Messages In This Digest (25 Messages)
- 1a.
- Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap From: Yon's Revolta
- 2.
- (Catatan Kaki) MENJUAL KEPERAWANAN From: Elisa Koraag
- 3a.
- Re: [Rampai] Ibu From: magnifico_99
- 4a.
- [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Lia Octavia
- 4b.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: ukhti hazimah
- 4c.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Rini Agus Hadiyono
- 4d.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Bu CaturCatriks
- 4e.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Lia Octavia
- 4f.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Lia Octavia
- 4g.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Lia Octavia
- 4h.
- Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng From: Rini Agus Hadiyono
- 5a.
- (FORWARD): DUA ORANG BAIK From: Pandika Sampurna
- 5b.
- Re: (FORWARD): DUA ORANG BAIK From: Bu CaturCatriks
- 5c.
- Re: (FORWARD): DUA ORANG BAIK From: sasa909691
- 6a.
- Re: [Catatan Kaki] Kopdar Bareng di Malang yuuuukkk.... ^_~ From: ugik madyo
- 7a.
- (Sekolah Kehidupan): Annamalai Swami (1906-1995) From: Pandika Sampurna
- 7b.
- Re: (Sekolah Kehidupan): Annamalai Swami (1906-1995) From: sismanto
- 8a.
- Re: Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ? From: sismanto
- 9a.
- Re: BELAJAR MENULIS DARI PENULIS (CATATAN KAKI) From: sismanto
- 10a.
- (rampai) tentang sebuah kepercayaan From: Bu CaturCatriks
- 10b.
- Re: (rampai) tentang sebuah kepercayaan From: Lia Octavia
- 11a.
- ( RAMPAI ) ADAKAH KITA TLAH MENCINTAI MEREKA..?? From: Agung Argopo
- 12a.
- (CATCIL) PENAMBAL BAN dan Bujang Tongpes From: Kang Dani
- 13.
- [Catcil] Kebahagiaan Ibu From: ugik madyo
- 14.
- (catcil aja deh) First Jogging-an From: caliyan
Messages
- 1a.
-
Re: [Bahasa} Si Pengadu {Cerpen Ank Islami yang Gagal Lomba.. tetap
Posted by: "Yon's Revolta" kolumnis@gmail.com freelance_corp
Mon Dec 22, 2008 4:26 am (PST)
aku mau mengadu
kenapa lama kau tak menelponku :-p
====
Yon's
(pingin bikin kamu nangis aja, asik seh kedengarannya he he)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Nia Robie'"com
<musimbunga@...> wrote:
>
> Tolong kasih masukan yak:) sebenernya ini cerpen anak islam yang aku
pernah
> ikut sertakan dalam lomba namun sepertinya gagal:( tapi tak papalah
sekedar
> berbagi.. terinspirasi dari hubungan kakak adik yang aku jalani.. sempet
> termehek2 saat zaman kuliah dulu ketika menyadari rumah sepi karena
> seseorang yang aku anggap 'pengacau' harus dirawat di rumah sakit
akibat dua
> ruas tulang belakangnya harus diangkat..
>
> *Si Pengadu*
>
> *Oleh : Nia Robie'*
>
> * *
>
> Angin sejuk menerpa wajah Belinda yang cantik. Desau dedaunan yang
ditiup
> angin begitu indah terdengar, rumput pun ikut merasakan kebahagiaan
di sore
> yang begitu indah itu. Sore itu di sebuah pekarangan rumah Sahara, penuh
> tawa.
>
> Tiga anak kecil yang masih duduk di kelas 3 SD tertawa-tawa di atas
tikar.
> Jilbab mereka melambai-lambai. Belinda mengenakan jilbab biru, Sahara
> menggunakan jilbab merah muda dan Jihan mengenakan jilbab kuning
yang begitu
> cerah. Wajah mungil mereka diterpa kemilau sang surya yang sudah mulai
> beranjak tenggelam. Di atas tikar, mereka seperti sedang bertamasya
sambil
> berbagi cerita.
>
> Sore itu yang mereka bicarakan adalah mengenai kakak-kakak mereka yang
> sama-sama juga duduk di bangku kelas 6 SD. Sahara mulai bercerita.
>
> "Kakakku, selalu membawakan tas aku sehabis pulang sekolah, kakakku
khawatir
> kalau aku lelah membawa banyak buku pelajaran yang ada dalam tasku
itu...
> Malah kadang-kadang ia membelikan aku es krim di toko bu Haji
Naning. baik *
> banget* ya? Aku sayang *banget* sama kakakku..." Sahara berkata dengan
> senyum riang.
>
>
>
> Belinda mulai mengingat, ia mempunyai kakak yang baginya seperti seorang
> mata-mata yang selalu saja mengadu tentang hal buruk yang dilakukan
adiknya.
>
> "Ummi, Belinda tuh kerjaannya *nonton* TV mulu, bukannya belajar"
Begitulah
> kata-kata yang sering diadukan Adit kepada Umminya.
>
>
>
> Di sela lamunannya, Jihan bercerita.
>
> "Kalau kakakku, setiap aku ulang tahun tidak pernah lupa membelikan
sesuatu
> untukku lalu ia menulis surat ucapan yang sampai saat ini aku simpan
rapih
> dalam kotak merah di meja belajarku."
>
>
>
> Belinda mengingat-ngingat lagi apa yang telah dilakukan kak Adit
kepadanya.
> Ia berkata dalam hati *'jangankan membawakan tas dan membelikan es krim,
> kadang ia malah tidak mau pulang beriringan dengan aku sehabis
sekolah dan
> jangankan memberikanku hadiah, ucapan selamat ulang tahun saja dari
ka Adit
> jarang terdengar di telingaku. Huh...'* Belinda mendengus kesal.
>
>
>
> "Belinda! Belinda... kamu sedang memikirkan apa? Kok malah melamun?"
Jihan
> membuyarkan lamunannya.
>
> "Dari pada melamun, silahkan ambil dan cicipi kue nastar lezat
buatan ibuku
> tadi siang.. enak *lho*..." Sahara menyodorkan toples bening ke arah
Jihan
> dan Belinda. Sambil tersenyum mereka makan nastar berbentuk bunga
matahari
> yang diatasnya terdapat selai nanas yang manis sekali.
>
> Setelah selesai mencicipi hidangan yang di suguhkan Sahara, mereka
bertiga
> mulai memeriksa ulang PR yang tadi didiskusikan bersama-sama.
>
>
>
> Lembayung sudah sangat jelas terlihat, matahari mulai tenggelam dan
> sekelompok burung pulang ke rumahnya. Belinda dan Jihan menyadari harus
> segera pulang sebelum maghrib tiba. Ummi dan Abi sering mengingatkan
Belinda
> untuk kembali kerumah sebelum maghrib tiba untuk sama-sama sholat
> berjama'ah.
>
>
>
> Belinda dan Jihan pulang ke rumah masing-masing dengan melewati beberapa
> rumah saja dari rumah Sahara. Rumah Jihan tepat bersebelahan dengan
rumah
> Belinda.
>
>
>
> "Belinda, aku duluan ya? Assalamu'allaikum." tanya Jihan sebelum ia
masuk ke
> pekarangan rumahnya.
>
> "Iya Jihan.. Sampai bertemu ya... Wa'allaikum Salam", jawab Sahara
sambil
> tersenyum.
>
> ***
>
> "Assalamu'allaikum Ummi, Abi.. aku pulang!"
>
> "waallaikum salam" jawab tante Amara yang menghampiri Belinda dari
ruang TV.
>
> Tumben sekali fikir Belinda, biasanya yang menjawab dan menyambut
> kedatangannya saat dari luar rumah adalah Ummi, tapi hari ini tante
Amara
> yang menjawab. Suasana rumah pun nampak sepi, biasanya hari minggu
seperti
> ini Abi juga ada di rumah dan tentu juga si Pengadu, begitu Belinda
> menjuluki kakaknya, Adit.
>
>
>
> "Tante, Ummi dan Abi kemana? *Kok* rumah sepi sih? *Kalo* si Pengadu
pasti
> lagi main *games* ya dikamarnya?" Belinda menanyakan banyak
pertanyaan ke
> tante Amara.
>
>
>
> "Ummi dan Abi sedang ke rumah sakit dek, kalo si Pengadu itu siapa?
Kak Adit
> maksudmu?" Tanya tante kepada Belinda yang punya panggilan rumah dengan
> sebutan Adek.
>
>
>
> "Iya Tante, si Pengadu itu kak Adit.." Jawab Belinda agak sedikit
cemberut.
>
> "Oh... justru Ummi dan Abi ke rumah sakit membawa kak Adit,
tiba-tiba kak
> Adit mengeluh sakit di bagian kanan perutnya" Tante Amara menjawab.
>
>
>
> Tiba-tiba Belinda tersenyum riang sambil membawa tas ke kamarnya.
Belinda
> berfikir, waktunya untuk senang-senang, untuk menonton TV lama-lama,
main
> games kakaknya, membaca komik sepuasnya tanpa diganggu kak Adit.
>
> ***
>
> Jam 8 malam, sudah hampir 3 jam Abi dan Ummi belum memberi kabar,
dan saat
> itu Belinda mulai merindukan mereka.
>
>
>
> "Kriiiiiing... Kriiiiiiing. ......." Telpon berbunyi nyaring. Segera
Belinda
> mengangkat telepon.
>
> "Assalamu'allaikum Belinda.." Suara Abi diseberang sana
>
> "Waallaikum salam, Abi dan Ummi pada kemana sih? Lama banget ke rumah
> sakitnya?" Belinda bertanya sambil cemberut.
>
> "Adek Belinda Sayang, maaf ya Abi dan Ummi malam ini belum bisa
pulang, kak
> Adit harus dirawat, kak Adit harus di operasi besok pagi. Kak Adit sakit
> usus buntu Dek.. baik-baik ya Adek sama tante Amara.. nanti
*bobonya* sama
> tante aja.. Assalamua'allaikum"
>
> "Ya udah *deh*.. Wa'allaikum salam"
>
> Saat itu tidak ada perasaan khawatir yang berlebih di diri Belinda, ia
> menganggap penyakit yang diderita kakaknya tidak seberapa parah. Ia
malah
> senang, artinya ia sedikit bebas dirumah sekarang tanpa gangguan
kakaknya.
>
>
>
> Keesokan harinya Belinda sekolah seperti biasa, dan ketika pulang ke
rumah.
> Ia merasakan sangat kesepian. Tidak ada Ummi yang selalu mendengarkan ia
> bercerita, dan bagaimanapun ia mulai merasakan kangen dengan kak Adit.
>
> Belinda makan siang ditemani tante Amara, wajah Belinda tidak ceria
seperti
> biasanya, dan tatapannya kosong sambil terus memeluk boneka beruang.
>
> "Dek, kamu kenapa? *Kok* makan sambil melamun? Sakit?"
>
> Belinda menggeleng pelan.
>
> "Kamu kangen ya sama kak Adit? Kangen berantem? He..he.. " Tante
Amara sudah
> tahu benar Belinda dan Adit susah sekali akur, bertengkar dan bertengkar
> lagi.
>
> Belinda hanya diam.
>
> "Dek, kak Adit itu sebenarnya sayang sama Adek, kalo kak Adit sering
> mengadukan kamu yang sering *nonton* TV dan baca komik itu karena
kak Adit
> gak mau nilai kamu jelek. Tanpa sepengetahuan kamu Tante sering
sekali lihat
> kak Adit membetulkan selimutmu waktu kamu tertidur. Dan boneka itu
yang kamu
> pegang sebenernya kan hadiah ulang tahun yang sangat kamu inginkan,
betul *
> ngak*? Kak Adit yang bilang ke Tante, Ummi dan Abi, untuk membelikannya
> untuk kamu. Kak Adit nanya ke teman-teman kamu secara diam-diam
hadiah apa
> yang ingin sekali kamu dapatkan."
>
> Mata Belinda berkaca-kaca. Sungguh ia begitu kangen dengan kak Adit.
Tante
> Amara menghampiri dan memeluk Belinda erat.
>
> "Habis makan kita jenguk kak Adit ya?"
>
> Belinda mengangguk pelan.
>
> "Tapi Tante, aku mau beli buku cerita sebagai hadiah buat kak Adit,
uangnya
> biar aku ambil dari *celengan* ayam aku ya?", tanya Belinda.
>
> Tante Amara mengangguk dan berkata, "Tentu sayang, nanti kita mampir ke
> toko buku".
>
> Belinda kembali tersenyum.
> ****
>
> nb: maap kalo ada kesamaan nama dan kejadian.. kikikik..
>
- 2.
-
(Catatan Kaki) MENJUAL KEPERAWANAN
Posted by: "Elisa Koraag" elisa201165@yahoo.com elisa201165
Mon Dec 22, 2008 5:33 am (PST)
Dari milis tetangga. Nice story.
MENJUAL KEPERAWANAN
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel
berbintang lima . Sang
petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel
menangkap kecurigaan
pada wanita
itu. Tapi dia hanya memandang saja
dengan awas ke arah langkah wanita itu
yang kemudian mengambil tempat duduk
di lounge yang agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama,
ada sesuatu yang harus
dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali
waiter mendatanginya
tapi,
wanita itu hanya menggelengkan kepala.
Mejanya masih kosong. Tak ada yang
dipesan. Lantas untuk apa wanita itu
duduk seorang diri. Adakah seseorang
yang sedang ditunggunya.
Petugas
satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita
nakal yang
biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu
dewasa. Tapi
tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang t engah
beranjak
dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk
mendekati
meja wanita itu dan bertanya:
'' Maaf, nona ... Apakah anda
sedang menunggu seseorang? "
'' Tidak! '' Jawab wanita itu sambil
mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
'' Lantas untuk apa anda duduk di
sini?"
'' Apakah tidak boleh? '' Wanita itu mulai memandang ke arah sang
petugas
satpam..
'' Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya
diperuntukan bagi orang yang
ingin menikmati layanan kami.''
'' Maksud,
bapak? "
'' Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ''
''
Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah
saya
duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ''
Kata wanita itu dengan
suara lambat.
'' Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ''
Petugas
satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang
akan dijual.
Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa
brosur.
'' Ok,
lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk
berjualan. Mohon
mengerti. ''
'' Saya ingin menjual diri saya, '' Kata wanita itu dengan
tegas sambil
menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas
satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
'' Mari ikut saya,
'' Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan
tangannya.
Wanita
itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum
di wajah
petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti
petugas satpam
itu.
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di
sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung
yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal
berlangsung.
'' Apakah anda serius? ''
'' Saya serius '' Jawab
wanita itu tegas.
'' Berapa tarif yang anda minta? ''
''
Setinggi-tingginya. .' '
'' Mengapa?" Petugas satpam itu terkejut sambil
menatap wanita itu.
'' Saya masih perawan ''
'' Perawan? '' Sekarang
petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi
wajahnya berseri. Peluang
emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari
ini..
Pikirnya
''
Bagaimana saya tahu anda masih perawan?''
'' Gampang sekali. Semua pria
dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana
bukan.. Ya kan ...''
''
Kalau tidak terbukti? "
'' Tidak usah bayar ...''
'' Baiklah ...''
Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke
kiri dan ke kanan.
'' Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan
anda. ''
'' Cobalah. ''
'' Berapa tarif yang diminta? ''
''
Setinggi-tingginya. ''
'' Berapa? ''
'' Setinggi-tingginya. Saya tidak
tahu berapa? ''
'' Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu
sebentar ya.
''
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah
cerah.
'' Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta.
Bagaimana?
''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Ini termasuk
yang tertinggi, '' Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
'' Saya ingin yang
lebih tinggi...''
'' Baiklah. Tunggu disini ...'' Petugas satpam itu
berlalu.
Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih
berseri.
'' Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6
juta rupiah. Bagaimana? ''
'' Tidak adakah yang lebih tinggi? ''
'' Nona,
ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda
diperkosa
oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai
perawan
anda
diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa,
kecuali
janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel
berbintang
untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya
dengan
membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik
terhadap
saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu
hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh ... ''
'' Saya ingin tawaran
tertinggi ... '' Jawab wanita itu, tanpa peduli
dengan celoteh petugas
satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
'' Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya.
Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar ada sesuatu yang
memancing mata orang untuk membeli. '' Kata petugas
satpam itu dengan agak
kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap
mengikuti
langkah petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu kamar hotel
itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak
berumur tersenyum
menatap mereka berdua.
'' Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat?
" Kata petugas satpam
itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap
dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu
...
'' Berapa? '' Tanya pria
itu kepada Wanita itu.
'' Setinggi-tingginya '' Jawab wanita itu dengan
tegas.
'' Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? '' Kata pria itu
kepada sang petugas satpam.
'' Rp.. 6 juta, tuan ''
'' Kalau begitu
saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ''
Wanita itu terdiam.
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban
bagus dari wanita itu.
'' Bagaimana? '' tanya pria itu.
''Saya ingin
lebih tinggi lagi ...'' Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
'' Bawa pergi wanita ini. '' Kata pria itu kepada petugas satpam sambil
menutup pintu kamar dengan keras.
'' Nona, anda telah membuat saya
kesal. Apakah anda benar benar ingin
menjual? ''
'' Tentu! ''
''
Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ... ''
'' Saya minta
yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas satpam itu menghela napas panjang.
Seakan menahan emosi. Dia pun
tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya
untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
'' Kalau begitu,
kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba
mencari penawar yang
lainnya. ''
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per
satu pria
yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita
melaluinya.
Sudah
sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun,
tak begitu jauh dari
hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat
telepon
genggamnya.
'' Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25
juta Rupiah.
Apakah itu tidak cukup? " Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
'' Datanglah kemari. Saya tunggu.
Saya kangen kamu.
Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ''
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan
wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan
di wajah
pria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria
itu: '' Pak, apakah
anda butuh wanita ... ??? ''
Pria itu menatap
sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan
wajahnya.
'' Ada
wanita yang duduk disana, '' Petugas satpam itu menujuk kearah
wanita tadi.
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
"Dia masih perawan..''
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah
mereka hanya berjarak setengah meter. '' Benarkah itu? ''
'' Benar, pak. ''
'' Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu ... ''
'' Dengan senang
hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi
tingginya.''
'' Saya
tidak peduli ... '' Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria itu menyalami
hangat wanita itu.
'' Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta.
Nah, sekarang
seriuslah ....'' Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
'' Mari kita bicara di kamar saja.'' Kata pria itu sambil menyisipkan uang
kepada petugas satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu menuju
kamarnya.
Di dalam kamar ...
'' Beritahu berapa harga yang kamu minta?
''
'' Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ''
'' Maksud kamu?
''
'' Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk
kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih .... ''
'' Hanya
itu ...''
'' Ya ...! ''
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak
terlalu muda untuk menjual
kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya.
Tidak pula menjual
penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai
petarung gagah
berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria
ini sadar,
bahwa
di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai.
Melebihi dari
kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk
sebuah
pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang
laut
melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan
diatas
keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan
dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
'' Siapa
nama kamu? ''
'' Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar
... '' Kata
wanita itu
'' Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena
kamu bukanlah sesuatu yang
pantas ditawar. ''
''Kalau begitu, tidak ada
kesepakatan! ''
'' Ada ! " Kata pria itu seketika.
'' Sebutkan! ''
'' Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.
Terimalah uang ini.
Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke
rumah sakit.
Dan sekarang pulanglah ... '' Kata pria itu sambil menyerahkan
uang dari
dalam tas kerjanya.
'' Saya tidak mengerti ...''
'' Selama
ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.
Dia menikmati semua
pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih.
Selalu memeras. Sekali
saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.
Tapi hari ini, saya bisa
membeli rasa terima kasih dari seorang wanita
yang gagah berani untuk
berkorban bagi orang tuanya.
Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila
saya bisa membayar ...''
'' Dan, apakah bapak ikhlas...? ''
'' Apakah
uang itu kurang? ''
'' Lebih dari cukup, pak ... ''
'' Sebelum kamu
pergi, boleh saya bertanya satu hal? ''
'' Silahkan ...''
'' Mengapa
kamu begitu beraninya ... ''
'' Siapa bilang saya berani. Saya takut pak ...
Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu
saya ke rumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika saya mengambil keputusan
untuk menjual kehormatan saya maka itu
bukanlah karena dorongan nafsu.
Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ... Saya hanya bersikap dan
berbuat untuk sebuah keyakinan ... ''
'' Keyakinan apa? ''
'' Jika
kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah
yang akan
menjaga kehormatan kita ... '' Wanita itu kemudian melangkah
keluar
kamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
'' Lantas apa
yang bapak dapat dari membeli ini ... ''
'' Kesadaran... ''
.. . .
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring
sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
'' Kamu sudah pulang, nak
''
'' Ya, bu ... ''
'' Kemana saja kamu, nak ... ???''
'' Menjual
sesuatu, bu ... ''
'' Apa yang kamu jual?'' Ibu itu menampakkan wajah
keheranan. Tapi wanita
muda itu hanya tersenyum ...
Hidup sebagai yatim
lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah
kehidupan yang serba
pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang
gratis. Semua orang
berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang
tak bisa dielakan.
Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa
perhitungan
....
''
Kini saatnya ibu untuk berobat ... ''
Digendongnya ibunya dari pembaringan,
sambil berkata: '' Tuhan telah
membeli yang saya jual... ''.
Taksi yang
tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan
rumahnya.
Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata
kepada supir
taksi: '' Antar kami kerumah sakit ...''
best regards,
Yudha Pratomo Bancassurance Specialist PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
- 3a.
-
Re: [Rampai] Ibu
Posted by: "magnifico_99" magnifico_99@yahoo.co.id magnifico_99
Mon Dec 22, 2008 5:43 am (PST)
Wah Mbak Siu EL...puisinya menyentuh
Jadi kangen ma Emak...
Tadi sih aku dah coba telpon tapi beliaunya lagi di dapur. Lagi repot
gitu. So, nunggu besok deh...selepas sholat subuh...
Lho kok jadi curhat..he..ehhheee ...piss
SAlam,
Budi'S
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Siwi LH <siuhik@...> wrote:com
>
> Ibu
> Oleh : Siu Elha
>
>
> Jika rahimmu adalah
> pertapaan cinta
> Sungguh aku nikmati masa
> penantian itu
> Untuk merekah, memuai sesuai
> titikku..
> Untuk kusongsong perjalanan
> dunia
>
> jika buaianmu adalah ladang
> aku mengenal cinta
> ijinkan kureguk manisnya
> untuk bekalku dalam
> perjalanan dunia
> yang konon kejam dan
> melelahkan
>
> jika pangkuanmu adalah sandaran cinta
> Ijinkan aku bermasyuk manja
> disana
> Dalam hangatnya peluk dan
> damainya rengkuhan
>
> Jika dunia adalah padang
> untuk mencari Cinta
> Sungguh engkaulah oase bagiku
> Untuk sejenak berhenti untuk menghela energi
> Dan melanjutkan pencarian
> Dalam ruang yang tak berujung dan tak berbatas.
>
> jika akhirat adalah
> pertemuan Cinta,
> dan ditelapak kakimu
> bersemayam surga,
> dalam haribaan Cintamu aku ingin melebur
> Karena sungguh yang kurindu bukan jasad yang melekat,
> Namun karena kasih sayang dan Cinta
> Yang sesungguhnya pancaran Asmau'ul Husna
>
> 18 Juli 2007
> Ibu bukanlah tempat kita bersandar, karena ibulah yang membuat kita
mampu berdiri tegak (Mario Teguh)
>
> Kupersembahkan buat para
> Ibu, diseluruh dunia .
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>
- 4a.
-
[Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Dec 22, 2008 6:43 am (PST)
*Judul Buku : Malaikat Jatuh dan Cerita-Cerita Lainnya*
*Penulis : Clara Ng*
*Tebal : 167 halaman*
*Genre : Sastra **Indonesia***
*Cetakan : Pertama, Agustus 2008*
*Penerbit : Gramedia Pustaka Utama*
* *
* *
*Resensi oleh : Lia Octavia*
Cinta seorang ibu kepada anaknya begitu luas, begitu dalam, begitu tinggi,
begitu besar, begitu sederhana dalam kerumitan, dan begitu rumit dalam
kesederhanaan. Cinta yang menembus gelombang tempat, waktu, dan makhluk.
Cinta yang melintasi kematian dan kelahiran. Karena dimana ada kelahiran,
pasti ada kematian. Cinta ibu yang niscaya, melekat pada setiap kelahiran
dan kematian. Cinta ibu yang terpeta pada garis hidup anak.
*Malaikat Jatuh* bertutur tentang manusia bersayap yang hidup di pegunungan
tinggi Teatimus; adalah legenda yang hidup dalam nafas kehidupan penduduk
dusun di sekitar gunung tersebut. Mereka berwajah elok, bertubuh tegap, dan
hidup selama beratus-ratus tahun. Abadi dan memesona. Para tetua mengatakan
bahwa jantung manusia bersayap dapat memberikan kehidupan kekal bagi siapa
pun yang memakannya.
Adalah Beppu, seorang manusia bersayap yang cacat. Sayapnya hanya satu, di
sebelah kiri. Berwarna putih keperakan; sayap terindah melebihi sayap
malaikat. Beppu tidak mengenal kedua orang tuanya. Ia dibesarkan oleh elang
betina yang rindu dengan kehadiran anak di sarang megahnya di bibir gunung.
Dan adalah Louissa Manna. Seorang wanita berusia tujuh ratus lima puluh
tahun yang kecantikannya abadi, muda memesona, yang sedang berlomba dengan
maut yang hendak menjemput Mae, putri kecilnya berusia tujuh tahun yang
sedang sakit dan sekarat. Manna yang telah mengalami beratus siklus
kehidupan. Menyaksikan berpuluh suaminya meninggal, menghantarkan ratusan
anak, cucu, dan ribuan sahabat-sahabatnya ke liang kubur, bertekad tidak
akan menyerahkan Mae pada maut. Kali ini, bialah waktu sedikit bermurah hati
dengan membiarkan Mae mendampinginya hidup abadi di dunia yang tak berujung.
Memakan jantung seorang manusia bersayap menjadikan Manna tak pernah mati.
Suatu malam, Manna menyaksikan Beppu dikeroyok oleh sekelompok bajingan tak
bernama. Darah Beppu menetes-netes di atas trotoar jalan yang kelam akibat
pengeroyokan itu. Setelah Beppu dan pengeroyoknya berlalu, Manna mengelap
darah itu dengan kain dan memeras kain itu sehingga tetes-tetes darah
memenuhi rongga botol kecil yang dibawanya. Manna pulang dan meminumkan
darah itu pada Mae. Lelaki tua, ayah mertua Manna, melarang Manna memberikan
darah itu pada Mae. Karena darah manusia bersayap memiliki efek yang berbeda
dengan jantung manusia bersayap. Darah manusia bersayap menjadikan Mae yang
kini abadi, haus darah dan daging makhluk bernyawa. Mula-mula kelinci, dan
lama kelamaan manusia. Demi cinta Manna pada puterinya, ia tidak merelakan
Mae dijemput maut. Biarlah Mae hidup abadi seperti dirinya walau harus
mengubah Mae menjadi sosok yang lain. Bukan lagi Mae kecil berjiwa malaikat,
melainkan Mae kecil berjiwa iblis. Hanya satu hal yang dapat membunuh Mae.
Api. Dan demi cinta lelaki tua, ayah Mertua Manna, pada cucu kesayangannya,
ia memilih melemparkan Mae ke dalam kobaran api. Dan cinta seorang ibu pula
yang harus merelakan anaknya pergi setelah pertarungan dahsyat di dalam
dirinya, Manna memeluk tubuh Mae yang memanas dan meleleh di tengah kobaran
api yang membungkus mereka.
***
Clara Ng lahir di Jakarta, tahun 1973. lulus dari Ohio State University di
Amerika, dan sekarang menjadi penulis tetap. Selain menulis cerpen, ia juga
menulis novel dewasa, skenario, esai, dan cerita kanak-kanak. Karyanya
mendapat penghargaan Adikarya Ikapi tahun 2006 dan Adikarya Ikapi tahun 2007
untuk kategori cerita anak-anak.
Clara Ng menuturkan sisi-sisi dalam dari cinta ibu kepada anaknya. Buku yang
berisi kumpulan cerpen yang pernah dimuat di beberapa media nasional ini
hampir seluruhnya bertutur tentang cinta. Cinta yang muncul dari kedalaman
cinta itu sendiri. Cinta yang sederhana dalam kerumitannya dan rumit dalam
kesederhanaannya. Dalam N*egeri Debu*, Clara berkisah tentang seorang anak
bernama Lucinda yang sering berkunjung ke Negeri Debu dan dibuai oleh Bunda
Debu karena kurang mendapat perhatian ibu yang jarang ada untuknya.
Dalam *Makam*, Clara berkisah tentang seorang perempuan pengurus rumah
penampungan hewan terbuang yang dibesarkan oleh seekor kucing.
Dalam *Di* *Uluwatu*, Clara menceritakan tentang seorang laki-laki yang
menemukan kembali jiwanya yang hidup dalam dua dunia; riwayat masa lalu
kakek buyutnya dan jalinan kehidupannya di masa sekarang. Dunia yang sering
diceritakan oleh ibunya.
Dalam *Lelaba,* Clara menunjukkan besarnya cinta ibu laba-laba yang
memberikan hadiah pada puteri laba-labanya di ulang tahunnya yang kedua
belas.
Lalu *Hutan Sehabis Hujan*, tempat Sofia menyimpan kisahnya dengan peri
hutan yang kemudian diceritakan pada anaknya di usia senjanya.
Kemudian *Akhir*, yang kisahnya mirip dengan ide film The Others-nya Nicole
Kidman. Di mana sekeluarga; ayah, ibu, anak, terbunuh oleh orang-orang yang
tangannya berlumuran lumpur politik, namun tetap hidup dan tinggal di dalam
keabadian di rumah mereka yang bertabur kenangan.
Ada juga *Barbie,* yang bertutur tentang lumuran dosa di kota luka.
Hingga *Bengkel
Las Bu Ijah*, tempat Bu Ijah mengelas hati-hati yang luka, patah, tergores,
berdarah, hancur, dan berkeping-keping. Dan *Istri Yang Paling Sempurna*,
menutup kumpulan cerpen memikat ini dengan kisah seorang istri yang
merayakan kematian kedua anak kembarnya yang tetap hidup di dalam
bayang-bayang dan ingatan sebagai istri yang paling sempurna di mata
suaminya.
Inilah obsesi seorang Clara Ng untuk berbicara mengenai cinta dalam hubungan
ibu dan anak. Cinta yang tak mengenal bentuk dan kedalaman. Cinta yang tak
pernah lekang oleh waktu. Sebagaimana cinta ibu yang tak akan pernah menua
pada anaknya dan keliaran imajinasi anak-anak yang nyaris tak terbatas,
seperti itulah cerpen-cerpen ini bergerak dan bernyawa.
Jakarta, 22 Desember 2008 at 9.45 p.m.
Untuk Ibu dengan segenap cinta
http://mutiaracinta.multiply. com
***
- 4b.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Mon Dec 22, 2008 1:02 pm (PST)
Dua hari ini, aku bolak-balik ketemu ma review buku Clara Ng. Unik dan aneh, dua hal itu yang sering aku tangkap dihampir semua review buku-buku karya Clara Ng *blum pernah baca bukunya sih ^_^v* eniwei, kayaknya Bengkel Las Bu Ijah bagus neh. Thank Mbak Lia ^_^
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply. ; http://sinthionk.com rezaervani. com
YM : SINTHIONK
_____________________ _________ __
From: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com >
To: "sekolah-kehidupan@yahoogroups. " <sekolah-kehidupan@com yahoogroups. >com
Sent: Monday, December 22, 2008 6:43:50 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Judul Buku : Malaikat Jatuh dan Cerita-Cerita Lainnya
Penulis : Clara Ng
Tebal : 167 halaman
Genre : Sastra Indonesia
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Resensi oleh : Lia Octavia
- 4c.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com rinurbad
Mon Dec 22, 2008 1:36 pm (PST)
Lia dan Sinta,
kumcer ini memang bagus. Bisa dibilang salah satu karya Clara Ng yang
paling keren dan kurekomendasikan banget.
Aku sudah baca satu novelnya, juga buku anak karyanya.
Sayang, aku kecele sama Gerhana Kembar itu..karena tema
lesbianismenya yang begitu kental. Asli, terkecoh kavernya yang
indah. Nggak lagi-lagi deh..
Untung aja hadiah dari GPU, walaupun tetep ada rasa
nyesel..sebetulnya bisa milih buku lain dengan nilai yang
sama..hehehe..
Mari membaca,
Rinurbad
- 4d.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Mon Dec 22, 2008 4:34 pm (PST)
wah, sama sin, aku juga minat baca yg bengkel las bi ijah.
gyaaaa, resensinya bagus mbak lia (padahal bikinnya sambil sms-an
semalam ya, hehehe)
tukeran, yukyuk!
-retno-
rinurbad@...> wrote:
>
> Lia dan Sinta,
> kumcer ini memang bagus. Bisa dibilang salah satu karya Clara Ng
yang
> paling keren dan kurekomendasikan banget.
> Aku sudah baca satu novelnya, juga buku anak karyanya.
> Sayang, aku kecele sama Gerhana Kembar itu..karena tema
> lesbianismenya yang begitu kental. Asli, terkecoh kavernya yang
> indah. Nggak lagi-lagi deh..
> Untung aja hadiah dari GPU, walaupun tetep ada rasa
> nyesel..sebetulnya bisa milih buku lain dengan nilai yang
> sama..hehehe..
>
> Mari membaca,
> Rinurbad
>
- 4e.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Dec 22, 2008 6:24 pm (PST)
iyaaa sepakat banget sama mba rini! kumcer ini keren banget dan aku suka
banget dengan gaya betuturnya yang "memuisikan segalanya", packaging kisah,
sudut pandang serta esensi yang hendak disampaikan benar-benar keren... aku
suka banget cerpen-cerpen surealis yang realis seperti ini. ^_^
thanks for reading, mba rini... ^_^
mari membaca!
salam
lia
On 12/23/08, Rini Agus Hadiyono <rinurbad@yahoo.com > wrote:
>
> Lia dan Sinta,
> kumcer ini memang bagus. Bisa dibilang salah satu karya Clara Ng yang
> paling keren dan kurekomendasikan banget.
> Aku sudah baca satu novelnya, juga buku anak karyanya.
> Sayang, aku kecele sama Gerhana Kembar itu..karena tema
> lesbianismenya yang begitu kental. Asli, terkecoh kavernya yang
> indah. Nggak lagi-lagi deh..
> Untung aja hadiah dari GPU, walaupun tetep ada rasa
> nyesel..sebetulnya bisa milih buku lain dengan nilai yang
> sama..hehehe..
>
> Mari membaca,
> Rinurbad
>
>
>
- 4f.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Dec 22, 2008 6:27 pm (PST)
bukunya keren banget, mba shinta... setidaknya menurutku yang memang
menyukai tulisan-tulisan bergenre surealis seperti tulisan clara. clara juga
nulis cerita anak-anak. cerbernya lagi dimuat di kompas, mba ^_^
btw, bengkel las bu ijah memang bengkel yg paling dicari di seluruh dunia,
mba.. ^_^
thanks for reading, sist!
salam
lia
On 12/23/08, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com > wrote:
>
> Dua hari ini, aku bolak-balik ketemu ma review buku Clara Ng. Unik dan
> aneh, dua hal itu yang sering aku tangkap dihampir semua review buku-buku
> karya Clara Ng *blum pernah baca bukunya sih ^_^v* eniwei, kayaknya Bengkel
> Las Bu Ijah bagus neh. Thank Mbak Lia ^_^
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
> BloG RaMe-RaMe
> http://sinthionk.multiply. ; http://sinthionk.com rezaervani. com
> YM : SINTHIONK
>
>
>
> --------------------- ---------
> *From:* Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com >
> *To:* "sekolah-kehidupan@yahoogroups. " <com
> sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
> *Sent:* Monday, December 22, 2008 6:43:50 AM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
>
> *Judul Buku : Malaikat Jatuh dan Cerita-Cerita Lainnya*
>
> *Penulis : Clara Ng*
>
> *Tebal : 167 halaman*
>
> *Genre : Sastra **Indonesia***
>
> *Cetakan : Pertama, Agustus 2008*
>
> *Penerbit : Gramedia Pustaka Utama*
>
> * *
>
> * *
>
> *Resensi oleh : Lia Octavia*
>
>
>
>
>
>
>
>
- 4g.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Dec 22, 2008 6:41 pm (PST)
heuheuheu... iyah nih, nulis resensinya sembari sms-an sama mba retno
semalam... ^_^
tukeran ya, mba, tukeran sama bukunya susanna tamaro itu ya... dan aku juga
pengen baca resensinya lho, mba! ^_^ ditunggu niiiih... ^_^
bengkel las bu ijah emang laku keras, mba... hehehehehe
thanks for reading, mba retno... ^_^
salam
lia
On 12/23/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
>
> wah, sama sin, aku juga minat baca yg bengkel las bi ijah.
> gyaaaa, resensinya bagus mbak lia (padahal bikinnya sambil sms-an
> semalam ya, hehehe)
> tukeran, yukyuk!
>
> -retno-
>
> rinurbad@...> wrote:
> >
> > Lia dan Sinta,
> > kumcer ini memang bagus. Bisa dibilang salah satu karya Clara Ng
> yang
> > paling keren dan kurekomendasikan banget.
> > Aku sudah baca satu novelnya, juga buku anak karyanya.
> > Sayang, aku kecele sama Gerhana Kembar itu..karena tema
> > lesbianismenya yang begitu kental. Asli, terkecoh kavernya yang
> > indah. Nggak lagi-lagi deh..
> > Untung aja hadiah dari GPU, walaupun tetep ada rasa
> > nyesel..sebetulnya bisa milih buku lain dengan nilai yang
> > sama..hehehe..
> >
> > Mari membaca,
> > Rinurbad
> >
>
>
>
- 4h.
-
Re: [Ruang Baca] Malaikat Jatuh - Clara Ng
Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com rinurbad
Mon Dec 22, 2008 7:16 pm (PST)
Lia,
kalau suka yang surealis..sudah baca kumcer Sihir Perempuan belum?
Karangan Intan Paramaditha, terbitan KataKita. Sudah agak lama sih
terbitnya, aku pun dapet di diskonan. Asyik lho, gothic
banget..walaupun aroma feminismenya sedikit lebih keras daripada
Clara Ng.
just my two cents,
Rinurbad
- 5a.
-
(FORWARD): DUA ORANG BAIK
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Mon Dec 22, 2008 4:04 pm (PST)
DUA ORANG BAIK, TAPI MENGAPA PERKAWINAN TIDAK BAHAGIA (Sumber: forward milis sebelah, anonim)
Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt pun.
Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.
Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.
Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.
Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.
Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.
Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?
Pengorbanan yang dianggap benar.
Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.
Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .
Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!
Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka.
Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
Apa Yang kamu inginkan ?
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya.
Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.
Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.
cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?
Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.
Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu .dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.
Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut.
Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara pihak kedua.
Jalan kebahagiaan
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.
Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.
Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius, menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari semakin penuh daya hidup.
Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota .
Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.
- 5b.
-
Re: (FORWARD): DUA ORANG BAIK
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Mon Dec 22, 2008 4:54 pm (PST)
menyejukkan sekali, pak sinang.
terima kasih banyak ...
dan daftar kebutuhan itu sgt menginspirasi :)
sekali lagi, terima kasih pak sinang
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Pandika Sampurnacom
<pandika_sampurna@...> wrote:
>
> DUA ORANG BAIK, TAPI MENGAPA PERKAWINAN TIDAK BAHAGIA (Sumber:
forward milis sebelah, anonim)
>
>
> Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya
melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu
bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena
lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.
> Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak,
karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi,
dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.
>
> Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap
panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikikt
pun.
> Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel
seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding
sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan
dengan kaki telanjang.
>
> Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin.
>
> Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik.
> Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu
menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.
>
> Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab.
> Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam
pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat
libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu
istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung
jawab, mendorong anak-anak untuk berpretasi dalam pelajaran.
>
> Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.
> Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia
maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan
mendidik kami.
>
> Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang
baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu
menangis terisak secara diam diam di sudut halaman.
>
> Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi,
menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.
> Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar
ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan
betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah
perkawinan yang baik.
> Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan
perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh
dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang
yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?
>
> Pengorbanan yang dianggap benar.
>
> Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara
perlahan lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.
> Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha
menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai,
dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri.
> Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri,
sepertinya juga tidak bahagia.
> Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak,
lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan
sepenuh hati.
>
> Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia. .
> Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai,
suami saya berkata : istriku, temani aku sejenak mendengar alunan
musik!
> Dengan mimik tidak senang saya berkata : apa tidak melihat masih
ada separoh lantai lagi yang belum di pel ?
> Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang
sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya,
ibu juga kerap berkata begitu sama ayah.
>
> Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu,
sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan
mereka.
> Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.
>
> Apa Yang kamu inginkan ?
>
> Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan
teringat akan ayah saya Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang
dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih
lama daripada menemaninya.
> Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu
dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang
bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha
mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan
urusan rumah tangga.
>
> Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku.
> cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah
melangkah ke dalam sebuah cerita, dua orang yang baik mengapa tidak
diiringi dengan perkawinan yang bahagia.
>
> Kesadaran saya membuat saya membuat keputusan (pilihan) yang sama.
>
> Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami,
menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain
pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
> Saya bertanya pada suamiku : apa yang kau butuhkan ?
>
> Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor
sedikit tidak apa-apa-lah, nanti saya carikan pembantu untukmu,
dengan begitu kau bisa menemaniku! ujar suamiku.
>
> Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu,
ada yang mencuci pakianmu .dan saya mengatakan sekaligus serentetan
hal-hal yang dibutuhkannya.
> Semua itu tidak penting-lah! ujar suamiku. Yang paling kuharapkan
adalah kau bisa lebih sering menemaniku.
> Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-
benar membuat saya terkejut.
> Kami meneruskan menikamti kebutuhan masing-masing, dan baru saya
sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-
sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun,
bukannya cara pihak kedua.
>
> Jalan kebahagiaan
> Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan
meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga
menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
> Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya,
waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk
kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila
berangkat.
>
> Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang cukup
sulit, misalnya dengarkan aku, jangan memberi komentar.
> Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang
akan merasa dirinya akan tampak seperti orang bodoh.
> Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
> Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya
pada saya, kalau tidak saya hanya boleh mendengar dengan serius,
menurut sampai tuntas, demikian juga ketika salah jalan.
>
> Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari,
namun, jauh lebih santai daripada mengepel, dan dalam kepuasan
kebutuhan kami ini, perkawinan yang kami jalani juga kian hari
semakin penuh daya hidup.
> Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang
dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar
bugar merancang perjalanan keluar kota .
>
> Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan
kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu
bisa menghibur gejolak hati masing-masing.
>
> Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan
kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai
merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana
hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.
>
> Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini
telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan.
Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
>
> Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia,
mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai
pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
>
> Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak
dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan,
hati ini juga sudah kecewa dan hancur.
> Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya,
setiap orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang
bahagia, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang
dibutuhkan pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita
sendiri, perkawinan yang baik, pasti dapat diharapkan.
>
- 5c.
-
Re: (FORWARD): DUA ORANG BAIK
Posted by: "sasa909691" sasa909691@yahoo.com sasa909691
Mon Dec 22, 2008 6:23 pm (PST)
Subhanallah, tulisan yang sarat pencerahan, seolah saya melihat pada
kehidupan yang saya alami bersama dengan suami. awalnya saya mirip si
ibu, yang selalu ingin rumah bersih dan semua tertata rapi pada
tempatnya. namun, saya perhatikan suami sering melontarkan pertanyaan
saat saya sedang di dapur.
rupanya, suami punya kebutuhan untuk lebih banyak di temani melihat
berita di TV! pada akhirnya saya menikmati waktu lebih banyak berduaan
dengan suami di depan TV. tentu saja, saya tetap mencari cara untuk
bisa membagi waktu sehingga rumah bersih tapi suami akan selalu
mendapati saya ada disampingnya saat melihat berita di TV. semoga
pernikahan ini membuat kami sama-sama belajar untuk mengetahui
kebutuhan pasangan.
wassalam
anisakuffa
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Pandika Sampurnacom
<pandika_sampurna@...> wrote:
>
> DUA ORANG BAIK, TAPI MENGAPA PERKAWINAN TIDAK BAHAGIA (Sumber:
forward milis sebelah, anonim)
> Bertanya pada pihak kedua : apa yang kau inginkan, kata-kata ini
telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan.
Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.
>
> Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia,
mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai
pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua.
>
> Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat
merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati
ini juga sudah kecewa dan hancur.
> Karena Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, setiap
orang pantas dan layak memiliki sebuah perkawinan yang bahagia,
asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan
pihak kedua! Bukannya memberi atas keinginan kita sendiri, perkawinan
yang baik, pasti dapat diharapkan.
>
- 6a.
-
Re: [Catatan Kaki] Kopdar Bareng di Malang yuuuukkk.... ^_~
Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com ugikmadyo
Mon Dec 22, 2008 4:22 pm (PST)
Tenang aja Sin,
Aku yang ke Bandung. Akhir Desember sampai pertengahan Januari.
Bagaimana? ;;)
Tapi gak tau nih.
Bisa ketemuan ma Sinta gak ya... ;;)
hehehe
2008/12/22 ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com >
> kalian semua membuatku
> iriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii! !!!!!!!!! !!!!!!!!! !! :(( pulangkan aku
> pada orang tuakuuuu!! *halah..kumat*
>
> eniwei, Pril, gak jadi ke Bandung donk? :(
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia. blogspot. com
> BloG RaMe-RaMe
> http://sinthionk.multiply. ; http://sinthionk.com rezaervani. com
> YM : SINTHIONK
>
>
>
> --------------------- ---------
> *From:* april_reto <april_reto@yahoo.com >
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> *Sent:* Monday, December 22, 2008 2:08:24 AM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] Re: [Catatan Kaki] Kopdar Bareng di Malang
> yuuuukkk.... ^_~
>
> Ayo-ayooo
>
> Tanggal 25 saya ke Pacet, tanggal 26-28 saya ke Yogya, tahun baruan di
> malang yuuuukkk...
>
> April
>
- 7a.
-
(Sekolah Kehidupan): Annamalai Swami (1906-1995)
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Mon Dec 22, 2008 4:45 pm (PST)
Keseluruhan manusia itu merupakan gabungan dari orang baik dan orang jahat. Sangatlah jarang kita menemukan seseorang yang benar-benar baik, begitu juga sangat jarang kita menemukan seseorang yang benar-benar jahat.
Bila anda berhadapan dengan mereka, usahakan untuk belajar mengambil pelajaran dari kebaikan mereka, dan jangan mengikuti akan keburukan mereka.
- 7b.
-
Re: (Sekolah Kehidupan): Annamalai Swami (1906-1995)
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon Dec 22, 2008 5:07 pm (PST)
He he he... .
lama kelamaan Pak Sinang ini jadi seperti Mario Tegus, Tung Desem, or
motivator/inspirator lainnya ^_^
makasih pak . .
sis
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Pandika Sampurnacom
<pandika_sampurna@...> wrote:
>
> Keseluruhan manusia itu merupakan gabungan dari orang baik dan
orang jahat. Sangatlah jarang kita menemukan seseorang yang benar-ben
- 8a.
-
Re: Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ?
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon Dec 22, 2008 5:02 pm (PST)
Iya Mbak Asma..
kadang-kadang lupa . . .
kadang-kadang ingat . . .
tapi kalo sudah di depan ibu seperti tidak ada nyali . . .
sis
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "asma_h_1999"com
<asma_h_1999@...> wrote:
>
> Pernahkah Kita Mengingat Ibu Kita di Hari-Hari terakhir ini ?
>
> Asma Sembiring
>
- 9a.
-
Re: BELAJAR MENULIS DARI PENULIS (CATATAN KAKI)
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon Dec 22, 2008 5:04 pm (PST)
Makasih Mas Arya, jadi banyak be;ajar pada para penulis termasuk mas
Arya ^_^
sis
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , arya noor amarsyah aryacom
<arnabgaizir@...> wrote:
>
>
>
> Â
>
> BELAJAR MENULIS DARI PENULIS
>
- 10a.
-
(rampai) tentang sebuah kepercayaan
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Mon Dec 22, 2008 5:08 pm (PST)
Tentang Sebuah Kepercayaan
Oleh Retnadi Nur'aini
Jangan percaya pada orang lain.
Jangan percaya, waktu mereka bilang tak akan melupakanmu.
Saat ada tekanan dan bermacam perhitungan,
tak seorang pun akan mengingatmu.
Mereka akan sibuk dengan diri masing-masing,
dan kamu akan terabaikan.
Jangan percaya, waktu mereka bilang akan selalu ada untukmu.
Karena mereka tak akan selalu ada disana,
saat kamu butuh obat untuk menambal semua luka.
Jangan percaya, waktu mereka berjanji untuk menjaga rahasia.
Saat kalian berselisih, mereka bisa saja melanggarnya,
lalu membeberkan segalanya.
Jangan percaya, waktu mereka memuji.
Mereka cuma berusaha memikatmu,
atau mungkin, sekedar berbasa-basi.
Jangan percaya, saat mereka menawarkan diri untuk membantumu.
Karena, saat kamu datang menagihnya,
mereka akan menjadi terlalu sibuk untuk itu.
Karenanya, jangan berharap mereka akan mengulurkan tangan
untuk menarikmu naik.
Yang ada malah,
mereka akan berlomba teriak mencari pertolongan.
Jangan percaya, bahwa mereka mendengarkan setiap kata
dari seluruh keluhanmu.
Kamu tidak pernah tahu,
apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka saat itu.
Jangan percaya, waktu mereka berjanji untuk tidak meninggalkanmu.
Begitu mereka tahu semua keburukanmu,
dan terlalu lelah untuk menampungnya,
Satu demi satu akan berlalu dari dirimu.
Jangan pernah percaya orang lain.
Tapi,
percayalah pada Tuhan.
Tuhan tidak akan melupakanmu,
atau membuatmu merasa diabaikan.
Walau kadang, kita lupa padaNya.
Tuhan selalu ada disana, siap menambal seluruh luka.
Walau kadang, kita terlalu angkuh untuk mengakuinya.
Tuhan selalu menepati janji.
Walau kadang, kita melanggar janji terhadapNya.
Tuhan tidak pernah menolakmu.
Ia akan membukakan pintu, dan mempersilakanmu masuk ke dalam
rumahNya.
Walau kadang, kita menolak kehadiranNya.
Tuhan selalu menyediakan telingaNya
untuk mendengarkan semua keluh kesah,
Juga kisah-kisah pengoyak luka.
Walau kadang, kita menulikan diri dari segala ucapanNya.
Tuhan selalu memberi yang kamu butuhkan.
Walau kadang, kita lupa berterima kasih.
Tuhan tidak pernah meninggalkanmu.
Ia terlalu mengenalmu, bahkan sebelum kamu tahu.
Seburuk apapun keadaanmu, tanganNya terbuka lebar untuk memelukmu.
Walau kadang, kita lari dariNya.
Dan Tuhan selalu dapat dipercaya.
Walau kadang, kita kerap meragukanNya.
- 10b.
-
Re: (rampai) tentang sebuah kepercayaan
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Mon Dec 22, 2008 6:19 pm (PST)
jangan percaya tentang sebuah kepercayaan
hingga kepercayaan itu sendiri memercayakanmu... ^_^
rampai yang menjadi perenungan, mba retno...
thanks for sharing ^_^
salam
lia
On 12/23/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
>
> Tentang Sebuah Kepercayaan
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Jangan percaya pada orang lain.
> Jangan percaya, waktu mereka bilang tak akan melupakanmu.
>
> Saat ada tekanan dan bermacam perhitungan,
> tak seorang pun akan mengingatmu.
> Mereka akan sibuk dengan diri masing-masing,
> dan kamu akan terabaikan.
>
> Jangan percaya, waktu mereka bilang akan selalu ada untukmu.
> Karena mereka tak akan selalu ada disana,
> saat kamu butuh obat untuk menambal semua luka.
>
> Jangan percaya, waktu mereka berjanji untuk menjaga rahasia.
> Saat kalian berselisih, mereka bisa saja melanggarnya,
> lalu membeberkan segalanya.
>
> Jangan percaya, waktu mereka memuji.
> Mereka cuma berusaha memikatmu,
> atau mungkin, sekedar berbasa-basi.
>
> Jangan percaya, saat mereka menawarkan diri untuk membantumu.
> Karena, saat kamu datang menagihnya,
> mereka akan menjadi terlalu sibuk untuk itu.
> Karenanya, jangan berharap mereka akan mengulurkan tangan
> untuk menarikmu naik.
> Yang ada malah,
> mereka akan berlomba teriak mencari pertolongan.
>
> Jangan percaya, bahwa mereka mendengarkan setiap kata
> dari seluruh keluhanmu.
> Kamu tidak pernah tahu,
> apa yang ada dalam pikiran dan hati mereka saat itu.
>
> Jangan percaya, waktu mereka berjanji untuk tidak meninggalkanmu.
> Begitu mereka tahu semua keburukanmu,
> dan terlalu lelah untuk menampungnya,
> Satu demi satu akan berlalu dari dirimu.
>
> Jangan pernah percaya orang lain.
>
> Tapi,
> percayalah pada Tuhan.
> Tuhan tidak akan melupakanmu,
> atau membuatmu merasa diabaikan.
> Walau kadang, kita lupa padaNya.
>
> Tuhan selalu ada disana, siap menambal seluruh luka.
> Walau kadang, kita terlalu angkuh untuk mengakuinya.
>
> Tuhan selalu menepati janji.
> Walau kadang, kita melanggar janji terhadapNya.
>
> Tuhan tidak pernah menolakmu.
> Ia akan membukakan pintu, dan mempersilakanmu masuk ke dalam
> rumahNya.
> Walau kadang, kita menolak kehadiranNya.
>
> Tuhan selalu menyediakan telingaNya
> untuk mendengarkan semua keluh kesah,
> Juga kisah-kisah pengoyak luka.
> Walau kadang, kita menulikan diri dari segala ucapanNya.
>
> Tuhan selalu memberi yang kamu butuhkan.
> Walau kadang, kita lupa berterima kasih.
>
> Tuhan tidak pernah meninggalkanmu.
> Ia terlalu mengenalmu, bahkan sebelum kamu tahu.
> Seburuk apapun keadaanmu, tanganNya terbuka lebar untuk memelukmu.
> Walau kadang, kita lari dariNya.
>
> Dan Tuhan selalu dapat dipercaya.
> Walau kadang, kita kerap meragukanNya.
>
>
>
- 11a.
-
( RAMPAI ) ADAKAH KITA TLAH MENCINTAI MEREKA..??
Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id gopo_alhusna
Mon Dec 22, 2008 6:07 pm (PST)
Seorang teman mengirimkan sms padaku.
Begini bunyinya :
Seorang Ibu adalah orang yang serba kekurangan
Kurang pandai menghitung kesalahan anaknya
Kurang mampu mengingat beban hidup akibat perbuatan anaknya
Kurang waktu untuk dirinya sendiri karena seluruh waktunya adalah milik anaknya.
Met Hari Ibu.
Thankx buat rampainya, Mbak Sunis.
indah banget
salam
Achi TM
Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/ pingbox/
- 12a.
-
(CATCIL) PENAMBAL BAN dan Bujang Tongpes
Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Mon Dec 22, 2008 6:08 pm (PST)
Wah, Pak Yudi, sungguh pengalaman yang penuh hikmah, terutama untuk tidak hanya membawa uang dua ribu ruoiah saja di dompet. heuheuheu, becanda kok, pak. beneran, di jalan kadang banyak orang baik juga loh, teman saya malah pernah kehabisan bensin di jalan dan bernasib sama, tidak punya uang di dompetnya, akhirnya dia berniat menggadaikan helmnya kepada seorang tukang koran. Tanpa di sangka-sangka, si tukang koran malah meminjamkan uang tanpa jaminan apapun. Subhanallah ya, Allah akan memberikan pertolongan lewat tangan siapa saja, maka dari itu kita jangan enggan menolong siapa saja.
TFS, Pak Yudi.
Dani Ardiansyah
PT. Multidata Rancana Prima
Raudha Building 2nd Jl. HR. Rasuna Said
No. 21 Jakarta 12710
HP: 085694771764
(CATCI poL) PENAMBAL BAN dan Bujang Tongpes
Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com yudhi_sipdeh
Mon Dec 22, 2008 2:53 am (PST)
(CATCIL) PENAMBAL BAN dan Bujang Tongpes
Kisah kejadian ini telah lama berlalu namun masih berbekas dan lekat di
hati. Lama terjadi namun terus terkenang-kenang. Ketika itu, aku adalah
seorang pujangga pemburu bunga ...eh bujangan tanpa pendamping wanita
:-).
- 13.
-
[Catcil] Kebahagiaan Ibu
Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com ugikmadyo
Mon Dec 22, 2008 7:21 pm (PST)
Saat ini saya semakin tahu.
Ibuku adalah seorang wanita super.
Selalu siap sedia kapan pun dimana pun. tak peduli hatinya sedang gundah.
tak peduli badannya lelah. tak peduli ada tangis tertahan dimatanya. Akan
dilakukan apapun demi kebahagiaan anaknya.
Satu hari, ada kata-kata ibu yang bikin aku mati gaya. Kehilangan kata. Plus
gak bisa mikir.
Saya bersimpuh didepan Beliau. Dengan hati-hati dan pemilihan kata yang
sudah saya susun berhari-hari sebelumnya, saya mulai berbicara perlahan.
Sengaja hal ini saya lakukan. Karena saya tak ingin melukai perasaan beliau.
Dan akhirnya.
Perlahan saya ucapkan juga tujuan utama saya menghadap Beliau.
"Ibu... lebih baik pernikahan ini dibatalkan saja. Aku gak bisa nikah sama
Dia" Pyuuh. Berat rasanya tekanan didada ini. Saya tahu hanya satu keinginan
Ibu. Pernikahan putri satu-satunya, yaitu saya. Beliau menatap lekat tanpa
kata. Hening. Mencekam. Rasanya saya pingin kembali ke rahim Beliau,
bersembunyi dikehangatannya selama yang saya inginkan.
"Ada apa?" Suara ibu tetap bening. Ringan. Datar tanpa penghukuman.
Tangannya membelai lembut kepala. Saya mulai bercerita dengan lengkap
semuanya. Tanpa ada yang bisa saya tutup-tutupi lagi. Gamblang. Lugas. Tak
ada lagi tabir yang sengaja saya tarik untuk menyelubungi diri selama
beberapa hari ini. Dengan sekuat tenaga saya memilih berada di zona
obyektif. Tak ada ijin untuk tamu tak diundang bernama emosi yang -saya
kuatirkan- akan memporak porandakan rasionalitas. Selama berbicara, saya
tatap mata Ibu dalam-dalam. Beliau menghela nafas berkali-kali.
Aku mohon maaf Ibu.
Saya mulai bimbang. Apakah saya sudah egois? mengorbankan keinginan dan
harapan besar Ibu? Mencerabut kebahagiaan yang sudah Beliau nikmati selama
berbulan-bulan ini? Apakah yang saya katakan ini sudah benar? Apakah
keputusan saya ini hanya emosi sesaat saja?
Dan saya berdiri dipersimpangan.
Gamang.
Separuh kesadaran saya melayang entah kemana.
"Kalau memang begitu. Baiklah. Kita batalkan saja." DEG. Seperti ada godam
yang menghantam dada ini. Sesak. Saya memandang lekat mata beliau. Tak ada
muram. Tak ada gundah. Tak ada air mata. Tetap lembut menenangkan penuh
cinta.
"Bu..."
"Ssttt..." Beliau menarik saya duduk di kursi sebelahnya. Memegang kedua
pipi dengan penuh kelembutan.
"Bagi Ibu. Yang penting kamu bahagia. Kalau kamu bahagia, Ibu juga ikut
bahagia. Kalau kamu sedih, Ibu akan jauh lebih sedih berlipat-lipat kalinya
dari Kamu." Saya tercengang. Seluruh kosakata dikepala saya hilang. Saya
tidak menyangka sama sekali permintaan saya ini akan dikabulkan Ibu tanpa
banyak tanya. Ibu langsung menyetujui permintaan mustahil ini.
Saya langsung menghambur dalam pelukan Beliau. Ibu. Apapun akan kulakukan
untuk membuat Ibu bahagia. Tekad saya sudah bulat. Apapun akan saya lakukan
asalkan bisa bikin Ibu bahagia. Apapun. Ingin rasanya saya berteriak pada
semua orang. Ibu saya adalah wanita super yang paling saya sayangi di dunia
ini. Hanya wanita super saja yang ikhlas berkorban demi kebahagiaan anaknya.
Anak yang bandel dan selalu menyusahkan ini. Ibu. Aku mohon maap belum bisa
memenuhi permintaan Ibu tuk menikah tahun ini. Mohon maaf sekali.
Ruang hijau, 03122008
Catatan yang terserak di desember kelabu
Selamat Hari Ibu untuk semua Ibu-ibu yang hebat :)
- 14.
-
(catcil aja deh) First Jogging-an
Posted by: "caliyan" yayan_unj@yahoo.com c_al_iyan
Mon Dec 22, 2008 7:22 pm (PST)
Pagi cerah walau sepanjang jalan ditemani salju turun rintik. Setelah
mandi, subuh, dan segelas teh hangat menyudahi kesiapan untuk meluncur
jogging.
Kalian tahu kawan, ini yang pertama kalinya aku kembali pada aktivitas
jogging. Seingatku setelah 2 tahun terakhir. Ada satu pelajaran yang
kutarik, kawan. Yaitu wuih, kolesterol mulai menumpuk. TAk segan-segan
lagi kuberikan Ancamanku pada si kolesterol, "tak kan kubiarkan kau
menguasaiku, rol. Ciaaat..ting..debug... kraak...bug. ..pow...traaank" .
Pertarungan yang sengit.
Hari ini tujuan jogging adalah kalibata. Tepatnya dekat taman makam
pahlawan. Sekalian ta'ziah. Merenungi perjuangan mereka membebaskan
indonesia dari penjajahan.
Singkatnya, aku sudah sampai. Inilah yang dapat kucapai hari ini,
kawan mulai Jogging 50meter kemudian jalan, jogging lagi 40m jalan
lagi, jogging lagi 30m eh jalan lagi. Loh kok menurun, banyak
jalannya, he hehe.
Di sebrang jalan kampus stekpi di kiri kanan jalan penuh dengan
penjaja makanan, pakaian dll. Jogging kuliner jadinya. Setelah belanja
wisata jogging mendapatkan 3 pasang kaus kaki, kaos singlet tertenteng
ditangan, aku mencari makanan. Tetapi Ah, tak kusangka dua orang
anggota ormas menarik uang pada pedagang. Gak dimana-mana ternyata
masih ada manusia seperti itu. Grrr...sudahlah biar Allah SWT, yang
membalas.
First joggingan, asyik euy. Minggu depan sepertinya targetnya
senayan/situpatenggang-bandung.
-Nulis blog sambil jalan kaki-
http://ya2nya2n.mp.com
kalibata, 21 dec 08
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar