Senin, 20 April 2009

[daarut-tauhiid] Karena Sesungguhnya Kaum Muslimin Bersaudara..



Khalifah Umar bin Khaththab ra, seorang sahabat Rasulullah SAW,
adalah seorang pemimpin yang dikenal sangat adil, tegas, disiplin namun
sangat humanis di zamannya. Banyak orang yang mulanya menentang islam,
namun akhirnya tersadar dan insyaf karena kepemimpinan Sayyidina Umar
bin Khaththab.
Suatu hari, seseorang datang kepada khalifah umar seraya menyerahkan
diri untuk diadili karena telah membunuh sesama muslim. Pengadilan
pun digelar dan vonis pun dijatuhkan kepada orang tersebut berupa hukum
qisas. Namun, sebelum hukuman diberlakukan, khalifah Umar bin Khaththab
bertanya kepada terdakwa tentang permintaan terakhirnya. Si terdakwa
pun berkata, "Izinkan saya pulang ke kampung halaman untuk berpamitan
kepada sanak keluarga serta membayar hutang-hutang saya". Khalifah umar
pun mengabulkan permintaan terakhir si terdakwa karena dinilai masuk
akal.

Namun, ada satu hal yang menjadi pertimbangan. Dikarenakan tempat
tinggal terdakwa terlalu jauh, maka sang Khalifah menginginkan adanya
seorang penjamin bagi terdakwa untuk di qisas jika sekiranya nanti si
terdakwa akan melarikan diri. Sesaat, si terdakwa menatap kerumunan
orang-orang yang tengah menyaksikan prosesi pengadilan dirinya, namun
ia akhirnya tertunduk sedih, karena mendapati bahwa ia tidak mempunyai
seorang keluarga pun di kota ini.
Sesaat suasana terlihat hening. Di tengah keheningan itu muncullah
sosok seorang pemuda paruh baya, yang tidak lain adalah Abu dzar al
Ghifari, seorang sahabat Rasulullah SAW, seraya berkata, "Saya yang
akan menjadi penjamin orang ini". Lalu, Abu dzar pun menanda tangani
surat perjanjian penjamin dan si terdakwa diperbolehkan pulang ke
kampung halamannya selama tujuh hari.
Hari berganti hari hingga sampailah pada hari ketujuh kepulangan
terdakwa ke kampung halamannya. Namun begitu, tidak terlihat sedikitpun
tanda-tanda akan datangnya kembali si terdakwa untuk memenuhi
hukumannya. Orang-orang mulai panik melihat keadaan ini. Tidak sedikit
yang menangis karena melihat sahabat Abu dzar akan segera di eksekusi,
meski ia sedikitpun tidak bersalah dan hanya sebagai orang yang
menjamin terdakwa. Tidak sedikit pula yang kecewa terhadap terdakwa
yang dinilai tidak mempunyai harga diri.
Namun, tak lama kemudian terdengar suara dari kejauhan, dan terlihat
sosok seorang laki-laki yang tengah berjalan dalam keadaan sempoyongan.
Ternyata tidak lain orang itu adalah si terdakwa, yang terlihat lusuh
juga keletihan. Karena si terdakwa sudah hadir kembali, maka sahabat
Abu dzar pun dibebaskan. kemudian sang hakim bertanya kepada si
terdakwa, kenapa ia tidak memilih untuk kabur saja dan melarikan diri
dari jeratan hukuman, terlebih sudah ada orang yang menjaminnya.
Si terdakwa pun berkata, "Benar, saya bisa saja melarikan diri dari
hukuman ini, namun saya malu jika nanti di dalam sejarah islam terdapat
seorang muslim yang ingkar janji untuk kepentingan dirinya dan tidak
mau menjaga harga dirinya sebagai muslim yang bertanggung jawab" jawab
si terdakwa. Saat pengakuan itu, ternyata 3 orang keluarga korban
menyaksikan dan mendengarkannya. Mereka merasakan kejujuran dan
ketulusan dari pengakuan si terdakwa.
Mereka yang pada awalnya berharap hukuman yang setimpal bagi si
terdakwa, malah berbalik mencabut tuntutannya dengan berkata, "Kami
dari keluarga korban telah memaafkan orang ini" seraya menunjuk si
terdakwa. Si hakim pun lalu bertanya, "Mengapa kalian memaafkan orang
ini, sedangkan ia telah membunuh saudaramu?" Para keluarga korban pun
menjawab, bahwa "Sebagai muslim, kami mempunyai harga diri. Kami malu,
sekiranya nanti di dalam sejarah terdapat ada seorang muslim yang tidak
mau memaafkan kesalahan saudaranya sesama muslim".
Setelah mendengar pengakuan keluarga korban, sang hakim pun kemudian
bertanya kepada sahabat Abu dzar, kenapa ia sampai merelakan dirinya
untuk menjadi penjamin bagi si terdakwa, seorang yang tidak ia kenal
sama sekali. Sahabat Abu dzar pun menjawab, "Sebagai seorang muslim,
saya malu jika nanti sejarah islam mencatat, bahwa dahulu ada seorang
muslim yang sedang kesulitan dan meminta bantuan, namun tak ada seorang
pun yang bersedia untuk meringankan bebannya dan meolongnya".
Subhanallah! Begitulah gambaran keindahan umat terdahulu. Begitu
terlihat bahwasanya kaum muslimin saling menyayangi satu sama lain.
Saling menutupi kesusahan, saling memaafkan, saling menutupi aib, dan
saling menjaga harga diri demi keyakinan yang dianutnya. Begitu besar
penjagaan mereka terhadap islam sebagai agamanya, hingga mereka menilai
harga diri itu bukan lagi dilihat dari pangkat dan jabatan, bukan dari
kesalahan-kesalahan saudaranya, namun mereka melihatnya dari rasa
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Semoga kita bisa menarik intisari hikmah dan pelajaran dari kisah
ini, untuk dapat kita teladani dan menjadi acuan dalam hidup dan
kehidupan. Karena sesungguhnya, kaum muslimin adalah bersaudara..
Wallahu a'lam

(diperkaya dari buku "Di Hatinya Cuma Ada Cinta" karya Saikhul Hadi)

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

New business?

Get new customers.

List your web site

in Yahoo! Search.

John McEnroe

on Yahoo! Groups

Join him for the

10 Day Challenge.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: