Kamis, 30 April 2009

[daarut-tauhiid] Pokok-pokok Pendidikan Anak Menurut Islam



Pokok-pokok Pendidikan Anak Menurut Islam

Ada banyak isyarat di dalam Al-Qur'an yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim. Satu dari sekian banyak isyarat itu adalah tentang pokok-pokok
pendidikan anak yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama Luqman.
Allah Swt mengabadikan keberhasilan Luqman dalam mendidik anak-anaknya di
dalam surat Luqman atau surat 31.

Dalam tulisan yang singkat ini, ada 3 ayat yang perlu kita ambil sebagai
pokok-pokok pendidikan dari orang tua terhadap anak-anaknya. Allah berfirman
yang artinya:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnyadalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka kuberitahukan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam
batu atau di langit tau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS
31:13-16).

TIGA POKOK

Dari ayat di atas, sekurang-kurang ada tiga pokok pendidikan yang harus
ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya.

1. Memiliki Tauhid Yang Mantap.

Memiliki tauhid atau iman yang mantap merupakan sesuatu yang amat penting
dalam kehidupan seorang muslim. Dengan iman yang mantap, seseorang akan
memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah bersabda:
Mukmin yang sempurna imannya, bagus akhlaknya (HR. Tirmidzi).
Disamping itu dengan iman yang mantap, seorang mukmin akan memiliki rasa
malu sehingga dia tidak mau melakukan hal-hal yang bernilai maksiat
sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
Malu itu cabang dari iman.
Dengan iman yang mantap, seorang mukmin juga suka memakmurkan masjid, baik
membantu pembangunannya secara fisik, memelihara kebersihan masjid itu,
melaksanakan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan tentu saja suka shalat
berjamaah di masjid, Rasulullah Saw bersabda:
Apabila kamu melihat seseorang membiasakan datang ke masjid, maka
saksikanlah dia itu sebagai seorang mukmin (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Masih begitu banyak sifat-sifat mukmin yang tidak mungkin kita sebutkan
dalam tulisan yang singkat ini, tegasnya dengan iman yang mantap, seseorang
dengan senang hati akan menjalankan ketentuan-ketentuan Allah Swt dalam
kehidupan ini, yang diperintah akan selalu dikerjakannya dan yang dilarang
akan ditinggalkannya. Oleh karena itu, dalam awal pembinaan para sahabatnya,
Rasulullah Saw lebih memprioritaskan pembinaan iman dan sebagaimana yang
dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka setiap orangtua pada zaman sekarang
juga harus memanamkan keimanan yang mantap kepada anak-anaknya, dengan iman
yang mantap itu dijamin sang anak akan berlaku baik, dimanapun dia berada,
kemanapun dia pergi dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.

2. Berbuat Baik Kepada Orang Tua.

Disamping iman yang mantap, yang harus ditanamkan oleh orangtua terhadap
anaknya adalah berbuat baik kepada orang tua. Karena itu kepada para
sahabatnya, Rasulullah Saw juga menekankan agar mereka berbuat baik kepada
orang tuanya, maka ketika ada sahabat bertanya tentang siapa yang harus
dicintainya dalam hidup ini, beliau menjawab: "Allah dan Rasul-Nya". Lalu
sahabat itu bertanya lagi: "siapa lagi ya Rasul". Rasul menjawab: "ibumu",
jawaban ini dikemukakan Rasul hingga tiga kali baru setelah itu: "bapakmu".

Terhadap orang tua, jangankan sampai memukul atau menyakiti secara fisik,
berkata "ah" saja sebagai penolakan terhadap keinginannya yang baik tidak
boleh kita lakukan karena hal itu sangat menyakitkan orang tua, Allah
berfirman yang artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS 17:23).

Meskipun demikian, di dalam surat Luqman diatas ditegaskan bahwa berlaku
baik kepada orang tua tetap tidak boleh melanggar prinsip tauhid yang harus
mentaati Allah diatas segalanya, maka bila perintah dan keinginan orang tua
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah, maka keinginan dan perintah
itu tidak boleh kita penuhi, tapi tetap harus berlaku baik kepada orang
tua.Ketaatan kepada orang tua punya arti yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, dengan taat pada orang tua, insya Allah seorang muslim akan
memperoleh keberkahan dalam hidupnya karena Allah akan ridha kepadanya, dan
bila seseorang dimurkai oleh orang tuanya, maka Allah juga tidak
meridhainya. Rasulullah Saw bersabda:
Ridha Allah terletak pada ridha orang tua dan kemurkaan Allah terletak pada
kemurkaan orang tua.

3. Bertanggung Jawab Dalam Berbuat.

Pokok pendidikan anak yang ketiga yang ditanamkan Luqman kepada anaknya
adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya di dunia ini,
karena seluruh yang dilakukan oleh manusia akan ada pertangungjawabannya di
akhirat atau ada balasannya, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan
amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Di dalam ayat lain, Allah
berfirman yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsia pa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula (QS 99:7-8).

Dengan tertanamnya rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya,
seorang anak insya Allah akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu agar
tidak melakukan kesalahan meskipun kesalahan itu mengandung kenikmatan
duniawi, peluang melakukannya besar dan tidak ada orang yang melihatnya,
karena Allah Swt tentu maha melihat atas apa yang dilakukannya. Ini berarti
ada rasa bertanggungjawab terhadap perbuatan seseorang sangat besar pengaruh
positifnya dalam kehidupan, karena dengan demikian masing-masing orang dalam
mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.

Dalam kaitan ini, seorang muslim sangat dituntut memiliki pengetahuan
tentang mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukannya, tanpa mengetahui
itu, bisa jadi seseorang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh
dilakukannya atau tidak melakukan sesuatu padahal itu merupakan sesuatu yang
mesti dilakukannya karena hidupnya dijalani dengan taklid atau ikut-ikutan
saja yang tidak dibenarkan Allah Swt sebagaimana yang terdapat dalam
Al-Qur'an yang artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya (QS 17:36).

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, Luqman merupakan seorang ahli hikmah
yang patut diteladani dalam mendidik anak, agar sang anak menjadi anak yang
shaleh.

Disamping pokok-pokok pendidikan terhadap anak berupa menanamkan tauhid atau
iman yang mantap, berbuat baik pada orang tua dan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap perbuatan yang dilakukannya, Luqman, seorang ahli hikmah yang
namanya diabadikan dalam Al-Qur'an juga menanamkan hal-hal penting lainnya
dalam pendidikan terhadap anaknya sehingga sang anak menjadi anak yang
shaleh. Allah memfirmankan nasihat Luqman kepada anaknya yang artinya:
"Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)" (QS 31:17).

EMPAT POKOK

Dari ayat di atas, sekurang-kurangnya, ada empat pokok pendidikan yang harus
ditanamkan kepada anak.

Membiasakan Shalat

Memerintahkan anak-anak untuk melakukan dan membiasakan shalat merupakan
sesuatu yang amat penting dalam kehidupan mereka, karenanya hal itu juga
ditekankan oleh Nabi kita Muhammad Saw, di dalam suatu hadits beliau
bersabda:
Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun.
Dan pukullah mereka jika tak mau mengerjakannya ketika mereka telah berumur
sepuluh tahun (HR. Abu Daud).

Penegasan akan keharusan mendirikan shalat oleh setiap anak merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan orang tua terhadap anaknya, hal
ini karena shalat memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni sebagai
tiang agama yang bila seorang muslim meninggalkannya, sebagaimana bangunan
tanpa tiang, maka bangunan itu akan hancur dan ini berarti bisa hancur juga
keislaman dirinya bahkan dia bisa jatuh ke derajat orang-orang kafir dalam
arti dia sudah seperti orang kafir karena orang kafir itu tidak shalat.
Pengaruh shalat itu sendiri dalam kehidupan seorang muslim juga sangat
besar, yakni dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar
sebagaimana firman Allah yang artinya: "dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar" (QS 29:45).

Dalam kaitan membiasakan anak untuk melakukan shalat, maka orang tua juga
harus membiasakan anaknya untuk terbiasa juga melakukan shalat berjamaah di
masjid bagi anaknya yang laki-laki, hal ini tidak hanya akan memperoleh
pahala yang jauh lebih besar, tapi juga mengandung didikan kemasyarakatan
yang yang sangat tinggi, mulai dari interaksi, perkenalan hingga nantinya
merintis dan menjalin kerjasama dengan masyarakat muslim dalam hal-hal yang
baik.

Oleh karena itu orang tua zaman sekarang juga harus menjadi seperti Luqman
terhadap anaknya yang amat menekankan agar sang anak melakukan shalat,
apalagi banyak sekali hikmah shalat yang amat memberikan pengaruh positif
dalam kehidupan seorang muslim.

Melibatkan Anak Dalam Amar Ma'ruf.

Kebaikan merupakan sesuatu yang pasti diketahui oleh setiap orang, maka
kebaikan itu disebut juga dengan ma'ruf yang artinya dikenal, namun karena
manusia kadangkala terpengaruh atau didominasi oleh hawa nafsunya, meskipun
dia tahu bahwa kebaikan atau yang ma'ruf itu harus dilakukan tetap saja
tidak dilakukannya, makanya di dalam Islam ada perintah untuk melakukan apa
yang disebut dengan amar ma'ruf (memerintahkan yang baik) kepada orang
lain.Kalau Luqman menegaskan keharusan ini kepada anaknya, itu artinya ada
pengaruh yang sangat positif dalam diri seseorang, paling tidak dengan
memerintahkan kebaikan pada orang lain, kita yang memerintah akan memiliki
beban mental akan keharusan kita melakukan kebaikan itu, apalagi bila kita
menganjurkan orang lain untuk melakukan kebaikan itu sementara kita sendiri
tidak melakukannya, maka Allah justeru akan memurkai kita, di dalam
Al-Qur'an Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman,
mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan" (QS 61:2-3).
Bila seorang anak dilibatkan dalam memerintahkan kebaikan, kepada orang
lain, paling tidak dia akan mencintai kebaikan itu untuk kepentingan dirinya
sendiri.

Melibatkan Anak Dalam Nahi Munkar.

Sesuatu yang bathil atau tidak benar sebenarnya tiap orang telah
mengetahuinya, maka manusia pada dasarnya akan selalu mengingkari segala
bentuk yang tidak benar, ini sebabnya yang tidak benar atau yang bathil itu
disebut dengan munkar. Namun karena manusia seringkali dikuasai oleh hawa
nafsunya, sesuatu yang mestinya diingkari malah dilakukannya. Oleh karena
itu di dalam Islam ada perintah untuk melakukan nahi munkar (mencegah
manusia dari kemungkinan melakukan kemunkaran) dan seorang anak harus
dilibatkan dalam aktivitas nahi munkar itu, karena tugas adalah tugas setiap
muslim yang sejak kecil seorang anak sudah diikutsertakan di dalamnya.

Dengan melakukan tugas nahi munkar, paling tidak seseorang membenci pada
kemunkaran sehingga dia tidak akan melakukannya.Dalam melaksanakan tugas
nahi munkar, seorang muslim harus melakukannya sesuai dengan kemampuan
masing-masing meskipun hanya dengan hatinya yakni dengan do'a agar seseorang
tidak melakukan kemunkaran atau dengan menanamkan rasa benci terhadap
kemunkaran itu di dalam hatinya, mencegah kemunkaran dengan hati ini
merupakan ukuran bagi selemah-lemahnya iman, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsiapa melihat kemunkaran, hendaklah dia mencegah dengan tangannya,
bila tidak mampu hendaklah dia mencegah dengan lisannya dan bila tidak mampu
juga hendaknya dia mencegah dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman
(HR.Muslim).
Dengan amar ma'ruf dan nahi munkar, seorang muslim berarti telah memenuhi
kriteria sebagai umat terbaik sebagaimana yang disebutkan Allah dalam
Al-Qur'an yang artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan
beriman kepada Allah" (QS 3:110).

Menanamkan Kesabaran Atas Kesulitan Hidup.

Menjadi muslim yang baik, apalagi kalau terlibat dalam amar ma'ruf dan nahi
munkar, tidak selalu bisa berjalan mulus dalam menjalani kehidupan ini dalam
arti sangat mungkin adanya hambatan dan kesulitan-kesulitan hidup ini.
Sejarah perjalanan umat manusia telah membuktikan kepada kita betapa banyak
orang-orang yang melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar harus menghadapi
berbagai kesulitan dalam hidupnya, mulai dari kesulitan dalam hubungan
dengan manausia, kesulitan ekonomi sampai kepada nyawa yang terancam.
Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya
agar sang anak sabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai
konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma'ruf
dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak
putus dalam kesulitan hidupnya lalu menghalalkan segala cara untuk
memperoleh sesuatu yang berarti telah meninggalkan prinsip yang
diperjuangkannya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar itu sendiri.
Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu
bersama dengannya, Allah berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang
beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar" (QS 2:153).

Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai
keberhasilan dalam perjuangan menegakkan agama Allah di muka bumi ini, Allah
berfirman yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)
dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS 3:200).

Dari sini semakin kita sadari bahwa mendidik anak agar menjadi shaleh atau
muslim yang sejati bukanlah sesuatu yang mudah, karena itu diperlukan
perhatian yang besar dari orang tua terhadap anak-anaknya dalam proses
pendidikan dan salah satu perhatian yang besar itu adalah dengan memberikan
nasihat-nasihat yang padat makna sebagaimana yang dilakukan Luqman kepada
anaknya, apalagi nasihat itu berangkat dari rasa kasih sayang yang dalam.

(dicopy dari Rumah Maya Abu Harits)
Drs. H. Ahmad Yani ayani@indosat.net.id

Islamku, Keluargaku, Kebahagiaanku

http://deddysastra.blogspot.com/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Group Charity

One Economy

Helping close the

digital divide

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: