Selasa, 28 April 2009

[daarut-tauhiid] Ketika Kearifan dan Kezuhudan Menyatu

http://pks-jaksel.or.id/Article2007.html
*
Ketika Kearifan dan Kezuhudan Menyatu*
ustadz Abu Ridha

*PKS Jaksel: *Ketika kearifan dan kezuhudan menyatu dalam diri seseorang,
maka langkah-langkah kemajuan spiritualnya telah mencapai tahap-tahap ideal.
Dengan kearifannya ia akan selalu memuji Allah Swt sebagai refleksi rasa
sykurnya atas nikmat Allah yang tak terhingga yang dianugerahkan kepadanya.
Dengan pujian yang tak henti-hentinya itu pula ia dimungkin dapat meraih
kepuasaan Allah Swt terhadap dirinya. Dengan kezuhudannya ia akan selalu
berusaha membersihkan dirinya dari segala noda yang dapat mengalingi dirinya
memperoleh kecintaan-Nya dan karenanya ia dimungkinkan meraih puncak
keberagaanya, yaitu keshalihan.

Akhirnya, kearifan dan kezuhudan akan menenteramkan jiwa sang diri.
Sedangkan ketenteraman jiwa adalah syarat untuk memperoleh panggilan-Nya.
"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,. masuklah ke
dalam syurga-Ku." (QS al-Fajr 89: 27-30)

Kemajuan spiritual adalah bekal utama setiap individu dalam pengembaraannya
yang panjang dan melelahkan. Kearifan dan kezuhudan merupakan sebagian tanda
kemajuan spiritual seseorang. Dengan kemajuan itu ia dimungkinkan dapat
tegar menghadapi berbagai deraan yang menghantam di perjalanannya. Ketegaran
itu pula yang membuatnya tidak mengalami kelelahan jiwa yang menyebabkan
dirinya bisa tercampak dari kemuliaannya.

Bagi orang yang menekuni jalan spiritual, istilah 'Arif dan Zahid tidak
asing di telinganya. Dua istilah yang populer di kalangan ahli ibadah ini
mengacu pada tingkat kemajuan spiritual seseorang.

Orang 'Arif adalah orang yang dapat memandang apa yang tersirat pada sesuatu
kejadian, peristiwa, keadaan, atau masalah. Dalam istilah sufi orang yang
tergolong 'Arif adalah orang yang telah mengenali dirinya dan Tuhannya
dengan pengenalan yang baik.

Pengenalan pada dirinya itu tidak berhenti hanya pada tingkatan psikologis
melainkan juga pada penghalang-penghalangnya yang menutupi pengetahuannya
terhadap eksistensi Tuhan.

Oleh sebab itu orang 'Arif, dengan melalui disiplin asketik (al-mujahadah),
selain mengenali dirinya sebagai hamba Allah, dengan segala kelemahan yang
ada padanya, juga mampu membuka selubung kosmik yang menghalangi cahaya
surga untuk menyinari jiwa dan kehidupannya. Orang yang selalu bermujahdah
akan dapat terbebas dari setiap selubung yang menghalangi karunia ridha
Allah dan cahaya-Nya yang terang benderang.

Orang 'Arif lebih berkonsentrasi memuji Allah Swt demi meraaih ridha-Nya.
Sedangkan esensi memuji Allah adalah sebuah pengakuan bahwa segala bentuk
pujian hanyalah milik Allah. Dia adalah Pemilik segala sifat yang pantas
mendapat pujian.

Pada hakikatnya, dengan memuji Allah Swt seseorang, secara spiritual, sedang
berusaha melebur egosentrisitas dirinya dan mengikis habis kesombongan sang
diri. Dengan ketulusan memuji Allah berarti seseorang telah menyadari
sepenuhnya akan kepemilikan-Nya atas segala sesuatu, termasuk dirinya
sendiri.

Pengucapan pujian kepada Allah yang disertai dengan pemahaman dan keyakinan
yang bertahta di hati, akan membuka ruang kesadaran baru. Yaitu kesadaran
bahwa dirinya sebagai makhluk Allah yang lemah, tidak memiliki kuasa apa pun
dan terhadap siapa pun.

Kesadaran seperti inilah yang membuat seseorang menjadi dewasa secara ruhiah
dan arif dalam memahami dan memaknai setiap peristiwa. Ia akan menjadi lebih
rendah hati (tawadlu'), puas dengan hasil yang diperoleh, walaupun secara
kuantitas sedikit, dan tidak menderita keluh kesah. Di sisi lain, akan lahir
energi baru untuk bekerja optimal, mengerahkan segenap kemampuan untuk
meraih prestasi tertinggi.

Pujian kepada Allah adalah refleksi penghambaan diri secara mutlak dan
ketundukan seorang hamba kepada-Nya. Selain itu ia juga merupakan
implementasi rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya. Oleh karena itu
pujian kepada Allah tidak hanya sebagai kewajiban kemanusiaan tetapi juga
menunjukkaan kualitas kesadaran tentang keharusan bersyukur seseorang
terhadap segala nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dengan begitu ia
akan memuji Allah dalam segala ruang dan waktu.

"Segala puji bagi Allah yang memelihara apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi, dan bagi-Nya (pula) sega puji di akhirat. Dialah yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS Saba' 34: 1).

Sementara itu Zahid (orang zuhud) adalah orang yang semata-mata taat kepada
Allah dan tidak terbersit untuk menumpahkan ketaatan kepada selain-Nya.
Menurut ulama salaf, zuhud ialah menanggalkan segala bentuk kecintaan dan
ketergantungan kepada sesuatu untuk mencintai dan bergantung hanya kepada
Allah Swt.

Inti zuhud adalah tidak terpengaruh atau tidak bergantungnya hati kepada
berbagai hal yang berkaitan dengan kenikmatan dan atribut duniawi.
Baginya, jika dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat, urusan dunia itu
tidak ada nilai langsung. Rasulullah Saw bersabda, "Jadilah kamu di dunia
seperti orang asing atau musafir."(HR, Bukhari). Dengan demikian dirinya
tidak merasakan pengaruh apa pun terhadap dunia.

Zuhud dalam aplikasinya dapat menumbuhkan sifat-sifat baik bagi diri
seseorang. Sejalan dengan sifat-sifat baiknya itu ia akan terus mengalami
kemajuan spiritualnya dan mencerminkan kearifan.

Zuhud akan melahirkan sifat qana'ah (menerima apa adanya yang diberikan oleh
Allah Swt), memunculkan sifat tawakkal (kesungguhan hati dalam bersandar
kepada Allah Swt), menumbuhkan kemampuan untuk meninggalkan
kenikmatan-kenikmatan sesaat demi kenikmatan abadi di alam akhirat,
mengantarkan kedekatan diri dengan Allah Swt dengan penuh kecintaan,
mengasah sensifitas kehati-hatian dirinya dalam memelihara kecerahan hati,
meredakan gejolak hati terhadap nikmat dunia untuk meraih jiwa yang
muthma`innah, dan dapat meraih kecintaan orang terhadap dirinya.

Rasulullah Saw adalah orang yang paling giat bekerja dan beramal shalih,
semangat dalam ibadah, dan gigih dalam berjihad. Akan tetapi pada saat yang
sama beliau lebih mementingkan kebahagiaan hidup di akhirat dan keridhaan
Allah Swt daripada kenikmatan duniawi.

Ibnu Mas'ud Ra melihat Rasulullah Saw tidur di atas kain tikar yang lusuh
sehingga membekas di pipinya, kemudian berkata, "Wahai Rasulullah Saw,
bagaimana kalau saya ambilkan untukmu kasur?" Rasulullah Saw menjawab,
"Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengembara yang
mampir sejenak di bawah sebatang pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya."
(HR. al-Tirmidzi)

Oleh sebab itu langkah orang zuhud selalu memilih jalan di sisi Allah dan
berpaling dari sesuatu untuk membebaskan diri dari kecintaan dan
ketergantungan pada selain Allah. Rasulullah Saw bersabda, "Zuhudlah
terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah terhadap sesuatu
yang dimiliki orang lain, maka setiap orang akan mencintaimu." (HR. Ibnu
Majah)

Sesungguhnya, kearifan dan kezuhudan sebagai indikator kemajuan spiritual
saling berkaitan dan berkelindan. Tanpa pemahaman yang sempurna tentang
hakikat Tuhan, manusia, dan dunia, mustahil seseorang akan dapat menjadi
orang yang zuhud. Sebaliknya tanpa kezuhudan juiga tak mungkin orang akan
menjadi arif dikarenakan hakikat kezuhudan adalah kesalihan sang diri.
Selain kalbu yang kotor pasti tidak akan dapat mengenal Tuhannya secara
jernih. Tidak akan dapat memahami hakikat diri dan alam sekitarnya.

Orang yang tidak mengenal Tuhannya, pasti tidak akan dapat bersyukur dan
karenanya pula ia tidak akan dapat memuji-Nya siang dan malam. "Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang lalai." (QS. al-A'raaf 7: 205).

Yakinlah, ketika kita memuji Allah, pada hakikatnya pujian itu akan kembali
ke kita dalam bentuk energi pencerahan. Secara tidak sadar, kita menjadi
semakin arif, bijaksana, jujur, ulet, optimis menatap masa depan, dan etos
kerja kita semakin unggul. Wallahu A'lam.


--
----------------)|(----------------
Allah ghayatuna
Muhammad qudwatuna
Al Quran dusturuna
Jihad sabiluna
Syahid fi sabilillah asma amanina
----------------)|(----------------


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: