Sabtu, 23 Mei 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2645

Messages In This Digest (8 Messages)

Messages

1a.

Re: [Rampai] Anakku dan Lautnya Yang Tak Bertepi

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Fri May 22, 2009 3:37 am (PDT)



@ Mas Adji:

Ahiiks... setelah sekian lama anfal dari menulis
puisi, hari ini saya kerahkan segala kemampuan :D
alhamdulillah lahir puisi itu.

Jika mas Adjie mengaku awam terhadap puisi lalu
merasa tertakjubkan :D berarti bukan puisi saya
yang bagus, tapi intuisi mas Adjie yang keren.
hehehe, anyway. thx 4 reading, Mas Adjie. Kapan
ngerumpi bareng fiyan lagi? :D

@ Nihaw:

Dibanding puisi2mu, masih kalah jauh
atuh puisi sayahmah ;) Puisi2mu keren, kok
menggemaskan seperti orangnyah. Hahahaha
amiin. Saya memang sengaja meninggalkan banyak
jejak buat nibras. Yah itung2 investasi rasa. hehehe
makasih ya dah baca puisikuh :)

DANI

2a.

Mengenang Eva {korban hercules c-130]

Posted by: ":: Beni Jusuf ::" benijusuf@cbn.net.id   benijusuf

Fri May 22, 2009 5:01 am (PDT)



Tulisan ini untuk mengenang Eva Yuliandari, Calon Guru di Wamena, salah
satu korban kecelakaan hercules C-130
diambil dari:
http://lorongcahaya.multiply.com/journal/item/32/Mengenang_Eva_Korban_Hercules_C_-_130

Mengenang Eva
Oleh Beni Jusuf *)

"Kang, Aku besok pulang papua, doain ya"
Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
tanganku.
*****

Namanya Eva, lengkapnya Eva Yuliandari.
Aku mengenalnya sekitar 3 bulan silam. Lewat kolega yang menjadi
petinggi di salah satu Advertising Agency di Jakarta yang lagi mencari
seorang Gost Writer untuk buku pengalamannya selama di Papua. Aku tak
seketika menyanggupi karena sedang mempersiapkan buku seorang tokoh
politik dan beberapa makalah yang mendekati tenggat.

Namun aku berjanji untuk meluangkan waktu membimbingnya untuk menulis
buku. Aku terkesan dengan ceritanya. Di mataku dia sosok yang unik,
Seorang gadis yang mau mengajar di pedalaman Papua. Tepatnya di Walesi,
Wamena. Suatu daerah yang kondisinya jauh dari sentuhan modernitas
{kalau ukurannya adalah pembangunan infrastruktur]

Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu,
mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua,
dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena
persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar
sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.

Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak
mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan
Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi
pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas
yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka
Merah Putih sedang berkibar!.

Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya
untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya
bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan
kaki.

Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi
beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah
pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling
menghormati antar sesama.
******

Berawal dari peluang Kuliah Kerja Nyata di semester akhir pada masa
kuliah di Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta tahun
2007. Dia iseng mendaftarkan diri ke Papua. Meski ibunya mencemaskan
pilihannya. Namun akhirnya luluh karena niat Eva yang sangat besar.

Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat
ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada
seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena
memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu
persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak
mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang
memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.

Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas
Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada
Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva
mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski
permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga
karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat
dibutuhkan.

Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu
memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap
hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu
perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan
impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah
bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di
benaknya.

Dan Senin lalu, menjelang sore, kami bertemu di bilangan Kuningan. Dia
mampir untuk melihat draft buku kisah waktu di Papua yang sedang saya
tulis. Dia nampak antusias melihat rancangan buku yang sebentar lagi
selesai, meski hingga kini saya belum terpikir untuk mengirimkan ke
penerbit mana nantinya.

Senin lalu itu....
Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia. Dirinya lolos sebagai salah satu
calon pegawai negeri sipil {CPNS]. Itu membuat bahagia. Karena
menurutnya, tinggal sejengkal lagi, impiannya untuk kembali ke Papua
akan terwujud. Melebihi kebanggaannya saat terpilih menjadi Pemudi
Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi pada tahun 2007.

Dan 2 hari setelah senin itu....
Tepatnya Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa
Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules
TNI Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. Dan salah satu penumpang
meninggal adalah Eva. Padahal dia akan berbagi berita gembira bahwa dia
akan kembali ke Papua sebagai pendidik. Eva dengan sekarung buku-buku
pelajaran, alat tulis dan peraga pendidikan serta pakaian sekolah,
merupakan sumbangan para donatur di Jakarta yang sedianya dibagikan
untuk pendidikan di Bumi Cenderawasih urung sampai.

Innalillahi wainailahi rojiun, semua yang berasal dari Allah, akan jua
kembali ke hadiratNya.
Eva Yuliandari kini telah pergi.
Eva telah tiada.
Pasti anak-anak Sekolah Dasar di Walesi, Wamena akan merasa sukar untuk
bisa berdamai dengan kenyataan yang menyedihkan ini.

Eva Yuliandari memang telah berpulang.
Namun dia akan selalu dikenang.
Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil
perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang
semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan.
Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
******

Perasaanku sedang gulana. Rasa sesak dan perih kehilangan sahabat
membaur. Meski aku tahu bahwa sahabat akan datang dan pergi dalam hidup.
Namun kehilangan sahabat sedemikian cepat membuatku seolah tak kuasa
mempercayai sebagai sebuah keniscayaan. Pada akhirnya hanya berujung
pada kesadaran bahwa tiada yang kenal di alam fana.

"Kang, Aku besok pulang papua, doain ya"
Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
tanganku waktu pamit pulang menjelang sore. Seolah isyarat kata
terakhir. Untuk Pulang. Kembali ke Haribaan Allah Yang Maha Esa. Pulang
menjemput keabadian
Selamat jalan Eva.
Eva Yuliandari
*****

*) Penulis bekerja di sebuah kanal televisi berbayar di Jakarta, dan
juga seorang Gost Writer sejumlah public figure di Jakarta.

Biodata Eva Yuliandari:
Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma
Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3
Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4
Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun
sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2
tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela
SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar
masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu
melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di
Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur
setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena
terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan
mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar
Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua
2b.

Re: Mengenang Eva {korban hercules c-130]

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Fri May 22, 2009 8:04 am (PDT)



:((
hiks..
saya juga terharu ketika sosok seorang Eva di bahas pada salah satu berita
di TV.
sempet saya diskusikan ini ke ibu saya..
dan saya berkata " mudah2an syahid.."

sungguh,,, mungkin seharusnya kita harus belajar dari apa yang beliau beri
dan ajari kepada kita...
dan mudah2an Eva kembali keharibaannya membawa 'harta'..
'harta' yang kekal untuk berjumpa wajahNya
Amin.. Allohumma Amin.

salam
Nia Robie'

Pada 22 Mei 2009 18:41, :: Beni Jusuf :: <benijusuf@cbn.net.id> menulis:

>
>
> Tulisan ini untuk mengenang Eva Yuliandari, Calon Guru di Wamena, salah
> satu korban kecelakaan hercules C-130
> diambil dari:
> http://lorongcahaya.multiply.com/journal/item/32/Mengenang_Eva_Korban_Hercules_C_-_130
>
> Mengenang Eva
> Oleh Beni Jusuf *)
>
> �Kang, Aku besok pulang papua, doain ya�
> Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> tanganku.
> *****
>
> Namanya Eva, lengkapnya Eva Yuliandari.
> Aku mengenalnya sekitar 3 bulan silam. Lewat kolega yang menjadi petinggi
> di salah satu Advertising Agency di Jakarta yang lagi mencari seorang Gost
> Writer untuk buku pengalamannya selama di Papua. Aku tak seketika
> menyanggupi karena sedang mempersiapkan buku seorang tokoh politik dan
> beberapa makalah yang mendekati tenggat.
>
> Namun aku berjanji untuk meluangkan waktu membimbingnya untuk menulis buku.
> Aku terkesan dengan ceritanya. Di mataku dia sosok yang unik, Seorang gadis
> yang mau mengajar di pedalaman Papua. Tepatnya di Walesi, Wamena. Suatu
> daerah yang kondisinya jauh dari sentuhan modernitas {kalau ukurannya adalah
> pembangunan infrastruktur]
>
> Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu,
> mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua, dia
> harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena persoalan
> sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar sekolahan yang akan
> menampung Eva sebagai guru relawan.
>
> Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak
> mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan
> Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi
> pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas yang
> lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka Merah Putih
> sedang berkibar!.
>
> Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya untuk
> memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya bilang bahwa
> rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan kaki.
>
> Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi beragama
> sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah pengalaman reliji
> yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling menghormati antar
> sesama.
> ******
>
> Berawal dari peluang Kuliah Kerja Nyata di semester akhir pada masa kuliah
> di Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta tahun 2007. Dia
> iseng mendaftarkan diri ke Papua. Meski ibunya mencemaskan pilihannya. Namun
> akhirnya luluh karena niat Eva yang sangat besar.
>
> Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat
> ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada seorang
> guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena memang
> satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu persatu guru
> mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak mampu bertahan di
> daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang memprihatinkan membulatkan
> keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
>
> Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas
> Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada
> Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva
> mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski
> permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga karena
> pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat dibutuhkan.
>
> Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu memutus
> ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap hari
> memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu perasaannya
> sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan impian untuk hidup
> lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah bukanlah sebuah kata,
> namun mantra yang yang selalu bergaung di benaknya.
>
> Dan Senin lalu, menjelang sore, kami bertemu di bilangan Kuningan. Dia
> mampir untuk melihat draft buku kisah waktu di Papua yang sedang saya tulis.
> Dia nampak antusias melihat rancangan buku yang sebentar lagi selesai, meski
> hingga kini saya belum terpikir untuk mengirimkan ke penerbit mana nantinya.
>
> Senin lalu itu....
> Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia. Dirinya lolos sebagai salah satu
> calon pegawai negeri sipil {CPNS]. Itu membuat bahagia. Karena menurutnya,
> tinggal sejengkal lagi, impiannya untuk kembali ke Papua akan terwujud.
> Melebihi kebanggaannya saat terpilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan
> Tingkat Kota di Bekasi pada tahun 2007.
>
> Dan 2 hari setelah senin itu....
> Tepatnya Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa
> Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules TNI
> Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. Dan salah satu penumpang meninggal
> adalah Eva. Padahal dia akan berbagi berita gembira bahwa dia akan kembali
> ke Papua sebagai pendidik. Eva dengan sekarung buku-buku pelajaran, alat
> tulis dan peraga pendidikan serta pakaian sekolah, merupakan sumbangan para
> donatur di Jakarta yang sedianya dibagikan untuk pendidikan di Bumi
> Cenderawasih urung sampai.
>
> Innalillahi wainailahi rojiun, semua yang berasal dari Allah, akan jua
> kembali ke hadiratNya.
> Eva Yuliandari kini telah pergi.
> Eva telah tiada.
> Pasti anak-anak Sekolah Dasar di Walesi, Wamena akan merasa sukar untuk
> bisa berdamai dengan kenyataan yang menyedihkan ini.
>
> Eva Yuliandari memang telah berpulang.
> Namun dia akan selalu dikenang.
> Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil
> perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang
> semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan.
> Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
> ******
>
> Perasaanku sedang gulana. Rasa sesak dan perih kehilangan sahabat membaur.
> Meski aku tahu bahwa sahabat akan datang dan pergi dalam hidup. Namun
> kehilangan sahabat sedemikian cepat membuatku seolah tak kuasa mempercayai
> sebagai sebuah keniscayaan. Pada akhirnya hanya berujung pada kesadaran
> bahwa tiada yang kenal di alam fana.
>
> �Kang, Aku besok pulang papua, doain ya�
> Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> tanganku waktu pamit pulang menjelang sore. Seolah isyarat kata terakhir.
> Untuk Pulang. Kembali ke Haribaan Allah Yang Maha Esa. Pulang menjemput
> keabadian
> Selamat jalan Eva.
> Eva Yuliandari
> *****
>
> *) Penulis bekerja di sebuah kanal televisi berbayar di Jakarta, dan juga
> seorang Gost Writer sejumlah public figure di Jakarta.
>
>
> Biodata Eva Yuliandari:
> Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
> Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas
> Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma Tiga
> Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3 Bekasi lulus
> tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4 Bekasi dan
> menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
> Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun sebagai
> guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat [PKBM),
> sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2 tahun. Pada tahun ajaran
> 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela SD Swasta di Bekasi. Bulan
> Juli 2006 mendirikan pusat belajar masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya &
> Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM
> KIMBIM PONDO sewaktu melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di
> PAPUA.
> Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di
> Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur
> setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena
> terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan
> mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar
> Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua
>
>
2c.

Re: Mengenang Eva {korban hercules c-130]

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Fri May 22, 2009 10:42 am (PDT)



speechless

moga Eva diterima di sisi-Nya dan ada yang meneruskan cita-cita-Nya..

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ":: Beni Jusuf ::" <benijusuf@...> wrote:
>
> Tulisan ini untuk mengenang Eva Yuliandari, Calon Guru di Wamena, salah
> satu korban kecelakaan hercules C-130
> diambil dari:
> http://lorongcahaya.multiply.com/journal/item/32/Mengenang_Eva_Korban_Hercules_C_-_130
>
> Mengenang Eva
> Oleh Beni Jusuf *)
>
> “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> tanganku.
> *****
>
> Namanya Eva, lengkapnya Eva Yuliandari.
> Aku mengenalnya sekitar 3 bulan silam. Lewat kolega yang menjadi
> petinggi di salah satu Advertising Agency di Jakarta yang lagi mencari
> seorang Gost Writer untuk buku pengalamannya selama di Papua. Aku tak
> seketika menyanggupi karena sedang mempersiapkan buku seorang tokoh
> politik dan beberapa makalah yang mendekati tenggat.
>
> Namun aku berjanji untuk meluangkan waktu membimbingnya untuk menulis
> buku. Aku terkesan dengan ceritanya. Di mataku dia sosok yang unik,
> Seorang gadis yang mau mengajar di pedalaman Papua. Tepatnya di Walesi,
> Wamena. Suatu daerah yang kondisinya jauh dari sentuhan modernitas
> {kalau ukurannya adalah pembangunan infrastruktur]
>
> Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu,
> mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua,
> dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena
> persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar
> sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.
>
> Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak
> mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan
> Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi
> pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas
> yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka
> Merah Putih sedang berkibar!.
>
> Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya
> untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya
> bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan
> kaki.
>
> Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi
> beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah
> pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling
> menghormati antar sesama.
> ******
>
> Berawal dari peluang Kuliah Kerja Nyata di semester akhir pada masa
> kuliah di Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta tahun
> 2007. Dia iseng mendaftarkan diri ke Papua. Meski ibunya mencemaskan
> pilihannya. Namun akhirnya luluh karena niat Eva yang sangat besar.
>
> Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat
> ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada
> seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena
> memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu
> persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak
> mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang
> memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
>
> Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas
> Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada
> Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva
> mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski
> permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga
> karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat
> dibutuhkan.
>
> Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu
> memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap
> hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu
> perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan
> impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah
> bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di
> benaknya.
>
> Dan Senin lalu, menjelang sore, kami bertemu di bilangan Kuningan. Dia
> mampir untuk melihat draft buku kisah waktu di Papua yang sedang saya
> tulis. Dia nampak antusias melihat rancangan buku yang sebentar lagi
> selesai, meski hingga kini saya belum terpikir untuk mengirimkan ke
> penerbit mana nantinya.
>
> Senin lalu itu....
> Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia. Dirinya lolos sebagai salah satu
> calon pegawai negeri sipil {CPNS]. Itu membuat bahagia. Karena
> menurutnya, tinggal sejengkal lagi, impiannya untuk kembali ke Papua
> akan terwujud. Melebihi kebanggaannya saat terpilih menjadi Pemudi
> Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi pada tahun 2007.
>
> Dan 2 hari setelah senin itu....
> Tepatnya Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa
> Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules
> TNI Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. Dan salah satu penumpang
> meninggal adalah Eva. Padahal dia akan berbagi berita gembira bahwa dia
> akan kembali ke Papua sebagai pendidik. Eva dengan sekarung buku-buku
> pelajaran, alat tulis dan peraga pendidikan serta pakaian sekolah,
> merupakan sumbangan para donatur di Jakarta yang sedianya dibagikan
> untuk pendidikan di Bumi Cenderawasih urung sampai.
>
> Innalillahi wainailahi rojiun, semua yang berasal dari Allah, akan jua
> kembali ke hadiratNya.
> Eva Yuliandari kini telah pergi.
> Eva telah tiada.
> Pasti anak-anak Sekolah Dasar di Walesi, Wamena akan merasa sukar untuk
> bisa berdamai dengan kenyataan yang menyedihkan ini.
>
> Eva Yuliandari memang telah berpulang.
> Namun dia akan selalu dikenang.
> Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil
> perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang
> semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan.
> Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
> ******
>
> Perasaanku sedang gulana. Rasa sesak dan perih kehilangan sahabat
> membaur. Meski aku tahu bahwa sahabat akan datang dan pergi dalam hidup.
> Namun kehilangan sahabat sedemikian cepat membuatku seolah tak kuasa
> mempercayai sebagai sebuah keniscayaan. Pada akhirnya hanya berujung
> pada kesadaran bahwa tiada yang kenal di alam fana.
>
> “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> tanganku waktu pamit pulang menjelang sore. Seolah isyarat kata
> terakhir. Untuk Pulang. Kembali ke Haribaan Allah Yang Maha Esa. Pulang
> menjemput keabadian
> Selamat jalan Eva.
> Eva Yuliandari
> *****
>
> *) Penulis bekerja di sebuah kanal televisi berbayar di Jakarta, dan
> juga seorang Gost Writer sejumlah public figure di Jakarta.
>
>
> Biodata Eva Yuliandari:
> Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
> Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas
> Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma
> Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3
> Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4
> Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
> Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun
> sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar
> Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2
> tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela
> SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar
> masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
> Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu
> melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
> Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di
> Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur
> setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena
> terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan
> mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar
> Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua
>

3a.

Re: Kuda Prabowo & Rumah Dunia

Posted by: "magnifico_99" magnifico_99@yahoo.co.id   magnifico_99

Fri May 22, 2009 5:59 am (PDT)



Tadi pagi saya juga menuliskan artikel dengan tema dan sumber kutipan yang sama pula yaitu Kompas [dot]com, yang saya poting di web internal kantor.
sambil ketawa2 geli sesekali saya bergumam "edan"...
Saya tidak bermaksud menghujat, tapi itu bentuk ekspresi terhadap keterkejutan saya dengan apa yang saya baca...
Dan yang membuat saya geleng2 kepala sambil bergumam "edan", adalah melihat angka yang saya dapati di monitor saya...

jadi singkatnya seperti ini:
Jika 3 ekor kuda itu dihibahkan ke RZI (Rumah Zakat Indonesia) dan kemudian dijual dengan asumsi tadi (3 M per ekor). Maka hasil pernjualannya itu bisa digunakan untuk membantu biaya persalinan gratis Ibu2 kurang mampu sebanyak 11.250 orang (biaya per satu kali persalinan sebesar 800 ribu) dan itu setara dengan 5 tahun pencapaian kami dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Karena rata2 total pelayanan dari seluruh Rumah Bersalin Gratis yang kami miliki per tahunnya hanya mampu diangka 2.000-2.500 orang Ibu melahirkan...
Dan jika itu dilakukan oleh Prabowo, maka setidaknya bisa ikut berusaha membantu menyelamatkan 11.250 orang Ibu dari keluarga kurang mampu...atau ketika uangnya dihibahkan ke Rumah Dunia, maka bisa memberikan manfaat yang jauh lebih besar pula demi kemajuan generasi bangsa ini..
Ceckkk..cekkk

Semoga kita semua semakin bijak dalam membelanjakkan rizki yang kita miliki dan seluruh rizki kita memberi manfaat bagi kita untuk bekal di "yaumul akhir" kelak. Amin

Regards,

Budi Santoso

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Udo Yamin Majdi <ibnu_majdi@...> wrote:
>
> KUDA PRABOWO DAN RUMAH DUNIA
> Oleh: Udo Yamin Majdi
>
> Hari
> ini (Rabu, 20 Mei 2009) Kompas.com memberitakan bahwa cawapres Prabowo

3b.

Re: Kuda Prabowo & Rumah Dunia

Posted by: "WORD SMART CENTER" wordsmartcenter@yahoo.com   wordsmartcenter

Fri May 22, 2009 10:36 am (PDT)



hehe makasih kang, atas sheringnya
kalau akang membayangkan uang 3M untuk biaya melahirkan
kalau udo membayangkan kalau itu dibelikan "popok" untuk tiga anak kami
sebanyak apa ya?

dari yg beli popok aja susah
apa lagi beli kuda makan rumput emas?
hehehe

kang gimana kabar antum?

=======================================

WORD SMART CENTER adalah sebuah komunitas --online, offline, dan onair-- tempat belajar mengasah kecerdasan dalam berbahasa  baik berbicara, mendengar, membaca, dan menulis dan bercita-cita membangun Indonesia Cerdas; Indonesia Mandiri; dan Indonesia Kreatif.

Bagi siapa saja berminat belajar mengasah kecerdasan berbahasa dan menjadi bagian dari pecinta buku, silahkan bergabung di milis wordsmartcenter@yahoogroups.com, atau kirim e-mail ke wordsmartcenter@yahoo.com, nanti kami invite.

--- On Fri, 5/22/09, magnifico_99 <magnifico_99@yahoo.co.id> wrote:

From: magnifico_99 <magnifico_99@yahoo.co.id>
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Kuda Prabowo & Rumah Dunia
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Friday, May 22, 2009, 12:59 PM

Tadi pagi saya juga menuliskan artikel dengan tema dan sumber kutipan yang sama pula yaitu Kompas [dot]com, yang saya poting di web internal kantor.

sambil ketawa2 geli sesekali saya bergumam "edan"...

Saya tidak bermaksud menghujat, tapi itu bentuk ekspresi terhadap keterkejutan saya dengan apa yang saya baca...

Dan yang membuat saya geleng2 kepala sambil bergumam "edan", adalah melihat angka yang saya dapati di monitor saya...

jadi singkatnya seperti ini:

Jika 3 ekor kuda itu dihibahkan ke RZI (Rumah Zakat Indonesia) dan kemudian dijual dengan asumsi tadi (3 M per ekor). Maka hasil pernjualannya itu bisa digunakan untuk membantu biaya persalinan gratis Ibu2 kurang mampu sebanyak 11.250 orang (biaya per satu kali persalinan sebesar 800 ribu) dan itu setara dengan 5 tahun pencapaian kami dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Karena rata2 total pelayanan dari seluruh Rumah Bersalin Gratis yang kami miliki per tahunnya hanya mampu diangka 2.000-2.500 orang Ibu melahirkan.. .

Dan jika itu dilakukan oleh Prabowo, maka setidaknya bisa ikut berusaha membantu menyelamatkan 11.250 orang Ibu dari keluarga kurang mampu...atau ketika uangnya dihibahkan ke Rumah Dunia, maka bisa memberikan manfaat yang jauh lebih besar pula demi kemajuan generasi bangsa ini..

Ceckkk..cekkk

Semoga kita semua semakin bijak dalam membelanjakkan rizki yang kita miliki dan seluruh rizki kita memberi manfaat bagi kita untuk bekal di "yaumul akhir" kelak. Amin

Regards,

Budi Santoso

--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Udo Yamin Majdi <ibnu_majdi@ ...> wrote:

>

> KUDA PRABOWO DAN RUMAH DUNIA

> Oleh: Udo Yamin Majdi

>

> Hari

> ini (Rabu, 20 Mei 2009) Kompas.com memberitakan bahwa cawapres Prabowo











4.

UKKIN, Bocah Tanpa Anus

Posted by: "MIFTAH ROHMAN" miftah_madiun@yahoo.co.id   miftah_madiun

Fri May 22, 2009 10:36 am (PDT)





UKKIN BOCAH TANPA ANUS

 

 

Enam belas tahun yang lalu
lahirlah seorang bayi laki-laki di sebuah rumah yang sangat sederhana dengan
bantuan seorang diukun bayi. Putra kesebelas dari dua belas besaudara, putra pasangan
pak Suharto dan B.Bibit sekilas lahir tanpa kelainan. Namun empat jam setelah
proses persalinan baru diketahui bahwa sang bayi lahir tanpa anus.

 

Betapa sedih perasaan beliau
berdua melihat kondisi putranyaseperti itu. Akhirnya sang bayi dibawa ke Rumah
sakit Umum dr.Soedono untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Akhirnya Ukkin
kecil dioperasi, dibikinkan anus buatan dibagian perutnya.

 

Diperut itulah kotoran Ukkin
ditampung disebuah kantong plastik, jika kantong tersebut penuh harus diganti
dengan kantong baru. Kondisi ini hanya bisa bertahan saat Ukkin berusia tiga
tahun. Kotoran Ukkin yang seharusnya lewat anus buatan tersebut sering keluar
melalui mulutnya.

 

Kondisi tersebut akhirnya
memaksa Dokter RSU dr.Soedono untuk melakukan tindakan operasi lagi saat Ukkin
berusia tiga tahun. Anus buatan di perut Ukkin ditutup dengan jaringan kulit
yang diambilkan dari kulit ibunya, dan dibikinkan anus laigi di duburnya.

 

Kehidupan keluarga Ukkin yang
jauh dari cukup, menjadikan derita keluarga ini bertambah bebannya karena harus
mengobatkan sang buah hati. Pak Suharto yang bekerja sebagai tukang becak dan
Bu Bibit sebagai pembantu rumah tangga pocokan, tentu saja tidak cukup untuk
menghidupi keluarganya.

 

Keluarga ini akhirnya mengurus
keterangan tidak mampu pada saat pengobatan Ukkin tidak ada beban biaya. Saat
Ukkin kelas empat mendapat bantuan dari Walikota untuk dipasang cincin di
dubur, sehingga biaya pemasangannya gratis.

 

Dunia bermain juga tidak bisa
lepas dari kehidupan Ukkin, dia juga bergaul dan bermain engan anak-anak
seusianya. Ejekan dan kata-kata menyakitkan sering dia terima dari tetangga
maupun teman-teman sepermainannya. Kotoran yang terus keluar dari anus buatan
sering menimbulkan bau meskipun dia sudah berganti celana beberapa kali.

 

Saat sekolah dia selalu
menggunakan pempers dengan tujuan membendung keluarnya kotoran hingga tembus ke
celana. Kondisi inilah yang dia tidak tahan bersekolah sampai jenjang SMP
lingkungan sekolah yang tidak bersahabat membuatnya minder dan malu. Saat kelas
satu SMP Ukkin memutuskan keluar dari sekolah dan menekuni sebuah usaha.

 

Keinginannya untuk mandiri dan
tidak bergantung terus kepada kedua orang tuanya yang usianya juga semakin tua
ditujukan dengan bekerja yang tidak mengeluarkan tenaga besar.

 

Keadaan fisik yang tidak
normal membuat dirinya tidak bisa bekerja berat. Kotoran keluar terus setiap
saat dari dubur buatan tersebut setiap hari dia harus ganti celana lebih dari
sepuluh kali untuk menguarangi bau yang menyengat.

 

Kegiatannya sekarang ini
berdagang burung, ayam maupun mainan anak-anak. Dia bercita-cita jika punya
modal ingin buka warung, agar bisa menghidupi dirinya sendiri jika nanti orang
tuanya telah tiada, apalgi saudara-saudaranya tidak ada yang peduli dengan
dirinya.

 

Meskipun saat ini
penghasilannya masih sedikit, namun yang terpenting baginya dia sudah berusaha
dan belajar untuk mandiri. Bagi saya yang penting hasil yang saya dapatkan dari
kerja yang halal.

 

Setiap bulan sekali Ukkin
dengan diantar orang tuanya kontro ke RSU dr.Soetomo Surabaya, untuk
mendapatkan pengobatan rutin. Terkadang kedua orang tuanya harus hutang dulu
untuk biaya perjalanan dan berobat ke Surabaya

 

"Entah sampai kapan saya harus
menjalaninya, saya hanya bisa pasrah",Begitulah ungkapan perasaan Ukkin yang
disampaikan kepada LMI. Semoga tulisan ini bisa membuka hati para dermawan
untuk membantu Ukkin mewujudkan cita-citanya bisa hidup mandiri, atau
mengupayakan kesembuhan dan jika mungkin kembali ke sekolah setelah sembuh
nanti.

 

Foto-foto UKKIN bisa dilihat
di http://lmimadiun.blogspot.com/2009/02/foto-foto-santunan-kesehatan.html

 

 

Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
5.

[Catcil] Mungkin Mereka Tidak Sakit

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Fri May 22, 2009 10:44 am (PDT)



Saya tertarik bernostalgia dengan cerita yang dulu sewaktu kecil pernah saya
baca dan kadang guru Agama atau guru ngaji sering menceritakannya. Kisah
yang penuh makna dari sosok Nabi Ayub AS, simbol kesabaran manusia yang
hidup di Dunia.

"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

Sesuatu yang tidak diinginkan oleh manusia mana pun di dunia, diuji dengan 3
bentuk yang mungkin saja karenanya manusia menjadi lupa. Segitiga
penderitaan yang dapat menggunjang jiwa manusia, yaitu: kekayaan, sakit,
dan kesendirian.

Nabi Ayub AS yang mulanya memiliki harta yang melimpah, anak-anak, dan
seorang istri yang setia diuji kesabaran dengan mengambil satu persatu
nikmat itu untuk menaikan derajat beliau. Kisah Nabi Ayub AS mengajarkan
sebuah arti kepemilikan yang sebenarnya. Memasrahkan semua nikmat yang ia
dapat dengan mempercantik makna kehilangan tersebut dengan kesabaran.

"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya
itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan
keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai
suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)

Adakah kita belajar mengenai keluhan? Saat Nabi Ayub AS kehilangan harta,
anak-anak yang telah mendahuluinya, terkena penyakit yang begitu dasyatnya,
dan istri yang akhirnya meninggalkan beliau sendirian.

Nabi Ayub AS memang sudah lama tiada, tidak hidup di zaman sekarang yang
serba ada, tapi bukan satu alasan untuk tidak belajar dari kisah lainnya
dengan buah kesabaran yang diajarkan mereka.

Seorang teman bercerita tentang sosok seorang Alin (almarhumah) lewat
blognya. saya mencoba belajar untuk mendefiniskan keluhan, yang mungkin saja
menghancurkan puing-puing perjuangan dan keletihan yang kita bangun sendiri.

----------------------------------------------------------

*�Aku ingin hidup lama. Terlalu serakahkah aku jika berharap untuk hidup?
Jika memang harus mati cepat, aku sangat ingin jadi rumput di surga nanti.
Bisa tidak ya? Aku tidak mungkin jadi bidadari. Aku hanya ingin menjadi
rumput saja.� (Lin, 25 Desember 2006)*

* *

*****

* *

* *

*SAYA* pertama kali mengenal sosoknya di tahun 2003 silam. Seorang gadis *
chinese*. Lin atau Alin, saya lebih suka memanggilnya demikian saat
menyapanya. Nama lengkapnya Yoanita Afrianty Lin Che Ying. Dia
mendeskripsikan arti namanya itu lewat sebuah pesan singkat di bawah ini.

*�Dari dulu aku tahu kalau arti namaku ada hubungannya dengan cinta. Tapi
aku baru tahu kalau artinya ternyata �Tuhan adalah Cinta�. Asal namaku dari
bahasa Yunani. Papa ingin aku selalu menebarkan cinta kasih di manapun aku
berada.� (Lin, 29 Januari 2006)*

* *

Lin adalah salah seorang sahabat terbaik yang pernah saya miliki. Kami hanya
beberapa kali sempat berjumpa di Yogyakarta, tetapi kami lebih sering
berkomunikasi via sms dan email.

Sore itu, 6 Nopember 2007, tepat pukul 16:19 WIB. Ponsel saya berdering.
Dari seorang sahabat akrab. �Apa benar Lin telah wafat seminggu yang lalu
setelah operasi?� Ia bertanya, atau lebih tepatnya meminta klarifikasi.

Saya terdiam cukup lama setelah mendengar pertanyaan itu. Hampir dua minggu
sebelumnya, Lin masih mengirim sebuah sms pada saya. Sebuah sms yang isinya
terasa janggal. Saya baru menyadarinya setelah membaca kembali sms
terakhirnya itu.

*�U. Setta, aku pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik. Berjanjilah untuk
selalu bahagia. Maafkan aku. Terima kasih atas semuanya. Hik-hik-hik, aku
pergi. Assalamu �alaikum wr. wb.� (Lin, 26 Oktober 2007)*

* *

Ucapan salam dalam pesan singkat itu terletak di akhir. Seperti orang yang
sedang berpamitan.

Dan, setelah konfirmasi ke salah seorang anggota keluarganya, benar Lin
telah kembali ke haribaan-Nya beberapa waktu sebelumnya. Sebelum naik ke
meja operasi akibat komplikasi beberapa penyakit yang sudah lama
dideritanya: kanker otak, kanker darah, TBC usus, dan beberapa penyakit
lainnya.

*Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji�uun**. *Semoga kembali ke sisi-Nya
adalah yang terbaik untukmu, Sahabat.

***

Lin, mengenangmu kembali adalah belajar tentang keceriaan menikmati hidup
dalam belitan penyakit, belajar tentang semangat hidup, belajar tentang
cinta dan empati pada sesama, belajar tentang indahnya persahabatan, juga
belajar tentang pemaknaan atas keagungan-Nya.

*�Aku kena TBC usus. Keren ya namanya? Hehehe, tapi kok gak sengetop aku ya?
Perlu dianalisa nih! Oya, aku turun 7 kg! Pantas kalau jalan seperti
melayang-layang. But don�t worry! I�m gonna be OK! Sure! Insya Allah! Coz I
know God with me.� (Lin, 26 Agustus 2005)*

* *

*�Alhamdulillah, aku lagi sakit parah. Mungkin harus dioperasi lagi yang
kedua. Amandel. Sudah beberapa hari tidak bisa ngomong dan makan/minum.
Kekebalan tubuhku sangat jelek. Aku kan lahir prematur, sudah bagus bisa
hidup seperti bayi lain. Tapi aku lelah sakit terus.� (Lin, 30 Nopember
2005)*

* *

*�Hidup ini memang penuh perjuangan. Dunia ini bukan untuk seorang pengecut,
tetapi untuk mereka yang tak pernah lelah dan berani berjuang menjalani
hidup. Manusia lahir dengan masalahnya sendiri. Bahkan bayi pun dituntut
untuk berjuang menyampaikan rasa laparnya. Setiap orang diberi ujian yang
berbeda. Karenanya, Tuhan, aku berjanji akan selalu berjuang.� (Lin, 31
Desember 2006)*

* *

�Bagaimana aku makan? Membayangkan saudara-saudaraku di pengungsian; banjir,
letusan merapi dan warga Palestina yang kena embargo. Mereka sudah makan
belum ya? Aku merasa seperti penjahat, di sini makan tapi mereka belum
makan.� (Lin, 7 Mei 2006)

*�A tree is known by its fruit, a man by his deed.* *A good deed is never
lost, he who saws courtesy, reaps friendship; and he who plants kindness,
gathers love.� (Lin, 28 Pebruari 2007)*

* *

*�I breathed a song into the air.* *It fell to earth I knew not where* *and
the song from the beginning to end. I found again in the heart of a friend.�
(Lin, 2 Maret 2007) *

* *

*�Hiasilah mimpimu dengan tetesan air sembahyang. Lelapkan matamu dengan
alunan dzikrullah.** **Selimutkan dirimu dengan kalimat syahadat.** **Alaskan
tidurmu dengan doa.�* (Lin, 21 Maret 2007)

�Allah lebih canggih dari video pengintai ya? Subhanallah banget deh. Tapi
sebel, lagi ngapa-ngapain aja perasaan selalu dilihatin Tuhan. Aku kan jadi
malu. Grogi. Gak PD. Aduuuh!!� (Lin, 21 Mei 2006)

Kami, sahabat-sahabatmu, akan mengenangmu sebagai sosok yang selayaknya kami
kenang. Kesungguhanmu membaca tujuh juz Al-Qur�an dalam semalam di malam
i�tikaf Ramadhan terakhirmu akan kami coba ikuti, Lin.

Selamat datang di haribaan-Nya. Selamat berjumpa dengan kekasih sejatimu.
Kami yakin, itu tempat yang layak untukmu. Bahkan tidak sekadar menjadi
rumput di sisi-Nya. *Semoga. *

* *

***

16 April 2oo9 o3:56 p.m.

www.setta81.multiply.com

----------------------------------------------------------

Dari zaman kenabian dengan belajar banyak kesabaran dari sosok Nabi Ayub AS
sampai cerita �zaman sekarang� tentang seorang almarhumah Alin, membuat saya
kadang merenung. Mungkin saja sebenarnya mereka tidak pernah sakit, karena
dari mulut dan hatinya, kesakitan yang mereka alami berbuah manis rasa
syukur pada Ilahi, dalam bentuk dzikir lisan dan hati.

Dan semoga mereka kembali dengan sayap-sayap kesabaran yang mempertemukan
mereka di syurga kelak.

Kadang, ujian sedikit membuat begitu banyak keluhan yang terucap. Hati ini
bertanya, akankah kita berkumpul dengan mereka di syurga kelak?

*sebuah renungan, terima kasih juga untuk Setta.
Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: