Kamis, 30 April 2009

[daarut-tauhiid] Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat



Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu
kematian!" (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian.
Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran,
membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari
menyimpang. Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian
begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang
mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa
berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama
lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak
seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang
menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun
waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu
dalam surah Al-Anbiya ayat 1,

"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang
mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata.
Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku
sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar
ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian
akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44,

"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu
itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: 'Ya
Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit,
niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul…."

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka
kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah
dimainkan, ketika sutradara mengatakan 'habis', usai sudah permainan.
Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras
akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun.
Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat
selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya.
Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita.
Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan
berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara
untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran. Teramat naif kalau ada manusia
yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan
berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa
akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan
akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut
masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin.
Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama
bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena,
kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang
telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita
meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan
sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi
pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika
peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan
seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan
siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun
berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah
khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin
menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara
dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga
yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa,
segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian.
Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa
hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang
petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan
yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak
mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah
Al-Qashash ayat 77,

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) dunia…"

dengan menyebut, "Ad-Dun-ya mazra'atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat
akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk
mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang
paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai
arti kehidupan.

----------------------------------------------------------
ABN AMRO Bank N.V. is a subsidiary undertaking of The Royal Bank of Scotland Group plc. This message (including any attachments) is confidential and may be privileged. If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail and delete this message from your system. Any unauthorised use or dissemination of this message in whole or in part is strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. ABN AMRO Bank N.V, which has its seat at Amsterdam, the Netherlands, and is registered in the Commercial Register under number 33002587, including its group companies, shall not be liable for the improper or incomplete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt or damage to your system. ABN AMRO Bank N.V. (or its group companies) does not guarantee that the integrity of this communication has been maintained nor that this communication is free of viruses, interceptions or interference.
----------------------------------------------------------

__________________________________________________________
This email has been scanned by the MessageLabs Email Security System.
For more information please visit http://www.messagelabs.com/email
__________________________________________________________

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
New web site?

Drive traffic now.

Get your business

on Yahoo! search.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Car groups and more!

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: