Minggu, 24 Mei 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2646

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (6 Messages)

Messages

1a.

[catcil] Perpisahan di Sebuah Senja

Posted by: "febty febriani" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Sat May 23, 2009 4:58 am (PDT)





Perpisahan di Sebuah Senja
Febty Febriani

Selama
ini ku mencari-cari
teman
yang sejati
buat
menemani perjuangan suci

Bersyukur
kini pada-Mu Illahi
Teman
yang dicari selama ini telah kutemui

Dengannya
di sisi, perjuangan ini
tenang
diharungi bertambah murni kasih Illahi
...

Penggalan lirik di atas adalah penggalan dari lagu Brothers, cukup
terkenal beberapa tahun yang lalu. Tentang pencarian sesuatu yang
bernama teman sejati. Cukup mewakili sebuah perasaanku, tentang arti
seorang teman, yang mengingatkan untuk selalu berusaha yang terbaik
dari setiap usaha. Bahwa, mungkin, mesti ada riak dari setiap
perjalanan. Tapi, ada Allah yang menggenggam setiap urusan
makhluk-Nya. Dan tidak ada kata tidak mungkin dalam kamus Sang
Khalik. Itulah yang kurasakan saat menemukan komunitas cinta itu,
ketika kakiku hampir sekitar tiga bulan menginjakkan kaki di negeri
sakura.

Jauh
dari keluarga dan berteman dengan kesendirian, membuat sebuah
kebutuhan dalam relung hati: bahwa pertemuan cinta itu mesti
dihadiri, sekedar menjadi pemantik semangat untuk kembali menjalani
rutinitas dua minggu kedepan. Dan kemudian berjalanlah semuanya
sebagaimana mestinya.

Walau
kadang ada lelah menempuh jarak untuk menghadiri pertemuan cinta itu.
Walau kadang menjadikan kereta sebagai tempat tidur selama selama
perjalanan panjang itu, sekedar untuk memupus lelah dan tetap bisa
beraktivitias setelah sampai di rumah. Walau kadang ada tanya di hati
saat sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Walau kadang ada
pertanyaan-pertanyaan mengapa berseliwerandi dalam ruang otak. Walau kadang ada ketidakpuasan atas nama
kesepakatan. Tapi, pertemuan cinta tetaplah memberikan hal terindah:
belajar tentang arti hidup dan kehidupan, berguru kepada mereka yang
sudah layak menyandang sebagai predikat pemenang dari sebuah kata
bernama aral dan rintangan.

***
Kepada-Mu
Allah, kupanjatkan doa
Agar
berkekalan kasih sayang kita

Kepada-Mu
teman, teruskan perjuangan,
pengorbanan
dan kesetiaan
Telah
kuungkapkan segala-galanya

Kepadamu
Allah, kumohon restu-Mu
Agar
kita kekal bersatu
....

Tidak
pernah menduga, pertemuan-pertemuan cinta setiap dua pekanan itu,
akan berakhir di sebuah senja, dengan iringan sebuah lagu yang penuh
cinta yang terucap dari hati yang paling dalam, di antara aku dan
teman-teman. Juga tak luput ada buliran-buliran bening di kedua
pelupuk mataku. Ah, mengapa kata perpisahan selalu berkawan dengan
kesedihan?

Perpisahan
itu pintu gerbang untuk menuju pertemuan-pertemuan selanjutnya. Itu
adalah ujar seorang mbak, seseorang yang kami hormati untuk semua
ketegasannya pada sikap kanak-kanak kami. Bagiku, perpisahan tetaplah
sebuah akhir dari sebuah pertemuan indah, yang kadang diakhiri dengan
buliran-buliran air mata yang menggenang di kedua pelupuk mata.
Walaupun, memang, ada pintu pertemuan-pertemuan lain yang akan
terbuka. Tapi, sebuah perpisahan tetaplah menyiratkan sedih dan duka.
Kalau ingin memilih, hendak berada di komunitas cinta itu, hingga
suatu saat nanti, kaki melangkah pergi dari negeri sakura ini, untuk
kembali ke tanah air.

Tapi,
selalu ada yang terbaik dan yang kita anggap menjadi yang terbaik.
Itu yang kembali dipesankan oleh beliau. Dan ketika sebuah keputusan
diambil, selalu mempertimbangkan kondisi masa lalu, sekarang, dan
masa yang akan datang. Materi terakhir di komunitas cinta itu begitu
membekas. Ingin bertanya lebih jauh: mungkinkah ini yang menjadi yang
terbaik? Tapi, aku tahu pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan yang
dilandasi sebuah emosi, bukan atas pemikiran yang logis. Dan,
akhirnya hatipun membenarkan ucapan mendamaikan hati di akhir
pertemuan terakhir komunitas cinta itu: InsyaAllah masih bisa bertemu
dalam pertemuan-pertemuan yang lain. Ah, semoga demikian adanya.

***
Kepadamu
teman, teruskan perjuangan
pengorbanan
dan kesetiaan
Telah
kuungkapkan segala-galanya

Itulah
tanda kejujuran kita a...a...a...
Kumencari-cari
teman yang sejati
Buat
menemani perjuangan suci o...o...a...a...

Lirik lagu Brothers telah berakhir disenandungkan, tapi
buliran-buliran bening masih menggenang di pelupuk mataku. Juga saat
kata-kata terakhir untuk komunitas itu mesti diucapkan oleh setiap
orang. Ah, aku ingin berujar dalam kata-kata yang panjang ketika
giliranku mengucapkan sepatah dua kata tiba saat senja itu, tapi
sedih itu benar-benar menggelayut. Dan akhirnya hanya maaf dan terima
kasih yang menjadi kata penutup. Kata maaf yang mewakili untuk semua
tindakan dan ucapan yang mungkin telah meninggalkan guratan luka
dalam relung hati teman-teman tercintaku dan kata terima kasih untuk
begitu banyak pelajaran hidup yang telah terurai dalam rangkaian
perjalanan hampir lima bulan di komunitas cinta itu.

Semoga Engkau tetap menautkan hati-hati kami dalam naungan kasih
sayang dan cinta-Mu, Rabbi, meski mungkin ada jarak yang terbentang
antara kami. Dan semoga Engkau tetap menggenggam hati kami tetap
dalam naungan keridhoan-Mu, Allah, untuk tetap berjalan dalam
barisan-Mu hingga suatu saat Engkau mempersatukan kami dalam rumah
abadi-Mu. Malam ini kupanjatkan doa itu, melalui untaian-untaian
kata dalam tulisan ini, untuk semua teman-teman tercinta dalam
komunitas cinta itu.

@Spring, May 2009
~ http://ingafety.wordpress.com ~

1b.

Re: [catcil] Perpisahan di Sebuah Senja

Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Sun May 24, 2009 12:48 am (PDT)



Wah, inga. Membaca tulisanmu
mengingatkan saya pada perpisahan2
kecil saya ketika harus melakoni long
distance love dengan endah :). Saat itu,
setiap senin subuh saya herus kembali
ke jakarta untuk kembali bekerja, sementara
endah harus tetap di bandung. Meski hanya
terpisahkan jarak yang tidak seberapa
tetap saja ada ngilu ketika harus berpisah.

Sabar ya inga, sampai nanti selesai studynya
semuanya pasti akan terasa lebih indah. *tsaaaaaaah..*

Hehehe

Dani Ardiansyah
www.sekolah-kehidupan.com
www.catatankecil.multiply.com

2a.

Re: Mengenang Eva {korban hercules c-130]

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Sat May 23, 2009 6:31 am (PDT)



ketinggalan berita tentang kecelakaan hercules. benar-benar speechless membacanya, makasih mas beni sudha berbagi.

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "novi_ningsih" <novi_ningsih@...> wrote:
>
> speechless
>
> moga Eva diterima di sisi-Nya dan ada yang meneruskan cita-cita-Nya..
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ":: Beni Jusuf ::" <benijusuf@> wrote:
> >
> > Tulisan ini untuk mengenang Eva Yuliandari, Calon Guru di Wamena, salah
> > satu korban kecelakaan hercules C-130
> > diambil dari:
> > http://lorongcahaya.multiply.com/journal/item/32/Mengenang_Eva_Korban_Hercules_C_-_130
> >
> > Mengenang Eva
> > Oleh Beni Jusuf *)
> >
> > “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> > Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> > tanganku.
> > *****
> >
> > Namanya Eva, lengkapnya Eva Yuliandari.
> > Aku mengenalnya sekitar 3 bulan silam. Lewat kolega yang menjadi
> > petinggi di salah satu Advertising Agency di Jakarta yang lagi mencari
> > seorang Gost Writer untuk buku pengalamannya selama di Papua. Aku tak
> > seketika menyanggupi karena sedang mempersiapkan buku seorang tokoh
> > politik dan beberapa makalah yang mendekati tenggat.
> >
> > Namun aku berjanji untuk meluangkan waktu membimbingnya untuk menulis
> > buku. Aku terkesan dengan ceritanya. Di mataku dia sosok yang unik,
> > Seorang gadis yang mau mengajar di pedalaman Papua. Tepatnya di Walesi,
> > Wamena. Suatu daerah yang kondisinya jauh dari sentuhan modernitas
> > {kalau ukurannya adalah pembangunan infrastruktur]
> >
> > Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu,
> > mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua,
> > dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena
> > persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar
> > sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.
> >
> > Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak
> > mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan
> > Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi
> > pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas
> > yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka
> > Merah Putih sedang berkibar!.
> >
> > Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya
> > untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya
> > bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan
> > kaki.
> >
> > Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi
> > beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah
> > pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling
> > menghormati antar sesama.
> > ******
> >
> > Berawal dari peluang Kuliah Kerja Nyata di semester akhir pada masa
> > kuliah di Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta tahun
> > 2007. Dia iseng mendaftarkan diri ke Papua. Meski ibunya mencemaskan
> > pilihannya. Namun akhirnya luluh karena niat Eva yang sangat besar.
> >
> > Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat
> > ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada
> > seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena
> > memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu
> > persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak
> > mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang
> > memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
> >
> > Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas
> > Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada
> > Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva
> > mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski
> > permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga
> > karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat
> > dibutuhkan.
> >
> > Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu
> > memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap
> > hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu
> > perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan
> > impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah
> > bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di
> > benaknya.
> >
> > Dan Senin lalu, menjelang sore, kami bertemu di bilangan Kuningan. Dia
> > mampir untuk melihat draft buku kisah waktu di Papua yang sedang saya
> > tulis. Dia nampak antusias melihat rancangan buku yang sebentar lagi
> > selesai, meski hingga kini saya belum terpikir untuk mengirimkan ke
> > penerbit mana nantinya.
> >
> > Senin lalu itu....
> > Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia. Dirinya lolos sebagai salah satu
> > calon pegawai negeri sipil {CPNS]. Itu membuat bahagia. Karena
> > menurutnya, tinggal sejengkal lagi, impiannya untuk kembali ke Papua
> > akan terwujud. Melebihi kebanggaannya saat terpilih menjadi Pemudi
> > Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi pada tahun 2007.
> >
> > Dan 2 hari setelah senin itu....
> > Tepatnya Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa
> > Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules
> > TNI Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. Dan salah satu penumpang
> > meninggal adalah Eva. Padahal dia akan berbagi berita gembira bahwa dia
> > akan kembali ke Papua sebagai pendidik. Eva dengan sekarung buku-buku
> > pelajaran, alat tulis dan peraga pendidikan serta pakaian sekolah,
> > merupakan sumbangan para donatur di Jakarta yang sedianya dibagikan
> > untuk pendidikan di Bumi Cenderawasih urung sampai.
> >
> > Innalillahi wainailahi rojiun, semua yang berasal dari Allah, akan jua
> > kembali ke hadiratNya.
> > Eva Yuliandari kini telah pergi.
> > Eva telah tiada.
> > Pasti anak-anak Sekolah Dasar di Walesi, Wamena akan merasa sukar untuk
> > bisa berdamai dengan kenyataan yang menyedihkan ini.
> >
> > Eva Yuliandari memang telah berpulang.
> > Namun dia akan selalu dikenang.
> > Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil
> > perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang
> > semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan.
> > Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
> > ******
> >
> > Perasaanku sedang gulana. Rasa sesak dan perih kehilangan sahabat
> > membaur. Meski aku tahu bahwa sahabat akan datang dan pergi dalam hidup.
> > Namun kehilangan sahabat sedemikian cepat membuatku seolah tak kuasa
> > mempercayai sebagai sebuah keniscayaan. Pada akhirnya hanya berujung
> > pada kesadaran bahwa tiada yang kenal di alam fana.
> >
> > “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> > Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> > tanganku waktu pamit pulang menjelang sore. Seolah isyarat kata
> > terakhir. Untuk Pulang. Kembali ke Haribaan Allah Yang Maha Esa. Pulang
> > menjemput keabadian
> > Selamat jalan Eva.
> > Eva Yuliandari
> > *****
> >
> > *) Penulis bekerja di sebuah kanal televisi berbayar di Jakarta, dan
> > juga seorang Gost Writer sejumlah public figure di Jakarta.
> >
> >
> > Biodata Eva Yuliandari:
> > Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
> > Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas
> > Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma
> > Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3
> > Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4
> > Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
> > Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun
> > sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar
> > Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2
> > tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela
> > SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar
> > masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
> > Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu
> > melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
> > Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di
> > Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur
> > setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena
> > terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan
> > mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar
> > Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua
> >
>

2b.

Re: Mengenang Eva {korban hercules c-130]

Posted by: "mbakyun38" mbakyun38@yahoo.co.id   mbakyun38

Sat May 23, 2009 8:33 pm (PDT)



membaca cerita "EVA" rasanya air mata ini ingin terus mengalir, kita benar-benar kehilangan sosok yang dengan segenap jiwa raganya mau berkorban untuk kemajuan bangsa kita tercinta. yang kita tahu saat ini susah mencari orang yang benar-benar tulus dan ikhlas untuk memajukan pendidikan di daerah terpencil seperti papua, yang tanpa pamrih...saya kebetulan saat ini juga tinggal di papua (tepatnya di jayapura) rasanya juga prihatin dengan keadaan propinsi yang terletak di paling ujung ini. banyaknya suku-suku pendatang bukannya ikut memajukan masyarakatnya, tetapi sepertinya malah menambah kotor, berbagai profokasi juga digencarkan, akhirnya banyak terjadi kerusuhan yang kita sendiri tidak tahu apa dan bagaimana penyebabnya. saya harapkan dengan membaca kisah "EVA" akan banyak bermunculan eva-eva baru yang sanggup mendarmabaktikan dirinya dengan ikhlas dan sukarela demi kemajuan bangsa kita tercinta ini, sungguh Papua sangat memerlukan bantuan dan uluran tangan kita, mari kita peduli terhadap sesama...
salam
yuni
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "inga_fety" <inga_fety@...> wrote:
>
> ketinggalan berita tentang kecelakaan hercules. benar-benar speechless membacanya, makasih mas beni sudha berbagi.
>
>
> salam,
> febty
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "novi_ningsih" <novi_ningsih@> wrote:
> >
> > speechless
> >
> > moga Eva diterima di sisi-Nya dan ada yang meneruskan cita-cita-Nya..
> >
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, ":: Beni Jusuf ::" <benijusuf@> wrote:
> > >
> > > Tulisan ini untuk mengenang Eva Yuliandari, Calon Guru di Wamena, salah
> > > satu korban kecelakaan hercules C-130
> > > diambil dari:
> > > http://lorongcahaya.multiply.com/journal/item/32/Mengenang_Eva_Korban_Hercules_C_-_130
> > >
> > > Mengenang Eva
> > > Oleh Beni Jusuf *)
> > >
> > > “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> > > Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> > > tanganku.
> > > *****
> > >
> > > Namanya Eva, lengkapnya Eva Yuliandari.
> > > Aku mengenalnya sekitar 3 bulan silam. Lewat kolega yang menjadi
> > > petinggi di salah satu Advertising Agency di Jakarta yang lagi mencari
> > > seorang Gost Writer untuk buku pengalamannya selama di Papua. Aku tak
> > > seketika menyanggupi karena sedang mempersiapkan buku seorang tokoh
> > > politik dan beberapa makalah yang mendekati tenggat.
> > >
> > > Namun aku berjanji untuk meluangkan waktu membimbingnya untuk menulis
> > > buku. Aku terkesan dengan ceritanya. Di mataku dia sosok yang unik,
> > > Seorang gadis yang mau mengajar di pedalaman Papua. Tepatnya di Walesi,
> > > Wamena. Suatu daerah yang kondisinya jauh dari sentuhan modernitas
> > > {kalau ukurannya adalah pembangunan infrastruktur]
> > >
> > > Banyak cerita yang mengalir dari penuturan Eva. Baik cerita lucu,
> > > mengharukan maupun yang menyedihkan. Misalnya baru 2 hari tiba di Papua,
> > > dia harus kena gampar istri guru setempat yang terbakar cemburu karena
> > > persoalan sepele: suaminya mengantar Eva untuk keliling sekitar
> > > sekolahan yang akan menampung Eva sebagai guru relawan.
> > >
> > > Ada juga kisah mengharukan ketika dia mendapati murid-muridnya tak
> > > mengenali bahwa merah putih adalah bendera kebangsaan. Padahal perayaan
> > > Agustusan kian mendekat. Dan karena tak ada bendera, Eva harus menjadi
> > > pelukis tiban, menggambar sebuah bendera merah putih pada sebuah kertas
> > > yang lantas ditempel pada ranting pohon untuk menggambarkan Sang Saka
> > > Merah Putih sedang berkibar!.
> > >
> > > Eva juga pernah dibuat gempor gara-gara berjalan selama 4 jam. Hanya
> > > untuk memenuhi ajakan berkunjung ke rumah muridnya. Padahal muridnya
> > > bilang bahwa rumahnya dekat, terletak dibalik bukit dan cukup jalan
> > > kaki.
> > >
> > > Sebagai muslimah, Eva juga harus mengajarkan bagaimana toleransi
> > > beragama sekaligus merasakan bagaimana menjadi minoritas. Sebuah
> > > pengalaman reliji yang membutuhkan kesabaran dan pengertian untuk saling
> > > menghormati antar sesama.
> > > ******
> > >
> > > Berawal dari peluang Kuliah Kerja Nyata di semester akhir pada masa
> > > kuliah di Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Jakarta tahun
> > > 2007. Dia iseng mendaftarkan diri ke Papua. Meski ibunya mencemaskan
> > > pilihannya. Namun akhirnya luluh karena niat Eva yang sangat besar.
> > >
> > > Dan di Papua, Eva mengalami pencerahan batin. Hatinya trenyuh melihat
> > > ketimpangan pendidikan sedemikian jauh. Minim fasilitas, bahkan ada
> > > seorang guru yang harus mengajar kelas satu sampai kelas lima. Karena
> > > memang satu-satunya guru yang dimiliki sekolah tersebut. Setelah satu
> > > persatu guru mengundurkan diri dan kembali ke daerah asalnya karena tak
> > > mampu bertahan di daerah terpencil. Kondisi pendidikan yang
> > > memprihatinkan membulatkan keinginan Eva untuk kembali ke Papua.
> > >
> > > Tanpa sepengetahuan Eva, ternyata Bupati Jayawijaya waktu itu, Nicolas
> > > Jigibalom, yang melihat tekad Eva langsung melayangkan surat kepada
> > > Depdiknas agar menjadikan PNS dengan penempatan di Papua. Belakangan Eva
> > > mendengar cerita itu dari salah satu pejabat di pemda Jayawijaya. Meski
> > > permohonan Bupati tak berbuah sebagai kenyataan, Eva merasa berbangga
> > > karena pengabdian singkatnya selama KKN ternyata memang sangat
> > > dibutuhkan.
> > >
> > > Menjadi guru di SMKN 40 Jakarta selepas kuliah ternyata tak mampu
> > > memutus ikatan batin Eva dengan Papua. Seolah ada bisikan hati yang tiap
> > > hari memanggilnya untuk kembali ke Papua. Dan dia tidak bisa menipu
> > > perasaannya sendiri. Bahwa dorongan kembali ke Papua itu mengalahkan
> > > impian untuk hidup lebih mudah sebagai guru di Tanah Jawa. Papua seolah
> > > bukanlah sebuah kata, namun mantra yang yang selalu bergaung di
> > > benaknya.
> > >
> > > Dan Senin lalu, menjelang sore, kami bertemu di bilangan Kuningan. Dia
> > > mampir untuk melihat draft buku kisah waktu di Papua yang sedang saya
> > > tulis. Dia nampak antusias melihat rancangan buku yang sebentar lagi
> > > selesai, meski hingga kini saya belum terpikir untuk mengirimkan ke
> > > penerbit mana nantinya.
> > >
> > > Senin lalu itu....
> > > Dia juga mengungkapkan sebuah rahasia. Dirinya lolos sebagai salah satu
> > > calon pegawai negeri sipil {CPNS]. Itu membuat bahagia. Karena
> > > menurutnya, tinggal sejengkal lagi, impiannya untuk kembali ke Papua
> > > akan terwujud. Melebihi kebanggaannya saat terpilih menjadi Pemudi
> > > Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di Bekasi pada tahun 2007.
> > >
> > > Dan 2 hari setelah senin itu....
> > > Tepatnya Rabu pagi, 20 Mei 2009, pukul 6.30, kabar duka datang dari Desa
> > > Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Pesawat Hercules
> > > TNI Angkatan Udara C-130 mengalami musibah. Dan salah satu penumpang
> > > meninggal adalah Eva. Padahal dia akan berbagi berita gembira bahwa dia
> > > akan kembali ke Papua sebagai pendidik. Eva dengan sekarung buku-buku
> > > pelajaran, alat tulis dan peraga pendidikan serta pakaian sekolah,
> > > merupakan sumbangan para donatur di Jakarta yang sedianya dibagikan
> > > untuk pendidikan di Bumi Cenderawasih urung sampai.
> > >
> > > Innalillahi wainailahi rojiun, semua yang berasal dari Allah, akan jua
> > > kembali ke hadiratNya.
> > > Eva Yuliandari kini telah pergi.
> > > Eva telah tiada.
> > > Pasti anak-anak Sekolah Dasar di Walesi, Wamena akan merasa sukar untuk
> > > bisa berdamai dengan kenyataan yang menyedihkan ini.
> > >
> > > Eva Yuliandari memang telah berpulang.
> > > Namun dia akan selalu dikenang.
> > > Lewat catatan yang ditinggalkan padaku. Bukankah tulisan adalah hasil
> > > perbuatan untuk keabadian?Apalagi sebuah tulisan yang berkisah tentang
> > > semangat, cita-cita untuk berbuat lebih baik lewat jalan pendidikan.
> > > Memajukan pendidikan anak-anak di Papua.
> > > ******
> > >
> > > Perasaanku sedang gulana. Rasa sesak dan perih kehilangan sahabat
> > > membaur. Meski aku tahu bahwa sahabat akan datang dan pergi dalam hidup.
> > > Namun kehilangan sahabat sedemikian cepat membuatku seolah tak kuasa
> > > mempercayai sebagai sebuah keniscayaan. Pada akhirnya hanya berujung
> > > pada kesadaran bahwa tiada yang kenal di alam fana.
> > >
> > > “Kang, Aku besok pulang papua, doain ya”
> > > Itulah yang terucap dari bibirnya Senin lalu. Saat dia menjabat erat
> > > tanganku waktu pamit pulang menjelang sore. Seolah isyarat kata
> > > terakhir. Untuk Pulang. Kembali ke Haribaan Allah Yang Maha Esa. Pulang
> > > menjemput keabadian
> > > Selamat jalan Eva.
> > > Eva Yuliandari
> > > *****
> > >
> > > *) Penulis bekerja di sebuah kanal televisi berbayar di Jakarta, dan
> > > juga seorang Gost Writer sejumlah public figure di Jakarta.
> > >
> > >
> > > Biodata Eva Yuliandari:
> > > Eva Yuliandari lahir di Bekasi,31 Juli 1982.
> > > Merampungkan pendidikan pada Program Akuntansi Pendidikan Universitas
> > > Negeri Jakarta tahun 2007 setelah sebelumnya menamatkan jenjang Diploma
> > > Tiga Akuntansi. Sedangkan pendidikan menengah diselesaikan di SMU 3
> > > Bekasi lulus tahun 2000 setelah sebelumnya menempuh sekolah di SLTPN 4
> > > Bekasi dan menamatkan SDN Kayuringin Poncol VI.
> > > Pada tahun 2003, bekerja di Lembaga pendidikan LPIA selama 1 tahun
> > > sebagai guru komputer, lantas bekerja di Pusat Kegiatan Belajar
> > > Masyarakat [PKBM), sebagai guru Paket B/Setara dengan SMP selama 2
> > > tahun. Pada tahun ajaran 2005 s/d 2006 mengajar dengan bayaran sukarela
> > > SD Swasta di Bekasi. Bulan Juli 2006 mendirikan pusat belajar
> > > masyarakat/ PKBM Cendrawasih Jaya & Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
> > > Cendrawasih Jaya di Bekasi dan membuat PKBM KIMBIM PONDO sewaktu
> > > melakukan Kuliah Kerja Nyata bulan Agustus 2006 di PAPUA.
> > > Tahun 2007 di pilih menjadi Pemudi Pelopor Pendidikan Tingkat Kota di
> > > Bekasi lantas menjadi guru pelatihan Akuntansi di SMKN 40 Jakarta Timur
> > > setelah lulus S1 bulan September 2007 tapi keluar dari SMKN 40 karena
> > > terpanggil Sebagai relawan di pedalaman Papua dengan biaya sendiri dan
> > > mendirikan PAUD ARRAHMAN dan menjadi Pamong di Sanggar Kegiatan Belajar
> > > Orang Pasti Mengerti [SKB OPM] di Wamena. ke Wamena, Jayawijaya, Papua
> > >
> >
>

3a.

Re: [Rampai] Anakku dan Lautnya Yang Tak Bertepi

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Sat May 23, 2009 6:34 am (PDT)



hmmm, mendesah dengan sebuah kelegaan: begitu bahagianya nibras punya ayah bunda seperti mas dani dan mbak endah.

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> anakku memelihara lautan di sekitar matanya
> dilingkupi gegunungan yang senantiasa menyimpan matahari
> pada salahsatu bahu rindang yang teduhnya nun tak bertepi
> : bunda
>  
> dilingkupi bebukitan yang karang
> tempat hinggap dari segala sepi
> : yanda
>
> pada salah satu riaknya terdapat begitu banyak
> apa ini dan apa itu, ingin ini dan ingin itu,
> raih ini dan raih itu, gigit ini dan gigit itu
> di atas gegunungan aku merajut satupersatu jawab
> mendaurnya ulang hingga sehalus bedak
> biar nyata jadi seindah mimpi
>
> pada ombak ia cipta tangis
> pada semesta kucipta pelukan tak berbatas
>
> jagat yang menggantung di atasnya
> punya banyak domba putih yang menghalau silau
> hingga berjalan di pantai adalah memahami setiap
> liku dari anugerah yang ia bawa dari syurga
> : yang memasir
>
> sesekali aku membawakan kail untuk dilempar ke lautan
> yang dalamnya serupa lubang hitam di angkasa
> : pekat tak berensiklopedi
> ; masa depan
>
> kali lain, busur adalah hadiahku untuknya
> berharap dia nyaman ketika kulesatkan menuju muara
> dengan busur itu
>
> bahwa ia berkarib dengan angin adalah mozaik
> dan aku akan siapkan landasan berumput tebal
> dengan remahremah kenangan yang memantulkan cahaya
> hingga kapanpun ia lelah melesat dan ingin menepi
> ia tahu dimana setapak menuju lautnya
>
> Jakarta, 22 Mey 2009
> ~DA~
>
> Dani Ardiansyah
> www.sekolah-kehidupan.com
> www.catatankecil.multiply.com
>

4.

(Catcil) Dari Tehnik ke Attitude (NLP)

Posted by: "rahmad nurdin" rahmad.aceh@gmail.com   rahmadsyah_tcc

Sat May 23, 2009 8:41 pm (PDT)



Assalamu'alaikum

Semoga surat elektronik saya membawa kehangatan dalam peristirahatan dan
liburanmu shahabat.

Shahabat…jika engkau membaca dari tehnik ke Attitude. Bukanlah maksud
pergerakan dan keterpisahan disana. Melainkan mereka tetap utuh sejiwa.
Sharingku bukanlah berarti keberadaan ditempat itu. Akan tetapi kebahagiaan
pemahaman.

Tatkala pertamakali mengenali NLP (Neuro Linguistic Programming) bersama pak
Teddy (2007). Sungguh besar ketertarikan akan tehnik-tehnik yang dihasilkan
NLP. Muncul keinginan amat dalam untuk ikut kelas praktisi. Harapanku
semakin bertambah banyak, memperkaya tehnik-tehnik NLP yang kumiliki. Dan
Alhamdulillah, terima kasih kepada Guru Abdul Aziz, Atas pendidikan NLPnya.
Semoga Allah membalas amal baik guru. Beberapa tehnik NLP telah kupelajari.

Shahabat…Entah kenapa ? Aku tidak tau bagaimana persisnya itu bisa terjadi.
Semakin hari keinginan berkaya dengan tehnik (Patern) mulai mengecil.
Beriringan dengan nya nilai-nilai, Attitude dan sudut pandang baik, semakin
membesar. Alhamdulillah jika dulu kehidupan yang Allah berikan, kuanggap
sebagai masalah. Kini berubah menjadi tantangan. Keegoan merasa dirilah yang
benar, mulai tercerahkan. Aku belum melihat dan merasakan dari sudut pandang
temanku. Dan yang paling membahagiakan, semua kembali kepada "I" (Saya)…

Sementara itu. Guru Ronny Furqoni (Trainer NLP) berbagi pemahaman, *"NLP
mudah dan memudahkan"* Barangkali nada indah itu menampakan wujud
pertanyaan-pertanyaan diatas. Ditambah lagi, pemberian penuh keikhlasan dari
Coach Krisnamurti (Doa keselamatan bagi Coach). Hingga detik ini masih
berkenan memberikan Coaching, untuk mengelola Unconsciusku (Alam Bawah
Sadar). Izinkan saya sharing petuah terindah pada salah satu sesi Coaching…

" Rahmadsyah, Jadikanlah NLP sebagai penambah keyakinan dan Keimanan kepada
Allah. Bagi yang mendengarkan, yang sedang mengamalkan dan mengamatinya.
Gali isi kandungan Al-Qur'an pengunguat iman. Pelajari hikmah berwudhu,
meningkatkan kesdaraan dan kepekaan Kinesthetic. Gunakan moment Tahajjud &
Dzikir untuk memasuki alam bawah sadar. Berkomunikasilah dengannya. Dan
model Rasulullah, pernyempurnaan Akhlaq ( Mengaji kepada Ustaz / Khiai yang
memahaminya) "

Kembali ketema diatas. Terkadang muncul perenungan. Mana yang sewajarnya
disampaikan. Tatkala shahabat memintaku untuk berbagi penerapan NLP. (Tehnik
or Attitude?). Shahabat diskusi, Pak Krisnawan Putra pernah sharing "
Terkadang orang mengenali NLP dari Attitude kemudian ke tehnik, dan
sebaliknya bro". Sebagaimana saya sebutkan diatas. Tehnik dan Attitude
tidaklah terpisah, melainkan utuh (Kesatuan).

Karena ketika kita membahas *TEHNIK*, maka akan dipertemukan dengan
nilai-nilai (*ATTITUDE*). Dan tatkala mendalami sikap (*ATTITUDE*), kitapun
akan berjumpa dengan *TEHNIK*.

Wallahu'alam…
Bogor, Minggu 24 mei 2009
--
RAHMADSYAH
Practitioner NLP I 081511448147 I Motivator & Trauma Therapist
www.rahmadsyah.co.cc I YM ; rahmad_aceh
Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Mom Power

Discover doing more

for your family

Weight Management Group

on Yahoo! Groups

Join the challenge

and lose weight.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: