.
"Assalamu'allaikum Belinda.." Suara Abi diseberang sana
"Waallaikum salam, Abi dan Ummi pada kemana sih? Lama banget ke rumah sakitnya?" Belinda bertanya sambil cemberut.
"Adek
Belinda Sayang, maaf ya Abi dan Ummi malam ini belum bisa pulang, kak
Adit harus dirawat, kak Adit harus di operasi besok pagi. Kak Adit
sakit usus buntu Dek.. baik-baik ya Adek sama tante Amara.. nanti bobonya sama tante aja.. Assalamua'allaikum" "Ya udah deh.. Wa'allaikum salam"
Saat
itu tidak ada perasaan khawatir yang berlebih di diri Belinda, ia
menganggap penyakit yang diderita kakaknya tidak seberapa parah. Ia
malah senang, artinya ia sedikit bebas dirumah sekarang tanpa gangguan
kakaknya.  
Keesokan
harinya Belinda sekolah seperti biasa, dan ketika pulang ke rumah. Ia
merasakan sangat kesepian. Tidak ada Ummi yang selalu mendengarkan ia
bercerita, dan bagaimanapun ia mulai merasakan kangen dengan kak Adit. Belinda
makan siang ditemani tante Amara, wajah Belinda tidak ceria seperti
biasanya, dan tatapannya kosong sambil terus memeluk boneka
beruang.     "Dek, kamu kenapa? Kok makan sambil melamun? Sakit?"
Belinda menggeleng pelan.
"Kamu
kangen ya sama kak Adit? Kangen berantem? He..he.. " Tante Amara sudah
tahu benar Belinda dan Adit susah sekali akur, bertengkar dan
bertengkar lagi. Belinda hanya diam.
"Dek, kak Adit itu sebenarnya sayang sama Adek, kalo kak Adit sering mengadukan kamu yang sering nonton
TV dan baca komik itu karena kak Adit gak mau nilai kamu jelek. Tanpa
sepengetahuan kamu Tante sering sekali lihat kak Adit membetulkan
selimutmu waktu kamu tertidur. Dan boneka itu yang kamu pegang
sebenernya kan hadiah ulang tahun yang sangat kamu inginkan, betul ngak?
Kak Adit yang bilang ke Tante, Ummi dan Abi, untuk membelikannya untuk
kamu. Kak Adit nanya ke teman-teman kamu secara diam-diam hadiah apa
yang ingin sekali kamu dapatkan." Mata Belinda berkaca-kaca. Sungguh ia begitu kangen dengan kak Adit. Tante Amara menghampiri dan  memeluk Belinda erat.
"Habis makan kita jenguk kak Adit ya?"
            Belinda mengangguk pelan.
"Tapi Tante, aku mau beli buku cerita sebagai hadiah buat kak Adit, uangnya biar aku ambil dari celengan ayam aku ya?", tanya Belinda.
Tante Amara mengangguk dan berkata,  "Tentu sayang, nanti kita mampir ke toko buku".
            Belinda kembali tersenyum. ****

nb: maap kalo ada kesamaan nama dan kejadian.. kikikik..











Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
3b.

Re: Bls: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Sun Dec 21, 2008 6:37 pm (PST)

iyanih jadi belajar dari semangatnya bang Fy:)
makasih ya bang FY:)
kalo ketemu kita sharing lagi tentang kepenulisan..

hmm ko tau takut ditolak calon mertua? hebat euy bisa menerawang..
kiikikik.. bukan takut cuma khawatir maluw karena gak bisa masak..
haha..
curhatcolongan

Pada 21 Desember 2008 21:09, bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co.id>menulis:

> wah-wah ternyata produktif juga ngikuti lomba ya, Mpok!
> mo nimbrung Mpok kasih Mpok....
> ceritanya seh udah oke....
> tapi....ada tapinya....
> jika kita mau nulis cerita anak itu Mpok kita harus bisa menjiwa anak-anak
> Mpok
> lalu dalam penulisannnya jangan banyak personifikasi ato hiperbolanya
> mereka (anak2) nggak bakal ngerti Mpok
> kalo bisa nulis cerita anak2 itu haraus ke konflik terus ending ada masukan
> ato istilahnya nasehat getho yang aye tau...
> memang sih nulis cerita anak agak sulit tapi kalo melihat mpok ngajar
> sebagai guru tk ato anak2 pasti Mpok akan tau dan mendalmi jiwa anak-anak
> pernah BangFy kirim cerita anak ke Kompas Anak Minggu...
> tau nggak lebih dapat surat cinta sma redakturnya alias surat
> penolakan...hehehe
> tapi sekali bisa masuk dan mau dimuat kata redaksinya cerita ato temanya
> sudah pernaha muat...
> cape dehhhhhhh!!
> tapi, gak apalah akhirnya bisa nembus juga di majalah anak2 muslim AKU ANAK
> SALEH tahun 2007 edisi Juli-Agustus....
> ternyata akhirnya berbuah hasil....hehe
> pantang mundur Mpok
> jangan takut ditolak sama redaksi daripada sama calon mertua...huwakakakak
> sukses selalu ya Mpok!
> amin
>
> --- Pada *Ming, 21/12/08, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>* menulis:
>
> Dari: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
> Topik: [sekolah-kehidupan] [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang
> Gagal Lomba.. tetap semangat!!!}
> Kepada: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>,
> wordsmartcentre@yahoogroups.com, rumbelkita@yahoogroups.com
> Tanggal: Minggu, 21 Desember, 2008, 6:11 PM
>
> Tolong kasih masukan yak:) sebenernya ini cerpen anak islam yang aku
> pernah ikut sertakan dalam lomba namun sepertinya gagal:( tapi tak papalah
> sekedar berbagi.. terinspirasi dari hubungan kakak adik yang aku jalani..
> sempet termehek2 saat zaman kuliah dulu ketika menyadari rumah sepi karena
> seseorang yang aku anggap 'pengacau' harus dirawat di rumah sakit akibat dua
> ruas tulang belakangnya harus diangkat..
>
> *Si Pengadu*
>
> *Oleh : Nia Robie'*
>
> * *
>
> Angin sejuk menerpa wajah Belinda yang cantik. Desau dedaunan yang ditiup
> angin begitu indah terdengar, rumput pun ikut merasakan kebahagiaan di sore
> yang begitu indah itu. Sore itu di sebuah pekarangan rumah Sahara, penuh
> tawa.
>
> Tiga anak kecil yang masih duduk di kelas 3 SD tertawa-tawa di atas tikar.
> Jilbab mereka melambai-lambai. Belinda mengenakan jilbab biru, Sahara
> menggunakan jilbab merah muda dan Jihan mengenakan jilbab kuning yang begitu
> cerah. Wajah mungil mereka diterpa kemilau sang surya yang sudah mulai
> beranjak tenggelam. Di atas tikar, mereka seperti sedang bertamasya sambil
> berbagi cerita.
>
> Sore itu yang mereka bicarakan adalah mengenai kakak-kakak mereka yang
> sama-sama juga duduk di bangku kelas 6 SD. Sahara mulai bercerita.
>
> "Kakakku, selalu membawakan tas aku sehabis pulang sekolah, kakakku
> khawatir kalau aku lelah membawa banyak buku pelajaran yang ada dalam tasku
> itu... Malah kadang-kadang ia membelikan aku es krim di toko bu Haji Naning.
> baik *banget* ya? Aku sayang *banget* sama kakakku..." Sahara berkata
> dengan senyum riang.
>
>
>
> Belinda mulai mengingat, ia mempunyai kakak yang baginya seperti seorang
> mata-mata yang selalu saja mengadu tentang hal buruk yang dilakukan adiknya.
>
> "Ummi, Belinda tuh kerjaannya *nonton* TV mulu, bukannya belajar"
> Begitulah kata-kata yang sering diadukan Adit kepada Umminya.
>
>
>
> Di sela lamunannya, Jihan bercerita.
>
> "Kalau kakakku, setiap aku ulang tahun tidak pernah lupa membelikan sesuatu
> untukku lalu ia menulis surat ucapan yang sampai saat ini aku simpan rapih
> dalam kotak merah di meja belajarku."
>
>
>
> Belinda mengingat-ngingat lagi apa yang telah dilakukan kak Adit kepadanya.
> Ia berkata dalam hati *'jangankan membawakan tas dan membelikan es krim,
> kadang ia malah tidak mau pulang beriringan dengan aku sehabis sekolah dan
> jangankan memberikanku hadiah, ucapan selamat ulang tahun saja dari ka Adit
> jarang terdengar di telingaku. Huh...'* Belinda mendengus kesal.
>
>
>
> "Belinda! Belinda... kamu sedang memikirkan apa? Kok malah melamun?" Jihan
> membuyarkan lamunannya.
>
> "Dari pada melamun, silahkan ambil dan cicipi kue nastar lezat buatan ibuku
> tadi siang.. enak *lho*..." Sahara menyodorkan toples bening ke arah Jihan
> dan Belinda. Sambil tersenyum mereka makan nastar berbentuk bunga matahari
> yang diatasnya terdapat selai nanas yang manis sekali.
>
> Setelah selesai mencicipi hidangan yang di suguhkan Sahara, mereka bertiga
> mulai memeriksa ulang PR yang tadi didiskusikan bersama-sama.
>
>
>
> Lembayung sudah sangat jelas terlihat, matahari mulai tenggelam dan
> sekelompok burung pulang ke rumahnya. Belinda dan Jihan menyadari harus
> segera pulang sebelum maghrib tiba. Ummi dan Abi sering mengingatkan Belinda
> untuk kembali kerumah sebelum maghrib tiba untuk sama-sama sholat
> berjama'ah.
>
>
>
> Belinda dan Jihan pulang ke rumah masing-masing dengan melewati beberapa
> rumah saja dari rumah Sahara. Rumah Jihan tepat bersebelahan dengan rumah
> Belinda.
>
>
>
> "Belinda, aku duluan ya? Assalamu'allaikum." tanya Jihan sebelum ia masuk
> ke pekarangan rumahnya.
>
> "Iya Jihan.. Sampai bertemu ya... Wa'allaikum Salam", jawab Sahara sambil
> tersenyum.
>
> ***
>
> "Assalamu'allaikum Ummi, Abi.. aku pulang!"
>
> "waallaikum salam" jawab tante Amara yang menghampiri Belinda dari ruang
> TV.
>
> Tumben sekali fikir Belinda, biasanya yang menjawab dan menyambut
> kedatangannya saat dari luar rumah adalah Ummi, tapi hari ini tante Amara
> yang menjawab. Suasana rumah pun nampak sepi, biasanya hari minggu seperti
> ini Abi juga ada di rumah dan tentu juga si Pengadu, begitu Belinda
> menjuluki kakaknya, Adit.
>
>
>
> "Tante, Ummi dan Abi kemana? *Kok* rumah sepi sih? *Kalo* si Pengadu pasti
> lagi main *games* ya dikamarnya?" Belinda menanyakan banyak pertanyaan ke
> tante Amara.
>
>
>
> "Ummi dan Abi sedang ke rumah sakit dek, kalo si Pengadu itu siapa? Kak
> Adit maksudmu?" Tanya tante kepada Belinda yang punya panggilan rumah
> dengan sebutan Adek.
>
>
>
> "Iya Tante, si Pengadu itu kak Adit.." Jawab Belinda agak sedikit cemberut.
>
> "Oh... justru Ummi dan Abi ke rumah sakit membawa kak Adit, tiba-tiba kak
> Adit mengeluh sakit di bagian kanan perutnya" Tante Amara menjawab.
>
>
>
> Tiba-tiba Belinda tersenyum riang sambil membawa tas ke kamarnya. Belinda
> berfikir, waktunya untuk senang-senang, untuk menonton TV lama-lama, main
> games kakaknya, membaca komik sepuasnya tanpa diganggu kak Adit.
>
> ***
>
> Jam 8 malam, sudah hampir 3 jam Abi dan Ummi belum memberi kabar, dan saat
> itu Belinda mulai merindukan mereka.
>
>
>
> "Kriiiiiing.. . Kriiiiiiing. ......." Telpon berbunyi nyaring. Segera
> Belinda mengangkat telepon.
>
> "Assalamu'allaikum Belinda.." Suara Abi diseberang sana
>
> "Waallaikum salam, Abi dan Ummi pada kemana sih? Lama banget ke rumah
> sakitnya?" Belinda bertanya sambil cemberut.
>
> "Adek Belinda Sayang, maaf ya Abi dan Ummi malam ini belum bisa pulang, kak
> Adit harus dirawat, kak Adit harus di operasi besok pagi. Kak Adit sakit
> usus buntu Dek.. baik-baik ya Adek sama tante Amara.. nanti *bobonya* sama
> tante aja.. Assalamua'allaikum"
>
> "Ya udah *deh*.. Wa'allaikum salam"
>
> Saat itu tidak ada perasaan khawatir yang berlebih di diri Belinda, ia
> menganggap penyakit yang diderita kakaknya tidak seberapa parah. Ia malah
> senang, artinya ia sedikit bebas dirumah sekarang tanpa gangguan kakaknya.
>
>
>
> Keesokan harinya Belinda sekolah seperti biasa, dan ketika pulang ke rumah.
> Ia merasakan sangat kesepian. Tidak ada Ummi yang selalu mendengarkan ia
> bercerita, dan bagaimanapun ia mulai merasakan kangen dengan kak Adit.
>
> Belinda makan siang ditemani tante Amara, wajah Belinda tidak ceria seperti
> biasanya, dan tatapannya kosong sambil terus memeluk boneka beruang.
>
> "Dek, kamu kenapa? *Kok* makan sambil melamun? Sakit?"
>
> Belinda menggeleng pelan.
>
> "Kamu kangen ya sama kak Adit? Kangen berantem? He..he.. " Tante Amara
> sudah tahu benar Belinda dan Adit susah sekali akur, bertengkar dan
> bertengkar lagi.
>
> Belinda hanya diam.
>
> "Dek, kak Adit itu sebenarnya sayang sama Adek, kalo kak Adit sering
> mengadukan kamu yang sering *nonton* TV dan baca komik itu karena kak Adit
> gak mau nilai kamu jelek. Tanpa sepengetahuan kamu Tante sering sekali lihat
> kak Adit membetulkan selimutmu waktu kamu tertidur. Dan boneka itu yang kamu
> pegang sebenernya kan hadiah ulang tahun yang sangat kamu inginkan, betul
> *ngak*? Kak Adit yang bilang ke Tante, Ummi dan Abi, untuk membelikannya
> untuk kamu. Kak Adit nanya ke teman-teman kamu secara diam-diam hadiah apa
> yang ingin sekali kamu dapatkan."
>
> Mata Belinda berkaca-kaca. Sungguh ia begitu kangen dengan kak Adit. Tante
> Amara menghampiri dan memeluk Belinda erat.
>
> "Habis makan kita jenguk kak Adit ya?"
>
> Belinda mengangguk pelan.
>
> "Tapi Tante, aku mau beli buku cerita sebagai hadiah buat kak Adit, uangnya
> biar aku ambil dari *celengan* ayam aku ya?", tanya Belinda.
>
> Tante Amara mengangguk dan berkata, "Tentu sayang, nanti kita mampir ke
> toko buku".
>
> Belinda kembali tersenyum.
> ****
>
> nb: maap kalo ada kesamaan nama dan kejadian.. kikikik..
>
>
> ------------------------------
> Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda?
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/pingbox/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/>
> Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!
>
>
4a.

Re: [Rauang Lobby] Salam Kenal

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Dec 21, 2008 6:30 am (PST)

hai mbak febri...salam kenal dari saya, yang namanya tak boleh disebut *halah* ^_^v

Ayuk...ayuk...berbagi makna kehidupan disini, yakin deh mbak febri bisa jadi penulis yang dapat mengikat makna lewat kata ;)

ditunggu ya mbak ^_^

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
YM : SINTHIONK

________________________________
From: febriana.Af <fay_genie@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Saturday, December 20, 2008 11:07:06 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Rauang Lobby] Salam Kenal

assalamualaikum Wr.Wb

salam kenal,
saat ini saya sedang mencoba bergelut dengan dunia baru, mencari teman
baru, menggali dan mengembangkan seluruh potensi yang belum dan sudah
saya punya.saya tertarik dengan dunia kepenulisan dan dengan bangga
saya katakan bahwa profesi saya adalah penulis [tinggal menunggu
saatnya], walaupun secara sadar saya ketahui bahwa belum ada satupun
karya saya yang dibukukan. Insyaallah 2009 menjadi tahun awal bagi
profesi saya.
Terima Kasih
mohon bantuannya!

5a.

Re: Mama, lihat aku!

Posted by: "yanihakim" yanihakim@yahoo.com   yanihakim

Sun Dec 21, 2008 7:07 am (PST)

dunia anak-anak itu memang sungguh indah. Saya menikmatinya.

Terima kasih perhatiannya, mbak Ugik, semoga lain kali ada cerita
bagus lagi dari si keriting saya itu. salamnya nanti disampaikan...

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "ugik
madyo" <ugikmadyo@...> wrote:
>
> Keren Mbak tulisannya.
> Awal sampe tengah aku harap-harap cemas menanti akhir cerita.
> menjelang akhir tambah dag dig dug.
> Apalagi deskripsi Mbak yang emngalir lancar
> Huaaa kebat kebit. jangan sampe terjadi apa yg buruk-buruk itu
> eeeh.. lah kok dilalah...
> akhirnya...
> konyol dah.
> tata gemesin banget ya hihihi
> salam saynag buat Tata ya mbak ;)
> hihihi
>
> Ugik Madyo
> http://ugik.multiply.com
>

5b.

Re: Mama, lihat aku!

Posted by: "yanihakim" yanihakim@yahoo.com   yanihakim

Sun Dec 21, 2008 7:14 am (PST)

terima kasih Mbak Loiy Anni,
apalagi saya, ibunya, cemas bukan main.. sudah terbayang yang serem-
serem aja...
perkara taik idung ini memang punya sejarah panjang. sebelumnya, ia
juga bikin malu saya saat dibawa ke kantor. bosan tak ada mainan
selagi saya mengetik di komputer, ia asik dengan hidungnya. dan
kakaknya, rara, dengan santai berteriak pada saya dalam ruangan yang
hening karena semua orang sedang serius dengan komputer masing-masing
"Mamaa... tata makan taik idung lagiiii..."
sedetik hening, termasuk bunyi tuts di keyboard, lalu semua meledak
tertawa sambil mencari-cari si tata, ingin melihat seperti apa rupa
anak keriting penggemar taik idung itu.
untuk menutup malu, saya bilang, "memang tak ada satupun yang mubazir
kalau sama tata."
hahaha....

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Loiy Anni <loiyloi@...>
wrote:
>
> Hehehe...
> udah mikir yang serem aja nihhh..
>
> Tingkah laku anak memang menggemaskan ya, meski kadang kelewatan
dan bikin darah serasa naek ke ubun2, tapi tetap saja ada tingkahnya
yang dapat langsung menghapus amarah itu.
>
> Happy Mother Day yaaaa...
> Every Day is a Mother Day :)
>
> Regards,
> -loiy-
>
>
>
>
> ________________________________
> From: fitri mayani <yanihakim@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Cc: penulislepas@yahoogroups.com
> Sent: Friday, December 19, 2008 17:13:31
> Subject: [sekolah-kehidupan] Mama, lihat aku!
>
>
>

6a.

Re: [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Posting

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Sun Dec 21, 2008 7:23 am (PST)

Istilah mana ya yang ganti, koq saya gak liat ada pergantian istilah judul posting?? masih sama seperti kemarin-kemarin

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com ; http://sinthionk.rezaervani.com
YM : SINTHIONK

________________________________
From: Humas Sekolahkehidupan <humas.sekolahkehidupan@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Saturday, December 20, 2008 7:39:29 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Maklumat] Penggantian Istilah Judul Posting

Milis Sekolah Kehidupan yang berlandaskan prinsip "Comfort,
Fun, And Welfare Home", memiliki banyak ruang kelas sebagai tempat belajarnya,
maka diputuskan bahwa semua email yang dikirim ke milis ini harus mencantumkan label/istilah
dalam subjek email, sesuai dengan panduan di bawah ini.

Penggantian label/istilah ini akan disosialisasikan selama satu bulan penuh ke
milis ini sehingga semua sahabat sudah terbiasa menggunakan istilah dalam
subjek emailnya.

Bagi sahabat yang tidak menggunakan label/istilah dalam subjek
emailnya akan dimoderasi, supaya moderator bisa membantu mencantumkan label/istilah
sebelum meneruskannya ke milis. Jika ada pertanyaan tentang penggunaan label/istilah
ini, sila kirim email ke moderator.

Penggantian Istilah Judul Posting

* Istilah "Daftar Kelas" menjadi "Jadwal Mata Pelajaran Seminggu"
* Istilah "Resensi Buku" menjadi "Ruang Baca"
* Istilah "Resensi Film" menjadi " " atau "Bioskop"
1. Istilah "Inspirasi dan Motivasi" menjadi "Inspirasi" dan atau "Motivasi"
* Istilah "Wanita, Keluarga dan Rumahtangga" menjadi "Ruang Keluarga"
* Istilah "Pendidikan dan Anak" menjadi "TeKa"
2. Istilah "Diary" menjadi "Catcil"
3. Istilah "Puisi" menjadi "Rampai"
* Istilah "Diary Pekerja" menjadi "Ruang Kantor"
* Istilah "Penyejuk Iman" menjadi "Mimbar"
* Istilah "Sastra dan Seni" menjadi " Bahasa"
* Istilah apapun yang tak terdefinisi: "Catatan Kaki"
* Istilah donasi buku menjadi "Perpustakaan"
4. Istilah "Wirausaha" menjadi "Garasi"
* Istilah iuran SK menjadi "Tabungan"
5. Istilah "Humor" menjadi "Canda"
6. Istilah Postingan Fhoto2 Menjadi "Galeri"
7. Penyambutan terhadap
anggota milis yang baru Subjeknya: "Ruang Tamu"
8. Tambahan subjek penulisan tiap minggu, utk artikel2 kesehatan ("Sehat"), juga artikel2 resensi musik ("Ruang Musik")
9. Bagi para anggota SK yg ingin promosi buku/ tulisan, bisa posting dgn subject: "Etalase"
10. Bagi para anggota SK yang ingin berbagi kisah/catatan perjalanan, bisa diposting dengan subject "Kelana"
11. Bagi para anggota SK yang ingin mengumumkan kelahiran/kematian/ pernikahan/ ulang tahun, bisa diposting dengan istilah "Lonceng"
12. Bagi para anggota SK yang ingin mengumumkan ucapan syukur karena tulisan dimuat di media/dapat pekerjaan baru/dapat jodoh/dapat rejeki nomplok/lulus ujian/lulus kuliah/lulus sekolah, bisa diposting dengan istilah "Prestasi"

Salam

KABINET SEKOLAH KEHIDUPAN 2008-2010

7a.

Re: [Proyek Laskar Pelangi] Ide Novel! (Achi TM)

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Sun Dec 21, 2008 4:05 pm (PST)

sepertinya yang paling cepet ngerjakan tugas itu Achi...
lha ini buktinya dah selesai bikin sinopsis. ayo yang lain kapan
selesainya??

lha terus aku kapan??

SAlam,
-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Agung Argopo
<gopo_alhusna@...> wrote:
>
> Dear All n BPH, sebenarnya jadwal achi bikin sinopsis bukan sekarang
tetapi bulan maret :-D
> Â

7b.

Re: [Proyek Laskar Pelangi] Ide Novel! (Achi TM)

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Sun Dec 21, 2008 6:32 pm (PST)

sepertinya seru dan bikin penasaran!!! ayow bersemangat!!!
*tring (dapet bonus kedipan mata)

Pada 21 Desember 2008 09:10, Agung Argopo <gopo_alhusna@yahoo.co.id>menulis:

> Dear All n BPH, sebenarnya jadwal achi bikin sinopsis bukan sekarang
> tetapi bulan maret :-D
>
> sebenarnya ide ini sudah mengendap sejak satu bulan yang lalu jauh sebelum
> achi membaca adanya acara Charity Event di Lapas Anak Tangerang :-D dan achi
> sudah menghubungi pihak relawan lapas untuk minta beberapa informasi.
> Mudah2an acara SK nanti bisa menambah referensi. Amin. Karena ini belum
> Final berupa sinopsis, karena masih kurangnya data, jadi achi hanya
> memberikan garis besar ide cerita saja.
>
> Like This....
>
> Achi akan menceritakan tentang 7 anak lapas yang ada di satu sel. Awalnya
> ketujuh anak ini sering terlibat cekcok karena perbedaan latar belakang dan
> penyebab yang membuat mereka semua masuk ke Lapas anak.
>
> Sebut saja ada Firman, umur 16 tahun, masuk penjara karena terlibat
> pengedaran narkotika. Ia kabur dari penjara demi menjenguk Ibunya yang
> sakit. Tetapi ternyata dia bertemu dengan istrinya yang sudah berumur 18
> tahun. Firman ini menghamili anak orang dan dipaksa untuk memperistri anak
> itu.
>
> Amir, (12th) anak sebatang kara yang ingin menyelamatkan adiknya dari
> perbudakan manusia. Adiknya menjadi pembantu di rumah orang kaya tanpa
> digaji.
>
> Imron (10th) Anak sebatang kara yang dijadikan pengemis oleh preman pasar
> yang kerap mempekerjakan anak kecil untuk jadi pngemis dan pengamen. Imron
> punya sahabat yang bernama Fajar (11th) Fajar ini kabur dari rumahnya di
> Bandung. Imron dipenjara ketika menyelamatkan Fajar dari Bosnya yang galak.
> Bosnya ditusuk oleh Imron hingga meninggal. Imron pun dipenjara dan sempat
> berpesan kepada Fajar kalau dirinya akan membawa Fajar pulang ke
> Bandung. Imron kabur dari penjara dan menemui Fajar, menyelamatkan Fajar dan
> menumpang losbak terbuka untuk pergi ke Bandung, membawa Fajar pulang ke
> Bandung. demi persahabatan. Imron kembali ke Jakarta, di Jakarta ia malah
> ditusuk oleh Soni, anak dari Bos preman yang ditusuk oleh Imron.
>
> Topan (13th) anak yang dipenjara karena mencuri kambing untuk makan. Topan
> ingin membahagiakan kakaknya yang depresi karena diperkosa, kakaknya Topan
> bernama Bunga, jadi gila di kolong jembatan dan matanya buta. Topan kabur
> dari penjara demi membawa kakaknya menemui Haji Qodir, orang yang berjanji
> akan menampung kakaknya Topan dan menyembuhkannya dengan pengobatan
> alternatif. Ternyata Haji Qodir sudah meninggal, Topan pun berhasil
> ditangkap, Bunga semakin depresi tetapi anaknya Haji Qodir, mau merawat
> Bunga. Nantinya setelah Bunga sembuh dari depresinya, anak Pak Haji Qodir
> ini akan menikah dengan bunga. Meski jadi istri kedua, karena istri
> pertamanya sudah meninggal.
>
> Tito (10th) anak yang kabur dari panti asuhan bersama adiknya, Mira, kedua
> orang tua angkat Tito terus mencari Tito, hingga mereka bertemu dengan Mira
> yang sedang mencuri di minimarket. Mira dan kedua orang tua angkatnya ingin
> menebus Tito tetapi Tito bersikeras tetap di penjara menunggu keenam
> temannya kembali ke dalam sel. Tito dipenjara karena menipu orang.
> Kejahatannya termasuk ringan.
>
> Firman, Amir, Topan, Imron, dan dua napi anak lain (yang belum ketemu jalan
> ceritanya) sama-sama hidup di lapas, mereka berenam bertemu dengan Tito yang
> baru masuk. Setelah percekcokan, saling membantu, mereka yang satu sel pun
> saling berteman. Keenam anak lapas itu ingin kabur untuk sementara demi
> menyelesaikan tugas yang belum selesai ketika mereka masuk lapas. Mereka
> berjanji akan kembali ke sel dan bertanggung jawab di penjara dengan melalui
> masa tahanan mereka, tanggung jawab akan kejahatan kecil yang mereka
> lakukan. Tito yang bertugas untuk tetap di sel, yang akan mengabsen satu per
> satu teman-teman yang sudah kembali terlebih dahulu. Sampai kemudian satu
> per satu kembali ke lapas dan mereka menunggu Imron.
>
> Ada seorang relawan yang bernama Riska, akan ada satu kisah cinta yang
> menarik antara Riska dengan penjaga lapas dan napi lapas lain. Keenam anak
> lapas itu menunggu Imron, sampai suatu ketika mereka memutuskan untuk kabur
> bersama-sama mencari Imron. Ada kisah seru dan lucu ketika mereka satu per
> satu berusaha untuk kabur, meski nanti hanya akan jadi fiksi semata, namanya
> juga cerita.
>
> Apakah Imron akan bertemu dengan mereka? Pengalaman apa yang akan mereka
> temui? Bagaimana persahabatan mereka nantinya? Siapakah istri Fajar yang
> membuat semua menjadi terperangah... :-D
>
> hanya aku yang tahu...
>
> salam
> ANAK KAPAS
> karena kapas itu ringan, mampu melayang tertiup angin namun kuat, tidak
> mudah hancur.
> Seperti ketujuh anak-anak Lapas itu.
>
> Achi TM
>
> ------------------------------
> Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru
> <http://sg.rd.yahoo.com/sg/messenger/maxwell/*http://id.messenger.yahoo.com/>Akhirnya datang juga!
>
>
8.

(Catcil) Konferensi Segi Tiga  Jilid II

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Sun Dec 21, 2008 4:08 pm (PST)


Hari ini adalah "Konferensi Segi Tiga" (KST) jilid II selama
saya menjadi guru di sekolah kepunyaan perusahaan pertambangan batu bara
yang ada Sangata – Kalimantan Timur. Sudah menjadi kebiasaan di
sekolah saya, setiap pembagian rapor ada Konferensi Segi Tiga (KST).
Dalam KST ini dihadiri oleh anak didik, kedua orang tua, dan wali
kelasnya. Sebagai pemrakarsa kegiatan ini adalah anak didik. Anak didik
diminta membuat undangan kepada kedua orang tuanya untuk menghadiri KST
untuk mengambil laporan hasil belajarnya di akhir semester, kali ini
akhir tahun pembelajaran 2008/2009. Meski tetap dipandu oleh
walikelasnya, namun anak didik tetap bersemangat membuat undangan KST
kepada orang tuanya. Setiap anak didik kebagian jadwal kapan dan dimana
KSTnya?

Beberapa hari sebelumnya saya sudah menyiapkan format undangan yang akan
dibuat oleh anak didik saya. Mereka pun sibuk membuat undangan tersebut
menghias dan mempercantiknya agar orang tuanya terkesan – mau
menghadiri undangan penerimaan rapornya. Satu hal yang saya anggap bahwa
undangan KST yang dibuat oleh anak didik ini berhasil jika kedua orang
tua mereka berkenan hadir dalam KST- meski tanpa mengesampingkan
kesibukan orang tua.

Saya tahu semua orang tua sibuk bekerja, pun demikian dengan orang tua
anak didik saya yang semuanya bekerja di perusahaan tambang batu bata
– PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC). Apalagi pelaksanaannya bertepatan
dengan jam-jam efektif kerja di perusahaan tambang batubara, yakni hari
Kamis dan Jum'at. Secara jam kerja di perusahaan tersebut adalah
lima hari kerja dari hari Senin sampai dengan Jum'at. Itu yang
kerjanya mengikuti jam kerja resmi menurut UU.
Ketenagakerjaan. Namun, ada pula orang tua murid saya yang kerjanya
dengan menggunakan sistem shift dengan lama kerja 8 jam. Dalam sehari
perusahaan itu mengggunakan 3 shift. 3 dikalikan 8 jadi 24 jam, genap
sehari semalam eksploitasi tambang itu tidak berhenti, sungguh
pemandangan yang yang membuat saya tergelitik keheran-heranan. Bagaimana
nanti kota Sangata pasca tambang batu bara yang menjadi denyut nadi kota
tambang itu?

Batu bara di Sangata muncul ke permukaan bumi dan bahkan membentuk
bukit-bukit batu bara yang tinggal dipoles sedikit lalu tinggal mengeruk
batu baranya. Barangkali dengan menggunakan "aji mumpung"
seperti orang Jawa kalau lagi punya kesempatan mereka akan menggunakan
dan menghabiskan semuanya tidak tahu apakah besok butuh atau tidak. Yang
lebih parah lagi, ada pula orang tua didik saya yang jam kerjanya 12 jam
dan hanya menggunakan 2 shift. Artinya bila orang tua anak didik saya
berangkat subuh, maka dia akan kembali di petang hari. Pun sebaliknya
bila berangkat magrib, maka akan kembali besok pagi harinya.

Untuk model shift yang kedua ini, biasanya orang tua tidak banyak bicara
dalam KST, bawaannya ingin cepat selesai, tidak banyak mempertanyakan
bagaimana perkembangan anaknya di sekolah atau sekedar menanyakan
bagaimana nilai anaknya – yang diinginkannya adalah ingin cepat
cepat selesai dan pulang. "Ngantuk, tadi malam masuk shift pak"
kata salah seorang dari orang tua anak didik saya sambil
"mengucek-ngucekkan" matanya tanda ngantuknya sudah tidak bisa
ditahan lagi.

KST jilid II ini Tidaklah sama dengan KST jilid I, saya cenderung agak
rileks. Mengingat saya pernah mengalami hal yang sama untuk kali kedua,
saya tidak mau mengalami masa-masa menegangkan, masa-masa yang
menjenuhkan, dan masa-masa yang sangat melelahkan. Artinya saya harus
menggunakan suatu metode/cara agar KST kali ini tidak seperti kejadian
pada KST jilid I.

Bila KST jilid I kemarin bertepatan dengan kenaikan kelas secara
bertepatan dengan akhir tahun pembelajaran 2007/2008. Dalam KST jilid I
semua tegang, anak didik tegang, orang tuanya super tegang, apalagi wali
kelasnya tak kalah spaneng - semua tegang dan spaneng. Ibaratnya
disenggol sedikit saja sudah teriak "tolong, jangan diganggu!"
saking begitu spanengnya atas garapan nilai-nilai yang diberikan oleh
guru-guru lain yang kemudian saya masukkan ke dalam ledger penilaian
sebelum dimasukkan ke dalam rapor per masing-masing anak didik.

Saking hati-hatinya memasukkan angka demi angka ke dalam rapor (hasil
akhir penilaian belajar), mata saya tidak henti-hentinya memelototi
angka-angka itu takut bila ada nilai anak yang kurang dari SKM (Standar
Ketuntasan Minimal) – nilai minimal yang harus dicapai setiap anak
didik pada setiap mata pelajaran. Apabila ada nilai yang kurang dari
KKM, maka anak didik saya harus tinggal kelas – tidak naik kelas,
yang berarti harus mengulang di kelas yang sama satu tahun lagi.
Dari kesekian banyak orang tua yang hadir, biasanya yang selalu mereka
tanyakan adalah bagaimana prestasi akademik anaknya? Ranking berapa
anaknya? Meski dalam kurikulum Tingkat Stauan Pendidikan (KTSP) tidak
mencantumkan ranking dalam rapor dan bagaimana perilaku anaknya
sehari-hari di sekolah.

Sangata
http//:mkpd.wordpress.com

9.

Bumi LASKAR PELANGI

Posted by: "teddy bear" a_fave@yahoo.com   a_fave

Sun Dec 21, 2008 4:34 pm (PST)

Temans,
inilah catatan perjalananku ke Belitung minggu lalu
sebagai liburan tutup tahun.
Ada kisah : bertemu dg Jupe,keliling Belitung,Ke rumah Andrea Hirata & replika sekolah Laskar Pelangi yg dipakai utk syuting filmnya, sampe ketemu tokoh Mahar yg asli !!
Semoga bermanfaat & ga bosen ngebacanya.
Selamat membaca......
 
06 Dec 2008 >>> SATU PESAWAT DGN JUPE
Mulai hari ini Aku cuti demi berlibur ke Bumi Laskar Pelangi alias Pulau Belitung.
Knp memilih berlibur saat menjelang Idul Adha ?
Coz ada tmnku yg org Belitung mo mudik, so aq ga perlu bayar penginapan kan?
Nebeng....gretong di rumahnya !!!
 
Tertera di tiket pesawat bahwa keberangkatan pkl.13.15.
Namun, kenyataannya pukul 14.00 pesawat baru berangkat.
Entah karena apa, yg jelas cukup lama kami sdh berada di dlm pesawat
tapi blum berangkat2 juga. Setelah sepasang suami-istri (penumpang terakhir)
naik, barulah pesawat diberangkatkan. Oh...oh, pasangan itu adalah Jupe alias Julia Perez
en suaminya. Jupe terbalut kaos hijau dg potongan seksi, sedangkan suaminya memakai kaos hitam.
Mereka duduk di depan kursiku. Jupe duduk dekat jendela, aku pun begitu.
Hayoo.....yg cowok2 pasti pengen tau kan, ngapain aja dia ma suaminya sewaktu di pesawat?
Mesra2an sih, tp aku ga peduli dg urusan mereka akh !!!
(setelah sampe di Belitung baru ku tau ternyata Jupe mo ngisi acara di Membalong-Belitung Timur,
coz aq liat ada spanduknya)
 
Temenku menyikut lenganku, "Tuh, akhirnya lo ngeliat artis juga di perjalanan kali ini kan?
Seperti harapan lo".
"Uugh....gw sih ga ngarep ktemu ma Jupe", sergahku.
 
Out of Topic :
Coz dlm penerbanganku ke Surabaya akhir Oct kmrn, aq ktemu si Echa-Jikustik (betul ga sih namanya?)
lg mkn di A&W bandara--cuma dibatasi oleh dua meja di samping mejaku.Hehe...how lucky I am,
he's so handsome.Tuh cowok kinclong buanget dech. Eh, kepulangan dr Surabaya pun keberuntungan msh
memihakku : aq satu pesawat ma Adli Fairuz (pacar Shireen Shungkar) & Randy Pangalila.
Berdekatan pula saat ngambil bagasi di Cengkareng. Fiuh.....ternyata aslinya lbh guanteng bo.
 
OK, lanjut ke topik sebenarnya :
Perjalanan Jkt-Tanjung Pandan = 45 menit (by pesawat loh, kalo pake kapal laut sekitar 16 jam).
Sesampainya di bandara Tj.Pandan, keluarga temanku tlah menjemput.
Kami pun berkendara mobil pribadi ke rumah ortu temenku di kota Tj.Pandan-Belitung Barat,
30 menit dari bandara.
Hohoho....jarak tempuh selama 30 menit disana tdk sama dg jarak tempuh 30 mnt di Jkt,
coz di Belitung tuh jalanan ga macet + kendaraan sedikit (aku ga liat angkot, ada sih ada--tapi org2 sana lbh suka make motor/mobil pribadi secara masih banyak hutan dan padang semak belukar so lbh mudah naik kendaraan sendiri) + jalanannya aspal mulus, kadang naik-turun dan berkelok coz perbukitan sih. Oya, aq liat di terminal bus cuma ada satu bus seukuran kopaja dan sepi penumpang.
Aq ga liat ada angkutan umum lainnya selain satu bus tadi itu. So, kalo mo naik angkutan umum kita hrs
on-time kalo ga entah jam brp lg ada mobilnya....heheh.
 
Sesampainya di rumah ortu tmnku, kami memutuskan utk beristirahat aja dulu.
Jln2nya besok aja, coz sore itu Belitung diguyur hujan. Hujan gerimis yg awet, ga berhenti sampe malem. Sekitar jam 7 malem kami ke Tanjung Pendam,bibir pantainya seperti Sampur-Jakut dulu.
Ga ada hamparan pasir di tepiannya melainkan dinding jalan langsung.
Karena ini malem Minggu,so byk psgn muda-mudi disini en remang2 pula.
Harap maklum,di Belitung ga ada lampu penerang jalan,kecuali di tengah kota.
Ga ada bayar parkir. Ga ada pungutan utk masuk ke tempat2 rekreasi.
Dah gitu suasana yg aman slalu terpelihara. Terbukti dari Ga ada pagar rumah,
kalo pun ada hanya pagar rendah utk menghalangi anjing masuk ke dlm rmh.
Oya, disini byk sekali anjing liar tak bertuan, dan minggu lalu baru aja diadakan razia anjing
saking byk nya anjing2 berkeliaran.Di ATM Mandiri slalu ada petugas yg ngebantu customer
yg blm familiar ngambil uang di ATM, petugasnya ikut msk ke bilik ATM loh.
Trus klo markir motor, kunci msh nempel di motor loh, ntar ada petugas yg bertugas spt parking vallet gitu.Ngerapihin susunan parkiran.Pokoke msh blm terkontaminasi pikiran jahat deh.
Uhm....nice place, right ?
Bener2 beda dg Jkt kan?
 
 
07 Dec 2008 >>> DARI BELITUNG BARAT KE BELITUNG TIMUR
Nah, tiba saatnya mengukur jalan alias jln2.
Pagi2 aq ngikut ibunya tmnku ke Pasar Ikan,becek sih ditambah gerimis pula tp bnr2 seru deh.Pasarnya luas,coz ada sebagian jln di dlm psr yg bs dilalui oleh 5 motor berjejer ke samping sekaligus.Bayangkan,pembeli berbelanja dg msh berada di atas motor gitu.Tp kalo di gang2nya sih mungkin cuma muat 2 motor.Jalannya kerikil bebatuan.Oya,ada beberapa yg jual ikan hiu,tp blm begitu besar.Yg ukurannya bsr2 tuh ikan pari & tenggiri,wuih gede2 bgt.Nah,di pasar ini byk org2 Cina yg jualan sayuran,kue basah,tempe,dsb.Kami membeli lontong buat Lebaran Idul Adha besok,wah lontong disini bentuknya kerucut.Itu loh mirip kacang rebus yg di bungkus kertas,coz pembungkus lontongnya menggunakan daun Simpur.Tempe2 yg dijual pun dibungkus pake daun Simpur,bentuknya pipih memanjang spt ketimus.
 
Pkl.09 pagi kami dah berangkat.Persinggahan pertama adalah Bukit Berahu.
Wow...subhanallah,kaki langit bersentuhan langsung dg laut yg berwarna hijau tosca.
Sejauh mata memandang hanya biru laut yg kehijau-hijauan__bening,ditambah ada satu-dua perahu bagan,itu loh perahu penangkap ikan dg dua cadik.Viewnya amazing buanget.
Ga bosen2 gw ngeliat hsl jepretan kamera dg latar blakang pemandangan di Bukit Berahu
foto yg kami ambil nampak seperti lukisan masterpiece seorang maestro.
Suasana yg tenang,pasir putih nan lembut,pantai yg bersih & beberapa cottage mungil di bibir pantai
membuat atmosfir nyaman tersendiri bagiku.
 
Next destination :Tanjung Kelayang
Pantainya merupakan tanjung yg terlindungi batu2 besar berwarna abu2, membuat pantai disini begitu tenang, asyik buat berenang.Airnya bening.Bagi yg ingin menyebrang ke pulau2 kecil yg tersebar di Pulau Belitung bisa memanfaatkan perahu2 yg emg disewakan disini.
 
Lanjut, gw ngelewatin dermaga Tanjung Binga.Lagi2 view disini juga bagus.Deket banget ma Pulau Lengkuas yg terkenal dg mercusuar tua.Dr sini juga ada perahu yg disewakan utk nyebrang ke pulau2 itu.Sayang,gw ga nyebrang ke P.Lengkuas coz angin lg kencang en laut lg pasang,gerimis pula.
 
Next destination :Tanjung Tinggi
Disinilah tempat syuting Nidji utk OST Laskar Pelangi dmn anak2 Laskar Pelangi berlari2an di antara bebatuan yg bsr2 & menunggu Pelangi.Nah,gw berenang2 disini ada sekitar 2 jam pas tengah siang pula.Jam 1 siang kami makan seafood di wrg pinggir pantai,seblmnya kami emg sdh pesan.Dg msh pakaian yg basah,kami menyantap Gangan (potongan Ikan dg kuah berwarna kuning dg rasa pedes & ada rasa nenas-khas Belitung)+Tumis kangkung(rasanya pedes manis kayak bumbu rujak)+Rajungan rebus yg gede2 bgt,ada telurnya pula-kalo beruntung(blm pernah gw mkn rajungan segede ini di Jkt)+Ikan bakar bumbu kuning(gw ga tau namanya,tp ikannya besar bgt deh,kami ber-6 aja ga abis)+Sambel kecap dg rasa jeruk nipis+Cumi goreng tepung.
Selesai mkn, berenang lg 1/2jam,trus mandi.Lanjut dg menjelajah+foto2 di tumpukan batu2an yg besar & tinggi.
 
Next destination :Kelenteng Sijuk
Kelenteng tertua yg dibangun oleh para pendatang di Belitung.Foto2 bentar,heheh.
 
Selewat dari Sijuk,kami melewati berbagai perkampungan transmigran.
Ada Kampong org2 Jawa (org Belitung menuliskannya Kampong tp membacanya sbg Kampung),ada Kampong org2 Padang disebut Kampong Padang Lalang kalo gw ga slh inget, & ada Kampong org2 Bali disebut Balitong.Nah di Balitong ini kampungnya unik.Coz setiap rmh membangun pura msg2 di pekarangannya,ada yg besar & megah tp ada juga yg seadanya,tergantung dr perekonomian msg2 org.
 
Berikutnya, kami mampir di slh satu warung kopi di Pasar Manggar. Wrg yg kami singgahi ini terkenal dg pemiliknya yg banci bernama Zarima (emg mirip Zarima si Ratu ecstasy) tp Zarima yg ini bergelar si Ratu Kripik Sukun-tp anak buahnya tetep manggil dia Koko Zarima (panggilan Abang dlm bhs Cina,red),karena emg dia jualan aneka kripik sukun : ada yg bentuknya persegi panjang disebut stick sukun__tebal tp rapuh dg rasa asin-manis,ada yg bentuknya setengah lingkaran dg potongan tipis2 dg rasa asin,lalu ada yg potongannya halus seperti pita dg rasa asin juga.
Oya,daerah Manggar terkenal dg sebutan Tempat 1000 wrg kopi,karena banyaknya wrg kopi yg bertebaran disini.Emg dah jd kebiasaan mereka tuk ngabisin waktu di wrg kopi dg kawan2.
(Persis yg diceritain dlm novel Andrea Hirata si penulis tetralogi Laskar Pelangi).
 
Setelah itu,kami mampir di Asatu. Suatu pojok di tikungan jalan yg tinggi sehingga dr sini terlihat hamparan laut suatu pantai yg aq ga tau namanya.Viewnya bagus.Ga jauh dr Asatu,kami ngelewatin rumah kediaman keluarga Yusril Ihza Mahendra,rumahnya bernuansa etnik dg kayu2 berwarna coklat dg ukuran besar tentunya.Nah,sampai disini hari tlah menjelang maghrib.Kami putuskan utk pulang.
 
Jalur pergi kami tadi adalah melintasi sepanjang pesisir pantai mulai dari Belitung Barat sampe Belitung Timur,seperti melingkari Pulau Belitung.Nah,utk mempersingkat waktu perjalanan plg maka kami mengambil Jalur Tengah__yaitu membelah Pulau Belitung dr tengah.Jalur tengah ini masih banyak hutannya & perkebunan kelapa sawit.Dah malem en ga ada lampu penerang jalan.Lalu lintas pun sepi.
Hii....gelap pekat,apalagi bulan tdk sedang purnama,langit mendung tanpa bintang-gemintang.
 
Guess what ??? 
Mobil kami menanjak di sebuah bukit sepi.Dan cuma ada satu rumah disitu,sebuah warung dg penerangan ala kadarnya kayaknya cuma pake lilin deh.Melintas di depan rmh tsb tdk boleh ada yg bersuara & tertidur,mobilpun hrs membunyikan klakson.Usut punya usut,ternyata itu adalah rmh seorg sakti yg ditakuti org.Alkisah tinggal sepasang suami-istri yg sdh tua dg motor tua yg rasa2nya udah ga mgkn bs dikendarai,tp hebatnya si Kakek & si Nenek dpt berkendara dg motor tsb menuju Kota Tanjung Pandan hanya dlm 10 menit padahal kalo motornya dinaikin org lain aja ga mau jalan, dan yg lbh hebat lg tuh jarak dr rumahnya ke Tj.Pandan ditempuh oleh kami pake mobil 1 jam setengah,lah dia cuma butuh waktu 10 menit?? ck...ck...ck.Katanya sih skrg Psgn itu dah meninggal,jd rmhnya ditinggali oleh keturunannya.Oya,menurut wawancara langsung aq dg tokohMahar yg asli,catet yah Mahar asli (Mahar adalah slh satu tokoh di novel Laskar Pelangi yg benar keberadaannya, cuma nama
aslinya adalah Ahmad Fajri,red) : Andrea terinspirasi dr kisah psgn kakek-nenek ini utk menampilkan nama Societeit de Limpai sbg perkumpulan mistis yg dibentuk oleh si Mahar di dlm Laskar Pelangi.
 
Ok,perjalanan hari ini berakhir s/d jam 19.30wib.
Itulah jam kami tiba kembali di rumah.Ada tempat HORROR !!!
 
08 Dec 2008 >>> KE RUMAH ANDREA HIRATA & SEKOLAH LASKAR PELANGI
Pagi ini acara diawali dg shalat Ied di Gedung Nasional.Katanya Presiden Soekarno dulu pernah dtg en pidato disini loh.Oya,Gedung Nasional letaknya di tengah2 kota,fungsinya sbg gedung serbaguna & ada panggung terbuka yg permanen terbuat dari semen di seberang gedung ini & disini pula film Laskar Pelangi pernah diputar utk umum tanpa dipungut bayaran,pake layar tancap.Kami shalat di lapangan parkirnya yg luas.Wah,disini aq bs dengar percakapan dlm bahasa Belitung dr org2 sini,ada yg wajahnya tipikal org Bugis dg kulit hitam,ada yg berkulit putih dg mata sipit pastilah org2 Tionghoa : Khek,Hokkian atau Ho Pho (entahlah aq tak bs membedakan apa yg beda diantara ke-3 suku Tionghoa itu), dan ada yg berkulit putih tp tdk bermata sipit__cantik & ganteng,mungkin inilah Tionghoa yg sdh tdk asli alias campuran__campurannya apa ya? hueheheh...mana ku tau?!
 
Usai shalat Ied,keluarga tmnku mengajakku bersilaturahmi ke rmh saudaranya.
Alhasil,jam 11 siang baru kami memulai perjalanan hari ini.Ok,hari ini kami menuju Belitung Timur via Jalur Tengah.Cukup 1jam setengah kami sampe di Pasar Manggar.Disini kami mampir lg ke wrg kopi si Zarima-Ratu Kripik Sukun utk beli stick sukun buat oleh2.Lalu,kami menuju Desa Gantong (Gantung,red) utk mencari rumah si Andrea Hirata.Tp sebelumnya kami mampir di salah satu wrg kopi di Pasar Gantong,ingin merasakan atmosfir pembicaraan org2 di wrg kopi.Tp sungguh sayang,karena org2 suku Sawang yg lg bergerombol di wrg itu langsung terdiam menghentikan pembicaraan mereka demi melihat kami.Rupanya begitulah mereka,kalo ada org asing yg dtg terutama dlm jumlah besar alias lbh dr 2 org,dari yg awalnya asyik ngobrol dg volume suara yg keras atau berdendang lagu2 Melayu,langsung diam & memperhatikan tamu2 asing yg dtg,lalu mereka melanjutkan ngobrol dg suara yg pelan nyaris tak terdengar oleh kami yg bersebelahan meja.
 
Selanjutnya,kami bertanya arah pd si Koko pemilik wrg kopi.Ternyata,kami tlah melewati rmh Andrea Hirata tadi,jd kami berbalik arah.Syukurlah,rmhnya tdk terlalu jauh dr Pasar Gantong.Sebenarnya Andrea plg kampung saat ini,tp sayang saat kami tiba di rmhnya dia baru saja pergi ke Tanjung Pandan(kota asal keberangkatan kami tadi).Karena ada kerabatnya yg meninggal.Aku sih ga kecewa,coz aq dah pernah ketemu langsung waktu bln Juli 2008 di Senayan pd saat Pesta Buku.Cuma tmnku yg agak kecewa.Untungnya,di bagian belakang rumah Andrea memasang foto2 masa mudanya saat berkeliling Eropa (inilah setting yg digunakannya utk novel Sang Pemimpi & Edensor).Kami pun berfoto disini.Huahaha...ga peduli deh diketawain ama tetangganya Andis alias Andrea Hirata.
 
Dari rumah Andrea,kami menuju replika Sekolah Laskar Pelangi.Wah,saat tiba disini hujan mulai gerimis.Tp ga peduli deh,dah jauh2 dtg masa ga mengabadikan diri dg berfoto & merekam momen ini.
PUASS....
Dari sekolah,kami melewati Sungai Linggang.Konon,ada sebuah Kapal Lanun dari jaman Kejayaan Selat Malaka yg karam di dasarnya (hehe,kabar ini sih cuma ada di novel pamungkas Laskar Pelangi yg berjudul Maryamah Karpov,dah ada yg baca lum?).Sempet ngelewatin bekas gedung PN Timah juga.
Trus,mampir ke Bendungan Piche.Di sini pemandangannya biasa aja,cuma ada Sungai dan Delta (endapan lumpur & tanah yg mengeras di aliran sungai,lama-kelamaan jadi terbentuk seperti pulau kecil di tengah2 aliran sungai__hehe,itu kalo gw ga salah ngasih pengertian apa yg dimaksud Delta,coz gw ga gape Geografi),jadi di sisi kanan-kirinya Delta mengalirlah sungai.Nun jauh disana,ada perbukitan.Begitulah lukisan alam disini.
 
Karena hari menjelang sore,kami pun pulang lewat jalur Kelapa Kampit.Dan sempat mampir juga di salah satu rumah Gedong eks pegawai PN Timah yg cukup elite di jaman kejayaan timah di Belitung dulu.Itulah rumah kerabat dr temenku ini,Bude-nya temenku.Bude-nya Cina muslim,suami si Bude dulu adalah salah satu org staff PN Timah.Rumahnya gede banget dg pekarangan yg luas,mirip villa.Sekitar jam 5 sore kami pamit pulang.Kami sempat lewat Kampong Bodenga (Kampung Buding,red),itu loh salah satu tokoh legenda Belitung yg pakar menangani buaya,bagi yg dah nonton film Laskar Pelangi pasti tau adegan si Lintang diselamatkan dr buaya oleh Bodenga saat hendak buru2 ke lomba cerdas-cermat. 
09 Dec 2008 >>> DISANGKA ANDREA HIRATA + BERTEMU MAHAR ASLI
Pesawatku jam 14.30wib.Jadi,acara hari ini hanya pergi beli oleh2 di kota Tanjung Pandan.
Pagi ini Belitung diguyur hujan terus-menerus.Jam 9 kami jalan.Ke Gedung Nasional dulu coz aq pengen foto bangunan tsb.Lalu,ke Tanjung Pendam lagi.Terus lanjut ke Pelabuhan Belitung utk liat Kapal Express penyebrangan ke Pulau Bangka,sayang kami ga punya cukup waktu utk ke P.Bangka selain itu saat ini lg musim angin Barat yg artinya lg ada gelombang besar sehingga kapal2 enggan utk melaut.
Trus,kami liat rumah2 eks buruh & staff PN Timah di sepanjang perjalanan menuju toko penjual oleh2 khas Belitung.Oya,oleh2nya tuh ada : kerupuk ikan,kerupuk cumi,kerupuk udang dari yg model bundar pipih sampe yg bentuknya kaya silinder kecil2 atau yg disebut getas,karena emg sedikit getas/keras saat digigit,wah rasa ikan/cumi/udangnya berasa banget.Ada terasi udang,kerupuk bakar/kemplang +sambalnya,stick telor cumi,dodol ketan,abon ikan tenggiri.
 
Berikutnya,kami ke tengah kota dimana terdapat Patung dua org yg mengangkat bambu & Jam Gede.
Mampir dulu di sebuah warung utk menikmati Es Kacang Merah,isinya cincau hitam dipotong dadu+kacang hijau+kacang merah+tape+agar2 merah trus dikasih serutan es en dikasih topping susu kental manis putih...segeerr.Dah itu, pulang deh_msh jam 11 sih.
 
After lunch di rumah, jam 12.15 kami menuju bandara.Hari ini yg akan bertolak ke Jakarta hanya 3 org,yaitu aq dan 2 org tmnku.Sedangkan tmnku yg org Belitung baru esok kembali ke Jkt.20 menit perjalanan dr rmh,kami melewati SMAN 2 tempat Ahmad Fajri alias Mahar asli mengajar.Kami berkompromi,kiranya aq & ke-2 tmnku yg hendak ke Jkt berkeberatan atau tdk jika mampir dulu utk bertemu dg Mahar ? Coz,udah jam setengah satu sdgkan pswt kami jam 14.30.Kami tdk keberatan,jd bertamulah kami ke SMAN 2 mencari Mahar.Ternyata Pak Ahmad Fajri alias Mahar baru saja plg.Kami pun dikasih alamat + denah ke rmhnya.Ngebut ke rmh Mahar,coz rmhnya ke arah kami datang td,artinya kami kembali ke arah kota Tj.Pandan.Jam 1 tiba di rmh Mahar,beliau msh mengenakan seragam Guru negeri.Kami disambut ramah & terjadilah obrolan seru tanya-jawab ttg Laskar Pelangi & Andrea.Menurut Mahar,semalam Andrea dtg ke rmhnya setelah melayat kerabatnya yg meninggal di kota Tj.Pandan.Msh
menurut Mahar pula,bahwa dia & Andrea msh mempunyai hub.kekeluargaan alias saudara jauh sekaligus sahabat.Coz,bibi/adik ibunya Andrea menikah dg paman/adik ibunya Mahar.
Pak Mahar ini senang bercerita,sehingga tak terasa 1 jam sdh kami ngobrol bersamanya.Jam 14.00 kami pamitan,ngebut berkendara ke bandara demi mengejar jadwal pswt yg jam 14.30.
Wah,jagoan deh suaminya tmnku,bayangin waktu tempuh yg kalo normalnya tuh 30 menit ini cuma 15 menit dah sampe di bandara.Untung,pswt blm datang.Buru2 check-in.
 
Eh,kenapa ya org2 di bandara pada ngeliatin aku ?
Para petugas di bandara juga ikut2an ngeliatin aku gitu.
Kayaknya ga ada yg aneh deh ma penampilanku.
Oouww,setelah ku tegakkan telinga (hihi,kayak kelinci aja) & ku dengarkan dg seksama kasak-kusuk di antara mereka,maka aku dpt mencuri dengar. Guess what ???
"AKU DIKIRA SI ANDIS alias ANDREA HIRATA"
Huahaha....emg nya ga liat apa kalo aq tuh cewek, Andrea kan cowok ?!
Emg sih,model rambutku sekarang mirip2 model rambut si Andrea__Ikal sebahu.
Ditambah topi hitam bulat + kaos + jeans seperti trademark nya Andrea kalo nongol di ruang publik. 
Ternyata pswt delay, jam 15.50wib baru kami bertolak ke Jakarta.
Yah,sepanjang waktu menunggu itu kami duduk2 di kantin bandara & selama itu pula aku dikira si Andis.
Malah sempet ada yg sedikit perang mulut ma temennya, bahwa aku itu org Belitong tp tmn nya ngebantah kalo aku tuh org Jakarta, duh...duh..ada2 aja deh mereka.
 
Sesampainya di bandara Cengkareng, aku kok merasa ada bagian dari diriku yang tertinggal di Belitung, yah ?! (halah,sok nyastra deh bahasanya).
Tp emg bener, aku ngerasa seperti org yg tiba2 kangen ama kampung halamannya.
Padahal,waktu berangkat dari Jkt kemarin itu aku ngerasa happy mo liburan.
Eh, pulangnya malah tergurat perasaan sedih begini. K A N G E N ma Belitung.

Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
10a.

[Ruang Baca]Daripada Bete, Nulis Aja!

Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com   thee_ok

Sun Dec 21, 2008 4:36 pm (PST)

Sub judul: Panduan Nulis Asyik di Mana Saja, Kapan Saja, Jadi Penulis
Beken pun Bisa!
Judul asli: Write Where You Are: How to Use Writing to Make Sense of
Your Life
Penulis: Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D
Penerjemah: Lusy Widjaja
Penerbit: Kaifa for Teens
Tebal: 231 halaman
Cetakan: IV, November 2006
Beli di: Bursa diskon Mizan, Gramedia Merdeka Bandung
Harga: Rp 10.000,00
Skor: 8

Menulis adalah suatu cara memahami dan menemukan arti hidupmu.
Kata-katamu dapat menjadi cermin ajaibmu, mencerminkan siapa dirimu,
kamu ingin menjadi apa, dan dapat menjadi apa. Dengan menulis, kamu
dapat lebih mengenal bagian dirimu yang sunyi, terluka, dan sepi, juga
bagian-bagian yang kreatif, gembira, dan tangguh. Dalam beberapa hal,
tulisanmu ibarat sidik jarimu di dunia: lingkaran, kerutan, dan citra
yang mengidentifikasi dirimu sebagai kamu. (halaman 23)

Di permulaan, buku ini terlihat seperti kebanyakan bacaan lainnya yang
mengupas manfaat menulis dan dibuka dengan pengalaman pribadi Caryn
yang menilai aktivitas menulis sebagai pelipur luka akibat perceraian
orangtua di kala ia masih belia. Setelah tiga bulan bertengger di rak,
saya mulai menelusuri isinya dengan menyimak kutipan-kutipan di
sejumlah besar halaman, selingan mata dengan ilustrasi dan permainan
huruf yang cocok untuk pembaca remaja.

Di bab 2, karya Caryn ini mulai menunjukkan tajinya. Dalam Berpikir
Seperti Penulis, ia menyodorkan argumen bahwa berkomitmen dan
berdisiplin menulis bukan berarti menempelkan tubuh ke kursi dan
terpaku di depan komputer setiap hari. Diskusi ide, pengumpulan data,
dan pengolahan gagasan dalam kepala pun termasuk mata rantai
kepenulisan. Sungguh meringankan, mengingat ada kalanya kita tak bisa
menyisihkan waktu barang semenit pun untuk menuangkan kata-kata ke
layar komputer.
Tetapi bukan berarti Caryn memberi kita alasan untuk berleha-leha
selalu. Di halaman 36, ia menandaskan, "Namun jika kamu hanya menunggu
sepanjang hari sampai kilat menyambar, halamanmu akan tetap kosong."

Keasyikan buku ini antara lain terletak pada unsur latihan dan contoh
yang terpapar. Kita diajak mengolah sudut pandang berbeda, misalnya
dalam dongeng Cinderella. Bahwa sesungguhnya ibu dan saudara tirinya
tidak kejam dan orang keliru menilai mereka.

Elemen paling cemerlang adalah Bagian 3 yang berjudul Penghalusan:
Mengapa Harus Revisi? Caryn menerangkan segala sesuatunya dengan
sangat gamblang, dalam beberapa poin yang sukar dibantah. Bahkan
panduan yang diberikannya dapat saya terapkan ketika mengerjakan
penyuntingan naskah orang lain, seperti di bawah ini:

Ingatlah, sekali saja cukup. Saat kamu membaca kembali hasil karyamu,
perhatikan penggunaan kata-kata berlebihan. Jangan terus menggambarkan
pohon sebagai "atap dedaunan" - kesan segar sebelumnya dapat membusuk
dengan cepat. Pernahkah kamu menyebutkan mata cokelat indah karaktermu
hingga sepuluh kali? Dalam dialog, pernahkah kamu secara tidak perlu
mengulang-ulang "dikatakan begini-dan-begini" berkali-kali?
Hilangkanlah! (hal. 147)

Tanda baca seharusnya membantumu, bukan melawanmu. ....Memang
mengasyikkan mengetik tanda seru!! Mereka dapat membuat tulisanmu
tampak meluap-luap dengan kegembiraan atau mendidih dengan kemarahan,
tapi jika kamu memakainya terlalu banyak, kamu justru mengurangi
kekuatannya. (hal. 148-149)

Ditunjang penerjemahan yang baik, buku ini saya nobatkan sebagai
referensi berharga dan layak ditengok berulang kali dalam proses
belajar yang tak berkesudahan.

--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply.com
http://sinarbulan.multiply.com

10b.

Re: [Ruang Baca]Daripada Bete, Nulis Aja!

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Dec 21, 2008 5:09 pm (PST)

gyaaaaaaaaa!!!!
ini juga salah satu buku favoritku!
aku paling suka bab "sumur ide dlm duniamu", waktu ada contoh2 utk
bikin ending dari dongeng2 klasik, ex: ttg cinderella.
krn bab itu, aku pernah nulis ending rapunzel, dimana rambutnya jadi
rontok, trus dia potong rambut di salon, dan malah jadi trendsetter,
hihihi.
thanks a bunch, mbak rini!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Rini Nurul Badariah
<rinurbad@...> wrote:
>
> Sub judul: Panduan Nulis Asyik di Mana Saja, Kapan Saja, Jadi
Penulis
> Beken pun Bisa!
> Judul asli: Write Where You Are: How to Use Writing to Make Sense
of
> Your Life
> Penulis: Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D
> Penerjemah: Lusy Widjaja
> Penerbit: Kaifa for Teens
> Tebal: 231 halaman
> Cetakan: IV, November 2006
> Beli di: Bursa diskon Mizan, Gramedia Merdeka Bandung
> Harga: Rp 10.000,00
> Skor: 8
>
> Menulis adalah suatu cara memahami dan menemukan arti hidupmu.
> Kata-katamu dapat menjadi cermin ajaibmu, mencerminkan siapa
dirimu,
> kamu ingin menjadi apa, dan dapat menjadi apa. Dengan menulis, kamu
> dapat lebih mengenal bagian dirimu yang sunyi, terluka, dan sepi,
juga
> bagian-bagian yang kreatif, gembira, dan tangguh. Dalam beberapa
hal,
> tulisanmu ibarat sidik jarimu di dunia: lingkaran, kerutan, dan
citra
> yang mengidentifikasi dirimu sebagai kamu. (halaman 23)
>
> Di permulaan, buku ini terlihat seperti kebanyakan bacaan lainnya
yang
> mengupas manfaat menulis dan dibuka dengan pengalaman pribadi Caryn
> yang menilai aktivitas menulis sebagai pelipur luka akibat
perceraian
> orangtua di kala ia masih belia. Setelah tiga bulan bertengger di
rak,
> saya mulai menelusuri isinya dengan menyimak kutipan-kutipan di
> sejumlah besar halaman, selingan mata dengan ilustrasi dan
permainan
> huruf yang cocok untuk pembaca remaja.
>
> Di bab 2, karya Caryn ini mulai menunjukkan tajinya. Dalam Berpikir
> Seperti Penulis, ia menyodorkan argumen bahwa berkomitmen dan
> berdisiplin menulis bukan berarti menempelkan tubuh ke kursi dan
> terpaku di depan komputer setiap hari. Diskusi ide, pengumpulan
data,
> dan pengolahan gagasan dalam kepala pun termasuk mata rantai
> kepenulisan. Sungguh meringankan, mengingat ada kalanya kita tak
bisa
> menyisihkan waktu barang semenit pun untuk menuangkan kata-kata ke
> layar komputer.
> Tetapi bukan berarti Caryn memberi kita alasan untuk berleha-leha
> selalu. Di halaman 36, ia menandaskan, "Namun jika kamu hanya
menunggu
> sepanjang hari sampai kilat menyambar, halamanmu akan tetap
kosong."
>
> Keasyikan buku ini antara lain terletak pada unsur latihan dan
contoh
> yang terpapar. Kita diajak mengolah sudut pandang berbeda, misalnya
> dalam dongeng Cinderella. Bahwa sesungguhnya ibu dan saudara
tirinya
> tidak kejam dan orang keliru menilai mereka.
>
> Elemen paling cemerlang adalah Bagian 3 yang berjudul Penghalusan:
> Mengapa Harus Revisi? Caryn menerangkan segala sesuatunya dengan
> sangat gamblang, dalam beberapa poin yang sukar dibantah. Bahkan
> panduan yang diberikannya dapat saya terapkan ketika mengerjakan
> penyuntingan naskah orang lain, seperti di bawah ini:
>
> Ingatlah, sekali saja cukup. Saat kamu membaca kembali hasil
karyamu,
> perhatikan penggunaan kata-kata berlebihan. Jangan terus
menggambarkan
> pohon sebagai "atap dedaunan" - kesan segar sebelumnya dapat
membusuk
> dengan cepat. Pernahkah kamu menyebutkan mata cokelat indah
karaktermu
> hingga sepuluh kali? Dalam dialog, pernahkah kamu secara tidak
perlu
> mengulang-ulang "dikatakan begini-dan-begini" berkali-kali?
> Hilangkanlah! (hal. 147)
>
> Tanda baca seharusnya membantumu, bukan melawanmu. ....Memang
> mengasyikkan mengetik tanda seru!! Mereka dapat membuat tulisanmu
> tampak meluap-luap dengan kegembiraan atau mendidih dengan
kemarahan,
> tapi jika kamu memakainya terlalu banyak, kamu justru mengurangi
> kekuatannya. (hal. 148-149)
>
> Ditunjang penerjemahan yang baik, buku ini saya nobatkan sebagai
> referensi berharga dan layak ditengok berulang kali dalam proses
> belajar yang tak berkesudahan.
>
>
>
> --
> Salam,
> Rini Nurul Badariah
> http://rinurbad.multiply.com
> http://sinarbulan.multiply.com
>

11a.

(bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Dec 21, 2008 5:41 pm (PST)

*MIMPI-MIMPI SUNYI
Oleh: Retnadi Nur'aini

Mimpi itu datang lagi. Tak peduli apakah Sunyi habis mabuk atau
letih karena habis lembur, mimpi itu selalu datang lagi dan lagi.
Mimpi tentang kematiannya.

Kadang, settingnya adalah puncak gedung pencakar langit. Kadang,
danau berair tenang. Kadang, parkiran kosong. Yang jelas, Sunyi
tahu, ia akan mati disana.

Semalam, settingnya adalah kamar tidur Sunyi. Dalam mimpi itu, ia
sedang terlelap. Namun meski hanya mengenakan sehelai gaun tidur
tipis, entah kenapa ia merasa kepanasan. Peluhnya membanjir. Rasanya
seperti…terbakar. Sunyi membuka mata dan segera menyaksikan sebuah
pemandangan yang menakjubkan.

Luar biasa, kamar tidurnya yang mungil berubah menjadi lautan api.
Buku-buku dan kertas digerogoti api sampai menghitam. Kepala boneka
kesayangannya, Pak Beruang, telah terpisah dari tubuhnya. Dinding
yang menghitam, sementara tirai-tirai yang menari-nari membelai
wajah dan kulitnya yang terbuka. Sesuatu terdengar berderak-derak,
tapi Sunyi tidak tahu itu apa. Ia melihat jendelanya terbuka,
mengantarkan angin yang menerbangkan percikan-percikan api dan butir-
butir abu yang masih hangat ke depan hidungnya. Ia bisa mencium
wanginya. Ia bisa merasakan kehangatannya.

Pelan, Sunyi meraba dadanya. Damai. Damai sekali. Ia bisa merasakan
lidah-lidah api itu menjangkaunya dengan rindu. "Kemari Sunyi,
kemari…," bisik mereka di telinganya. Suara berderak-derak makin
keras terdengar, sepertinya makin dekat. Ia menatap langit-langit
yang berkeretak dengan nyaring. Ah, suara yang merdu itu...

Dalam hitungan lima detik, langit-langit itu akan rubuh menimpanya.
Sunyi menghela napas. Sambil memejamkan mata, ia mulai berhitung.
Lima..empat..tiga..dua..Sunyi membuka mata dan mendongak. Ia sudah
siap. Ia merentangkan tangannya. Ia sudah siap. "Satu…," ucapnya.

********

Sejak berumur 7 tahun, Sunyi telah tahu bahwa ia akan meninggal pada
umur 23 tahun. Ia sudah membaca surat pemberitahuan kematiannya. Di
atas selembar kertas yang kini telah menguning dan lusuh. Disitu
tertulis jelas hari, tanggal, dan tempat kematiannya. Selasa, 20
November 2007, jalan depan rumah. Tanpa dicantumkan penyebab
kematian.

Sunyi tidak sendirian. Setiap orang di kota Larut tahu waktu
kematian mereka dari surat pemberitahuan kematian masing-masing.
Ketika seorang anak dinggap telah dewasa, mereka akan menerima
sepucuk surat tepat di hari ulang tahun mereka. Tingkat kedewasaan
ini sendiri berbeda untuk setiap orang. Seorang teman Sunyi
misalnya, Sinar, baru menerima suratnya di umur ke-10. Adik Sinar
yang meninggal pada umur 3 bulan malah tak sempat menerima suratnya.
Namun, surat itu telah dititipkan pada ibu Sinar, sejak kandungannya
masih berumur 6 bulan.

Tak seorangpun penduduk kota Larut yang tahu persis, sejak kapan
orang-orang mulai menerima surat pemberitahuan kematian mereka.
Mereka menerimanya begitu saja, meski di dalam surat tak pernah
tercantum penyebab kematian. Bagi sebagian warga kota Larut, hal
ini justru menguntungkan, karena mereka tak perlu dihantui tentang
kematian mereka. Tapi sebagian lainnya justru bertanya-tanya. Dan
Sunyi, adalah salah satunya.

********

Sementara pertanyaan-pertanyaan melintas di kepala Sunyi tanpa
permisi. Apa ia akan mati dengan mata terbuka atau tertutup? Apa ada
anggota tubuhnya yang terpisah? Berapa lama napasnya nanti akan
tertahan? Bagaimana rupanya ketika mati nanti? Sedihkah? Marahkah?
Damaikah? Siapa yang akan berada di dekatnya? Bagaimana ia akan mati
nanti? Ya, bagaimana ia akan mati nanti?

Tak kunjung hentinya kepala Sunyi bertanya. Seperti hiruk pikuk
sebuah kota, tanpa satupun rambu peringatan. Riuh bertabrakan satu
sama lain. Kepala Sunyi nyaris meledak karenanya. Pelan-pelan
dikuburkannya puluhan pertanyaan itu ke dalam alam bawah sadarnya.
Dan sejak itulah, Sunyi mulai bermimpi.

Saat pagi menjelang, Sunyi terbangun dan menatap gelas air di
samping tempat tidurnya. Bagaimana kalau ia terjatuh seperti gelas
ini? Menyerahkan sepenuhnya pada gaya gravitasi dan terhempas dengan
pedih tak terperi. Hancur berkeping-keping.

"Prang!"

Gelas itu terjatuh. Pecahannya terserak di kamar Sunyi. Perlahan
Sunyi turun. Tangannya meraih sepotong pecahan. Membayangkan sisi
pecahan kaca yang tajam itu menggores nadinya yang melintang biru,
merasakan darah kentalnya meleleh keluar. Pelan-pelan. Pelan-pelan.
Saat mencuci wajah, Sunyi bermimpi sedang menenggelamkan dirinya,
membiarkan paru-parunya menggembung bengkak, merasakan dingin air
membasuh kulitnya.

Saat sarapan, Sunyi bermimpi untuk sarapan dengan teh dan segenggam
Lithium dan Veronal. Mencecap rasa pahit dengan lidahnya, dan damai
dalam lelap yang akan tercipta.

Saat berada dalam lift, Sunyi bermimpi lift itu terjatuh dari lantai
46, membanting tubuhnya dengan suara hantaman yang menggetarkan
tulang-tulang persendian.

Saat menyeberang jalan, Sunyi bermimpi sebuah truk kontainer akan
melindas tubuhnya, meremukkan kepalanya, dengan suara rem yang
berdecit-decit. Lalu orang-orang akan merubungi seperti lalat
sambil bergumam-gumam "Waktunya sudah tiba.."

Dan Sunyi bermimpi, dan bermimpi, dan bermimpi….di setiap detik sisa
hidupnya. Sampai waktunya tiba.

********

Tentu saja, situasi ini juga bukan pertama kalinya terjadi. Puluhan
orang mengamuk saat menerima surat mereka. Puluhan lagi menangis
menjadi-jadi dan menderita depresi berkepanjangan.

Dulu, pernah ada sejumlah orang yang mencoba berpikir logis dengan
melacak alamat kantor pos pengirim. Mereka gagal. Kantor pos itu tak
pernah ditemukan. Surat-surat terus berdatangan, dan ratusan orang
yang menjadi gila terpaksa dikirim ke rumah sakit jiwa. Menunggu
waktu mereka disana.

Tapi seiring dengan bergulirnya waktu, orang-orang ini mulai sadar
betapa sempitnya waktu yang mereka punya. Satu persatu mereka mulai
pulang, menata hidup bersama orang-orang yang mereka cintai. Meminta
maaf atas semua hal buruk yang telah mereka lakukan. Dan berterima
kasih atas semua hal baik yang telah mereka dapatkan.

Begitulah waktu berjalan dengan damai di kota Larut, hari demi
hari....

******

20 November 2007, dini hari.

Sunyi terbangun dengan perasaan segar. Hari ini adalah waktunya. Ia
segera bersiap-siap mandi. Lalu mengenakan gaunnya yang terbaik,
yang sudah diseterika sampai licin semalam. Sekilas ia menatap
langit dari jendela. Ia selalu suka pagi hari.

Sambil sarapan semangkuk sereal, ia menatap sekitarnya. Rumah sudah
dirapikan. Sampah sudah dibuang. Ia sudah berdoa di gereja. Semua
sahabat, dan teman kantor sudah menghubungi untuk mengucapkan
selamat berpisah. Kemarin, ayah ibunya juga sudah datang. Katanya,
mereka sudah menyiapkan sebuah nisan dan satu upacara pemakaman
sederhana, pada keesokan harinya.

Kemarin, bersama-sama, mereka juga sudah melihat peti-nya. Tempat
tidur Sunyi yang terakhir. Untuk selama-lamanya. Peti itu sederhana,
tanpa ukiran apapun, tapi terbuat dari kayu yang kuat. Di dalamnya,
Ibu Sunyi sudah menyiapkan Pak Beruang kesayangannya.
Semuanya sudah siap.

Sunyi menatap jam dindingnya. 05.00. Mungkin, lebih baik kalau ia
berjalan-jalan sebentar. Ia segera menyambar jaket dan dompetnya,
lalu mengunci pintu. Di luar, hari masih pagi. Waktu penuh
kedamaian.

Jalanan masih lengang. Para penjual sayur dan buah sedang memilih-
milih dagangannya yang busuk. Beberapa pria bercelana pendek sedang
lari pagi. Tukang parkir depan rumahnya tampak terkantuk-kantuk.
Sekilas mereka bertatapan, dan tersenyum maklum. Ia tahu. Hari ini
adalah waktunya Sunyi.

Kaki-kaki Sunyi berbelok di tikungan.

Matanya masih sempat menangkap kilatan cahaya terang yang
menyilaukan. Samar-samar telinganya mendengar suara klakson mobil.
Dan bunyi rem yang berdecit-decit.

******
Tikungan jalan depan rumah Sunyi banjir darah. Gaun putih Sunyi
tampak memerah karena darah yang merembes. Orang-orang mulai
merubungi seperti lalat. Tak seorang pun memanggil ambulans. Tak
seorang pun memanggil polisi. Tak seorang pun menyalahkan pengemudi
truk kontainer. Mereka cuma bergumam-gumam dengan bising. "Waktunya
sudah tiba..."

Setengah jam kemudian, orang tua Sunyi datang. Dengan sigap, mereka
segera mengambil mayat Sunyi yang berkepala remuk, lalu membawanya
pulang ke rumah duka. Sementara kerumunan orang mulai bubar.

Pengemudi truk kontainer kembali menyalakan mesinnya. Para penjual
sayur dan buah mulai membuka kiosnya. Beberapa pria bercelana pendek
kembali melanjutkan lari pagi. Dan tukang parkir depan rumah yang
masih terkantuk-kantuk, mulai menyalakan peluitnya. Semua kembali
bertugas. Semua kembali terjaga.

Di kota Larut, pagi ini masih satu pagi yang damai.

********

* Dimuat di majalah Femina, edisi April 2008, dengan judul "Sunyi"

11b.

Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Sun Dec 21, 2008 5:56 pm (PST)

buat Nok hanya satu kata, "Dahsyat"
Nok kadang aku mikir Nok selalu punya ide ok, kok bisa ya?
Keep writing! terutama yang bau-bau surealis gitu....(BTW aku masih tercatat di NFC kan?)

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, December 22, 2008 8:41:18 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi

*MIMPI-MIMPI SUNYI
Oleh: Retnadi Nur'aini

Mimpi itu datang lagi. Tak peduli apakah Sunyi habis mabuk atau
letih karena habis lembur, mimpi itu selalu datang lagi dan lagi.
Mimpi tentang kematiannya.

Kadang, settingnya adalah puncak gedung pencakar langit. Kadang,
danau berair tenang. Kadang, parkiran kosong. Yang jelas, Sunyi
tahu, ia akan mati disana.

Semalam, settingnya adalah kamar tidur Sunyi. Dalam mimpi itu, ia
sedang terlelap. Namun meski hanya mengenakan sehelai gaun tidur
tipis, entah kenapa ia merasa kepanasan. Peluhnya membanjir. Rasanya
seperti�terbakar. Sunyi membuka mata dan segera menyaksikan sebuah
pemandangan yang menakjubkan.

Luar biasa, kamar tidurnya yang mungil berubah menjadi lautan api.
Buku-buku dan kertas digerogoti api sampai menghitam. Kepala boneka
kesayangannya, Pak Beruang, telah terpisah dari tubuhnya. Dinding
yang menghitam, sementara tirai-tirai yang menari-nari membelai
wajah dan kulitnya yang terbuka. Sesuatu terdengar berderak-derak,
tapi Sunyi tidak tahu itu apa. Ia melihat jendelanya terbuka,
mengantarkan angin yang menerbangkan percikan-percikan api dan butir-
butir abu yang masih hangat ke depan hidungnya. Ia bisa mencium
wanginya. Ia bisa merasakan kehangatannya.

Pelan, Sunyi meraba dadanya. Damai. Damai sekali. Ia bisa merasakan
lidah-lidah api itu menjangkaunya dengan rindu. "Kemari Sunyi,
kemari�," bisik mereka di telinganya. Suara berderak-derak makin
keras terdengar, sepertinya makin dekat. Ia menatap langit-langit
yang berkeretak dengan nyaring. Ah, suara yang merdu itu...

Dalam hitungan lima detik, langit-langit itu akan rubuh menimpanya.
Sunyi menghela napas. Sambil memejamkan mata, ia mulai berhitung.
Lima..empat. .tiga..dua. .Sunyi membuka mata dan mendongak. Ia sudah
siap. Ia merentangkan tangannya. Ia sudah siap. "Satu�," ucapnya.

********

Sejak berumur 7 tahun, Sunyi telah tahu bahwa ia akan meninggal pada
umur 23 tahun. Ia sudah membaca surat pemberitahuan kematiannya. Di
atas selembar kertas yang kini telah menguning dan lusuh. Disitu
tertulis jelas hari, tanggal, dan tempat kematiannya. Selasa, 20
November 2007, jalan depan rumah. Tanpa dicantumkan penyebab
kematian.

Sunyi tidak sendirian. Setiap orang di kota Larut tahu waktu
kematian mereka dari surat pemberitahuan kematian masing-masing.
Ketika seorang anak dinggap telah dewasa, mereka akan menerima
sepucuk surat tepat di hari ulang tahun mereka. Tingkat kedewasaan
ini sendiri berbeda untuk setiap orang. Seorang teman Sunyi
misalnya, Sinar, baru menerima suratnya di umur ke-10. Adik Sinar
yang meninggal pada umur 3 bulan malah tak sempat menerima suratnya.
Namun, surat itu telah dititipkan pada ibu Sinar, sejak kandungannya
masih berumur 6 bulan.

Tak seorangpun penduduk kota Larut yang tahu persis, sejak kapan
orang-orang mulai menerima surat pemberitahuan kematian mereka.
Mereka menerimanya begitu saja, meski di dalam surat tak pernah
tercantum penyebab kematian. Bagi sebagian warga kota Larut, hal
ini justru menguntungkan, karena mereka tak perlu dihantui tentang
kematian mereka. Tapi sebagian lainnya justru bertanya-tanya. Dan
Sunyi, adalah salah satunya.

********

Sementara pertanyaan-pertanya an melintas di kepala Sunyi tanpa
permisi. Apa ia akan mati dengan mata terbuka atau tertutup? Apa ada
anggota tubuhnya yang terpisah? Berapa lama napasnya nanti akan
tertahan? Bagaimana rupanya ketika mati nanti? Sedihkah? Marahkah?
Damaikah? Siapa yang akan berada di dekatnya? Bagaimana ia akan mati
nanti? Ya, bagaimana ia akan mati nanti?

Tak kunjung hentinya kepala Sunyi bertanya. Seperti hiruk pikuk
sebuah kota, tanpa satupun rambu peringatan. Riuh bertabrakan satu
sama lain. Kepala Sunyi nyaris meledak karenanya. Pelan-pelan
dikuburkannya puluhan pertanyaan itu ke dalam alam bawah sadarnya.
Dan sejak itulah, Sunyi mulai bermimpi.

Saat pagi menjelang, Sunyi terbangun dan menatap gelas air di
samping tempat tidurnya. Bagaimana kalau ia terjatuh seperti gelas
ini? Menyerahkan sepenuhnya pada gaya gravitasi dan terhempas dengan
pedih tak terperi. Hancur berkeping-keping.

"Prang!"

Gelas itu terjatuh. Pecahannya terserak di kamar Sunyi. Perlahan
Sunyi turun. Tangannya meraih sepotong pecahan. Membayangkan sisi
pecahan kaca yang tajam itu menggores nadinya yang melintang biru,
merasakan darah kentalnya meleleh keluar. Pelan-pelan. Pelan-pelan.
Saat mencuci wajah, Sunyi bermimpi sedang menenggelamkan dirinya,
membiarkan paru-parunya menggembung bengkak, merasakan dingin air
membasuh kulitnya.

Saat sarapan, Sunyi bermimpi untuk sarapan dengan teh dan segenggam
Lithium dan Veronal. Mencecap rasa pahit dengan lidahnya, dan damai
dalam lelap yang akan tercipta.

Saat berada dalam lift, Sunyi bermimpi lift itu terjatuh dari lantai
46, membanting tubuhnya dengan suara hantaman yang menggetarkan
tulang-tulang persendian.

Saat menyeberang jalan, Sunyi bermimpi sebuah truk kontainer akan
melindas tubuhnya, meremukkan kepalanya, dengan suara rem yang
berdecit-decit. Lalu orang-orang akan merubungi seperti lalat
sambil bergumam-gumam "Waktunya sudah tiba.."

Dan Sunyi bermimpi, dan bermimpi, dan bermimpi�.di setiap detik sisa
hidupnya. Sampai waktunya tiba.

********

Tentu saja, situasi ini juga bukan pertama kalinya terjadi. Puluhan
orang mengamuk saat menerima surat mereka. Puluhan lagi menangis
menjadi-jadi dan menderita depresi berkepanjangan.

Dulu, pernah ada sejumlah orang yang mencoba berpikir logis dengan
melacak alamat kantor pos pengirim. Mereka gagal. Kantor pos itu tak
pernah ditemukan. Surat-surat terus berdatangan, dan ratusan orang
yang menjadi gila terpaksa dikirim ke rumah sakit jiwa. Menunggu
waktu mereka disana.

Tapi seiring dengan bergulirnya waktu, orang-orang ini mulai sadar
betapa sempitnya waktu yang mereka punya. Satu persatu mereka mulai
pulang, menata hidup bersama orang-orang yang mereka cintai. Meminta
maaf atas semua hal buruk yang telah mereka lakukan. Dan berterima
kasih atas semua hal baik yang telah mereka dapatkan.

Begitulah waktu berjalan dengan damai di kota Larut, hari demi
hari....

******

20 November 2007, dini hari.

Sunyi terbangun dengan perasaan segar. Hari ini adalah waktunya. Ia
segera bersiap-siap mandi. Lalu mengenakan gaunnya yang terbaik,
yang sudah diseterika sampai licin semalam. Sekilas ia menatap
langit dari jendela. Ia selalu suka pagi hari.

Sambil sarapan semangkuk sereal, ia menatap sekitarnya. Rumah sudah
dirapikan. Sampah sudah dibuang. Ia sudah berdoa di gereja. Semua
sahabat, dan teman kantor sudah menghubungi untuk mengucapkan
selamat berpisah. Kemarin, ayah ibunya juga sudah datang. Katanya,
mereka sudah menyiapkan sebuah nisan dan satu upacara pemakaman
sederhana, pada keesokan harinya.

Kemarin, bersama-sama, mereka juga sudah melihat peti-nya. Tempat
tidur Sunyi yang terakhir. Untuk selama-lamanya. Peti itu sederhana,
tanpa ukiran apapun, tapi terbuat dari kayu yang kuat. Di dalamnya,
Ibu Sunyi sudah menyiapkan Pak Beruang kesayangannya.
Semuanya sudah siap.

Sunyi menatap jam dindingnya. 05.00. Mungkin, lebih baik kalau ia
berjalan-jalan sebentar. Ia segera menyambar jaket dan dompetnya,
lalu mengunci pintu. Di luar, hari masih pagi. Waktu penuh
kedamaian.

Jalanan masih lengang. Para penjual sayur dan buah sedang memilih-
milih dagangannya yang busuk. Beberapa pria bercelana pendek sedang
lari pagi. Tukang parkir depan rumahnya tampak terkantuk-kantuk.
Sekilas mereka bertatapan, dan tersenyum maklum. Ia tahu. Hari ini
adalah waktunya Sunyi.

Kaki-kaki Sunyi berbelok di tikungan.

Matanya masih sempat menangkap kilatan cahaya terang yang
menyilaukan. Samar-samar telinganya mendengar suara klakson mobil.
Dan bunyi rem yang berdecit-decit.

******
Tikungan jalan depan rumah Sunyi banjir darah. Gaun putih Sunyi
tampak memerah karena darah yang merembes. Orang-orang mulai
merubungi seperti lalat. Tak seorang pun memanggil ambulans. Tak
seorang pun memanggil polisi. Tak seorang pun menyalahkan pengemudi
truk kontainer. Mereka cuma bergumam-gumam dengan bising. "Waktunya
sudah tiba..."

Setengah jam kemudian, orang tua Sunyi datang. Dengan sigap, mereka
segera mengambil mayat Sunyi yang berkepala remuk, lalu membawanya
pulang ke rumah duka. Sementara kerumunan orang mulai bubar.

Pengemudi truk kontainer kembali menyalakan mesinnya. Para penjual
sayur dan buah mulai membuka kiosnya. Beberapa pria bercelana pendek
kembali melanjutkan lari pagi. Dan tukang parkir depan rumah yang
masih terkantuk-kantuk, mulai menyalakan peluitnya. Semua kembali
bertugas. Semua kembali terjaga.

Di kota Larut, pagi ini masih satu pagi yang damai.

********

* Dimuat di majalah Femina, edisi April 2008, dengan judul "Sunyi"

11c.

Re: (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi sunyi

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Dec 21, 2008 6:03 pm (PST)

haduuh, makasih banyak mbak siwi yg baik.
pipiku sampai bersemu2 merah, nih...:)
"sunyi" terlahir di jln tol, beberapa tahun lalu. saat itu, seorang
teman meng-sms-ku, bhw ayahnya meninggal. padahal, 2 hari
sebelumnya, pas lagi main ke rumahnya, aku baru aja ngobrol sm si
ayah.
kepergian mendadak ini begitu mengagetkan semua orang--termasuk aku.
pas lagi lewat jln tol malam2, out of nowhere terpikir, "gimana ya
kalo setiap orang tahu kapan ia akan meninggal? mungkin orang akan
jadi tahu bagaimana memanfaatkan waktunya yg tersisa dgn
sebaik2nya.."
sesederhana itu, mbak siwi :).

ps: mbak siwi salah baca struktur organisasi, tuh. ada juga aku
tercatat sebagai founder SFC (Siwi Fan Club), hehehe. thanks for
reading ya, mabk siwi yg baik!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> buat Nok hanya satu kata, "Dahsyat"
> Nok kadang aku mikir Nok selalu punya ide ok, kok bisa ya?
> Keep writing! terutama yang bau-bau surealis gitu....(BTW aku
masih tercatat di NFC kan?)
>
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
>
>
>
> ________________________________
> From: Bu CaturCatriks <punya_retno@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Monday, December 22, 2008 8:41:18 AM
> Subject: [sekolah-kehidupan] (bahasa-cerpen surealis) mimpi-mimpi
sunyi
>
>
> *MIMPI-MIMPI SUNYI
> Oleh: Retnadi Nur'aini
>
> Mimpi itu datang lagi. Tak peduli apakah Sunyi habis mabuk atau
> letih karena habis lembur, mimpi itu selalu datang lagi dan lagi.
> Mimpi tentang kematiannya.
>
> Kadang, settingnya adalah puncak gedung pencakar langit. Kadang,
> danau berair tenang. Kadang, parkiran kosong. Yang jelas, Sunyi
> tahu, ia akan mati disana.
>
> Semalam, settingnya adalah kamar tidur Sunyi. Dalam mimpi itu, ia
> sedang terlelap. Namun meski hanya mengenakan sehelai gaun tidur
> tipis, entah kenapa ia merasa kepanasan. Peluhnya membanjir.
Rasanya
> seperti…terbakar. Sunyi membuka mata dan segera menyaksikan sebuah
> pemandangan yang menakjubkan.
>
> Luar biasa, kamar tidurnya yang mungil berubah menjadi lautan api.
> Buku-buku dan kertas digerogoti api sampai menghitam. Kepala
boneka
> kesayangannya, Pak Beruang, telah terpisah dari tubuhnya. Dinding
> yang menghitam, sementara tirai-tirai yang menari-nari membelai
> wajah dan kulitnya yang terbuka. Sesuatu terdengar berderak-derak,
> tapi Sunyi tidak tahu itu apa. Ia melihat jendelanya terbuka,
> mengantarkan angin yang menerbangkan percikan-percikan api dan
butir-
> butir abu yang masih hangat ke depan hidungnya. Ia bisa mencium
> wanginya. Ia bisa merasakan kehangatannya.
>
> Pelan, Sunyi meraba dadanya. Damai. Damai sekali. Ia bisa
merasakan
> lidah-lidah api itu menjangkaunya dengan rindu. "Kemari Sunyi,
> kemari…," bisik mereka di telinganya. Suara berderak-derak makin
> keras terdengar, sepertinya makin dekat. Ia menatap langit-langit
> yang berkeretak dengan nyaring. Ah, suara yang merdu itu...
>
> Dalam hitungan lima detik, langit-langit itu akan rubuh
menimpanya.
> Sunyi menghela napas. Sambil memejamkan mata, ia mulai berhitung.
> Lima..empat. .tiga..dua. .Sunyi membuka mata dan mendongak. Ia
sudah
> siap. Ia merentangkan tangannya. Ia sudah siap. "Satu…," ucapnya.
>
> ********
>
> Sejak berumur 7 tahun, Sunyi telah tahu bahwa ia akan meninggal
pada
> umur 23 tahun. Ia sudah membaca surat pemberitahuan kematiannya.
Di
> atas selembar kertas yang kini telah menguning dan lusuh. Disitu
> tertulis jelas hari, tanggal, dan tempat kematiannya. Selasa, 20
> November 2007, jalan depan rumah. Tanpa dicantumkan penyebab
> kematian.
>
> Sunyi tidak sendirian. Setiap orang di kota Larut tahu waktu
> kematian mereka dari surat pemberitahuan kematian masing-masing.
> Ketika seorang anak dinggap telah dewasa, mereka akan menerima
> sepucuk surat tepat di hari ulang tahun mereka. Tingkat kedewasaan
> ini sendiri berbeda untuk setiap orang. Seorang teman Sunyi
> misalnya, Sinar, baru menerima suratnya di umur ke-10. Adik Sinar
> yang meninggal pada umur 3 bulan malah tak sempat menerima
suratnya.
> Namun, surat itu telah dititipkan pada ibu Sinar, sejak
kandungannya
> masih berumur 6 bulan.
>
> Tak seorangpun penduduk kota Larut yang tahu persis, sejak kapan
> orang-orang mulai menerima surat pemberitahuan kematian mereka.
> Mereka menerimanya begitu saja, meski di dalam surat tak pernah
> tercantum penyebab kematian. Bagi sebagian warga kota Larut, hal
> ini justru menguntungkan, karena mereka tak perlu dihantui tentang
> kematian mereka. Tapi sebagian lainnya justru bertanya-tanya. Dan
> Sunyi, adalah salah satunya.
>
> ********
>
> Sementara pertanyaan-pertanya an melintas di kepala Sunyi tanpa
> permisi. Apa ia akan mati dengan mata terbuka atau tertutup? Apa
ada
> anggota tubuhnya yang terpisah? Berapa lama napasnya nanti akan
> tertahan? Bagaimana rupanya ketika mati nanti? Sedihkah? Marahkah?
> Damaikah? Siapa yang akan berada di dekatnya? Bagaimana ia akan
mati
> nanti? Ya, bagaimana ia akan mati nanti?
>
> Tak kunjung hentinya kepala Sunyi bertanya. Seperti hiruk pikuk
> sebuah kota, tanpa satupun rambu peringatan. Riuh bertabrakan satu
> sama lain. Kepala Sunyi nyaris meledak karenanya. Pelan-pelan
> dikuburkannya puluhan pertanyaan itu ke dalam alam bawah sadarnya.
> Dan sejak itulah, Sunyi mulai bermimpi.
>
> Saat pagi menjelang, Sunyi terbangun dan menatap gelas air di
> samping tempat tidurnya. Bagaimana kalau ia terjatuh seperti gelas
> ini? Menyerahkan sepenuhnya pada gaya gravitasi dan terhempas
dengan
> pedih tak terperi. Hancur berkeping-keping.
>
> "Prang!"
>
> Gelas itu terjatuh. Pecahannya terserak di kamar Sunyi. Perlahan
> Sunyi turun. Tangannya meraih sepotong pecahan. Membayangkan sisi
> pecahan kaca yang tajam itu menggores nadinya yang melintang biru,
> merasakan darah kentalnya meleleh keluar. Pelan-pelan. Pelan-
pelan.
> Saat mencuci wajah, Sunyi bermimpi sedang menenggelamkan dirinya,
> membiarkan paru-parunya menggembung bengkak, merasakan dingin air
> membasuh kulitnya.
>
> Saat sarapan, Sunyi bermimpi untuk sarapan dengan teh dan
segenggam
> Lithium dan Veronal. Mencecap rasa pahit dengan lidahnya, dan
damai
> dalam lelap yang akan tercipta.
>
> Saat berada dalam lift, Sunyi bermimpi lift itu terjatuh dari
lantai
> 46, membanting tubuhnya dengan suara hantaman yang menggetarkan
> tulang-tulang persendian.
>
> Saat menyeberang jalan, Sunyi bermimpi sebuah truk kontainer akan
> melindas tubuhnya, meremukkan kepalanya, dengan suara rem yang
> berdecit-decit. Lalu orang-orang akan merubungi seperti lalat
> sambil bergumam-gumam "Waktunya sudah tiba.."
>
> Dan Sunyi bermimpi, dan bermimpi, dan bermimpi….di setiap detik
sisa
> hidupnya. Sampai waktunya tiba.
>
> ********
>
> Tentu saja, situasi ini juga bukan pertama kalinya terjadi.
Puluhan
> orang mengamuk saat menerima surat mereka. Puluhan lagi menangis
> menjadi-jadi dan menderita depresi berkepanjangan.
>
> Dulu, pernah ada sejumlah orang yang mencoba berpikir logis dengan
> melacak alamat kantor pos pengirim. Mereka gagal. Kantor pos itu
tak
> pernah ditemukan. Surat-surat terus berdatangan, dan ratusan orang
> yang menjadi gila terpaksa dikirim ke rumah sakit jiwa. Menunggu
> waktu mereka disana.
>
> Tapi seiring dengan bergulirnya waktu, orang-orang ini mulai sadar
> betapa sempitnya waktu yang mereka punya. Satu persatu mereka
mulai
> pulang, menata hidup bersama orang-orang yang mereka cintai.
Meminta
> maaf atas semua hal buruk yang telah mereka lakukan. Dan berterima
> kasih atas semua hal baik yang telah mereka dapatkan.
>
> Begitulah waktu berjalan dengan damai di kota Larut, hari demi
> hari....
>
> ******
>
> 20 November 2007, dini hari.
>
> Sunyi terbangun dengan perasaan segar. Hari ini adalah waktunya.
Ia
> segera bersiap-siap mandi. Lalu mengenakan gaunnya yang terbaik,
> yang sudah diseterika sampai licin semalam. Sekilas ia menatap
> langit dari jendela. Ia selalu suka pagi hari.
>
> Sambil sarapan semangkuk sereal, ia menatap sekitarnya. Rumah
sudah
> dirapikan. Sampah sudah dibuang. Ia sudah berdoa di gereja. Semua
> sahabat, dan teman kantor sudah menghubungi untuk mengucapkan
> selamat berpisah. Kemarin, ayah ibunya juga sudah datang. Katanya,
> mereka sudah menyiapkan sebuah nisan dan satu upacara pemakaman
> sederhana, pada keesokan harinya.
>
> Kemarin, bersama-sama, mereka juga sudah melihat peti-nya. Tempat
> tidur Sunyi yang terakhir. Untuk selama-lamanya. Peti itu
sederhana,
> tanpa ukiran apapun, tapi terbuat dari kayu yang kuat. Di
dalamnya,
> Ibu Sunyi sudah menyiapkan Pak Beruang kesayangannya.
> Semuanya sudah siap.
>
> Sunyi menatap jam dindingnya. 05.00. Mungkin, lebih baik kalau ia
> berjalan-jalan sebentar. Ia segera menyambar jaket dan dompetnya,
> lalu mengunci pintu. Di luar, hari masih pagi. Waktu penuh
> kedamaian.
>
> Jalanan masih lengang. Para penjual sayur dan buah sedang memilih-
> milih dagangannya yang busuk. Beberapa pria bercelana pendek
sedang
> lari pagi. Tukang parkir depan rumahnya tampak terkantuk-kantuk.
> Sekilas mereka bertatapan, dan tersenyum maklum. Ia tahu. Hari ini
> adalah waktunya Sunyi.
>
> Kaki-kaki Sunyi berbelok di tikungan.
>
> Matanya masih sempat menangkap kilatan cahaya terang yang
> menyilaukan. Samar-samar telinganya mendengar suara klakson mobil.
> Dan bunyi rem yang berdecit-decit.
>
> ******
> Tikungan jalan depan rumah Sunyi banjir darah. Gaun putih Sunyi
> tampak memerah karena darah yang merembes. Orang-orang mulai
> merubungi seperti lalat. Tak seorang pun memanggil ambulans. Tak
> seorang pun memanggil polisi. Tak seorang pun menyalahkan
pengemudi
> truk kontainer. Mereka cuma bergumam-gumam dengan
bising. "Waktunya
> sudah tiba..."
>
> Setengah jam kemudian, orang tua Sunyi datang. Dengan sigap,
mereka
> segera mengambil mayat Sunyi yang berkepala remuk, lalu membawanya
> pulang ke rumah duka. Sementara kerumunan orang mulai bubar.
>
> Pengemudi truk kontainer kembali menyalakan mesinnya. Para penjual
> sayur dan buah mulai membuka kiosnya. Beberapa pria bercelana
pendek
> kembali melanjutkan lari pagi. Dan tukang parkir depan rumah yang
> masih terkantuk-kantuk, mulai menyalakan peluitnya. Semua kembali
> bertugas. Semua kembali terjaga.
>
> Di kota Larut, pagi ini masih satu pagi yang damai.
>
> ********
>
> * Dimuat di majalah Femina, edisi April 2008, dengan judul "Sunyi"
>

12.

Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ?

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Sun Dec 21, 2008 5:56 pm (PST)

Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ?

Asma Sembiring

Pernah kita mengingat Ibu/Emak/Mama/Nande/Amak kita di hari-
hari belakangan ini ? Pertanyaan itu juga yang saya ajukan pada diri
sendiri saat mencuci baju di sabtu pagi kemaren.

Ibu/Emak/Mama/Amak/Nande atau apapun sebutan sayangnya bagi
wanita yang telah melahirkan kita, mungkin saja saat ini sedang
duduk-duduk di kursi goyang depan rumah. Menghabiskan hari tuanya
dalam lamunan panjang tentang kenangan anak-anaknya yang besar
begitu cepat. Hari-hari membersihkan pipis dan pup, mengajarkan
ucapan pertama, menatih kaki-kaki kecil balitanya berjalan-hingga
kaki itu akhirnya cukup kokoh menapak, berjalan serta kemudian
meleset berlari secepat ia bisa.

Ia Membujuk upik dan buyungnya ketika emoh makan dan mogok
sekolah. Ikut-ikutan stres ketika permata hatinya menghadapi
ulangan di kelas. Bahkan ikutan latah bolak-balik ke kamar mandi
saat anaknya mengikuti ujian akhir. Diluar biaya yang dikeluarkan
ayah dan ibu kita, ibu memendam kekhawatiran besar (walau hal itu
tak pernah ia sampaikan) dengan kondisi anaknya-hingga mereka ini
berusia 23 tahun (kira-kira lulus S1).

Setelah itu, benak para ibu masih dihantui dengan pertanyaan-
pertanyaan lainnya. Apakah anakku akan dapat pekerjaan yang baik dan
dengan posisi yang baik pula?. Lalu kalau ia memilih pasangan,
calon istri/suaminya dari keturunan baik-baikkah....dan
seterusnya..dan seterusnya. Seumur hidupnya bahkan dihabiskan
memikirkan anak-anaknya, tak peduli anak-anak itu sudah besar
sekalipun.

Bagi seorang ibu, anak akan selalu menjadi bayi-bayi mereka.
Tak peduli anak-anak ini sudah dewasa sekalipun. Maka berlapang
dadalah jika di depan ibu, kita masih sering ditegur-layaknya gadis-
gadis ABG yang ditegur gurunya karena cekikikan membicarakan teman
lelakinya. Karena itu pertanda kasih sayangnya ibu.

Hari ini di usianya menjelang senja, bisa jadi ia masih
aktif bekerja menjelang pensiunnya. Atau Ia tetap ke ladang bertanam
padi selayaknya rutinitas yang ia jalani berpuluh tahun lamanya. Ia
bekerja bukan lagi untuk menyokong kehidupan keluarganya. Karena
mungkin, tabungan/pensiun atau dana kiriman dari anda, anak-anaknya
sudah lebih cukup untuk hidupnya sehari-hari. Ia bekerja sebagai
perintang hari. Untuk sangu sekedarnya bagi anak dan cucu ketika
pulang berlebaran.

"Ini beras dari ladang kita. Bawa yaaa ke kota", begitu
mungkin ujarnya. Ia masih saja mengingat betapa lahapnya anda makan
saat dihidangkan beras merah hasil ladang sendiri.

Atau Hari ini, mungkin Mamak kita adalah seorang wanita yang
hanya bisa duduk di kursi roda, karena tulang-tulangnya terlalu
rapuh untuk berdiri akibat keropos terkena oestoporosis. Kekurangan
zat kapur, begitu istilahnya. Karena terlalu banyak kapur yang
kita serap dari dirinya saat mengandung dulu.

Mungkin juga Nande kita adalah seorang wanita dengan uban
keperakan, menunggu seluruh rambutnya berubah memutih. Memandangi
foto-foto masa lalu dan masa kini-anak, cucu dan menantunya. Lalu
mendekap harta berharganya itu dengan rindu mendalam, disertai
cucuran air mata.

Atau wanita yang mulai pikun. Yang menebar surat anak-
anaknya di depan meja jati tengah rumah yang ikut menua bersama
dirinya. Surat-surat itu begitu rapi ia simpan saat ingatannya masih
tajam. Ia mulai membaca surat tersebut satu-persatu. Menangis-
tertawa-dan menangis dalam satu waktu bersamaan.
Pernah kita mengingat Ibu kita di hari-hari belakangan ini?

Bagi perempuan, ingatan pada ibu mungkin menguat saat akan
melahirkan. Betapa rasa sakit yang maha hebat ketika melahirkan
akhirnya memunculkan sebuah kesadaran diri. Begitu banyaknya yang
telah dilakukan oleh ibu selama ini. Sehingga lebih dari pantas,
terima kasih disampaikan pada ibu.

Bagi anak laki-laki, momen ketika sungkem pada orang tua di
saat menikah menjadi sarana mengucapkan terima kasih atas kasih ibu
selama ini. Atau mungkin dalam momen lebaran. Walaupun kisarannya
lebih banyak pada cerita permintaan maaf.

Pernah kita mengingat Ibu kita di hari-hari belakangan ini?

Di saat kita telah dikaruniakan istri yang cantik/suami yang tampan
serta anak-anak yang lucu. Kesibukan kerja dan rumah tangga yang
amat padat begitu menyita perhatian kita. Di saat seluruh persoalan
yang kita hadapi membludak satu persatu dalam kepala kecil ini.

Pernah kita mengingat Ibu kita di hari-hari belakangan ini?

Atau ingatan itu menjelma saat kesulitan menghadang kita
bertubi-tubi. Lalu kita teringat bahwa do'a ibu begitu mustajab
membantu mempercepat selesainya persoalan kita, di luar usaha yang
kita lakukan.

Pernah kita mengingat Ibu kita di hari-hari belakangan ini?

Tidak hanya sekedar berterima kasih atas apa yang ia
lakukan. Tapi juga mempertanyakan hari-harinya belakangan ini.
Sehatkah?, sakitkah ?, senang atau khawatirkah? .

Tidak sekedar mengulaskan senyum letih sepulang kerja, lalu
buru-buru masuk kamar-mengunci pintu kamar untuk menghabiskan
seharian penuh membaca novel (buat yang doyan baca) atau pergi lagi
hang-out atau bercengkrama bersama teman mencari obat pelepas
lelah, setelah seharian bekerja (bagi yang masih single.

Sesekali (tak perlulah sering-sering), temani ibu kita
berbelanja ke pasar. Bawakan belanjaannya dan perhatikan bagaimana
gigihnya ia mencari bahan makanan untuk dirimu-anak kesayangannya,
agar terhidang menjadi makanan yang lezaaat luar biasa. Agar kita
tahu, betapa sayangnya ia pada kita.

Sesekali pula, manjakan dia. Ajak beliau menikmati makanan
kesukaannya di restoran atau di warung-warung favoritnya. Belikan
ia makanan kesukaannya, selagi ia masih mampu mengunyahnya dengan
gigi yang lengkap dan merasakan cita rasa kelezatan makanan
tersebut.

Atau bagi yang punya uang lebih dan hidup berjauhan dari
ibu. Kunjungi ibu anda diluar daftar kunjungan rutin (lebaran,
atau sedang sakit). Berikan ia suprais-suprais kecil yang
membahagiakan. Jika anda tak punya materi untuk itu, berdo'alah.
Doakan ibu kita, semoga ia selalu diberi kesehatan dan keselamatan.

Sehingga hari tuanya tak hanya dihabis hanya untuk mengenang
anak-anaknya-yang berada nun jauh di sana, sambil menyusut air mata-
menahan kerinduan yang mendalam.

Lembang, 20 Des 2008

13a.

[Catcil] Tentang Ibu

Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Sun Dec 21, 2008 6:20 pm (PST)

TENTANG IBU
~DA~

Pada sebuah meeting kick off dengan client di sebuah gedung pemerintahan di daerah Jl. Gatot Subroto, Jakarta, saya manyaksikan bagaimana karakter dari seorang ibu yang sungguh juh berbeda dengan ibu, yang selama ini saya kenal.

Sebuah ruangan luas berbentuk persegi panjang dengan meja oval dan jajaran kursi empuk, serta microphone
di depan setiap peserta rapat. Beberapa orang yang dilihat dari
penampilan menandakan kedudukannya di dalam ruangan tersebut, tampak
sibuk dengan komunikator, dan laptop mereka. Beberapa orang lagi, masih
sibuk menerima telepon. Dan sebagian besar yang mendominasi
ruangan tersebut, tentu saja tidak serapi mereka. Sebagian besar dari
kami adalah para programer -tidak termasuk saya- yang tergabung dalam
sebuah perusahaan IT yang
mendapatkan tender dari sebuah badan penanaman modal pemerintahan. Dan
hari ini adalah rapat besar antara swasta dan pemerintah.

Pada
sebuah kursi di salah satu sudut meja oval tersebut, seorang Ibu dengan
penampilan modis kebanyakan orang kantoran, sibuk mempersiapkan
laptopnya. Usianya sekitar 30an akhir, wajahnya tegas, rambut sebahunya
dibiarkan lepas. Dengan cepat, laptop mungilnya segera terintegrasi
dengan projector yang sudah siap sejak tadi. Lalu saya teringat ibu
saya, yang hingga sekarang masih saja bingung menggunakan HP Nokia seri
33nya yang sederhana.

Kembali ke ruangan rapat. Seorang
laki-laki muda membuka rapat dengan formal. Beberapa orang memulai
presentasinya. Bergantian. Dan beberapa kali juga interupsi datang dari
Ibu tadi. Suaranya yang  messo-sopran
bisa jadi yang paling keras di ruangan  tersebut. Ketika dia bicara,
semuanya mendengarkan. Bahasanya santun dan cerdas, dia mengetahui
istilah-istilah teknologi, bisnis developement, project plan dan banyak lagi. "Semuanya harus sudah final pekan ini, karena lusa saya harus kick off di ausie" komentarnya. Hmm, perempuan yang mobile.

Lalu Saya teringat ibu, yang bahkan tak tahu jalan Pulang ke kampung halamannya di daerah Bandung sana. Jangankan High Technologi,
untuk mengganti gas LPGnya yang sudah habis, dia selalu meminta bantuan
kakak saya untuk melepaskan selang dari kepala tabungnya.

Ibu modis tadi piawai sekali mencari celah untuk menginterupsi rekan saya, yang sedang mempresentasikan project flow
dari kontrak kerja tersebut. Dia "membantai" semuanya. Rekannya yang
lain tampak mengangguk puas dan mengiyakan semua interupsinya. Semua counter wordnya terasa begitu ampuh dan menyihir kami ( project developer) untuk mengangguk menuruti semua requestnya yang tidak berperikeprogrameran.

Lalu
saya teringat ibu saya, yang seringkali mengakhiri debat panjangnya
dengan urai air mata. Pun perdebatan itu hanya tentang perkakas kebun
Bapak yang lupa dimana ditaruhnya, bukan tentang analisa investor
terhadap peluang investasi di indonesia. Atau bahkan hanya tentang
larangan Bapak saya agar Ibu tidak membuang air bekas rendaman cucian
yang sarat deterjen ke kolam ikan lelenya. Bukan tentang aplikasi
berbasis html untuk membuild sebuah portal.

Hari
yang sama pada sebuah sore yang padat, di tengah kemacetan Jl. Raya
Mampang menuju Buncit Raya, tepat di depan sebuah gedung Perkantoran
Republika, saya memusatkan pandangan keluar jendela metromini yang
berjalan lamban, seorang ibu dengan postur tubuh gemuk agak membungkuk,
sebuah plastik kresek di tangan kanannya, berjalan tergopoh-tergopoh
menuju ke arah metromini yang saya tumpangi. Matanya sesekali menatap
ke arah mobil-mobil mewah yang melaju pelan, tatapan matanya seolah
berkata "Stop,orang kaya sombong! ibu tua miskin ini mau lewat! Beri
aku ruang!".

Matanya kembali nyalang ketika tepat di depan
pintu metromini, seorang bocah dengan kaus belelnya sedang fokus
bernyanyi dengan botol yakult berisi pasir. Tatapan nyalangnya seakan
berkata "Huh, bocah sial! Selalu saja mendahuluiku!". Persaiangan
jalanan. Dia kembali menyebrang, melewati mobil-mobil yang menunggu
lampu segera berganti hijau. Saya masih memperhatikannya. "Hentikan
klakson bodohmu itu hai orang kaya, tidak tahukah jika jatah makan
malamku sudah diambil bocah tengik itu?" Matanya mengerling kembali ke
arah metromini yang saya tumpangi, kali ini kami bersibobrok pandang "
katakan pada bocah itu, lampu merah ini daerah kekuasaanku" pesan sorot
matanya pada saya.

Lalu saya teringat ibu saya, yang setiap
pekan selalu menunggu kiriman Bapak yang hanya seorang sopir taksi di
Jakarta. Beruntung dia tinggal di desa, yang meskipun miskin,
keanggunan desa masih bisa meredam kebutuhan kami.

Dalam satu
hari saya menemukan dua karakter ibu yang jauh berbeda. Ibu saya, tidak
sedikitpun mendekati karakter dan kecerdasan Ibu di ruang meeting oval
tadi. Tidak juga sedikitpun seperti ibu yang tergopoh-gopoh mendatangi
metromini, yang kemudian menghardik bocah pengamen saingannya. Ibu saya
hanya seorang biasa yang terlalu istimewa untuk saya cari padanannya,
pun dia bukan seorang yang selalu mengerti saya setiap saat. Terlepas
dari semua kekurangannya sebagai seorang ibu, dia adalah seseorang yang
bahkan Nabi Muhammad memuliakannya tiga kali.

Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw
dan bertanya kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli?"
Beliau menjawab, "Ibumu! Ia bertanya lagi,
"Lalu siapa?" Rasul menjawab lagi, "Ibumu!"
Ia balik bertanya, "Siapa lagi?"
Rasul kembali menjawab, "Ibumu!"
Ia kembali bertanya, "Lalu siapa lagi?"
Beliau menjawab, "Bapakmu!"
(Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhani
(Bukhari-Muslim).

Dani Ardiansyah
PT. Multidata Rancana Prima
Raudha Building 2nd Jl. HR. Rasuna Said
No. 21 Jakarta 12710
HP: 085694771764

13b.

Re: [Catcil] Tentang Ibu

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Dec 21, 2008 6:36 pm (PST)

i'm just wondering...
kalau aja aku kenal sm ibunya kang dani,
aku pasti akan bawa tulisan ini ke beliau,
duduk di depan beliau,
kemudian membacakannya lambat2 utk beliau
dan berkata pada beliau "ibu, ini tulisan anak ibu, dani ardiansyah.
penulis hebat yg selalu menulis dgn hati dan cinta, teristimewa,
tulisan ttg ibu..."

-retno-

ps: aku juga nggak bisa buka tutup gas, serem bo! parno gas bocor.
jadi, itu bukan isu geografis, kota atau desa, kang. tapi isunya
adl "berhati2 dan antisipasi" hehehe. thanks for writing, kang.

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...>
wrote:
>
> TENTANG IBU
> ~DA~
>
>
> Pada sebuah meeting kick off dengan client di sebuah gedung
pemerintahan di daerah Jl. Gatot Subroto, Jakarta, saya manyaksikan
bagaimana karakter dari seorang ibu yang sungguh juh berbeda dengan
ibu, yang selama ini saya kenal.
>
> Sebuah ruangan luas berbentuk persegi panjang dengan meja oval dan
jajaran kursi empuk, serta microphone
> di depan setiap peserta rapat. Beberapa orang yang dilihat dari
> penampilan menandakan kedudukannya di dalam ruangan tersebut,
tampak
> sibuk dengan komunikator, dan laptop mereka. Beberapa orang lagi,
masih
> sibuk menerima telepon. Dan sebagian besar yang mendominasi
> ruangan tersebut, tentu saja tidak serapi mereka. Sebagian besar
dari
> kami adalah para programer -tidak termasuk saya- yang tergabung
dalam
> sebuah perusahaan IT yang
> mendapatkan tender dari sebuah badan penanaman modal pemerintahan.
Dan
> hari ini adalah rapat besar antara swasta dan pemerintah.
>
> Pada
> sebuah kursi di salah satu sudut meja oval tersebut, seorang Ibu
dengan
> penampilan modis kebanyakan orang kantoran, sibuk mempersiapkan
> laptopnya. Usianya sekitar 30an akhir, wajahnya tegas, rambut
sebahunya
> dibiarkan lepas. Dengan cepat, laptop mungilnya segera terintegrasi
> dengan projector yang sudah siap sejak tadi. Lalu saya teringat ibu
> saya, yang hingga sekarang masih saja bingung menggunakan HP Nokia
seri
> 33nya yang sederhana.
>
> Kembali ke ruangan rapat. Seorang
> laki-laki muda membuka rapat dengan formal. Beberapa orang memulai
> presentasinya. Bergantian. Dan beberapa kali juga interupsi datang
dari
> Ibu tadi. Suaranya yang  messo-sopran
> bisa jadi yang paling keras di ruangan  tersebut. Ketika dia
bicara,
> semuanya mendengarkan. Bahasanya santun dan cerdas, dia mengetahui
> istilah-istilah teknologi, bisnis developement, project plan dan
banyak lagi. "Semuanya harus sudah final pekan ini, karena lusa saya
harus kick off di ausie" komentarnya. Hmm, perempuan yang mobile.
>
> Lalu Saya teringat ibu, yang bahkan tak tahu jalan Pulang ke
kampung halamannya di daerah Bandung sana. Jangankan High Technologi,
> untuk mengganti gas LPGnya yang sudah habis, dia selalu meminta
bantuan
> kakak saya untuk melepaskan selang dari kepala tabungnya.
>
> Ibu modis tadi piawai sekali mencari celah untuk menginterupsi
rekan saya, yang sedang mempresentasikan project flow
> dari kontrak kerja tersebut. Dia "membantai" semuanya. Rekannya
yang
> lain tampak mengangguk puas dan mengiyakan semua interupsinya.
Semua counter wordnya terasa begitu ampuh dan menyihir kami (
project developer) untuk mengangguk menuruti semua requestnya yang
tidak berperikeprogrameran.
>
> Lalu
> saya teringat ibu saya, yang seringkali mengakhiri debat panjangnya
> dengan urai air mata. Pun perdebatan itu hanya tentang perkakas
kebun
> Bapak yang lupa dimana ditaruhnya, bukan tentang analisa investor
> terhadap peluang investasi di indonesia. Atau bahkan hanya tentang
> larangan Bapak saya agar Ibu tidak membuang air bekas rendaman
cucian
> yang sarat deterjen ke kolam ikan lelenya. Bukan tentang aplikasi
> berbasis html untuk membuild sebuah portal.
>
> Hari
> yang sama pada sebuah sore yang padat, di tengah kemacetan Jl. Raya
> Mampang menuju Buncit Raya, tepat di depan sebuah gedung
Perkantoran
> Republika, saya memusatkan pandangan keluar jendela metromini yang
> berjalan lamban, seorang ibu dengan postur tubuh gemuk agak
membungkuk,
> sebuah plastik kresek di tangan kanannya, berjalan tergopoh-
tergopoh
> menuju ke arah metromini yang saya tumpangi. Matanya sesekali
menatap
> ke arah mobil-mobil mewah yang melaju pelan, tatapan matanya seolah
> berkata "Stop,orang kaya sombong! ibu tua miskin ini mau lewat!
Beri
> aku ruang!".
>
> Matanya kembali nyalang ketika tepat di depan
> pintu metromini, seorang bocah dengan kaus belelnya sedang fokus
> bernyanyi dengan botol yakult berisi pasir. Tatapan nyalangnya
seakan
> berkata "Huh, bocah sial! Selalu saja mendahuluiku!". Persaiangan
> jalanan. Dia kembali menyebrang, melewati mobil-mobil yang menunggu
> lampu segera berganti hijau. Saya masih memperhatikannya. "Hentikan
> klakson bodohmu itu hai orang kaya, tidak tahukah jika jatah makan
> malamku sudah diambil bocah tengik itu?" Matanya mengerling
kembali ke
> arah metromini yang saya tumpangi, kali ini kami bersibobrok
pandang "
> katakan pada bocah itu, lampu merah ini daerah kekuasaanku" pesan
sorot
> matanya pada saya.
>
> Lalu saya teringat ibu saya, yang setiap
> pekan selalu menunggu kiriman Bapak yang hanya seorang sopir taksi
di
> Jakarta. Beruntung dia tinggal di desa, yang meskipun miskin,
> keanggunan desa masih bisa meredam kebutuhan kami.
>
> Dalam satu
> hari saya menemukan dua karakter ibu yang jauh berbeda. Ibu saya,
tidak
> sedikitpun mendekati karakter dan kecerdasan Ibu di ruang meeting
oval
> tadi. Tidak juga sedikitpun seperti ibu yang tergopoh-gopoh
mendatangi
> metromini, yang kemudian menghardik bocah pengamen saingannya. Ibu
saya
> hanya seorang biasa yang terlalu istimewa untuk saya cari
padanannya,
> pun dia bukan seorang yang selalu mengerti saya setiap saat.
Terlepas
> dari semua kekurangannya sebagai seorang ibu, dia adalah seseorang
yang
> bahkan Nabi Muhammad memuliakannya tiga kali.
>
> Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw
> dan bertanya kepada beliau,
> "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku
pergauli?"
> Beliau menjawab, "Ibumu! Ia bertanya lagi,
> "Lalu siapa?" Rasul menjawab lagi, "Ibumu!"
> Ia balik bertanya, "Siapa lagi?"
> Rasul kembali menjawab, "Ibumu!"
> Ia kembali bertanya, "Lalu siapa lagi?"
> Beliau menjawab, "Bapakmu!"
> (Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhani
> (Bukhari-Muslim).
>
>
> Dani Ardiansyah
> PT. Multidata Rancana Prima
> Raudha Building 2nd Jl. HR. Rasuna Said
> No. 21 Jakarta 12710
> HP: 085694771764
>

14.

UDA PALRIS (CATATAN KAKI)

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Sun Dec 21, 2008 6:23 pm (PST)



 

UDA PALRIS

 

            Hari ini
(Ahad, 21/12-2008) Forum Lingkar Pena DKI Jakarta, kedatangan seorang penulis.
Palris Jaya namanya. Banyak hal yang uda Palris sharing-kan kepada kami.
Mulai dari sejak kapan dia menulis, pengalaman tulisannya yang ditolak,
pengorbanan yang dilakukannya hingga kesungguhan agar tulisannya diterima di
media massa.

            Uda satu
ini menulis sejak SLTP. Mulanya, dia mencemooh bahwa tulisan-tulisan cerpen
yang ada di majalah Anita Cemerlang merupakan tulisan yang mudah dibuat. Tapi
ternyata, menulis cerpen itu tidaklah mudah. Namun karena harus membuktikan
omongannya itu, dia harus terus berusaha. Terus menulis, menulis dan menulis.
Berulang kali tulisannya ditolak majalah Anita Cemerlang. Berulang kali pihak
majalah mengembalikan tulisan Ipal, panggilan uda Palris. Surat dari pihak
majalah itu berisikan berbagai koreksi yang harus diperhatikan oleh uda Ipal.

            Tulisannya
baru dimuat majalah Anita Cemerlang setelah dia lulus SMU. Suatu perjuangan
yang cukup memakan waktu. Koreksi, intropeksi, evaluasi terus dilakukannya.
Belajar, belajar dan belajar terus dilakukannya. Dia coba mempelajari model
tulisan yang telah dimuat. Dia mempelajari berbagai tulisan yang dimuat majalah
Bobo, Femina, Kawanku dan lain-lainnya. Dia juga mempelajari tulisan-tulisan
yang mendapat predikat juara.

            Dia
mengisahkan berbagai pengorbanan yang dilakukan agar tulisannya dapat dimuat
majalah Anita Cemerlang. Seringkali dia membeli majalah Anita Cemerlang dan
akibatnya dia tidak membeli buku pelajaran sekolah. Dia menceritakan bahwa
seringkali diminta keluar kelas karena alasan tidak memiliki buku cetak (buku
pelajaran). Akibat lainnya, prestasi sekolah uda Ipal menurun. Padahal sejak
SD, SMP hingga kelas I SMU, dia senantiasa berprestasi. Kalau tidak juara 1, 2
atau 3, paling tidak masuk 10 besar. 

            Bukan hanya
majalah baru saja yang diburunya. Sebagai sarana untuk belajar, uda Ipal juga
memburu majalah-majalah bekas. Perjuangan dan pengorbanannya ini membuahkan
pengetahuan, kiat bagi uda Ipal. Dia dapat memilah-milah tulisan seperti apa
yang cocok untuk anak-anak, remaja atau sastra. Dia mengatakan, "Tulisan
bisa di setting oleh pikiran menurut keperluannya." Jika untuk
anak-anak, bagaimana konflik yang dibangun, kata-kata yang dipergunakan dan
seterusnya. Semuanya disesuaikan visi, misi media massa yang menjadi tujuan dan
segmen para pembacanya.

            Hasilnya,
tulisan uda Ipal beberapa kali dimuat di majalah Anita, Aneka, Hai, Kawanku,
Gadis, Fiksi Planet, Cinta, Annida dan Bobo. Beberapa predikat juara di
berbagai lomba kepenulisan berhasil dia sabet. Diantaranya Juara Harapan Lomba
Mengarang Cerpen Misteri Majalah Donal Bebek 2000, Juara II Lomba Mengarang
Cerita Misteri Majalah Bobo 2001 dan menjadi Juara Harapan Mengarang Dongeng
Majalah Bobo 2002 serta meraih juara II Lomba Mengarang Cerpen Islami Forum
Lingkar Pena 2002, untuk kategori Sastra. (dikutip dari buku kumpulan cerpen
Dijemput Malaikat, Palris Jaya, Dar Mizan)

            Salah satu
cerpennya dibukukan dalam antologi bersama milad FLP 2002, Luka Telah Menyapa
Cinta (FBA Press, 2002), Antologi cerpen pemenang Lomba Mngarang Cerpen Islami
FLP 2002, kategori sastra dengan judul dari Negeri Asing (Asy-Syaamil, 2002)
serta kumpulan cerpennya yang berjudul Dijemput Malaikat (Dar Mizan) (dikutip
dari buku kumpulan cerpen Dijemput Malaikat, Palris Jaya, Dar Mizan)

            Uda Palris
sudah lama meninggalkan bangku SMU. Namun dia dapat menggambarkan bagaimana
kondisi anak-anak SMU saat ini. Apa saja kegiatan atau ekstrakurikuler yang
mereka lakukan. Dia juga bisa menggambarkan bagaimana gaya hidup anak-anak
muda, para wanita metropolitan, tas bermerek yang sedang in saat ini.
Semuanya diperoleh dari membaca, membaca dan membaca. Penjelasan ini
disampaikan uda Ipal, ketika salah seorang kami bertanya mengenai membuat
tulisan tentang wanita metropolis.

            Selain
membaca, survey atau mengamati kondisi sekitar juga perlu dilakukan.
Jika ingin menulis dengan setting mal, maka hendaknya kita berkunjung ke mal.
Siapa saja yang berkunjung ke mal, pakaian yang digunakan para pengunjung,
keamanan, interior mal dan lainnya menjadi bahan tulisan yang sangat berharga
bagi kita.

            Ide sebuah
cerpen terkadang uda Ipal ambil dari rubrik konsultasi remaja. Apa saja yang
dikonsultasikan dan ditanyakan para remaja? Keluhan para remaja ini
dijadikannya sebagai konflik dari sebuah cerpen.

            Untuk
segmen anak-anak, uda Ipal membaca surat pembaca majalah Bobo misalnya. Seperti
keluhan tentang teman yang mencontek dan sebagainya. Dari sini kita dapat
mengetahui masalah apa saja yang dialami oleh anak-anak.

            Bagi yang
sudah bekerja, menulis dapat dijadikan pekerjaan sampingan. Uda Ipal
menjelaskan bahwa penilaian pihak kantor kepada karyawan yang juga penulis akan
berbeda dengan karyawan yang bukan penulis. Seorang pelamar yang memiliki
pengalaman menulis memiliki nilai plus dibandingkan oleh pelamar yang tidak
memilikinya. Seorang mahasiswa yang giat menulis juga akan berbeda dengan
mahasiswa yang tidak biasa menulis. Hal ini dapat dilihat dari karya tulis atau
skripsi yang dibuatnya. Begitu yang disampaikan oleh uda Ipal.

            Berbagai
pengalaman, perjuangan dan pengorbanan serta kiat dan tips-tips menulis telah
disampaikan uda Ipal dengan panjang lebar. Berbagai pertanyaan dan sharing
yang diajukan oleh kami, juga dijawab oleh uda Ipal dengan lugas, terbuka dan
tanpa ada yang ditutup-tutupi. Satu hal yang mungkin harus terus diingat adalah
ucapan uda Ipal. Banyak tulisan yang telah dimuat, banyak tulisan yang sudah
berpredikat juara, namun dia mengatakan, "Saya masih belajar."  Bagaimana dengan kita?

            Banyak
cerpen yang sudah dihasilkan, banyak cerpen yang telah dimuat media massa dan
banyak pula cerpen yang berpredikat juara. Ada satu keinginan uda Ipal yang
belum tercapai. Menulis novel. Ya, saat ini uda Ipal sedang menggarap sebuah
novel. Kami tunggu novelnya uda Ipal, doa kami selalu bersamamu! Good luck!

 

 

arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
15.

BELAJAR MENULIS DARI PENULIS (CATATAN KAKI)

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Sun Dec 21, 2008 6:24 pm (PST)



 

BELAJAR MENULIS DARI PENULIS

 

            Melihat
pengalaman uda Ipal di atas (lihat tulisan 'Uda Palris'), mempelajari visi dan
misi suatu media massa merupakan sesuatu yang penting. Penting agar tulisan
kita dapat dimuat. Membeli beberapa edisi majalah misalnya, lalu membaca dan
mempelajari memang memerlukan pengorbanan, memang membutuhkan waktu. Pengalaman
uda Ipal ini merupakan contoh nyata dari pentingnya media mapping (mempelajari
visi dan misi sebuah media massa).

            Seperti
yang dikatakan Hernowo penulis Mengikat Makna, menulis dan membaca merupakan
dua hal yang penting dan saling berkait. Membaca membutuhkan menulis dan
menulis membutuhkan membaca. Menulis dan membaca bagaikan saudara kembar siam,
yang tidak dapat dipisahkan. Pengalaman menulis uda Ipal menunjukkan bahwa
membaca, membaca dan membaca merupakan bekalnya untuk menulis (lihat kisahnya
dalam tulisan. 'Uda Palris')

            Mas Gola
Gong juga menekankan pentingnya membaca dalam dunia tulis menulis. Dia pernah
berkata, "Biasanya dalam menulis fiksi saya selalu membuat persiapan
dengan membaca koran dulu. Novel dwilogi yang diterbitkan Dar Mizan, Kupu-kupu
Pelangi, idenya saya peroleh setelah membaca berita tentang "anak
jalanan yang kedapatan menstruasi pertama langsung dicomot 'mami' untuk dijadikan pelacur jalanan."

            "Begitulah
jika saya membaca koran. Tidak asal membaca. Tetapi saya cari hal-hal menarik
yang bisa saya kembangkan menjadi sebuah cerpen atau novel. Setelah itu saya
melakukan observasi ke lapangan, ada metode teknik wawancara serta mengumpulkan
data di lapangan (selain pustaka tentunya)". (Dikutip dari buku Proses
Kreatif Penulis Hebat, Dar Mizan).

            Itu pula
yang dilakukan oleh uda Ipal. Survey, mengamati kondisi sekitar juga tidak
kalah penting dengan membaca. Cerpen uda Ipal yang berjudul Berbagi Bahagia
terinspirasi dari kondisi anak-anak jalanan, orang-orang miskin di hari raya
Lebaran.  Cerpennya yang lain muncul,
setelah uda Ipal memperhatikan dan merenung ketika melihat seorang gadis remaja
yang sudah menggendong anak bayi. Padahal gadis remaja itu masih terlihat belia
sekali.

            Tulisan uda
Ipal yang dulunya sering ditolak sepertinya sudah merupakan proses alami bagi
seseorang yang mencoba menapaki dunia tulis menulis. Coba saja lihat, mas
Habiburrahman! Saya dengar novel Ayat-ayat Cinta miliknya pernah ditolak oleh
sebuah penerbit. Tulisan AA Navis juga baru dimuat setelah 99 kali ditolak.
Tulisan uda Ipal baru dimuat oleh sebuah majalah terkenal di masanya, setelah
bertahun-tahun ditolak.           

 arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Lengkap dengan segala yang Anda sukai tentang Messenger! http://id.messenger.yahoo.com
16a.

[Etalase] Lomba Menulis "The Amazing of Moms"

Posted by: "fitria chakrawati" fhyta_c@yahoo.com   fitriachakrawati

Sun Dec 21, 2008 6:27 pm (PST)

Hmmm... menarik juga lombanya. :) Jadi pengen ikutan.... Sama sekali nggak boleh tentang ibu kandung ya? (*Nawar...:))SalamFita Chakra

17.

SELAMAT  HARI  IBU

Posted by: "eretnoni" eretnoni@gmail.com   eretnoni

Sun Dec 21, 2008 6:29 pm (PST)

MOTHER,
How are you today?
Hopefully we are always on the right track as "MOTHER"
and more be kindly and wisely....

Mothers day atau Hari Ibu, di Indonesia biasa diperingati
pada tanggal 22 Desember 2008.

Sejarah menoreh bahwa Hari Ibu ini awalnya ditetapkan tanggal 22
Desember 1938
pada Kongres Wanita ke-3 yang diadakan di Bandung.
Penetapan tanggal tsb bertujuan demi menjaga semangat kebangkitan para
Wanita
Indonesia secara terorganisasi dan bergerak sejajar dengan kaum pria.
Mengingat pentingnya makna Hari Ibu tersebut, pada tgl 16 Desember
1959 Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit President Nomor. 316 Tahun
1959 yang menetapkan Hari Ibu sebagai Hari Nasional.

Kesetaraan Peranan Wanita Indonesia sama dengan kaum Lelaki yang
diharapkan senafas dengan cita-cita Kartini yang dituangkan dalam
bukunya "Habis Gelap Terbitlah Terang", namun belakangan banyak cara
dan banyak makna dalam memperingati Hari Ibu mulai dari lingkungan
terkecil hingga skope yang lebih luas.

Menurut hemat saya, apapun itu, ada atau tidak peringatan Hari Ibu,
setiap hari memang kita harus menauladani Perjuangan IBU kita
masing-masing, dari ia mengandung hingga ia membesarkan bahkan
menghantarkan kita menjadi sosok berguna kini.

Besar maupun Sekecil apapun itu, andil IBU sangat berarti didalamnya.
Dan kini, kita akan menjadi atau bahkan yang sudah menjadi IBu dari
anak-anak kita, tauladan yang baik harus kita berikan pada buah hati
kita yang akan menjadi penerus di masa datang. Tanpa bekal ilmu,
pengetahuan dan pengalaman yang banyak, mustahil bisa menghantar
mereka ke gerbang kesuksesan.

SuperMOMs community awalnya hadir karena punya satu keinginan
sederhana yaitu mengajak kaum Perempuan yang akan menjadi IBU - MOMs
ataupun yang sudah menjadi IBU, untuk menjadi orang yang selalu
belajar menjadi Insan yang lebih baik di kesehariannya, yang pastinya
akan berdampak langsung pada keluarganya, pasangannya, anak-anaknya
dan meluas pada sekelilingnya.

Aneka ragam Profesi Perempuan Indonesia ada yang Ibu namun juga masih
berkarier di luar rumah, ada yang Ibu full time di rumah namun
memiliki side bisnis dan para IBU yang benar-benar mencurahkan
seluruh perhatiannya untuk anak-anak dan suami, mencerminkan bahwa
Perempuan Indonesia saat ini sudah semakin maju, semakin cerdas
menyikapi perubahan jaman.

MOMs, Banyak jalan menuju ke Roma, dengan berdoa dan berikhtiar serta
belajar dari mana saja, siapa saja & kapan saja, insya Allah akan
menjadi maslahat bagi semuanya - Dunia & Akhirat. Amin

Selamat Hari IBU, untuk anda semua Perempuan Indonesia
Teriring doa dan salam penuh cinta
Enggar Retno
www.bci-supermoms.blogspot.com

Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Going Green Zone

Save the planet.

Your resources to go green.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: