Senin, 27 April 2009

[daarut-tauhiid] Fwd: Lengkapnya mengenai Kartini



From: nany indrayani
Subject: Lengkapnya mengenai Kartini
To: phpro_indonesia
Sent: Mon, April 27, 2009, 10:19 AM

K A R T I N I                            
 
 
  1. Mukadimah
      Bismillahirrahmanirrahiim.
 
     Tinta  sejarah  belum  lagi 
kering menulis namanya, namun wanita-  wanita negerinya sudah terbata-bata  membaca cita-citanya.  Kian hari 
emansipasi  kian  mirip 
saja  dengan  liberalisasi  dan  feminisasi.
  Sementara Kartini sendiri sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya,  dan  ingin   kembali  kepada  fitrahnya..  Perjalanan  Kartini  adalah  perjalanan panjang. Dan  dia 
belum  sampai  pada  tujuannya. Kartini  masih dalam proses.
     Jangan  salahkan  Kartini  kalau 
dia tidak sepenuhnya dapat lepas  dari kungkungan adatnya.  Jangan  salahkan  Kartini  kalau  dia tidak  dapat  lepas  dari  pengaruh  pendidikan Baratnya. Kartini bukan anak  keadaan, terbukti bahwa dia  sudah berusaha  untuk mendobraknya. Yang
  kita  salahkan  adalah  mereka 
yang menyalahartikan kemauan Kartini.  Kartini tidak dapat diartikan lain  kecuali  sesuai  dengan  apa yang  tersirat dalam  kumpulan
suratnya : "Door Duisternis Tot Licht", yang  terlanjur diartikan  sebagai  "Habis  Gelap 
Terbitlah  Terang".
     Prof. Haryati Soebadio  (cucu  tiri  Ibu 
Kartini) -   mengartikan  kalimat  "Door  Duisternis  Tot  Licht"  sebagai  "Dari 
Gelap Menuju  Cahaya"  yang  bahasa  Arabnya  adalah "Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur".
  Kata dalam bahasa Arab  tersebut,  tidak  lain, 
merupakan  inti dari  dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah  atau kebodohan hidayah) ke 
tempat  yang  terang  benderang (petunjuk  atau  kebenaran).  Di  dalam  Al-Quran, surat Al-Baqarah : 257, ALLah  menegaskan:
 
     ALLah  pemimpin  orang-orang  yang 
beriman;  Dia  mengeluarkan mereka  dari  kegelapan  kepada  cahaya.Dan orang-orang kafir pemimpinnya  adalah  syaitan,yang  mengeluarkan  mereka  dari cahaya ke  kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka  kekal didalamnya.
 
     Kartini berada  dalam proses  dari kegelapan  menuju cahaya. Namun  cahaya itu  belum purna  menyinarinya secara terang benderang, karena  terhalang oleh 
tabir tradisi  dan usaha  westernisasi.
Kartini telah  kembali  kepada  Pemiliknya,  sebelum  ia  menuntaskan usahanya untuk  mempelajari Islam dan mengamalkannya, seperti yang diidam-idamkannya:
 
     Moga-moga  kami  mendapat  rahmat, 
dapat  bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
 
     Kartini yang dikungkung oleh adat dan  dituntun oleh  Barat, telah mencoba
meretas  jalan menuju  benderang. Tapi anehnya tak seorangpun melanjutkan perjuangannya. Wanita-wanita kini mengurai kembali benang yang  telah   dipintal  Kartini.  Sungguhpun  mereka  merayakan  hari lahirnya,  namun  mereka  mengecilkan  arti  perjuangannya.  Gagasan-gagasan  cemerlang  Kartini  yang  dirumuskan  dalam kamar yang sepi,mereka peringati di atas panggung yang  bingar. Kecaman  Kartini yang teramat pedas  terhadap Barat,  mereka artikan  sebagai isyarat untuk mengikuti wanita-wanita Barat habis-habisan.
     Kartini  merupakan  salah  satu 
contoh  figur  sejarah yang lelah menghadapi pertarungan ideologi. Jangan kecam Kartini.  Karena  walau bagaimana pun, beliau telah berusaha mendobrak adat,   mengelak  dari Barat, untuk mengubah keadaan.
 
     Manusia itu berusaha, Allah lah yang menentukan.            [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, Oktober 1900]
 
     Demikian kata-kata Kartini yang  mencerminkan suatu  sikapnya yang tawakkal.  Memang,  kita  manusia sebaiknya berorientasi kepada usaha dan bukan 
berorientasi pada  hasil. Hal  ini perlu,  agar kita tidak kehilangan  cakrawala.  Agar  kita  tidak mengukur keberhasilan suatu perjuangan dengan batasan usia  kita  yang  singkat.  Pula  agar kita
tidak  mudah  untuk  mengecam  kesalahan yang dibuat oleh orang-orang sebelum kita. Bukan mustahil, jika kita dihadapkan dalam kondisi yang sama, kita pun akan berbuat hal yang serupa.
 
     Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan dimintai pertanggung jawab tentang apa yang telah mereka
kerjakan.[Al-Quran, surat Al-Baqarah : 134]
 
  2. Siapakah Kartini?     Kartini  lahir   dari  keluarga  ningrat  jawa.  Ayahnya, 
R.M.A.A  Sosroningrat, pada  mulanya adalah  seorang wedana  di Mayong.
Ibunya  bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji  Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Peraturan Kolonial  waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang
bangsawan.
  Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi,  maka ayahnya menikah  lagi dengan  Raden Ajeng  Woerjan (Moerjam),  keturunan langsung Raja  Madura. Setelah  perkawinan itu,  maka ayah  Kartini diangkat menjadi  bupati di  Jepara menggantikan  kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan :  R.A.A. Tjitrowikromo.
     Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari  kesemua  saudara  sekandung,  Kartini  adalah  anak perempuan tertua.  Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario  Tjondronegoro IV,
diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak   Kartini,  Sosrokartono, adalah seorang jenius dalam bidang bahasa.  Dalam waktu  singkat pendidikannya di Belanda , ia menguasai 26 bahasa:  17 bahasa-  bahasa Timur dan 9 bahasa-bahasa Barat.
     Kartini sendiri  secara  formal  pendidikannya  hanya  sampai pada  tingkat Sekolah Rendah. Tapi beliau dapat memberikan kritik dan saran  yang jelas kepada kebijaksanaan pemerintah Hindia  Belanda pada waktu  itu. Dengan  nota yang  berjudul:  " Berilah Pendidikan kepada bangsa  Jawa",  Kartini  mengajukan  kritik  dan  saran  kepada  hampir semua
  Departemen  Pemerintah  Hindia  Belanda,  kecuali Departemen Angkatan Laut (Marine). Salah satu saran yang beliau ajukan  kepada Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut:
 
          Para  dokter   hendaklah  juga  
diberi  kesempatan  untuk melengkapi  pengetahuannya  di   Eropa.   Keuntungannya  sangat menyolok,   terutama    jika   diperlukan   penyelidikan   yang menghendaki hubungan  langsung dengan 
masyarakat. Mereka dapat menyelidiki  secara  mendalam 
khasiat obat-obatan pribumi yang sudah   sering   terbukti   mujarab.   Jikalau   seorang   awam menceritakan bahwa  darah cacing  atau belut dapat menyembuhkan mata yang bengkak, mungkin  ia akan  ditertawakan. Namun adalah suatu kenyataan  bahwa air kelapa dan pisang batu dapat dipakai sebagai obat. Soalnya, sebetulnya sangat
sederhana  : penyakit- penyakit dalam negeri sebaiknya diobati dengan obat-obatan dari negeri itu sendiri.
          Telah seringkali terjadi  bahwa  orang-orang  sakit bangsa  Eropa,  teristimewa   yang  menderita  penyakit  disentri  atau
penyakit lain, yang  oleh  dokter-dokter  sudah  dinyatakan tak dapat disembuhkan,  masih dapat  ditolong oleh obat-obatan kita yang sederhana dan tidak  membahayakan.  Sebagai  contoh, belum  lama 
berselang,  seorang  gadis  pribumi  oleh  seorang dokter dinyatakan  menderita  penyakit  TBC  kerongkongan.  Dokter itu mengatakan  bahwa  ia  hanya  dapat  bertahan  2 pekan dan akan  meninggal dalam keadaan yang  mengerikan.  Dalam  keadaan putus   asa, ibunya  membawanya kembali  ke desanya  untuk diobati. Dan gadis itu sembuh, menjadi  sehat, tidak  merasa
sakit  lagi dan dapat  bicara   kembali.  Apa  obatnya? Serangga-serangga kecil yang didapat di sawah, ditelan hidup-hidup  dengan pisang emas.
     Pengobatan yang  biadab? Apa  boleh buat. Bagaimanapun obat itu menolong,
sedang obat dokter tidak.Dokter-dokter kita,  sebenarnya  dapat  mengumumkan kasus- kasus  seperti  itu,  tetapi  mereka tidak pernah melakukan hal demikian.
Mungkin karena khawatir  akan ditertawakan  oleh para sarjana? Seorang  dokter bumiputera yang pengetahuannya setaraf dengan rekannya bangsa Eropa, jika yakin akan sesuatu, mestinya harus berani menyatakan dan mempertahankan keyakinannya.
 
  Dengan membaca  petikan nota Kartini yang ditujukan kapada pemerintah Hindia Belanda tersebut, kita dapat memperkirakan  daya nalar Kartini untuk ukuran jamannya.
 
 
  3. Kartini Mendobrak Adat 
     Sesungguhnya adat  sopan-santun kami  orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus
merangkak bila  hendak  lalu  di  hadapanku. Kalau adikku duduk  di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan  menundukkan  kepala,  sampai  aku
tidak kelihatan lagi.  Adik-adikku tidak  boleh berkamu dan berengkau kepadaku. Mereka hanya boleh  menegur  aku  dalam  bahasa kromo inggil  (bahasa   Jawa  tingkat   tinggi).  Tiap  kalimat  yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah.
 
     Berdiri bulu kuduk bila  kita berada  dalam lingkungan keluarga bumiputera
yang ningrat. Bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus perlahan-lahan, sehingga orang yang di dekatnya sajalah yang dapat mendengar.
 
     Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat  seperti  siput,  bila  berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut "kuda liar".                   [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus
1899]
 
     Peduli  apa   aku  dengan 
segala  tata  cara  itu  ...  Segala  peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat
membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu ... Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami  (Kartini,  Roekmini,  dan  Kardinah)  tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan  menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan.              [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]
 
     Menurut Kartini,  setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama.. Kartini paham benar bahwa saat itu, terutama  di Jawa, keningratan sesorang diukur dengan darah. Semakin biru darah  seseorang maka akan semakin ningrat kedudukannya.  Kartini  menentang  keningratan darah.
 
     Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran  dan keningratan budi.  Tidak ada  yang  lebih  gila  dan  bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang, yang membanggakan asal  keturunannya.  Apakah berarti sudah beramal soleh,  orang  yang bergelar Graaf  atau  Baron?  Tidak  dapat  mengerti  oleh pikiranku yang picik ini.[Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]
 
     Keningratan darah sekarang ini hanya tinggal sebagai barang  antik di  museum.  Sebagai gantinya sekarang muncul keningratan-keningratan baru:   keningratan  pangkat,  keningratan  jabatan  dan  semacamnya.Puncak dari segala keningratan itu adalah keningratan ekonomi.  Siapa yang paling banyak menyimpan harta, dialah yang paling ningrat. Semua dapat diatur olehnya.  Keputusan dan kebijaksanaan semua  orang  akan berjalan merunduk-runduk di hadapan keputusan dan kebijaksanaan orang
tersebut.
     Anehnya lagi, mereka  yang  mengaku  sebagai 
Kartini-Kartini Masa  Kini, tidak  menentang keningratan-keningratan  baru tersebut. Bahkan sebagian besar mereka menjadi korbannya, kalau  tidak boleh dikatakan sebagai abdinya yang setia.
 
  4. Kartini Memandang Ke Barat 
     Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik;  orang baik- baik  itu  meniru  perbuatan  orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang Eropa. [Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei
1899]
 
     Diskriminasi yang dilakukan penjajah  Belanda terhadap bumiputera,telah menjatuhkan  moral mereka.  Kartini meskipun  berasal dari kaum ningrat, tapi pendidikan  Barat  yang  dikenyamnya  telah mengajarkan kepadanya  bahwa  Timur  itu  rendah  dan  Barat  itu mulia.  Kartini  bukannya tidak menyadari  indoktrinasi   ini, 
tapi   kenyataan  yang  dilihatnya  belum   lagi  dapat   dibantah.  Dalam  dunia  pendidikan misalnya, Kartini  melihat perbedaan  yang menyolok,  antara apa yang  dimiliki  oleh 
Belanda  dengan  apa  yang  baru  dapat  dicapai oleh Bumiputera.
 
     Bolehlah, negeri Belanda  merasa  berbahagia,  memiliki tenaga- tenaga ahli,  yang amat bersungguh mencurahkan seluruh akal dan pikiran dalam bidang  pendidikan 
dan  pengajaran remaja-remaja Belanda. Dalam  hal ini  anak-anak Belanda lebih beruntung dari pada  anak-anak Jawa, yang  telah  memilki  buku   selain  buku pelajaran sekolah.[Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902]
 
     Dari sini  nampak bahwa  Kartini menyadari pentingnya peranan buku dalam 
mencerdaskan  kehidupan  anak   manusia.   Kalau  
masa  kini,kebudayaan membaca terkalahkan oleh kebudayaan video, apakah jawabnya  adalah Kartini masa kini  sudah lebih  maju dalam  hal mendidik anak-anak mereka?
 
     Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland , karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih.[Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900]
 
  Agar setaraf dengan Barat, Kartini merasa  perlu untuk mengejar ilmu  ke
Barat.  Barat adalah  kiblat Kartini  setelah melepaskan diri dari kungkungan adat.
 
     Pergilah ke Eropa. Itulah cita-citaku sampai nafasku yang
     terakhir. Surat Kartini kepada Stella [12 Januari 1900]
 
   5. Sahabat-sahabat Dekat Kartini
     Adat pada  dewasa itu tidak memperkenankan seorang ningrat bergaul lekat dengan rakyat biasa. Ningrat harus bergaul dengan  ningrat. Hal seperti ini  sengaja dilestarikan oleh pemerintah kolonial, agar para ningrat  kehilangan    kepekaan   terhadap   problematika  rakyatnya, menghindari  keterpihakan   ningrat  kepada  rakyat  yang  tertindas;sekaligus pula memperbesar jarak agar antara ningrat dan rakyat tidak tergalang  suatu  kekuatan 
untuk  melawan  penguasa.  Dalam  situasi demikian, dapat dipahami bila  pergaulan Kartini  hanya terbatas pada lingkungan keluarganya dan orang-orang Belanda saja. Pergaulan dengan  orang-orang Belanda, tidaklah dilarang, karena orang Belanda dianggaplebih ningrat daripada orang
Jawa.
     Kartini  adalah  seorang  wanita 
yang mempunyai pemikiran jauh ke depan. Hal ini sudah diamati dan diketahui oleh teman-temannya bangsa Belanda.  Banyak orang Belanda di Hindia  Belanda  maupun  di  negeri Belanda  sendiri  ingin  menjalin persahabatan dengan Kartini,  namun pada umumnya sebenarnya mereka ini adalah "musuh-musuh dalam selimut" yang ingin memperalat Kartini dan memandulkan pikiran-pikirannya.
     Berikut  ini  adalah  beberapa 
teman  dekat  Kartini, yang sering terlibat diskusi maupun korespondensi dengannya :
 
  - J.H. Abendanon
     Abendanon datang ke Hindia-Belanda pada tahun  1900. Ia ditugaskan oleh 
Nederland  untuk  melaksanakan  Politik  Etis.  Tugasnya
adalah sebagai Direktur Departemen Pendidikan,  Agama dan  Kerajinan. Karena 'orang  baru'  di  Hindia-Belanda, Abendanon tidak mengetahui keadaan masyarakat Hindia-Belanda dan tidak paham bagaimana dan dari 
mana ia memulai  programnya.  Untuk  keperluan  itu,
Abendanon banyak meminta  nasihat  dari  teman  sehaluan  politiknya, Snouck Hurgronye, seorang orientalis yang terkenal sebagai arsitek perancang kemenangan Hindia-
  Belanda dalam Perang Aceh. Lebih jauh,  Hurgronye  mempunyai  konsepsi  yang  disebut sebagai Politik  Asosiasi,   yaitu  suatu  usaha 
agar  generasi  muda  Islam mengidentifikasikan  dirinya  dengan  Barat.   Menurut  keyakinannya,golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah golongan Islam, terutama golongan santrinya. Memasukkan peradaban  Barat dalam
  masyarakat pribumi  adalah cara yang paling jitu untuk membendung dan akhirnya mengatasi  pengaruh Islam  di Hindia  Belanda. Tidak mungkin membaratkan   rakyat  
bumiputera,   kecuali  jika  ningratnya  telah dibaratkan.. Untuk tujuan itu, maka langkah pertama yang harus diambil adalah mendekati kalangan ningrat terutama yang Islamnya teguh, untuk kemudian dibaratkan. Hurgronye menyarankan  Abendanon untuk mendekati Kartini,  dan  untuk tujuan  itulah  Abendanon  membina hubungan baik dengan  Kartini.  Kelak,  Abendanonlah  yang  paling  gigih  berusaha
  menghalangi  Kartini  belajar  ke 
Nederland .  Ia tidak ingin Kartini lebih maju lagi.
 
  - E.E. Abendanon (Ny. Abendanon)
     Dia adalah pendamping setia  suaminya  dalam  menjalankan tugasnya mendekati  Kartini.  Sampai  menjelang  akhir hayatnya, Kartini
masih membina hubungan korespondensi dengannya.
 
  - Dr. Adriani
     Keluarga Abendanon pernah mengundang keluarga Kartini  ke Batavia . Di Batavia  inilah,  Ny.  Abendanon memperkenalkan Kartini dengan Dr. Adriani.  Ia 
seorang  ahli   bahasa  serta   pendeta  yang  bertugas menyebarkan kristen di Toraja, Sulawesi Selatan. Dr Adriani berada di Batavia dalam rangka perlawatannya keliling Jawa  dan Sumatera. Untuk selanjutnya,  Dr.  Adriani 
menjadi  teman korespondensi Kartini yang intim.
 
  - Annie Glasser
     Ia adalah seorang  guru  yang  memiliki 
beberapa  akta pengajaran bahasa. Ia  mengajarkan bahasa  Perancis secara privat kepada
Kartini tanpa memungut bayaran. Glasser  diminta oleh  Abendanon ke Kabupaten Jepara untuk  mengamati dan mengikuti perkembangan pemikiran Kartini.Tidak mengherankan  jika  kelak  Abendanon  dapat  mematahkan rencana Kartini  untuk  berangkat  belajar ke Nederland ,
dengan mempergunakan diplomasi psikologis  tingkat tinggi.  Semua pihak  telah gagal dalam segala upaya  untuk menghalangi kepergian Kartini ke Belanda. Kartini telah berbulat tekad untuk  ke  Belanda.  Tapi,  tiba-tiba, Abendanon
datang langsung  dari Batavia  ke Jepara  untuk menemui Kartini tanpa
perantaraan surat .  Abendanon  hanya  berbicara  beberapa 
menit saja
dengan  Kartini.   Hasilnya?  Kartini  memutuskan 
untuk  membatalkan keberangkatannya ke Belanda. Hal  ini  hanya  mungkin  jika Abandanon mengetahui  secara  persis 
kondisi  psikologis  Kartini; dan hal ini mudah baginya karena  ia  menempatkan  Annie  Glasser  sebagai "mata- mata"nya.
 
  - Stella (Estelle Zeehandelaar)
     Sewaktu  dalam  pingitan  (lebih 
kurang  4 tahun), Kartini banyak menghabiskan  waktunya  untuk  membaca.  Kartini  tidak   puas 
hanya mengikuti perkembangan  pergerakan wanita  di Eropa  melalui buku dan majalah saja..  Beliau  ingin  mengetahui  keadaan  yang sesungguhnya.
  Untuk itulah,  beliau kemudian  memasang iklan di sebuah majalah yang terbit di
Belanda : "Hollandsche Lelie".  Melalui iklan  itu, Kartini menawarkan  diri 
sebagai  sahabat  pena 
untuk  wanita Eropa. Dengan segera iklan  Kartini tersebut  disambut oleh  Stella, seorang wanita Yahudi Belanda.  Stella adalah  anggota militan pergerakan feminis di negeri  Belanda  saat itu. Ia bersahabat  dengan tokoh  sosialis; Ir. Van Kol,  wakil ketua  SDAQ (Partai Sosialis Belanda) di Tweede Kamer(Parlemen).
 
  - Ir. Van Kol
     Sebelum berkenalan  dengan  Kartini,  Van 
Kol  pernah  tinggal di Hindia Belanda  selama 16  tahun. Selain sebagai seorang insinyur, ia juga seorang  ahli dalam  masalah-masalah  kolonial.  Stella-lah yang selalu  memberi  informasi  tentang  Kartini  kepadanya,  sampai pada akhirnya ia  berkesempatan datang  ke Jepara  dan berkenalan langsung dengan  Kartini.  Van  Kol  mendukung  dan  memperjuangkan  kepergian Kartini ke negeri  Belanda  atas  biaya  Pemerintah  Belanda.
Namun,
rupanya  ada  udang  dibalik  batu. Van Kol berharap dapat menjadikan Kartini sebagai "saksi hidup" kebobrokan pemerintah  kolonial Hindia-Belanda.  Semua   ini  untuk  memenuhi  ambisinya  dalam memenangkan partainya (sosialis) di Parlemen.
 
  - Nellie Van Kol (Ny. Van Kol)
     Ia adalah seorang penulis  yang  mempunyai  pendirian  humanis dan progresif.  Dialah  orang  yang  paling  berperan dalam mendangkalkan aqidah  Kartini.  Pada  walnya,  ia  bermaksud  untuk  mengkristenkan Kartini,  dengan  kedatangannya  seolah-olah 
sebagai  penolong  yang mengangkat 
Kartini  dari  ketidakpedulian  terhadap  agama. 
Memang,agaknya  setelah  perkenalannya  dengan  Ny. Van Kol,  Kartini  mulai peduli  dengan  agamanya,  Islam.  
Kepeduliannya  ditandai   dengan
  diakhirinya gerakan "mogok shalat" dan "mogok ngaji".
 
     Sekarang kami merasakan badan kami lebih  kokoh, segala sesuatu tampak lain  sekarang. Sudah  lama cahaya itu tumbuh dalam hati sanubari kami; kami belum  tahu waktu  itu, dan  Nyonya Van Kol
yang  menyibak  tabir  yang  tergantung  di  hadapan kami. Kami sangat berterima kasih kepadanya.            [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 12 Juni 1902]
 
     Setelah Kartini  kembali  menaruh  perhatian 
pada masalah-masalah agama, mulailah Nellie Van Kol melancarkan missi kristennya. Nyonya Van  Kol banyak  menceritakan
kepada  kami tentang Yesus  yang tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul  Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar semua itu           [Surat Kartini kepada Dr.
Adriani, 5 Juli 1902]
 
     Nyonya  van  Kol gagal untuk mengkristenkan Kartini secara formal, tapi ia
berhasil untuk  memasukkan nilai  kristen ke  dalam keislaman Kartini. Dalam 
banyak suratnya  Kartini menyebut  Allah dalam
konsep trinitas.
 
     Malaikat yang baik beterbangan  di  sekeliling  saya  dan Bapak  yang ada  di langit  membantu saya dalam perjuangan saya dengan bapakku yang ada di dunia ini. [Surat Kartini kepada Ny.
Ovink Soer, 12 Juli 1902].
 
6. Kartini Ingin Menjadi Muslimah Sejati     Pada  masa  kecilnya,  Kartini  mempunyai  pengalaman  yang  tidak menyenangkan  ketika  belajar  mengaji  (membaca Al-Quran).  Ibu
guru mengajinya memarahi beliau ketika Kartini menanyakan makna dari kata- kata Al-Quran yang diajarkan kepadanya untuk membacanya.  Sejak  saat itu timbullah penolakan pada diri Kartini.
 
     "Mengenai  agamaku  Islam,  Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam..
     Bagaimana  aku  dapat  mencintai  
agamaku,  kalau   aku  tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci,
tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun.  Di sini  tidak ada orang yang  mengerti bahasa  Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak  mengerti  apa  yang  dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang  dibacanya  itu.  Sama  saja  halnya 
seperti engkau mengajarkan aku  buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi  tidak  satu  patah  kata  pun  yang  kau jelaskan kepadaku apa  artinya. Tidak  jadi orang 
sholeh pun tidak apa- apa,  asalkan  jadi  orang  yang  baik  hati,  bukankah  begitu  Stella?"[Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]
 
     "Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang  tidak tahu  apa  perlunya  dan  apa  manfaatnya.  Aku  tidak mau lagi membaca  Al-Quran,  belajar  menghafal  perumpamaan-perumpamaan dengan  bahasa  asing 
yang  tidak  aku  mengerti artinya,  dan  jangan-jangan   guru-guruku   pun   tidak   mengerti artinya.Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja.  Aku berdosa,  kitab yang mulia itu
terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.              [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902]
 
     Sampai suatu ketika Kartini berkunjung ke  rumah pamannya, seorang Bupati  di  Demak  (Pangeran  Ario  Hadiningrat).  Di Demak waktu
itu sedang berlangsung pengajian bulanan  khusus untuk  anggota keluarga. Kartini ikut  mendengarkan pengajian  tersebut bersama para raden ayu yang lain, dari balik tabir. Kartini  tertarik pada 
materi pengajian yang disampaikan  Kyai Haji  Mohammad Sholeh bin Umar,  seorang
ulama besar dari Darat, Semarang ,  yaitu  tentang  tafsir  Al-Fatihah. Kyai Sholeh Darat  ini - demikian ia dikenal - sering memberikan pengajian di berbagai kabupaten di sepanjang pesisir utara. Setelah selesai acara  pengajian  Kartini  mendesak  pamannya agar bersedia menemani  dia untuk menemui Kyai Sholeh Darat. Inilah dialog
  antara Kartini  dan  Kyai  Sholeh 
Darat,  yang  ditulis  oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat :
 
     "Kyai,  perkenankanlah   saya  menanyakan, 
bagaimana  hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?"  Tertegun  Kyai  Sholeh  Darat 
mendengar  pertanyaan  Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
     "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?"  Kyai Sholeh  Darat balik  bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang  dimaksud  oleh  pertanyaan  
Kartini  pernah   terlintas  dalam pikirannya.
     "Kyai,  selama  hidupku  baru 
kali  inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat  pertama, dan  induk Al-Quran  yang isinya begitu  indah  menggetarkan  sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati  aku  kepada  Allah, 
namun  aku  heran  tak habis-habisnya,  mengapa  selama  ini  para ulama kita melarang
keras penerjemahan  dan   penafsiran  Al-Quran   dalam  bahasa  Jawa. Bukankah Al-Quran  itu justru  kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"
 
     Setelah pertemuannya dengan Kartini,  Kyai Sholeh  Darat  tergugah untuk  menterjemahkan  Al-Quran  ke  dalam  bahasa  Jawa.  Pada  hari pernikahan  Kartini,   Kyai  Sholeh  Darat  menghadiahkan   kepadanya terjemahan  Al-Quran  (Faizhur  Rohman  Fit  Tafsiril  Quran),  jilid pertama yang terdiri dari 13 juz,  mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim.
     Mulailah  Kartini  mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.  Tapi
sayang tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia,  sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya  ke  dalam bahasa Jawa.  Kalau saja Kartini sempat mempelajari
keseluruhan  ajaran Islam  (Al-Quran)  maka  tidak  mustahil  ia  akan  menerapkan  semaksimal   mungkin   semua   hal   yang   dituntut 
Islam  terhadap
  muslimahnya.  Terbukti Kartini sangat  berani  untuk  berbeda  dengan  tradisi  adatnya  yang  sudah terlanjur mapan.  Kartini juga memiliki  modal kehanifan yang tinggi  terhadap  ajaran  Islam.  Bukankah  pada  mulanya beliau paling keras menentang poligami, tapi kemudian setelah mengenal Islam, beliau dapat menerimanya.. Saat mempelajari Al-Islam lewat Al-Quran terjemahan berbahasa Jawa itu, Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah
ayat 257 bahwa Allahlah  yang telah membimbing orang-orang beriman dari  gelap  kepada  cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-  kata  Minazh-Zhulumaati  ilan 
Nuur  yang  berarti  dari gelap kepada  cahaya.  Karena Kartini merasakan sendiri proses  perubahan  dirinya,  dari pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah.
     Dalam  banyak   suratnya  sebelum 
wafat,  Kartini  banyak  sekali  mengulang-ulang kalimat "Dari  Gelap  Kepada  Cahaya"  ini.    Karena  Kartini selalu  menulis suratnya dalam bahasa Belanda, maka kata-kata  ini dia terjemahkan dengan "Door Duisternis Tot
Licht".
     Karena  seringnya  kata-kata  tersebut 
muncul  dalam  surat-surat  Kartini,  maka  Mr.  Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini-  menjadikan  kata-kata  tersebut  sebagai  judul  dari  kumpulan surat 
Kartini.  Tentu  saja  ia  tidak  menyadari  bahwa kata-kata tersebut  sebenarnya dipetik dari
Al-Quran.
     Kemudian  untuk  masa-masa  selanjutnya setelah Kartini meninggal,  kata-kata Door Duisternis Tot Licht telah kehilangan maknanya, karena  diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah "Habis Gelap  Terbitlah  Terang". 
Memang lebih puitis, tapi justru tidak persis.
 
     Setelah  Kartini  mengenal  Islam 
sikapnya  terhadap  Barat mulai  berubah :
 
     "Sudah lewat masanya,  tadinya  kami  mengira  bahwa masyarakat     Eropa  itu  benar-benar  satu-satunya  yang  paling baik, tiada  taranya.
Maafkan kami,  tetapi  apakah  ibu  sendiri menganggap  masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat  banyak hal- hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?"[Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]
 
     Kartini  juga  menentang  semua 
praktek  kristenisasi  di  Hindia Belanda :
 
     "Bagaimana pendapatmu  tentang Zending,  jika bermaksud berbuat  baik  kepada  rakyat  Jawa  semata-mata atas dasar cinta kasih,  
bukan  dalam  rangka 
kristenisasi?  ....  Bagi   orang  Islam,  melepaskan   keyakinan   sendiri   untuk  memeluk  agama  lain, merupakan  dosa  yang  sebesar-besarnya.   Pendek  kata,  boleh melakukan   Zending,   tetapi   jangan   mengkristenkan  orang.  Mungkinkah itu dilakukan?" [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]
 
     Bahkan Kartini bertekad untuk memenuhi panggilan  surat Al-Baqarah ayat  193,  berupaya  untuk  memperbaiki citra Islam selalu dijadikan bulan-bulanan 
dan  sasaran  fitnah.  Dengan  bahasa   halus  Kartini
  menyatakan :
 
     "Moga-moga  kami  mendapat  rahmat, 
dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai." [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
 
 
  7. Cita-cita Kartini Yang Sering Disalahartikan.
     Kartini merasa bahwa hati kecilnya selalu mengatakan :
 
     "Pergilah. Laksanakan  cita-citamu. Kerjalah  untuk hari depan. Kerjalah
untuk  kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang  palsu tentang mana  yang   baik  dan   mana  yang   buruk.  Pergi.  Pergilah. Berjuanglah   dan   menderitalah,    tetapi   bekerjalah  untuk kepentingan yang abadi" [Surat
Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
 
     Petikan suratnya  berikut ini adalah cita-cita Kartini yang banyaksalah dimengerti :
 
     "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan  itu  menjadi  saingan   laki-laki  dalam  perjuangan
hidupnya. Tapi  karena kami  yakin akan  pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum  wanita,  agar  wanita  lebih  cakap melakukan kewajibannya, kewajiban  yang diserahkan  alam sendiri ke dalam tangannya:
menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]
 
     Inilah gagasan Kartini yang sebenarnya, namun kenyataannya  sering diartikan secara sempit dengan satu kata: emansipasi. Sehingga setiap orang bebas mengartikan semaunya sendiri.
 
  8. Pelajaran Bagi Umat Islam
     Pada dasarnya Kartini ingin berjuang  di jalan  Islam. Tapi karena pemahamannya  tentang  Islam  belum  menyeluruh,  maka  Kartini tidak mengetahui panjangnya jalan yang 
akan  ditempuh  dan  bagaimana cara berjalan  diatasnya.  (Mudah-mudahan  Allah merahmati Kartini, beliau sudah berusaha, tapi Allah terlebih dahulu memanggilnya).
     Apabila kita mempelajari lebih  jauh  konsep-konsep  yang diajukan Kartini,  meskipun  secara  global  adalah  konsep Islam, tapi secara terperinci dan operasional, rancu 
dengan  konsep-konsep  Barat. Kita  tahu  sebagian  besar  teman-teman  dekat  Kartini  adalah Yahudi dan  Nasrani. Allah sudah memperingatkan kepada kita  : Tidak  akan pernah  ridho  orang-orang  Yahudi  dan  Nasrani, sebelum kamu mengikuti tata  cara mereka
(Al-Quran, 2:120).
     Apa yang dialami Kartini merupakan sejarah yang senantiasa  selalu  terulangi.  Setiap  seseorang  akan memperjuangkan Islam,  maka tiba-tiba  pihak-pihak  yang  tidak  menyukai  Islam  akan  bersatu  untuk menghancurkannya.   Bila  posisi  mereka  lemah,   maka  mereka  akan menempuhnya dengan cara yang halus dan tersembunyi.  Tapi jika posisi mereka kuat, maka mereka akan menempuh cara-cara paksa. Secara tidak sadar  Kartini  menceritakan 
praktek  keburukan umat Islam (bukan  Islam yang  buruk) kepada sahabat-sahabatnya
non-Islam.
  Sehingga kelak kemudian hari  menjadi bumerang  dan fitnah  bagi umat Islam. Sebaik-baiknya  sahabat non-Islam,   walau  bagaimanapun tidak akan membantu Islam (Al-Quran, 3:119-120).
     Kartini  berjuang  seorang  diri 
dan tidak menghimpun para santri lain yang ada di  pulau Jawa.  Salah seorang  sahabat RasuluLLah,
Ali bin Abi Thalib RA pernah berpesan kepada kita bahwa:   Kebenaran
yang  tidak   terorganisir   dapat  dikalahkan    oleh   kebathilan   yang  terorganisir.  Dan  Allah  pun mencintai orang-orang yang berjuang di jalanNya dalam suatu barisan (Al-Quran,
61:4).
 
 
Wallahu'alam bissawab.

[ Diteruskan dari Sdri. Nany I. ]

PH
PRO
Indonesia

__________________________________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: