Sabtu, 15 Agustus 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2773

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: Lia Octavia
1b.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: patisayang
1c.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: Nursalam AR
1d.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: novi_ningsih
1e.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: Bu CaturCatriks
1f.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: Lia Octavia
1g.
Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia From: fil_ardy
2a.
Re: (Undangan) Sharing Motivasi: Breaking the Limits - Break Your Bo From: Diah Utami
3a.
Re: (Ruang Musik) Simfoni Angkasa Original Soundtrack From: Diah Utami
3b.
Re: (Ruang Musik) Simfoni Angkasa Original Soundtrack From: Ramaditya Skywalker
4.
(Catatan Lima Bidadari) Kehujanan From: Ramaditya Skywalker
5.
(Undangan) Ramaditya di TVRI: Minggu 16 Agustus 2009! From: Ramaditya Skywalker
6.
[INFO KESEHATAN] Cara Cepat Turunkan Kolesterol From: klinikitc
7a.
(Diruang Usaha) LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU From: fiyan arjun
7b.
Re: [ruang kantor) LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU From: fil_ardy
8a.
[Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten) From: Rini Agus Hadiyono
8b.
Re: [Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten) From: fil_ardy
8c.
Re: [Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten) From: Rini Agus Hadiyono
9.
Re: LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU From: beni jusuf
10a.
(Catcil)Ijinkan Aku Jadi  Ayah Juara, Nak From: suhadi hadi
10b.
Re: (Catcil)Ijinkan Aku Jadi  Ayah Juara, Nak From: fil_ardy
11.
[Catcil] Mendadak Jadi Juragan Online From: lia indriati
12.
Proses Kreatif Novel Anak Melacak Penulis Misterius From: d r
13.
(numpang promo) Jual Novel Hasil Buruan Kemarin, hehe.. From: d r
14.
(Maklumat) RAPAT PERDANA SK JAKARTA PAKET BUBAR 09 From: fiyan arjun

Messages

1a.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Aug 13, 2009 3:10 am (PDT)



Kang Dani, aku benar-benar tersenyum geli membayangkan dirimu jadi kernet
idola remaja saat itu... Mungkin dirimu menjadi salah satu daya tarik para
abg itu utk menumpang angkot Bapaknya Kang Dani dan justru dari situlah
rezeki dari Allah mengalir.. ^_^

Well, aku benar-benar salut padamu, Kang Dani... pekerjaan pertama yang
benar-benar tough dan menempa mentalmu menjadi sekuat baja... semangat
juangmu yang tak kunjung padam ^_^

Aku jadi inget pekerjaan pertamaku adalah mengajar adik-adik kelasku bahasa
Inggris waktu aku masih SMU... uangnya mungkin tidak seberapa jumlahnya,
tapi aku senang sekali bisa bercanda dan bermain-main sambil belajar dengan
mereka. Banyak hal yang kualami termasuk kiriman2 salam, puisi dan surat
cinta, serta curhatan tengah malam dari murid-muridku itu... ^_^

Thanks for sharing Kang Dani... ^_^

Salam
Lia

2009/8/13 Kang Dani <fil_ardy@yahoo.com>

>
>
> Dari Kernet hingga Wikipedia
> ~Dani Ardiansyah~
>
>
> Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya adalah
> menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada awal-awal
> tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan ketahanan
> pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami
> sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka
> bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan
> pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
> biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasidan
> lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
>
> Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil
> menghidupi keluarga dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak
> taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi
> sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya
> melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya
> bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi,
> setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan
> kredit untuk taksi tersebut.
>
> Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat itu.
> Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan
> pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar
> dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat
> menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih
> banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung
> kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000.
> Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu
> ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar).
> Dan itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi
> dan Kakak saya.
>
> Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan
> untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh
> Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada
> nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
>
> "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga di
> pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai
> pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan
> mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah
> profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika
> ketahanan tubuh saya pada angin menjadi salah satu persyaratan sebuah
> profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari
> pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi
> menurut Wikipedia ini :D
>
> Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di pertengahan
> kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi jalan berlubang
> yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak bisa membedakan
> mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan :D. Semuanya
> tertutup air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!" (enam empat
> enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar dari kernet
> senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut di dalamnya
> hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas menjulur
> kedepan.
>
> Percaya Diri
>
> Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi
> sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak
> mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat
> penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah tentunya.
> Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya pula saya
> mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP maupun SMU
> titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta. OMG. Betapa
> GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola. *Ahiiks..*
>
>
> Suka duka Kernet
>
> Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari
> terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih
> berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu".
> Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih
> menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di
> akhir perjalanan.
>
> Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena
> biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan
> menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju
> satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan
> saya saat itu.
>
>
> Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan Lisensi
>
> Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet. Kami
> berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak
> jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior
> yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan
> penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya,
> perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet,
> sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. Bukti bahwa
> tidak ada rasa kekeluargaan diantara kernet di kampung saya. Apatah lagi
> sebuah asosiasi kernet Karacak Puraseda? Hiks, keyword selanjutnya gugur.
> Tidak ada asosiasi profesi perkernetan nusantara.
>
> Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah
> apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti
> yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak
> ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot
> sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah
> tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk meminta ongkos kepada
> penumpang) satu persatu, dengan ketiak terbuka lebar :D. Tidak ada kode etik
> dalam perkernetan ini.
>
> Yang lebih mengejutkan, Bustomi, salah satu kernet senior yang sudah malang
> melintang di terminal, dan tidak ada yang berani nyodok (istilah untuk
> angkot yang mengambil jatah penumpang angkot yang ngetem) di depan
> hidungnya, ternyata sama sekali tidak lulus sekolah dasar. How come? Jika
> saya menjadi kernet ketika baru saja lulus SMP, adalah wajar karena sopir
> angkotnya orang tua saya sendiri, KKN berpengaruh besar dalam hal ini. Tapi
> Bustomi? Siapapun koneksinya, pastilah ia orang yang sangat powerfullsehingga tanpa selembar ijazahpun dia bisa melenggang menjadi seorang kernet
> senior yang disegani. Hebat! Bukti lain bahwa sertfikasi dan lisensi tidak
> berpengaruh banyak dalam hal ini.
>
> Dan itu ada menjadi sebuah kesimpulan, bahwa kernet bukanlah sebuah
> profesi. Hiks.
>
> Namun demikian, demi melihat betapa tercukupinya hidup tetangga saya dengan
> penghasilan Suaminya yang seorang kernet, wisudanya seorang kawan yang
> ayahnya seorang kernet, bersihnya pakaian jama'ah jum'at yang baru saja
> rehat meng-kerneti, saya merasa harus merevisi definisi profesi yang ada di
> Wikipedia, hati, pikiran dan pandangan seseorang tentang profesi. Apapun
> itu, kernet sekalipun.
>
>
> Jakarta, 13 Agustus 2009
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com <http://www.jasapenerbitan.com>
> www.CatatanKecil.Multiply.com <http://www.catatankecil.multiply.com>
>
>
>
1b.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Aug 13, 2009 3:59 am (PDT)



Waks! Keren. Mau dong jd anak sekolah naik angkot kalo kernetnya sekeren abi nibras. Hehe.
Pantes gak gape nyopir. Lha wong expertnya jd kernet. Hehe.

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> Dari Kernet hingga Wikipedia
> ~Dani Ardiansyah~
>
>
> Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya adalah menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada awal-awal tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan ketahanan pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
>
> Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil menghidupi keluarga  dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi, setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan kredit untuk taksi tersebut.
>
> Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat itu. Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000. Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar). Dan itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi dan Kakak saya.
>
> Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
>
> "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga di pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika ketahanan tubuh saya pada angin menjadi  salah satu persyaratan sebuah profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi menurut Wikipedia ini :D
>
> Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di pertengahan kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi jalan berlubang yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak bisa membedakan mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan :D. Semuanya tertutup  air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!" (enam empat enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar dari kernet senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut di dalamnya hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas menjulur kedepan.
>
> Percaya Diri
>
> Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah tentunya.  Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya pula saya mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP maupun SMU titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta. OMG. Betapa GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola. *Ahiiks..*
>
>
> Suka duka Kernet
>
> Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu". Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di akhir perjalanan.
>
> Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan saya saat itu.
>
>
> Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan Lisensi
>
> Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet. Kami berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya, perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet, sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. >
> Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk meminta ongkos kepada penumpang) satu persatu, dengan ketiak terbuka lebar :D. Tidak ada kode etik dalam perkernetan ini.
>
> Yang lebih mengejutkan, Bustomi, salah satu kernet senior yang sudah malang melintang di terminal, dan tidak ada yang berani nyodok (istilah untuk angkot yang mengambil jatah penumpang angkot yang ngetem) di depan hidungnya, ternyata sama sekali tidak lulus sekolah dasar. How come? Jika saya menjadi kernet ketika baru saja lulus SMP, adalah wajar karena sopir angkotnya orang tua saya sendiri, KKN berpengaruh besar dalam hal ini. Tapi Bustomi? Siapapun koneksinya, pastilah ia orang yang sangat powerfull sehingga tanpa selembar ijazahpun dia bisa melenggang menjadi seorang kernet senior yang disegani. Hebat! Bukti lain bahwa sertfikasi dan lisensi tidak berpengaruh banyak dalam hal ini.
>
> Dan itu ada menjadi sebuah kesimpulan, bahwa kernet bukanlah sebuah profesi. Hiks.
>
> Namun demikian, demi melihat betapa tercukupinya hidup tetangga saya dengan penghasilan Suaminya yang seorang kernet, wisudanya seorang kawan yang ayahnya seorang kernet, bersihnya pakaian jama’ah jum’at yang baru saja rehat meng-kerneti, saya merasa harus merevisi definisi profesi yang ada di Wikipedia, hati, pikiran dan pandangan seseorang tentang profesi. Apapun itu, kernet sekalipun.
>
>
> Jakarta,  13 Agustus 2009
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com
> www.CatatanKecil.Multiply.com
>

1c.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 9:10 am (PDT)



Anak sopir angkot bisa jadi pilot, anak tukang koran bisa jadi wartawan. Ya,
si kernet bisa jadi pakar internet:)) (*hope u to be*).

Mantap, Bro. Sebuah dongeng indah untuk Nibras dan adik-adiknya kelak bahwa
mereka ada dan menjadi apa yang akan mereka jadi kelak adalah hasil
perjuangan ayah bundanya dalam bentuk apapun itu -- yang berbingkai cinta.

Dan semoga "titipan" Allah kepadamu berupa peningkatan karir dari seorang
kernet hingga profesimu sekarang senafas dengan kontemplasi seorang Wahyu
Sulaeman Rendra dalam puisi "Titipan" berikut ini. Moga bisa ini menjadi
renungan kita bersama --- kau, aku, dan kita semua. Amin!

*TITIPAN

Sering kali aku berkata, ketika seorang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan-Nya,
bahwa rumahku hanya titipan-Nya,
bahwa hartaku hanya titipan-Nya,
bahwa putraku hanya titipan-Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku ?

Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk
milik-Nya ini ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali
oleh-Nya ?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa
itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti
matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku," dan menolak
keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan
keberuntungan sama saja." *
*(W.S Rendra)

*Terima kasih bebanyak sudah berbagi.

Tabik,

Nursalam AR

On 8/13/09, Kang Dani <fil_ardy@yahoo.com> wrote:
>
>
>
> Dari Kernet hingga Wikipedia
> ~Dani Ardiansyah~
>
>
> Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya adalah
> menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada awal-awal
> tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan ketahanan
> pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami
> sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka
> bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan
> pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
> biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasidan
> lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
>
> Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil
> menghidupi keluarga dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak
> taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi
> sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya
> melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya
> bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi,
> setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan
> kredit untuk taksi tersebut.
>
> Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat itu.
> Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan
> pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar
> dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat
> menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih
> banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung
> kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000.
> Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu
> ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar).
> Dan itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi
> dan Kakak saya.
>
> Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan
> untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh
> Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada
> nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
>
> "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga di
> pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai
> pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan
> mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah
> profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika
> ketahanan tubuh saya pada angin menjadi salah satu persyaratan sebuah
> profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari
> pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi
> menurut Wikipedia ini :D
>
> Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di pertengahan
> kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi jalan berlubang
> yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak bisa membedakan
> mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan :D. Semuanya
> tertutup air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!" (enam empat
> enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar dari kernet
> senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut di dalamnya
> hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas menjulur
> kedepan.
>
> Percaya Diri
>
> Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi
> sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak
> mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat
> penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah tentunya.
> Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya pula saya
> mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP maupun SMU
> titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta. OMG. Betapa
> GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola. *Ahiiks..*
>
>
> Suka duka Kernet
>
> Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari
> terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih
> berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu".
> Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih
> menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di
> akhir perjalanan.
>
> Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena
> biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan
> menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju
> satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan
> saya saat itu.
>
>
> Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan Lisensi
>
> Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet. Kami
> berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak
> jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior
> yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan
> penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya,
> perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet,
> sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. Bukti bahwa
> tidak ada rasa kekeluargaan diantara kernet di kampung saya. Apatah lagi
> sebuah asosiasi kernet Karacak Puraseda? Hiks, keyword selanjutnya gugur.
> Tidak ada asosiasi profesi perkernetan nusantara.
>
> Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah
> apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti
> yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak
> ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot
> sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah
> tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk meminta ongkos kepada
> penumpang) satu persatu, dengan ketiak terbuka lebar :D. Tidak ada kode etik
> dalam perkernetan ini.
>
> Yang lebih mengejutkan, Bustomi, salah satu kernet senior yang sudah malang
> melintang di terminal, dan tidak ada yang berani nyodok (istilah untuk
> angkot yang mengambil jatah penumpang angkot yang ngetem) di depan
> hidungnya, ternyata sama sekali tidak lulus sekolah dasar. How come? Jika
> saya menjadi kernet ketika baru saja lulus SMP, adalah wajar karena sopir
> angkotnya orang tua saya sendiri, KKN berpengaruh besar dalam hal ini. Tapi
> Bustomi? Siapapun koneksinya, pastilah ia orang yang sangat powerfullsehingga tanpa selembar ijazahpun dia bisa melenggang menjadi seorang kernet
> senior yang disegani. Hebat! Bukti lain bahwa sertfikasi dan lisensi tidak
> berpengaruh banyak dalam hal ini.
>
> Dan itu ada menjadi sebuah kesimpulan, bahwa kernet bukanlah sebuah
> profesi. Hiks.
>
> Namun demikian, demi melihat betapa tercukupinya hidup tetangga saya dengan
> penghasilan Suaminya yang seorang kernet, wisudanya seorang kawan yang
> ayahnya seorang kernet, bersihnya pakaian jama'ah jum'at yang baru saja
> rehat meng-kerneti, saya merasa harus merevisi definisi profesi yang ada di
> Wikipedia, hati, pikiran dan pandangan seseorang tentang profesi. Apapun
> itu, kernet sekalipun.
>
>
> Jakarta, 13 Agustus 2009
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com <http://www.jasapenerbitan.com/>
> www.CatatanKecil.Multiply.com <http://www.catatankecil.multiply.com/>
>
>
>

--
"Open up your mind and fly!"

Nursalam AR
Penerjemah, Penulis & Editor
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
www.facebook.com/nursalam.ar
1d.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Thu Aug 13, 2009 10:00 am (PDT)




Wuih, mantab dah ceritanya.

Pasti jadi pengalaman yg seru bgt,ya.

Hehe, keinget suka meratiin sopir2 angkot yg ng0m0ng rit, sewa, 0ngkos, 6-4 6-4 :-D

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> Dari Kernet hingga Wikipedia
> ~Dani Ardiansyah~
>
>
> Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya adalah menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada awal-awal tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan ketahanan pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
>
> Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil menghidupi keluarga  dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi, setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan kredit untuk taksi tersebut.
>
> Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat itu. Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000. Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar). Dan itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi dan Kakak saya.
>
> Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
>
> "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga di pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika ketahanan tubuh saya pada angin menjadi  salah satu persyaratan sebuah profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi menurut Wikipedia ini :D
>
> Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di pertengahan kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi jalan berlubang yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak bisa membedakan mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan :D. Semuanya tertutup  air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!" (enam empat enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar dari kernet senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut di dalamnya hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas menjulur kedepan.
>
> Percaya Diri
>
> Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah tentunya.  Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya pula saya mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP maupun SMU titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta. OMG. Betapa GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola. *Ahiiks..*
>
>
> Suka duka Kernet
>
> Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu". Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di akhir perjalanan.
>
> Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan saya saat itu.
>
>
> Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan Lisensi
>
> Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet. Kami berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya, perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet, sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. Bukti bahwa tidak ada rasa kekeluargaan diantara kernet di kampung saya. Apatah lagi sebuah asosiasi kernet Karacak Puraseda? Hiks, keyword selanjutnya gugur. Tidak ada asosiasi profesi perkernetan nusantara.
>
> Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk

1e.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Aug 13, 2009 4:34 pm (PDT)



wah, sama kaya mbak lia, aku juga tersenyum baca postingan ini.
tersenyum ngebayangin kang dani jadi idola,
sekaligus terharu dgn perjuangan kang dani dan keluarga. sbg teman, sungguh, saya bangga sekali padamu :). semoga mendapat balasan yg setimpal dari Allah ya :), amiin.

kalo mbak lia pekerjaan pertamanya ngajar, pekerjaan pertamaku adl bikin rental komik pas smp. dgn uang hasil lomba2, aku mulai blanja komik sendiri, trus bikin list-nya di buku, dan setiap hari (pas jam istirahat) ngedarin buku isi daftar komik itu dari kelas ke kelas. karena itu juga, aku jadi cukup dikenal di smp, karena cuma aku yg begitu saat itu, hehehe :). meski sering miris, karena temen2 ternyata sering nggak balikin komik, atau balikin dan rusak, dan nggak diganti, hiks hiks :(

pas kuliah juga, aku sempet jualan baju vintage second, dgn belanja di senen. well, sebenernya sih, ini hasil buruanku yg nggak kuminati utk kupakai. (abis murah2 bgt euy, trus bisa dapet baju2 bermerk dan keren2, kalo keukeuh nyarinya). o btw, buat yg berminat, bisnis ini menguntungkan lho. aku pernah beli baju dgn harga seribu dan kujual 20-25rb. modalnya cuma air panas dan detergen buat cuci2, hehehe.

kupikir, blajar nyari uang sendiri itu ngasi pelajaran banyak utk setiap orang ya. bagiku sendiri, aku jadi ngerasain susahnya cari uang sekian perak, dan karenanya, jadi lebih menghargai setiap sennya (terutama karena di keluarga kami ada tradisi, saat seseorang udah bisa punya uang sendiri, bapak dan ibu akan pelan2 menyetop subsidi :) ). mengutip kata kekes, tokoh dlm novelet bubin lantag: "makanan yg gua makan terasa lebih enak, minuman yg gua minum terasa lebih segar, rokok yg gua hirup terasa lebih nikmat, karena gua tau, itu semua hasil keringat gua sendiri"

dan apapun pelajaran yg kang dani dapatkan dr semua pekerjaan yg kang dani lakoni, saya yakin, orangtua kang dani pasti bangga sekali sama kang dani:).

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> Dari Kernet hingga Wikipedia
> ~Dani Ardiansyah~
>
>
> Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya adalah menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada awal-awal tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan ketahanan pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
>
> Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
>
> Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil menghidupi keluarga  dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi, setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan kredit untuk taksi tersebut.
>
> Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat itu. Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000. Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar). Dan itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi dan Kakak saya.
>
> Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
>
> "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga di pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika ketahanan tubuh saya pada angin menjadi  salah satu persyaratan sebuah profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi menurut Wikipedia ini :D
>
> Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di pertengahan kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi jalan berlubang yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak bisa membedakan mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan :D. Semuanya tertutup  air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!" (enam empat enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar dari kernet senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut di dalamnya hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas menjulur kedepan.
>
> Percaya Diri
>
> Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah tentunya.  Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya pula saya mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP maupun SMU titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta. OMG. Betapa GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola. *Ahiiks..*
>
>
> Suka duka Kernet
>
> Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu". Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di akhir perjalanan.
>
> Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan saya saat itu.
>
>
> Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan Lisensi
>
> Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet. Kami berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya, perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet, sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. Bukti bahwa tidak ada rasa kekeluargaan diantara kernet di kampung saya. Apatah lagi sebuah asosiasi kernet Karacak Puraseda? Hiks, keyword selanjutnya gugur. Tidak ada asosiasi profesi perkernetan nusantara.
>
> Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk meminta ongkos kepada penumpang) satu persatu, dengan ketiak terbuka lebar :D. Tidak ada kode etik dalam perkernetan ini.
>
> Yang lebih mengejutkan, Bustomi, salah satu kernet senior yang sudah malang melintang di terminal, dan tidak ada yang berani nyodok (istilah untuk angkot yang mengambil jatah penumpang angkot yang ngetem) di depan hidungnya, ternyata sama sekali tidak lulus sekolah dasar. How come? Jika saya menjadi kernet ketika baru saja lulus SMP, adalah wajar karena sopir angkotnya orang tua saya sendiri, KKN berpengaruh besar dalam hal ini. Tapi Bustomi? Siapapun koneksinya, pastilah ia orang yang sangat powerfull sehingga tanpa selembar ijazahpun dia bisa melenggang menjadi seorang kernet senior yang disegani. Hebat! Bukti lain bahwa sertfikasi dan lisensi tidak berpengaruh banyak dalam hal ini.
>
> Dan itu ada menjadi sebuah kesimpulan, bahwa kernet bukanlah sebuah profesi. Hiks.
>
> Namun demikian, demi melihat betapa tercukupinya hidup tetangga saya dengan penghasilan Suaminya yang seorang kernet, wisudanya seorang kawan yang ayahnya seorang kernet, bersihnya pakaian jama’ah jum’at yang baru saja rehat meng-kerneti, saya merasa harus merevisi definisi profesi yang ada di Wikipedia, hati, pikiran dan pandangan seseorang tentang profesi. Apapun itu, kernet sekalipun.
>
>
> Jakarta,  13 Agustus 2009
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com
> www.CatatanKecil.Multiply.com
>

1f.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Aug 13, 2009 8:20 pm (PDT)



iyaaaa.... subhanallah ya ternyata mba retno juga udah nyari uang sendiri
sejak smp ^_^
iyah banget, bener kutipan mba retno di bawah ini dari noveletnya bubin, dan
aku ngerasain betapa senangnya sekarang menikmati hasil dari keringat kita
sendiri "perut kenyang, pikiran tenang, hati senang...."
^_^ ^_^

aku yakin para orang tua kang dani, mba retno, mas nursalam, mbak indar, dan
ortu kita semua, bangga sekali pada anak-anak mereka yang udah bekerja dan
berpenghasilan sendiri.. semoga semua ibadah kerja kita diterima oleh Allah
dan diridhai-Nya..amiin...

salam
lia

2009/8/14 Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>

>
>
> wah, sama kaya mbak lia, aku juga tersenyum baca postingan ini.
> tersenyum ngebayangin kang dani jadi idola,
> sekaligus terharu dgn perjuangan kang dani dan keluarga. sbg teman,
> sungguh, saya bangga sekali padamu :). semoga mendapat balasan yg setimpal
> dari Allah ya :), amiin.
>
> kalo mbak lia pekerjaan pertamanya ngajar, pekerjaan pertamaku adl bikin
> rental komik pas smp. dgn uang hasil lomba2, aku mulai blanja komik sendiri,
> trus bikin list-nya di buku, dan setiap hari (pas jam istirahat) ngedarin
> buku isi daftar komik itu dari kelas ke kelas. karena itu juga, aku jadi
> cukup dikenal di smp, karena cuma aku yg begitu saat itu, hehehe :). meski
> sering miris, karena temen2 ternyata sering nggak balikin komik, atau
> balikin dan rusak, dan nggak diganti, hiks hiks :(
>
> pas kuliah juga, aku sempet jualan baju vintage second, dgn belanja di
> senen. well, sebenernya sih, ini hasil buruanku yg nggak kuminati utk
> kupakai. (abis murah2 bgt euy, trus bisa dapet baju2 bermerk dan keren2,
> kalo keukeuh nyarinya). o btw, buat yg berminat, bisnis ini menguntungkan
> lho. aku pernah beli baju dgn harga seribu dan kujual 20-25rb. modalnya cuma
> air panas dan detergen buat cuci2, hehehe.
>
> kupikir, blajar nyari uang sendiri itu ngasi pelajaran banyak utk setiap
> orang ya. bagiku sendiri, aku jadi ngerasain susahnya cari uang sekian
> perak, dan karenanya, jadi lebih menghargai setiap sennya (terutama karena
> di keluarga kami ada tradisi, saat seseorang udah bisa punya uang sendiri,
> bapak dan ibu akan pelan2 menyetop subsidi :) ). mengutip kata kekes, tokoh
> dlm novelet bubin lantag: "makanan yg gua makan terasa lebih enak, minuman
> yg gua minum terasa lebih segar, rokok yg gua hirup terasa lebih nikmat,
> karena gua tau, itu semua hasil keringat gua sendiri"
>
> dan apapun pelajaran yg kang dani dapatkan dr semua pekerjaan yg kang dani
> lakoni, saya yakin, orangtua kang dani pasti bangga sekali sama kang dani:).
>
>
> salam,
>
> -retno-
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
> >
> > Dari Kernet hingga Wikipedia
> > ~Dani Ardiansyah~
> >
> >
> > Dari sekian banyak pekerjaan yang pernah saya lakoni, salah satunya
> adalah menjadi kernet angkot. Yup, sekitar 9 tahun ke belakang, pada
> awal-awal tahun 2000, saya pernah menjalani profesi tersebut. Peralihan
> ketahanan pangan dan finansial yang terjadi pada keluarga saya, membuat kami
> sekeluarga harus melakukan apa saja untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup.
> >
> > Jika mencari penguatan terhadap istilah profesi bagi seorang kernet, maka
> bisa dirunutkan sedemikian rupa: Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan
> pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi
> biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan
> lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. (Wikipedia)
> >
> > Setelah sejak lama Bapak saya menjadi sopir taksi, yang lumayan berhasil
> menghidupi keluarga dengan layak, karena --saat itu belum terlalu banyak
> taksi di Jakarta-- Bapak yang saat itu terpikirkan untuk berhenti menjadi
> sopir taksi dan beralih menjadi sopir angkot di kampung halaman, akhirnya
> melego satu buah mobil ex taksinya. FYI, perusahaan taksi tempat Bapak saya
> bekerja, memberlakukan sistem kredit untuk setiap pengemudinya. Jadi,
> setoran harian yang diserahkan kepada perusahaan sudah termasuk cicilan
> kredit untuk taksi tersebut.
> >
> > Taraaaa.. satu buah angkot secondpun menjadi milik keluarga kami saat
> itu. Sebetulnya, pilihan ini tidak terlalu cerdas, mengingat perbandingan
> pendapatan sopir taksi dan sopir angkot tentu jauh berbeda. Yang saya dengar
> dari cerita Bapak, seharian mengelilingi Jakarta dengan taksi dapat
> menghasilkan uang minimal Rp 100.000 bersih. Tentu jumlah tersebut lebih
> banyak jika dibandingkan pendapatan sopir angkot di jalanan utama kampung
> kami yang paling besar satu hari bisa menghasilkan uang minimal Rp 25.000.
> Tapi dengan keyakinan luar biasa, Bapak saya berkata: "Rejekimah Alloh nu
> ngatur. Moal pahili" (Rezeki Alloh yang mengatur, tidak akan tertukar). Dan
> itu menjadi mantera pamungkas yang berhasil menenangkan kegelisahan Ummi dan
> Kakak saya.
> >
> > Selepas dari SMP pada pertengahan 1997, sambil menanti liburan kelulusan
> untuk naik jenjang ke SMU, saya didaulat untuk menjadi kernet angkot oleh
> Bapak. "Daripada nonton tipi wae, mending ilu narik" katanya. (Daripada
> nonton TV terus, lebih baik ikut 'narik').
> >
> > "Karacaaak.. Karacaaak.. Purasedaa.." Akhirnya saya bergelantungan juga
> di pintu angkot. Meneriakkan angkot main direction. Tanpa perlu menguasai
> pengetahuan dan diklat khusus di kawasan semi militer, saya dapat dengan
> mudah menguasai teknik menjadi kernet. Keyword pertama dari sebuah
> profesipun gugur. Kernet bukan lah sebuah profesi. Hiks. Entah jika
> ketahanan tubuh saya pada angin menjadi salah satu persyaratan sebuah
> profesi. Tapi saya tidak putus harapan, semoga ada hal-hal lain dari
> pekerjaan ini yang memiliki benang merah dengan syarat sebuah profesi
> menurut Wikipedia ini :D
> >
> > Karacak dan Puraseda yang saya teriakkan adalah sebuah desa di
> pertengahan kecamatan, dan satunya lagi nun jauh di sana. Dengan kondisi
> jalan berlubang yang tiada ampun, yang jika hari turun hujan, kita tidak
> bisa membedakan mana jalur angkot, mana selokan, dan mana areal persawahan
> :D. Semuanya tertutup air berwarna kecoklatan. "Genep opaat geneep opaat!"
> (enam empat enam empaat!). Instruksi terlazim yang senantiasa saya dengar
> dari kernet senior lainnya. Pun jumlah maksimal penumpang yang bisa diangkut
> di dalamnya hanya 9 setengah orang. Karena kursi di dekat pintu tak tuntas
> menjulur kedepan.
> >
> > Percaya Diri
> >
> > Tidak pernah sekalipun saya merasa tidak PD ketika saya menjalani profesi
> sebagai kernet. Bahkan, saya menjalaninya dengan optimis --untuk tidak
> mengatakan narsis-- sekali. Betapa tidak, angkot Bapak selalu sarat
> penumpang. Terutama anak-anak sekolah pada jam-jam pulang sekolah
> tentunya. Salah satu penumpang anak sekolah adalah tetangga saya. Darinya
> pula saya mengetahui bahwa ternyata, banyak anak-anak perempuan baik SMP
> maupun SMU titip salam buat saya. Bahkan ada yang sampai kirim surat cinta.
> OMG. Betapa GRnya saya saat itu. Jarang-jarang lho ada kernet jadi Idola.
> *Ahiiks..*
> >
> >
> > Suka duka Kernet
> >
> > Tentu saja, jika rit demi rit (sebutan untuk perjalanan PP angkot, dari
> terminal awal hingga terminal akhir) mendapatkan penumpang yang silih
> berganti. Karena sesuai dengan sebuah peribahasa "turun satu naik seribu".
> Satu orang penumpang turun lalu berganti penumpang lainnya lebih
> menguntungkan daripada penumpang yang sama naik sejak awal dan turun di
> akhir perjalanan.
> >
> > Hujan adalah masa paceklik bagi sopir angkot di kampung saya. Karena
> biasanya, orang-orang malas berpergian pada waktu hujan. Alamat saya akan
> menggigil kedinginan sepanjang hari. Baju satu kering di badan.. Hai baju
> satu kering di badan. Hiks, Bang Haji Rhoma seakan tak peduli perasaan saya
> saat itu.
> >
> >
> > Tidka Ada Asosiasi Perkernetan Nusantara, Kode Etik, Setifikasi dan
> Lisensi
> >
> > Tak ada empati atau kepekaan ber-asah, asih, asuh dalam dunia kernet.
> Kami berjuang sendiri-sendiri demi memenuhi ruang kosong tubuh angkot. Tak
> jarang, kami berebutan penumpang di terminal. Bahkan, seorang kernet senior
> yang saya kenal sempat adu jotos dengan kernet lainnya hanya kerana pilihan
> penumpang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan si kernet. Rupanya,
> perbedaan pendapat dalam hal ini tidak menjadi rahmat bagi para kernet,
> sebaliknya berarti musibah, karena angkotnya terancam kerontang. Bukti bahwa
> tidak ada rasa kekeluargaan diantara kernet di kampung saya. Apatah lagi
> sebuah asosiasi kernet Karacak Puraseda? Hiks, keyword selanjutnya gugur.
> Tidak ada asosiasi profesi perkernetan nusantara.
> >
> > Selain yel-yel enam empat enam empat, dan membayar uang jalur yang entah
> apa dasar hukumnya, saya tidak mendapati macam-mcam kode etik lain seperti
> yang terdapat dalam gerakan Pramuka. Tidak ada dasadharma dan tristya, tidak
> ada dresscode, ataupun sensitifitas kemanusiaan. Pun para penumpang angkot
> sudah menutup hidung, ketika salah satu kernet senior --yang tidak pernah
> tahu arti deodorant-- menggunting (istilah untuk meminta ongkos kepada
> penumpang) satu persatu, dengan ketiak terbuka lebar :D. Tidak ada kode etik
> dalam perkernetan ini.
> >
> > Yang lebih mengejutkan, Bustomi, salah satu kernet senior yang sudah
> malang melintang di terminal, dan tidak ada yang berani nyodok (istilah
> untuk angkot yang mengambil jatah penumpang angkot yang ngetem) di depan
> hidungnya, ternyata sama sekali tidak lulus sekolah dasar. How come? Jika
> saya menjadi kernet ketika baru saja lulus SMP, adalah wajar karena sopir
> angkotnya orang tua saya sendiri, KKN berpengaruh besar dalam hal ini. Tapi
> Bustomi? Siapapun koneksinya, pastilah ia orang yang sangat powerfull
> sehingga tanpa selembar ijazahpun dia bisa melenggang menjadi seorang kernet
> senior yang disegani. Hebat! Bukti lain bahwa sertfikasi dan lisensi tidak
> berpengaruh banyak dalam hal ini.
> >
> > Dan itu ada menjadi sebuah kesimpulan, bahwa kernet bukanlah sebuah
> profesi. Hiks.
> >
> > Namun demikian, demi melihat betapa tercukupinya hidup tetangga saya
> dengan penghasilan Suaminya yang seorang kernet, wisudanya seorang kawan
> yang ayahnya seorang kernet, bersihnya pakaian jama’ah jum’at yang baru
> saja rehat meng-kerneti, saya merasa harus merevisi definisi profesi yang
> ada di Wikipedia, hati, pikiran dan pandangan seseorang tentang profesi.
> Apapun itu, kernet sekalipun.
> >
> >
> > Jakarta, 13 Agustus 2009
> >
> > Dani Ardiansyah
> >
> > www.JasaPenerbitan.com
> > www.CatatanKecil.Multiply.com
> >
>
>
>
1g.

Re: [Ruang Kantor] Dari Kernet hingga Wikipedia

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Thu Aug 13, 2009 8:51 pm (PDT)



@ Lia Octavia: hehehe, iya mbak Kalo ada kernet idol *mengutip chatingan
mas Suhadi* mungkin saya dulu menang ya. Heuheuheu.Tapi, berhubung saya
dulu masih sangat culun, mendapat perlakuan seperti itu saya justru
malu. Apalagi bapak saya sadar dengan situasi itu dan malah mengolok2
*tsaaah mengolok2* saya didepan anak2 perempuan SMP itu. Hihihihi

@ Mbak Indar: Hohohoho, kalo itumah memang belum mahir, mbake. Kursus
nyetir sebulan, belajar bawa di jalan tol, teteup ga ngaruh euy dengan
kemampuan menyetirku. Apalagi jarang dipake. Tambah karatan deh tuh ilmu
nyetir. Siapa tau besan mau ngajarin nyetir nih. Ahiks :p

@ Bang Nursalam: Amiiin, Brow. Ia euy, nyadar bener kalo inget2 masa
lalu. Apa-apa yang dulu diomongin sama Bapak saya, ketika hari hujan dan
kita lebih memilih ngetem, dengan manahan dingin Bapak saya selalu
bilang, "jangan pernah mau jadi sopir, berat. kalo bisa cari kerjaan
yang lain aja." Dulu saya cuma manggut2, sekarang baru sadar betapa
beratnya hidup menjadi orang dewasa. Hiks :(. Thx buat Titipan-nya,
brow.

@ Novi: Nov, dulu juga saya sering mendapati penumpang seperti Novi :D,
kadang2 tidurnya pulas banget di angkot, padahal udah saya teriakin,
"Pak nyampeee paaak!" :D, atau kadang penumpang yg kebingungan, udah
setengah perjalanan, baru dia tanya: " bang ini angkot yg ke ciampea
yaa?" Eeet dah, capee deh, padahal Ciampea tuh jauh panggang daripada
api *halah* kayak, mau ke lebak bulus tapi naik metro ke Blok M, dah
nyampe pasaraya baru nanya: "Udah nyampe lebak bulus ya, Bang?"
Heuheuheu

@ Retno: Gyaaa, sekreatip itu ya dirimu? Seru ya kayak gitu. Saya juga
nantu mau kasih pelajaran buat nibras model2 begitu tuh. Biar dia bisa
dapat penghasilan tambahan. Rencananya kan dia mau mesantren tuh lepas
SD, nah di Pondok nanti akan saya suruh buka perpustakaan pribadi, kalo
temen2nya mau baca, bayar duluuuu. Hihihihi (emang boleh begitu di
pesantren?)

terimakasih bapak2, ibu2 yang sudah baca. Saya yakin semuanya punya
pengalaman dengan pekerjaan2 pertamanya. Akan menyenangkan jika sahabat
mau berbagi pengalaman itu di sini.

Haturnuhun,

DANI

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Lia Octavia <liaoctavia@...>
wrote:
>
> iyaaaa.... subhanallah ya ternyata mba retno juga udah nyari uang
sendiri
> sejak smp ^_^
> iyah banget, bener kutipan mba retno di bawah ini dari noveletnya
bubin, dan
> aku ngerasain betapa senangnya sekarang menikmati hasil dari keringat
kita
> sendiri "perut kenyang, pikiran tenang, hati senang...."

2a.

Re: (Undangan) Sharing Motivasi: Breaking the Limits - Break Your Bo

Posted by: "Diah Utami" batikmania@yahoo.com   batikmania

Thu Aug 13, 2009 10:01 am (PDT)



19 Agustus? Rabu? Ada acara apa nih di Bandung? Ayo, sahabat SK Bandung, kita kopdar lagi yuk sebelum BuBar? ;)
Soal buku... mana yang lebih baik ya (lebih enak, maksudnya. hehehe...) Mungkin karena sedang cetak ulang, nggak ada stok-nya kali ya. Tapi para pedagang buku di pasar buku Palasari itu (juga di situs palasarionline.com), keberadaan buku itu tak cukup diketahui. Belum tahu "Blind Power" mereka... ;) Gimana kira-kira reaksi kelima bidadari Ramaditya?
Nah, sementara itu, soal buku, gimana baiknya menurut mas Rama? Saya ngikut aja deh, yang lebih mudah untuk mas Rama sendiri. Jangan sampai (terlalu) nyusahin. Itu aja deh sementara ini. Terima kasih banyak lho atas tanggapannya.
Wassalaam

Diah Utami

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ramaditya Skywalker <ramavgm@...> wrote:
>
> Mbak Diah, Insya Allah tanggal 19 Agustus ini saya ke TELKOM Bandung (Geger Kalong), mau datang? Breaking the Limits sudah pernah digelar di Bandung bulan Marret lalu, Mbak.
> Hmmm, soal buku, alhamdulillah sudah sold out untuk cetakan kedua (bulan ini genap setahun beredar). Ini sedang proses cetak lagi. Kalau Mbak Diah mau bisa saya kirimkan. Atau mau format PDF?
>
> Salam hangat,

> --
> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
>
> - Eko Ramaditya Adikara
> http://www.ramaditya.com
>

3a.

Re: (Ruang Musik) Simfoni Angkasa Original Soundtrack

Posted by: "Diah Utami" batikmania@yahoo.com   batikmania

Thu Aug 13, 2009 10:01 am (PDT)



Saya juga mau jadi vokalisnya ;) Boleh duet kan ya? Bahkan kalau banyak peminat untuk jadi vokalis, sekalian aja dibuat choir. Bagaimana, mas Rama? Sudah menduga bakalan ada reaksi seperti ini? Hihihi...
Salaam

Diah Utami

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "fil_ardy" <fil_ardy@...> wrote:
>
> Iya nih, saya sedang merindukan kedamaian yang telah lama hilang, semuanya terasa gaduh dengan semua yang terjadih. Saya ingin semuanya damai seperti di angkasa sanah. Heuheuheu
>
> Mas Rama, kira2 memungkinkan ga sih musik2 hasil composingmu (apa sih istilahnya?)diberi lirik, biar bisa dinyanyikan gituh? kalo bisa saya mau dong jadi vokalisnyah *ahiiks..*
>
> Nuhun,
>
> Dani

> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ramaditya Skywalker <ramavgm@> wrote:
> >
> > Yups, Kang Dani. Yang kedua memang lebih kalem, sepertinya Kang Dani sedang mendambakan kedamaian ya? Cocok tuh Mas!
>

3b.

Re: (Ruang Musik) Simfoni Angkasa Original Soundtrack

Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 1:08 pm (PDT)



Oh goodness *pusing.com*

On 8/13/09, Diah Utami <batikmania@yahoo.com> wrote:
> Saya juga mau jadi vokalisnya ;) Boleh duet kan ya? Bahkan kalau banyak
> peminat untuk jadi vokalis, sekalian aja dibuat choir. Bagaimana, mas Rama?
> Sudah menduga bakalan ada reaksi seperti ini? Hihihi...
> Salaam
>
> Diah Utami
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "fil_ardy" <fil_ardy@...> wrote:
>>
>> Iya nih, saya sedang merindukan kedamaian yang telah lama hilang, semuanya
>> terasa gaduh dengan semua yang terjadih. Saya ingin semuanya damai seperti
>> di angkasa sanah. Heuheuheu
>>
>> Mas Rama, kira2 memungkinkan ga sih musik2 hasil composingmu (apa sih
>> istilahnya?)diberi lirik, biar bisa dinyanyikan gituh? kalo bisa saya mau
>> dong jadi vokalisnyah *ahiiks..*
>>
>> Nuhun,
>>
>> Dani
>
>> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ramaditya Skywalker <ramavgm@>
>> wrote:
>> >
>> > Yups, Kang Dani. Yang kedua memang lebih kalem, sepertinya Kang Dani
>> > sedang mendambakan kedamaian ya? Cocok tuh Mas!
>>
>
>
>

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

4.

(Catatan Lima Bidadari) Kehujanan

Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 5:58 pm (PDT)



Artikel ini adalah salah satu penggalan dari diary online 2005 yang
saya posting di
www.ramaditya.com
. Ini merupakan awal dari kehadiran Lala, bidadari kelima -- yang
termuda -- sebagai simbol dari karakter saya; sanguinis... Selamat
menikmat...i!

----------

Rama: Hari ini gue pulang dari kantor tepat waktu, dan bus yang gue
pakai adalah jurusan Bekasi (PATAS 132) dari terminal Lebak Bulus.
Sebenarnya mungkin
gue bisa sampai rumah sekitar 2 jam perjalanan, tapi hari ini jadi dua
kali lipatnya. Pasalnya hujan deras yang sejak siang mengguyur Jakarta
membuat jalan2
jadi macet dan daerah sekeliling rumah gue banjir. 2 jam lebih di bus,
dan inilah yang terjadi ketika gue turun di pintu TOL Jatibening...

"Hujan deras mengguyur, nggak ada kendaraan umum yang beroperasi, dan
satu2nya alternatif adalah jalan kaki menuju rumah (1 jam)."

---

TIARA (kedinginan): Adu....uhhh.....

WAHITA: Ya ampun, hujannya deras sekali!

DARK AURORA (mengerahkan segenap tenaga untuk menyokong tubuh):
Brengsek! Sialan! Gue jadi harus ngeluarin tenaga ekstra...!

AURORA: Menurut perhitunganku, Dark Aurora telah menggunakan tenaga
maksimalnya hingga 96.99%. Kalau diteruskan, maka Rama akan kehabisan
tenaga dalam hitungan
5 menit.

DARK AURORA: Omong kosong! Gue nggak akan pernah kalah hanya karena
cuaca buruk seperti ini...!

WAHITA: Aw! Aduh Rama hampir terpeleset lagi! Aduh, cipratan air dari
mobil tadi...!

TIARA (menggigil): Duuuuhhhh.....aku......su.....sudah.....tak kuat
lagi... Aku de...mam...

DARK AURORA (mengaktifkan sokongan tenaga ke tubuh sampai ke titik
maksimal): ...

WAHITA: Hmmm

AURORA: Aku menangkap adanya kesamaan pikiran antara kamu dan aku,
Wahita... Tentang Dark Aurora...

WAHITA: Jadi, kau juga berpikir sama?

AURORA: Benar, ini tentang eksistensi Dark Aurora.

WAHITA: Mungkin banyak orang menilai kalau Dark Aurora adalah sisi
paling jahat dari diri Rama, tapi...dialah yang selalu melindungi
Rama, memberi sokongan
tenaga terutama pada saat2 seperti ini.

AURORA: Bahkan analisis logisku tidak pernah menduga akan hal ini.
Semua itu rahasia Allah, termasuk alasan kenapa kita ada. Itu juga,
mungkin salah satu
alasan kenapa Dark Aurora ada...

WAHITA: Mungkin memang sudah takdirnya seperti itu... Tanpa Dark
Aurora mungkin Rama tak akan punya semangat seperti sekarang. Aku
hanyalah eksistensi kedewasaan
dan kebijaksanaan Rama, sementara kau Aurora, tak lebih dari bentuk
kesadaran dari keahlian dan pikiran logis Rama yang hanya mampu
berhitung dan melakukan
analisa. Tiara sendiri hanyalah nama untuk rasa cinta, sayang, setia,
rela berkorban, dan...ah apa lagi ya?

AURORA: Satu elemen lagi, air mata Rama...

WAHITA: Ah kau benar! Jadi menurutku, masing2 dari kita punya
kelemahan dan kelebihan. Mungkin porsi negatif Dark Aurora lebih besar
dan nampak jelas, namun
tanpa adanya dia, kita tak akan sempurna.

AURORA: Maksudmu titik optimal Rama adalah ketika kita berempat bekerjasama?

WAHITA: Kau benar, atau yang terjadi akan seperti... ...Lala...

AURORA: Hmmm, Lala... Kesadaran itu... Kesadaran yang berdiri sendiri,
menutup dingin dengan hangat...

WAHITA: Apa yang kau bicarakan, aku tak mengerti! Coba jelaskan...

AURORA: Lala, suatu bentuk kesadaran yang hampir mirip dengan kita
berempat. Hanya saja, elemen2 sifat dalam dirinya masih belum mampu
bekerjasama satu
dengan yang lain. Itu yang aku tangkap dari analisaku.

WAHITA: Maksudmu, hilangnya rantai hubungan antara kesedihan,
kemarahan, keceriaan, dan lain2nya itu? Mereka berdiri sendiri2,
begitu maksudmu?

AURORA: Melalui bantuan Tiara, aku bisa merasakannya. Elemen
kehangatan Lala bekerja lebih dominan, diberikan pada orang lain,
namun hal itu dilakukan tanpa
memperhatikan bahwa kehangatan itu tak hanya untuk orang lain, tapi
juga dirinya.

WAHITA: Apa ini ada hubungannya dengan yang dilakukan Dark Aurora pada Lala?

AURORA: Benar, dan dari sini kita dapat melihat satu lagi sisi positif
dari Dark Aurora. Meskipun ia hanya dapat mengungkapkan semuanya lewat
kemarahannya,
ia tak pernah melakukan itu tanpa sebab. Menurutku, ia melakukan itu
karena ingin melindungi Lala, hanya saja caranya yang salah.
Seharusnya Dark Aurora
dapat memakai Tiara untuk mengimbangi kekuatannya, melihat hasil
analisaku, dan memintamu bicara pada Lala.

WAHITA: Dengan kata lain, Lala hanya membuka satu elemen saja, dan
Dark Aurora merasa khawatir? Hmmm, aku mengerti, tapi apa alasannya?

AURORA: Maaf Wahita, untuk menganalisa sampai sejauh itu dibutuhkan
kode khusus, karena hatinya terproteksi, meskipun tidak diproteksi
oleh sistem keamanan
kata kunci "AAA" (baca "triple-A").

WAHITA: Kalau begitu itu bukan urusan kita. Kalau tak ada ijin, lebih
baik kita tidak memaksakan.

AURORA: Ya, analisis logisku juga merespon demikian. Itu semua
terserah Lala, tapi yang jelas, dengan adanya kita di sisinya,
kesempurnaannya akan meningkat,
setidaknya lebih meningkat, itu menurut perhitunganku.

TIARA (terkejut): Dark...Dark Aurora...!

DARK AURORA (lemah): ...tak apa2...

WAHITA: Ya ampun, Rama hampir kehilangan semua energinya. Aurora, bagaimana ini?

AURORA: Menurut perhitunganku, kalau kita berempat bersatu, Rama akan
mampu bertahan sampai ke rumahnya. Selebihnya ia harus segera
menghangatkan diri dan
mengisi perutnya dengan makanan, atau Dark Aurora akan benar2 lenyap...

TIARA (menangis): Dark...Aurora...

DARK AURORA: (dalam hati: terima kasih teman2)... ...sudah jangan
cerewet, AYO JALAN!!!

5.

(Undangan) Ramaditya di TVRI: Minggu 16 Agustus 2009!

Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 7:00 pm (PDT)



Assalamu'alaikum Wr.Wb, Dear all...

Bersama ini saya ingin mengundang rekan-rekan untuk menyaksikan
penampilan saya dalam acara "Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo."
Acara ini ditayangkan oleh TVRI dalam rangka merayakan HUT RI, dipandu
oleh Slamet Raharjo, salah satu aktor kenamaan Indonesia yang tentunya
sudah tak asing lagi bagi kita semua.

Hari/Tanggal: Minggu, 16 Agustus 2009
Waktu: 22:00 WIB
Channel: TVRI
Acara: Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo
Topik: Mewarnai Hari Kemerdekaan

Dalam acara ini, saya mendapatkan kehormatan hadir sebagai salah satu
bintang tamu, duduk di antara berbagai wakil dari elemen bangsa
Indonesia, mulai dari ketua partai, dosen, hingga budayawan Arswendo
Atmowiloto yang ikut meramaikan acara ini!

Sebagai perwakilan generasi muda Indonesia yang diberi kelebihan
berupa fisik yang tidak sempurna, saya menuturkan betapa kemerdekaan
harus diawali dengan melepaskan belenggu yang ada dalam diri kita.
Belenggu tersebut, tak lain dan tak bukan, adalah batas-batas yang
membuat diri kita tidak optimal dalam meraih cita-cita.

Bagaimana kelanjutannya? Simak dalam acara Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo!

PS: Mohon bantu menyebarkan pengumuman ini. Atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"

- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com

Assalamu'alaikum Wr.Wb, Dear all...

Bersama ini saya ingin mengundang rekan-rekan untuk menyaksikan
penampilan saya dalam acara "Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo."
Acara ini ditayangkan oleh TVRI dalam rangka merayakan HUT RI, dipandu
oleh Slamet Raharjo, salah satu aktor kenamaan Indonesia yang tentunya
sudah tak asing lagi bagi kita semua.

Hari/Tanggal: Minggu, 16 Agustus 2009
Waktu: 22:00 WIB
Channel: TVRI
Acara: Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo
Topik: Mewarnai Hari Kemerdekaan

Dalam acara ini, saya mendapatkan kehormatan hadir sebagai salah satu
bintang tamu, duduk di antara berbagai wakil dari elemen bangsa
Indonesia, mulai dari ketua partai, dosen, hingga budayawan Arswendo
Atmowiloto yang ikut meramaikan acara ini!

Sebagai perwakilan generasi muda Indonesia yang diberi kelebihan
berupa fisik yang tidak sempurna, saya menuturkan betapa kemerdekaan
harus diawali dengan melepaskan belenggu yang ada dalam diri kita.
Belenggu tersebut, tak lain dan tak bukan, adalah batas-batas yang
membuat diri kita tidak optimal dalam meraih cita-cita.

Bagaimana kelanjutannya? Simak dalam acara Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo!

PS: Mohon bantu menyebarkan pengumuman ini. Atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

6.

[INFO KESEHATAN] Cara Cepat Turunkan Kolesterol

Posted by: "klinikitc" klinikitc@yahoo.com   klinikitc

Thu Aug 13, 2009 8:28 pm (PDT)




KERUTAN yang makin jelas di wajah bisa jadi salah satu isyarat bahwa
Anda bertambah tua. Namun untuk mengetahui meningkatnya kadar
kolesterol Anda tak bisa mengenalinya dari tampilan fisik.
Meskipun tingginya kadar kolesterol seringkali menjadi konsekuensi
penuaaan. Namun naik turunnya kadar kolesterol tak kenal tua atau muda.
Di zaman sakarang, remaja juga bisa mengalami risiko kesehatan serius
akibat melonjaknya kolesterol. Sejumlah penyakit berat seperti jantung,
stroke kini tak cuma menyerang orang tua, namun juga kaum muda.
Untungnya, untuk menghindari dampak buruk kolesterol ada banyak hal yang
bisa dilakukan. Hidup sehat dan disiplin adalah prinsip dan modal
utama guna mencegah ancaman kolesterol, tetapi menurut para ahli
kesehatan ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menurunkan dan
mengendalikan tingginya kolesterol.

1. Makan yang benar dan tepat. Mulai saat ini, kurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol. Hindari jenis makanan seperti gorengan atau
jeroan. Gumpalan lemaknya (fatty streak) akan membuat kadar kolesterol
melonjak.
2. Rajinlah melakukan olahraga. Penelitian menunjukkan aktivitas fisik
yang dilakukan secara teratur mampu mengurangi risiko terkena penyakit
jantung sebanyak 50%, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar
kolesterol total dan meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik) yang
membantu menyingkirkan LDL (kolesterol jahat) dari arteri Anda.
3. Turunkan berat badan. Berat badan yang berlebih atau obes cenderung
menyebabkan tingginya kandungan trigliserida (semacam lemak) tinggi,
sementara kadar HDL (kolesterol baik) cenderung rendah.
4. Periksa tekanan darah secara teratur. Menjaga tekanan darah.
Idealnya 120/80. Tekanan darah yang tinggi menandakan terjadinya
kolesterol yang bertumpuk di lapisan dalam arteri.
5. Stop merokok. Rokok dapat mendorong pembentukan penumpukan lemak
pada dinding arteri (atherosclerosis) dan mempersempit arteri serta
menyumbat aliran darah.
6. Minum obat dari dokter. Jika kerja keras Anda seperti olahraga,
diet dan program penurunan berat badan gagal menurunkan kolesterol,
dokter akan memberikan Anda obat-obatan penurun kolesterol. Pengobatan
bisa menjadi pilihan pertama bagi orang yang memiliki faktor-faktor
risiko penyakit lain seperti sakit jantung atau diabetes. Ada beragam
obat yang diresepkan seperti statin, niacin atau ezetimibe.

Sumber : www.herbal4diabetes.com
<http://herbal4diabetes.com/?p=194#more-194>

7a.

(Diruang Usaha) LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 10:07 pm (PDT)



*Loper Majalah Sampai Loper Buku*

*-Fy-*

* *

*"Jika kita memulainya dengan kepastian, kita akan berakhir dalam keraguan,
tetapi jika memulainya dengan keraguan dan bersabar menghadapinya, kita akan
berkahir dalam kepastian." (Francis Bacon)*

* *

"Ini yang dulu buka loper majalah sama koran di depan jalan itu, ya? Kok
sekarang tidak buka lagi sih. Memangnya kenapa?"

Tiba-tiba ada seorang Ibu muda menegur diri saya saat pulang dari rumah
kawan. Saya yang mendapatkan sapaan ramah itu langsung menyunggingkan
senyuman maut saya. Lalu saya pun menjawabnya dengan seadanya.

"Hmm…habisnya harga majalah sama koran harga pada naik semua, Bu. Kalau pun
saya harus menaiki harga saya nanti tidak enak dengan para pelanggan saya.
Makanya jalan satu-satu saya memutuskan berhenti. Dan inilah jalan
satu-satunya yang saya lakukan, Bu. Ya, selain menutup kerugian sekalian
mencari pengalaman yang lain," jawab saya kepada Ibu muda yang menyapa saya
di tepi ruas jalan raya. Ternyata ia masih ingat betul dengan wajah
pas-pasan saya ini sebagai si loper majalah dan koran saat itu.

"Sekarang dimana?" lanjutnya.

"Ya, lagi usaha kecil-kecilan, Bu," kata saya lagi. Dan Ibu muda tadi
langsung berlalu dari hadapan saya dengan terlebih dahulu permisi dengan
saya untuk melanjutkan perjalanannya.

***

Menjadi loper majalah, tabloid plus koran itulah profesi saya dulu—dan
sebelum saya berkecipung di dunia tulis menulis serta usaha yang baru saya
rintis ini. Saya menjadi loper majalah, tabloid plus koran sudah sejak
dimulai sebelum krisis moneter menghantui negeri ini. Sekitar tahun 1997
saya memulai berkecipung di dunia persuratkabaran di Jakarta, khususnya.
Alias, membuka lapak majalah, tabloid plus koran. Kebetulan saya menjadi
loper saat itu masih sedang memakai seragam putih abu-abu. Masih duduk
bangku kelas satu SMK jurusan Akuntasi.

Ya, saya bersekolah sambil berwiraswasta dengan membuka lapak majalah,
tabloid plus koran. Semua itu saya lakukan dengan sebisa mungkin. Saya atur
waktu saya untuk mencari tambahan (saku) serta bersekolah. Kebetulan saat
itu saya masuk siang. Pukul 13.00 saya harus sudah sampai di gerbang sekolah
kalau tidak saya harus menerima hukuman dari guru piket. Alhasilnya, saya
harus mengelilingi lapangan upacara lima kali putaran. Alhasilnya, saya
seperti orang bermandikan peluh. Tak ada air. Peluh pun jadi.

Itulah yang sering saya alami. Karena keterlambatan saya untuk mengejar
waktu untuk sampai di sekolah saya harus terpaksa menerima hukuman itu.
Tetapi akhirnya guru-guru dan Kepala Sekolah mahfum juga. Mereka mau
memaklumi saya. Jadi saya diam-diam diberi dispensasi soal waktu. Tapi hanya
untuk saya saja lho dengan pengecualiannya? Kalau yang lain…ehmm, sepertinya
tidak deh!

Mungkin akan bertanya-tanya siapa yang menjaga lapaknya jika saya bersekolah
siang harinya? Saya memakai sistem *rolling *atau *shift* dengan adik
laki-laki saya satu-satunya yang saat itu masih berseragam putih abu-abu
kelas satu SMP. Kebetulan adik saya masuk pagi jadi seusai ia pulang dari
sekolah. Makan dulu dan mandi baru ia yang menjaga lapaknya siang harinya.
Dan barulah seusai saya pulang dari sekolah saya baru menghitung keuntungan
saya hari itu. Dalam keuntungan itu tentu saja saya memberikan beberapa
persen kepada adik saya yang sudah menunggu lapak sebagai penambah uang saku
sekolah esok paginya. Kalau tidak saya lakukan seperti itu nanti saya sama
saja mendzhalimi adik saya sendiri. Bekerja tapi tidak saya upahi. Tidak
amat manusiawi sama sekali jika terjadi.

Itulah setiap hari saya lakukan. Saya harus berolling ria dan mengadu shift
bersama adik saya. Tetapi ketika adik saya ada eskul di sekolahnya lalu
pulangnya agak sore saya terpaksa tutup sementara. Kalau ternyata adik saya
pulangnya terlalu sore dan tidak kemungkinan bisa dibuka terpksa lapak saya
itu ditutup. Namun, alhamdulillah, sejak saya membuka lapak financial saya
yang saat itu masih berstatus pelajar pun berubah dan bisa mencukupi. Saya
bisa membayar uang SPP tanpa menunggak lebih dulu kadang sampai dua bulan
saya tidak membayarnya. Tetapi sejak saya mulai buka lapak administrasi di
sekolah bisa terbantukan dari keuntungan majalah, tabloid plus koran. Bahkan
saya masih membuka lapak versi anak pelajar. Ketika bel istirahat di sekolah
saya langsung keluar kelas. Saya ambil meja kosong saya sejajarkan
majalah-majalah remaja di atas meja yang sudah saya pisahkan di dalam tas.

Ya, saat itu saya seperti buka stand dadakan tanpa tandingan. Ada majalah
remaja Aneka Yess!!, Gadis, Kawanku, Hai, Seventeen, Cosmo Girl, Sabili
majalah musik MBS sampai TTS. Tetapi ya namanya anak pelajar keadaan sakunya
empot-empotan terkadang hanya satu majalah saja plus TTS itu pun dibeli
secara patungan sama kawan-kawan saya yang laku terjual bahkan ada juga yang
mengutang.

"Yan, gue boleh ambil dulu ya majalahnya. Besok baru bayarnya."

"Ya, udah ambil aja. Asal lo ingat kalau lo ambil majalah gue, ya!" Akhirnya
saya pun mengikhlaskannya juga. Toh lagi pula yang mengutang itu kawan saya
juga kok. Kenapa tidak saya memberinya. Hingga majalah yang saya jual
beralih hijrah ke tangan kawan saya saat itu. Rata-rata kawan-kawan saya
membeli majalah remaja Aneka Yess!! Atau, Gadis. Selain ada cerpennya juga
ada zodiaknya. Yup, begitulah masa-masa remaja. *Maunya yang hepi-hepi aja.
Nggak tau kalo bokap-nyokapnya siang malam banting tulang. Oh, my God! *

* *

Bukan itu saja guru-guru di sekolah pun menjadi 'korban' saya pula untuk
saya jadikan *customer *tetap saya dengan sedikit memaksa menawarkannya. Ada
majalah Tempo, Gatra, Forum, Femina serta tabloid Nova, Bintang hingga
tablod Nyata. Dan…ternyata membuahkan hasil. Guru-guru saya ada yang menjadi
pelanggan tetap saya. Ada yang menjadi pelanggan bulanan juga ada yang
mingguan. "Masa sih untuk membantu perekonomian anak didiknya tidak mau
membantu," bathin saya jika saya memasuki ruang guru ketika saya bawa
majalah-majalah dan tabloid-tabloid itu. Pasang muka malu dan pede.

***

Benar. Ternyata apa yang saya lakukan itu tak selamanya berjalan lancar.
Sejak saya menjadi loper majalah, tabloid plus koran—dengan membuka stand
dadakan juga di sekolah. Hasil ujian saya jeblok. Pun dengan ulangan umum
saya. Kalau pun yang bagus paling-paling hanya mata pelajaran Sastra
Indonesia. Mungkin dari sinilah cikal bakal saya jadi penulis ya? Karena
saking banyak mata pelajaran disekolah masa hanya rata-rata mata
pelajaran Sastra
Indonesia yang mendapatkan nilai delapan terus sampai kelas tiga. Entahlah.
**

* *

Ternyata hidup itu (memang) harus punya resiko. Bukan hanya hasil ujian dan
ulangan yang saya terima. Adapun bermodal rasa percaya diri dan *must
go on*saja ternyata tidak cukup sampai disitu saja. Tetap saja saya
menuai resiko
itu. Tetapi itu berbalik pada diri saya, khususnya, bagaimana saya
menghadapinya dengan bijaksana. Halnya saya saat itu—yang notabene baru
mulai merintis menjadi loper majalah,tabloid dan koran. Dengan pengalaman
dan wawasan tentang permajahan, pertabloidan plus perkoranan—begitu
menyebutnya masih minim saya pun mengalaminya. Resiko itu saya tuai pula.
Saya mengalami kerugian yang cukup jantung saya kembang kempis saat memulai
merintis usaha tersebut. Saya mengalami kerugian beberapa ratus ribu
rupiah—dengan kerugian yang saat itu cukup tinggi bagi orang yang masih baru
serta sebagai seorang pelajar putih abu-abu. Modal tidak balik. Kerugian
yang saya dapati. Gigit jari.

Tapi bagi saya itu mungkin itu hanya sebuah permulaan bagi seorang pemain
baru. Tanda pengenalan untuk saya. Atau, terapi kejut untuk saya yang baru
ingin menanjak lebih lanjut untuk menjadi loper. Agar saya tetap belajar
dari apa yang sudan saya alami. Alhamdulillah, akhirnya lamat-lamat saya
bisa mengetahui medan tentang permajalahan, pertabloidan plus perkoranan.
Bagaimana saya harus menego kepada para agen majalah, tabloid plus koran
serta merayu kepada para pelanggan agar sudi menjadi mitra maupun partner
saya dalam usaha saya itu.

***

Usai bada subuh itulah aktivitas yang saya lakukan tiap harinya.
Melangkahkan niat saya untuk membeli dan menego ke para agen yang ada di
emperan toko. Alokasi yang saya tandangi saat itu berada di Kebayoran Lama
serta di terminal Blok-M. Bagaimana saya harus menghalau rasa ketakutan itu
jika saya menemui orang yang akan berlaku jahat kepada saya di pagi buta.
Bukan itu saja saya juga harus beradu memungut rezeki di pagi buta bersama
para makluk Tuhan yang lainnya. Mereka para penjual sayuran, pedagang
makanan serta para pengais sisa-sisa sayuran yang tak layak dipakai bahkan
sampai pengemis.

Itulah yang saya jalani sampai 9 tahun menjadi loper majalah, tabloid plus
koran. Bagimana saya harus bangun pagi-pagi buta. Seusai bada subuh saya
harus sudah bergelut dengan aktivitas saya walaupun rasa dingin saat itu
menyelubungi tubuh. Terkadang pula saya juga harus menarik urat dengan para
agen yang lain karena jatah dan orderan saya dilimpahkan kepada yang lainnya
walau saya sudah memesan sebelumnya. Ternyata hal itu tak dapat ditoleran.
Siapa yang datang lebih awal itulah jatahnya. Kalau kesiangan hanya
sisa-sisa majalah, tabloid plus koran yang sudah cacat. Mau tidak mau saya
harus menerima itu walau kerugian saya alami lagi. Tapi hal semacam itu
sudah tak membuat saya terkejut lagi bahkan menjadi sarapan pagi saya setiap
pagi buta. Menarik urat dengan para loper yang lain, para agen yang
seenaknya menaiki harga sampai keterlambatan pengiriman majalah, tabloid
plus koran. Saya harus ekstra sabar dan tetap melakukan lobi kepada para
agen agar saya bisa mendapatkan jatah saya.

Saya ingat betul—jika lagi rezekinya para loper meningkat ketika di dunia
hiburan atau publik figur menjadi idola bagi para kaum remaja ABG yang masih
berseragam putih biru, putih abu-abu serta mahasiswa. Jika publik figur dari
domestik maupun internasional lagi menjadi trend setter maupun sedang naik
daun mereka habis-habisan menyerbu loper. Mereka ingin mengoleksi bahkan
dijadikan merchandise baik di majalah maupun tabloid.

Halnya ini terjadi ketika group asal Jogjakarta Shela On 7 (Duta, Eros,
Adam, Sakti, Anton—masih komplit) merajai band-band domestik di nusantara
saat itu. Hingga banyak dari kalangan para ABG maupun yang masih berstatus
pelajar dan mahasiwa berduyun-duyun menyerbu para loper. Termasuk saya juga
yang mendapatkan limpahan rezeki itu. Mereka tidak tanggung-tanggung membeli
majalah bahkan tabloid hingga membelinya sampai dua eksplar—bila
mengedapankan profil idola mereka. Begitu pun saat boyband asal Irlandia
Shane Cs. Alias, boyband Westlife besutan dari Ronan Keating eks boyband
Boyzone. Betapa gembira para loper ketiban pulung, mendapatkan rezeki yang
berlimpah. Karena mereka banyak mengidolakan boyband tersebut dengan
mengejar ke berbagai loper hanya untuk mengoleksinya. Kalau tidak salah itu
terjadi sekitar tahun 1998-1999. Semua para loper meraup rezeki.

***

Itulah yang terjadi saya alami. Tetapi hal itu hanya sesaat saja. Hanya
musim-musiman jika habis masa pengindolaan mereka terhadap publik figurnya
syang sudah memudar tentu mereka tak interest lagi untuk mengoleksinya. Baik
dari poster, pin up maupun merchandise lainnya. Hingga saya pun turut
membaca profil-porfil idola mereka. Seperti apakah mereka itu? Ternyata sama
saja mereka menjalaninya penuh resiko juga. Dikejar para idola sampai
dibuntuti paparazzi segala. Dan ternyata saya sadari lebih enak menjadi
manusia biasa. Segala privacy tak terganggu serta tidak diganggu paparazzi
segala. Lebih baik jadi loper buku saja ya?

Lain menjadi loper majalah,tabloid plus koran lain pula menjadi loper buku.
Alias, usaha yang sedang saya rintis saat ini yakni usaha penjualan
pemesanan dan pengiraman buku. Pemesanan buku-buku melalui fasilitas online
maupun offline yang saat ini sudah berjalan.

Lagi-lagi suka dan duka saya dapati pula di usaha yang saya rintis ini.
Walau beda cara publikasinya. Tapi tetap saja sama. Sama-sama berbentuk
tulisan. Kumpulan-kumpulan kalimat. Hingga jika saya berkaca diri di depan
cermin. Baik di toilet maupun di lemari pakaian terkadang saya tersenyum
sendiri bahkan sadar diri," kok lama kelamaan muka saya kayak buku yang saya
jual juga ya tapi tak bertulis," bathin saya jika saya lihat dari awal saya
berkecimpung di dunia usaha ini. Pertama saya menjadi loper majalah, tabloid
plus koran dan kini menjadi loper buku. Alias, menjual buku melalui media
online yang saya beri nama Topide Online Bookshop—yang awalnya bernama Anju
Online Bookshop dikarenakan kawan-kawan saya ikut nimbrung untuk membesarkan
usaha ini.

Resiko. Itulah setiap saya menjalani suatu usaha. Apalagi usaha pengiriman
dan pemesanan buku-buku ini. Saya harus tahan banting dengan para pelanggan
jika buku terkirim terlambat. Bukan itu saja bahkan saya harus debat kusir
kepada pelanggan jika sistem yang saya lakukan dengan cara mentransfer tak
ditaati. Bahkan juga saya menerima klaim pedas dari para pelanggan. Tapi
lagi-lagi itulah resiko saya sebagai jasa penjual buku-buku jika mengalami *
trouble*. Namun itu semua tidak sampai mengarah saling merugikan tetapi
malah sebaliknya saya menjalin silaturahim kepada para pelanggan saya yang
saya tidak ketahui keberadaannya sebelumnya. Dan kini saya bisa bertegur *say
hallo*. Baik di balik ponsel maupun di media online. Facebook, YM maupun
e-mail.

Kalau tidak salah pelanggan saya yang paling jauh adalah bertempat tinggal
di Abu Dhabi. *Wuih*, jauh banget ya? Tetapi ia orang asli Indonesia. Entah,
mungkin ia disana dalam rangka bekerja atau dalam menuntut ilmu, study. Bagi
saya saat itu saya mendapatkan telepon darinya dan bisa berchatting ria
sungguh diluar dugaan saya. Ia begitu welcome terhadap saya. Begitu juga
saya! Saya sangat senang sekali dapat pelanggan semacam dirinya. Lebih
untungnya saya tidak perlu mengirimnya sampai ke Abu Dhabi nantinya
melainkan ke Cilegon. Berapa rupiah pengiriman jika hal itu terjadi? *Ehem…,
saya tak dapat membayangkannya…. *

* *

*Fyuh*, benar-benar penuh dinamika ya? Hingga membuat saya terus dan terus
banyak belajar untuk menghadapi resiko yang mungkin akan datang kembali
nantinya. Menjadi loper majalah, tabloid plus koran serta loper buku bagi
saya sama-sama menariknya. Penuh tantangan dan pengalaman yang
menakjubkan.(fy)

*Ulujami—Pesanggrahan, Kamis, 13 Agustus 2009*

* *

*Tanpa ditemani apa pun. Hanya di temani seekor nyamuk aja tetapi…, temannya
itu lho…Banyak begitu.*

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
7b.

Re: [ruang kantor) LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Thu Aug 13, 2009 11:16 pm (PDT)



Whoaaaaaaa...
satu lagi yang sharing tentang profesinya
bagus, Brow.

Saya sempat kepikiran mau jadi loper koran
juga dulu waktu kuliah, nanya sana sini soal
seluk beluk perloperan. Sayang ya, dulu kita
lom kenal, coba dah kenal, saya nanya sama
ente kali.

Perjuangan memang ga kenal berhenti, seperti
bang salam bilang, anak sopir angkot bisa jadi
pilot, semoga generasi keturunan kita yang akan
datang, mendapat kemudahan dalam hal meniti karier
dan membentuk masa depannya sendiri. Amiin.

Thx for sharing,

Dani

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, fiyan arjun <fiyanarjun@...> wrote:
>
> *Loper Majalah Sampai Loper Buku*
>
> *-Fy-*
>
> * *
>
> *"Jika kita memulainya dengan kepastian, kita akan berakhir dalam keraguan,
> tetapi jika memulainya dengan keraguan dan bersabar menghadapinya, kita akan
> berkahir dalam kepastian." (Francis Bacon)*

8a.

[Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten)

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Aug 13, 2009 10:30 pm (PDT)



Penerbit: Bikumiku

Tebal: 106 halaman

Cetakan: I, Juli 2009

ISBN: 978-602-95228-0-8

Komik dapat berfungsi sebagai perangkat pemotret fenomena akurat di masyarakat sekitar. Vbi Djenggoten membidik situs jejaring sosial Facebook yang naik daun dalam tempo relatif singkat belakangan ini. Begitu melejitnya FB sehingga bukan hanya Friendster yang tergerus, namun juga Multiply yang kemudian menelurkan aplikasi guna `mengawinkan' konten.

Komik ini dimulai dengan pengenalan Facebook kepada kalangan yang mungkin saja belum atau tidak berstatus Fesbuker [akhir-akhir ini juga dititeli Jamaah Fesbukiyah]. Berderet keasyikan yang dapat direguk darinya, termasuk bagi produsen Blackberry selaku salah satu gadget yang terciprat Fesbukisme di Indonesia. Tak pandang usia, latar belakang, FB selalu melanda.

Tak ayal, `hobi' yang awalnya diniatkan pergaulan semata ini memicu dampak-dampak negatif. Bijaknya, Vbi memaparkan sisi terang lebih dahulu. Sejumlah cerita dihadirkan sebagai contoh kasus yang tak pelak menerbitkan senyum geli atau menyemburatkan muka bila tergolong pelaku, misalnya sebentar-sebentar berfoto demi Facebook. Sindiran yang `nendang' terasa sekali di salah satu panel halaman 95, "Waa..Si Rini udah di Jepang, banyak duit pasti." Diakui atau tidak, kemudahan update status di FB berpotensi besar menjerumuskan kita pada gaya hidup konsumtif sekaligus pamerisasi materi yang berakibat dengkinitis. Belum lagi kebiasaan curhat colongan yang, saking kronisnya, berkembang menjadi curhat rampokan. Padahal tak bisa dipungkiri, menyuburnya pertemanan nyaris tanpa batas di FB membuat kita lupa bahwa di antara list panjang itu terdapat anggota keluarga, mantan bos, teman sekolah, dan banyak lagi yang bisa saja tersinggung atau menarik kesimpulan tertentu lantaran membaca status berikut komen-komennya.

Dari segi fisik, komik indie ini spesial dan nyata benar digarap apik [tanpa mengurangi rasa hormat pada komikus independen lainnya]. Konsentrasi tercurah pada layout, tataan ilustrasi dan elemen tampilan yang serba rapi. Akan lebih `mencrang' lagi bila editing dipercermat karena masih ada kata `merubah' nyelonong di dalamnya, juga dipertajam isu-isu efek kurang baik FB pada anak-anak di bawah umur. Sentilan yang tersaji terbilang halus, seperti penyematan istilah `kantor non swasta' di suatu panel. Aku Ber-facebook Maka Aku Ada dapat dikategorikan komik How-To, mengingat terkandungnya tips-tips guna menghindari kebobolan privasi dan risiko diakses orang tak dikehendaki dalam ranah gaul yang mudah pula ditayangkan di layar ponsel ini.

Masih kecanduan FB? Masih lebih suka kirim hadiah virtual lewat aplikasi daripada menyingsingkan lengan dan mencomot waktu? Masih suka ketik update status di dapur atau kamar mandi? Bacalah komik ini, dan mari sama-sama bercermin.

8b.

Re: [Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten)

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Thu Aug 13, 2009 11:01 pm (PDT)



Koment lagii aaah:D
Ia sepaakt dengan mbak Rini, komik ini
berhasil menyentil sesentil2nya jama'ah fesbukiyyah
yang menganut aliran fesbukisme yang akhir2 ini
berkembang di Indonesia, disalah satu halaman komik
ini, juga ada disebutkan nama saya :D, tapi saya lupa
halamannya, cuma ingat kuncinya. Halah.

Selain menarik dari segi tema yang diangkat
komik ini menjadi bernilai lebih --di mata saya--
karena diterbitkan secara indie. hehehe, secara saya
lagi memprovokasi insan2 indie :D

terimakasih, Mbak Rini sudah berbagi.

Bagi yang penasaran sama komik ini, silakan klik link berikut ini:

http://www.jasapenerbitan.com/index.html
<http://www.jasapenerbitan.com/index.html>

Heuheuheu, teteeeub.. sebelum keduluan Nopi. :D
ayoo nooop, jualan biar rameee :D

DANI,

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Rini Agus Hadiyono"
<rinurbad@...> wrote:

> Penerbit: Bikumiku
> Tebal: 106 halaman
> Cetakan: I, Juli 2009
> ISBN: 978-602-95228-0-8

>
> Komik dapat berfungsi sebagai perangkat pemotret fenomena akurat di
masyarakat sekitar. Vbi Djenggoten membidik situs jejaring sosial
Facebook yang naik daun dalam tempo relatif singkat belakangan ini.
Begitu melejitnya FB sehingga bukan hanya Friendster yang tergerus,
namun juga Multiply yang kemudian menelurkan aplikasi guna `mengawinkan'
konten.

8c.

Re: [Ruang Baca] Aku Ber-facebook Maka Aku Ada (Vbi Djenggoten)

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Fri Aug 14, 2009 5:15 am (PDT)



Jadi Prolong ya, Dan? Promo Colongan?:D
Sook atuh dikomen lagi, jangan lupa klik Like..:)
Aku pikir Vebi tekun banget membuat desain halaman FB yang detail sekali di halaman-halaman akhir tea..Patut diacungi jempol..jempolnya buto kalo perlu.
Tinggal ditingkatkan penceritaannya yang lebih dalam lagi..biar tak kalah seru dari jamurkomik, ya tho Veb?
Tengkyu udah baca ya, Dan.

Peace,
Rinurbad

9.

Re: LOPER MAJALAH SAMPAI LOPER BUKU

Posted by: "beni jusuf" kangbeni@gmail.com

Thu Aug 13, 2009 11:56 pm (PDT)



Salah satu yang saya suka dari fiyan itu adalah semangatnya yang
[sangat] luar biasa, tanpa pernah mengenal lelah
Tak heran kalau pas Milad SK, tak ragu jua saya memilihnya menjadi
salah satu kandidat sk idol

Salam

Beni Jusuf
www.tokobogor.com

2009/8/14 fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com>:
> Loper Majalah Sampai Loper Buku
> "Jika kita memulainya dengan kepastian, kita akan berakhir dalam keraguan,
> tetapi jika memulainya dengan keraguan dan bersabar menghadapinya, kita akan
> berkahir dalam kepastian." (Francis Bacon)
> "Ini yang dulu buka loper majalah sama koran di depan jalan itu, ya? Kok
> sekarang tidak buka lagi sih. Memangnya kenapa?"

10a.

(Catcil)Ijinkan Aku Jadi  Ayah Juara, Nak

Posted by: "suhadi hadi" abinyajundi@yahoo.com   abinyajundi

Fri Aug 14, 2009 1:10 am (PDT)



Ijinkan Aku Jadi Ayah Juara, Nak

Said Seman Harun, Ayah Juara Satu seluruh Dunia

Bagi yang pernah membaca buku
Laskar Pelangi pasti pernah menemukan
kalimat ini. Kalimat yang ditulis oleh Andrea Hirata pada lembar awal bukunya
itu Dia pernah mengatakan bahwa apa yang ia tulis itu adalah sebuah wujud
penghargaan kepada sosok Sang Ayah yang telah memberikan warna bagi hidupnya.
Sekalipun ia tahu bahwa Sang Ayah tidak bisa membaca apa yang ia tuliskan
di buku itu, tapi ia yakin bahwa Sang
Ayah pasti bangga dan bahagia saat mendengar atas capaian yang kini didapat
Andrea Hirata.

Buatku, Bapakku juga adalah Ayah
juara. Sekalipun hanya berprofesi sebagai seorang petugas kebersihan dan
petugas Marbot masjid pada masa pensiunnya, tapi beliau adalah Bapak yang bisa
Aku banggakan. Berangkat setelah subuh dan pulang diatas jam 9 malam adalah
rutinitas yang setiap hari dilakoninya untuk mencari rezeki, semata-mata agar
dapat membiayai sekolah anak-anaknya. Karena Beliau tak ingin anak-anaknya
bernasib sama dengan dirinya yang tidak mampu membaca sama sekali alias buta
huruf. Dan Aku bahagia pernah melihat
binar bahagia terpancar dari mata tuanya saat Aku ajak beliau jalan-jalan napak tilas ke tempat kerjanya dulu di
perumahan sekitar Menteng dengan mobilku sendiri. Matanya tak berhenti menatap
keluar jendela. Memperhatikan rumah-rumah mewah tempat dulu ia menunaikan
kewajibannya. Mungkin dalam hatinya berucap. Ini Aku, lewat diatas jalan yang dulu sering aku sapu, bukan dengan
gerobak sampahku tapi kini Aku lewat diatas jalan ini dengan mobil anakku. (Padahal mobil anaknya Cuma mobil sedan bekas keluaran tahun lama )

Kini Aku juga telah menjadi Ayah.
Ayah dari tiga anak-anaku yang lucu, Rafa, Jundi dan Kira. Aku juga ingin menjadi
Ayah juara. Tapi kadang Aku ragu dan sering bertanya benarkah Aku sudah menjadi
ayah juara bagi anak-anakku? Atau paling tidak menjadi Ayah yang baik untuk
ukuran mereka?. Jangan-jangan belum. Apalagi mengingat kejadian dua hari lalu
saat Rafa menunjukan kebolehannya padaku.

Dua hari lalu saat aku saat asyik menonton berita di TV, Rafa mendatangiku.
”Bi Rafa sudah bisa baca
Al-qur’an dong”
Aku yang mendengar perkataannya
hanya tersenyum sambil berfikir, untuk ukuran seusianya yang baru 5,5 tahun dan
duduk dibangku TK B mungkin kualitas bacaanya pastilah biasa-biasa saja. Paling-paling kemampuannya baru tahap
pengenalan huruf yang belum tersambung dan berkisar pada huruf-huruf yang
diberi fathah , kasroh dan dhomah.
Itu saja.

“Oya..?.coba Abi mau dengar”
Kataku sambil mataku sesekali tetap
menatap layar TV. Perlahan dibukanya halaman terakhir dari buku tilawati 3
miliknya. Didalam buku itu terdapat beberapa potongan-potongan ayat Al-qur’an
yang telah disusun sedemikian rupa,teratur dan berurutan.

Perlahan ia mulai melantunkan
satu persatu ayat-ayat yang tertulis dibuku itu. Subhanallah, Aku yang mendengar lantunan bacaan Rafa kaget
sekaligus tidak percaya betapa kualitas bacaan yang ditunjukannya jauh dari perkiraanku
sebelumnya. Makhroj (tempat keluarnya
huruf) yang ia keluarkan termasuk dengan kualitas baik untuk ukuran seusianya,
bahkan kalau boleh jujur sudah melebihi kualitas bapak-bapak komplek yang dulu
pernah menjadi murid-muridku belajar Qur’an. Apalagi dia membaca ayat-ayat tersebut
tanpa terpatah-patah . lancar mengalir .

Ada Rasa Bangga dan Bahagia membuncah.
Juga rasa malu dan bersalah yang beriringan menuding-nuding diriku. . Bukan
apa-apa, ternyata Aku tidak tahu perkembangan anakku sendiri. Selama ini. Aku memang
menyerahkan total pendidikannya hanya melalui sekolah tempat Rafa belajar.
Padahal bukankah Madrasah yang paling baik adalah rumah dan guru yang terbaik adalah
orangtua sendiri?.

Jujur memang kuakui, untuk urusan
belajar kami tidak terlalu fokus dan ketat menyuruh Rafa . Tidak seperti
kawan-kawan kelasnya yang lain, yang hari-hari mereka dijejali dengan les private yang beragam. Dari mulai bahasa
inggris, sempoa, jarimatika melukis dan lain-lain. Buatku menjejali anak-anak
seusianya dengan cara itu justru malah menghilangkan masa kecilnya. Bahkan guru
Rafa tidak percaya dengan apa yang kami lakukan terhadap Rafa.

Dulu pernah, saat guru kelas Rafa
mengadakan program Visit ke rumah kami
untuk melaporkan perkembangan Rafa, salah satu guru bertanya kepada istriku
metode belajar seperti apa yang diajarkan kami kepada Rafa sehingga
perkembangan Rafa cukup jauh meninggalkn teman-temannya. Dengan senyum
malu-malu, istriku menjawab kalau kami jarang sekali mengajarkan hal yang
berhubungan dengan pelajaran disekolah kepada Rafa, apapun itu, membaca, tulis-menulis
ataupun belajar Al-qur’an.

Ternyata Rafa berjalan sendirian
mengolah kemampuannya. Dia pelajari huruf-huruf Al-Qur’an itu tanpa aku
dampingi padahal untuk oranglain Aku bersedia menyediakan waktuku dan
mengajarkan Al-Qur’an . Jika fikirannya dewasa mungkin ia akan mencap diriku
tidak adil. Aku malu, ternyata Aku belum menjadi Ayah juara buat anak-anakku. Aku
tidak menjadi guru yang baik buat Rafa hingga tidak tahu perkembangannya selama
ini.

Sebetulnya masih banyak hal-hal
yang membuat Aku tidak pantas menjadi Ayah juara. Seperti misalnya, terkadang Aku
suka mengeluh jika anak-anakku memaksaku untuk bermain kuda-kudaan dengan menaiki
puggungku. Betapa seringnya aku mengeluarkan jurus Capek, masih kekenyangan, badan
pegal-pegal demi untuk menyiasati keinginan mereka agar tidak bermain denganku
saat itu.. Padahal 8 jam mereka telah kehilangan sosok diriku karena kutinggal
bekerja. Dan waktu malamlah saatnya buat mereka untuk menuntut hak mereka,
yaitu hak bermain.

Lain waktu, Aku juga seringkali
asyik mengobrol dengan istriku membahas berita-berita yang sedang in, padahal saat itu Rafa dan Jundi bertanya
sesuatu dan ingin pertanyaan mereka dijawab secepatnya.. Barulah setelah Rafa
merajuk, kami berhenti dari keasyikan kami dan memperhatikan mereka. Biasanya rajukan
rafa yang khas yang kerap dilontarkannya
untuk memprotes kami adalah : “Abi dan
ummmi nih ngomoooonggg..teruuus!!!.

Aku sadar saatnya kini untuk berbenah. Ada potensi yang
dimiliki Rafa yang harus aku perhatikan. Aku yakin jika semakin diolah dengan
cara didampingi potensi yang dimiliki Rafa semakin meningkat. Dan sejak
peristiwa 2 malam lalu itu perlahan Aku mulai memperhatikan potensi lain selain
kemampuan membaca qur’annya. Ternyata kualitas membaca dan menulisnya pun sudah
cukup baik. Dan satu hal lagi ada keinginannya yang dulu selalu ia utarakan dan
akan aku coba wujudkan. Keinginannya yaitu, Rafa ingin bisa bahasa Inggris!

Anakku, ijinkan Aku untuk menjadi Ayah Juara. Berikan Aku kesempatan
untuk mencapai posisi itu. Berikan Aku kesempatan untuk menorehkan kenangan
baik tentang keberadaan ayah kalian ini. Biarkan Aku menjadi sahabat yang
selalu menemani , mengisi dan memberi warna bagi hidup kalian. Silahkan menaiki
punggungku sampai kalian puas. Silahkan bertanya tentang apapun dan pasti Aku
jawab, karena sejatinya Aku adalah juga guru kalian. Aku tidak ingin apa-apa.
Aku hanya ingin sesuatu yang sederhana. Aku hanya ingin suatu saat nanti kalian tidak ragu menuliskan sebuah kalimat besar-besar
pada setiap dinding kehidupan yang kalian lewati agar orang-orang yang berada
dalam kehidupan kalian dapat membaca apa yang kalian tuliskan itu Dan tulisan itu adalah …...

Suhadi, Ayah Terbaik dari para Ayah juara seluruh dunia J

Sidoarjo, 14 Agustus 2009

PS : Tulisan ini dibuat atas ‘Paksaan’
dari “Tukang Kompor”, DA






























eorang ibu modern menasehati
puterinya di antara senyuman dan tangisan. Dia mengatakan.”Puteriku, engkau
akan menghadapi hidup baru… hidup yang tidak memberi ruang kepada ayah dan
ibumu,atau saudara kandungmu, untuk terlibat didalamnya. Dalam hidup yang baru
itu engkau akan menemani suamimu yang tidak ingin siapapun turut memilikimu,
sekalipun dari darah dagingmu sendiri.

Jadilah engkau isteri sekaligus ibu bagi suamimu. Buatlah dia merasa bahwa
engkau adalah segalanya baginya, dalam hidup dan dunianya.

Ingatlah selalu, bahwa lelaki siapapun dia adalah bocah yang berbadan besar.
Sedikit kata-kata yang manis akan membuatnya bahagia.Jangan pernah membuatnya
merasa, dengan menikahimu dia telah menghalangimu dari keluarga dan kerabatmu.
Karena perasaan yang sama juga telah menghantui dirinya. Sebab, dia juga telah
meninggalkan kedua orantuanya dan meninggalkan keluarga demi kamu.

Hanya saja engkau dan dia sedikit berbeda, seperti perbedaan antara
pria&wanita. Wanita selalu merindukan keluarganya dan merindukan rumah yang
menjadi tempat kelahirannya, tempat dimana dia tumbuh, besar dan belajar.

Akan tetapi wanita harus membiasakan dirinya dengan kehidupan yang baru itu.
Wanita harus menyesuaikan hidupnya dengan lelaki yang telah menjadi suaminya,
pelindungnya, dan ayah bagi anak-anaknya…itulah duniamu yang baru.

Puteriku, itulah hari-harimu yang harus engkau jalani. Itulah masa depan yang
engkau hadapi. Itulah rumah tanggamu yang kalian bangun berdua dengan suamimu.
Aku tidak memintamu untuk melupakan ayahmu, ibumu,dan saudara-saudaramu, karena
selamanya mereka tidak akan melupakanmu,wahai sayangku!

Bagaimana mungkin seorang ibu bisa melupakan belahan jantungnya?! Namun yang
kupinta darimu adalah, cintailah suamimu,sesuaikanlah dirimu dengan dirinya,dan
berbahagialah hidup bersamanya.”

10b.

Re: (Catcil)Ijinkan Aku Jadi  Ayah Juara, Nak

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Fri Aug 14, 2009 1:48 am (PDT)



Hiks.. terharuuw... ternyatah, Pak Suhadi bisa juga bikin saya termehek2, padahal biasanya kalo chating bikin kesel mulu. hahahah.

Anyway, apa yang dirasakan Pak Suhadi sepertinya sama juga dengan apa yang saya, atau mungkin kebanyakan ayah2 di dunia ini rasakan. Rasa bersalah atas apa yang belum dapat diberikannya secara maksimal. Tapi lagi-lagi, maksimal bukanlah sebuah angka yang dapat kita ukur dengan pasti, tapi memberikan perhatian, cinta, dan kasih sayang dengan maksimal kepada anak2 kita dengan maksimal adalah sebuah proses yang tiada henti. Bahkan tak ada bilangan yang dapat mewakilinya barangkali:)

Dengan memulai menceritakan kepada kami bagaimana Rafa, Jundi dan kira tumbuh berkembang dengan baik ditengah2 keluarga Pak Suhadi adalah salah satu ekspresi cinta orang tua kepada anak2nya. Keep it alive, brow! Tsaaah :D

Terimakasih sudah berbagi, Pak. Mantabs deh. Ditunggu tulisan berikutnyah.

Juragan Kompor?? Hahahaha

DANI

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, suhadi hadi <abinyajundi@...> wrote:
>
> Ijinkan Aku Jadi Ayah Juara, Nak
>
> Said Seman Harun, Ayah Juara Satu seluruh Dunia
>
> Bagi yang pernah membaca buku
> Laskar Pelangi pasti pernah menemukan
> kalimat ini. Kalimat yang ditulis oleh Andrea Hirata pada lembar awal bukunya
> itu Dia pernah mengatakan bahwa apa yang ia tulis itu adalah sebuah wujud
> penghargaan kepada sosok Sang Ayah yang telah memberikan warna bagi hidupnya.
> Sekalipun ia tahu bahwa Sang Ayah tidak bisa membaca apa yang ia tuliskan
> di buku itu, tapi ia yakin bahwa Sang
> Ayah pasti bangga dan bahagia saat mendengar atas capaian yang kini didapat

11.

[Catcil] Mendadak Jadi Juragan Online

Posted by: "lia indriati" liaindriati@gmail.com

Fri Aug 14, 2009 4:05 am (PDT)



Sehari-hari aku adalah seorang Gis Remote Sensing Engineer di bilangan
Kemang, pekerjaan ini berkaitan dengan pembuatan peta, atau istilahnya
digitasi. Dengan foto data citra satelit, atau foto udara, kemudian lantas
aku olah menggunakan software argis, archview atau erdas untuk dibuatkan
peta. Dulu pernah menangani pemetaan lokasi perkebunan di halmahera. Terus
pembuatan peta tata kota Aceh yang amblas terkena stunami. Sekarang lagi
fokus membuat pemetaan untuk daerah kerawanan sosial, misalnya bidang
kesehatan ibu dan anak di beberapa wilayah Jawa Barat.

Kadang jenuh juga setiap hari hari melototin komputer. Maka kadang aku
mencari pelarian, misalnya beli novel, jalan jalan di Mall, meski lebih
banyak jalan ampe pegel daripada belanja hehehe. Apalagi sekarang, setelah
menikah dan punya bayi, dan cicilan rumah yang harus makin membuat ikat
pinggang makin kencang, jadi dana untuk belanja-belanja yang tidak
betul-betul urgent menjadi semakin terbatas. Apalagi hal-hal yang berbau
shopping. Maklum kadang dulu gak terasa ketika berasa terasa riang, sampai
rumah baru nyadar kalau kadang tak terlalu membutuhkan barang yang kadung
terbeli.

untungnya suamiku yang menjadi creative pada sebuah stasiun televisi
iseng-iseng membuat situs belanja online, alamatnya http://www.tokobogor.com

situs ini katanya agar ketika aku jenuh bisa lari ke sana, seolah-olah
nengok sebentar ke toko, meski virtual namun karena barangnya memang ada,
jadi serasa masuk ruangan toko beneran.

Beberapa teman akhirnya tau kalau aku mengelola www.tokobogor.com dan ketika
mereka butuh sesuatu, akhirnya suka nodong aja: ya udah biar tokobogor aja
yang nyediain, atau pesen aja di toko bogor! Beberapa waktu lalu, ketika
Milad SK, aku langsung ingin ikut dan menyiapkan beberapa bingkisan untuk
doorprize, namun sayang, niat itu tak terlaksana karena kami sekeluarga
mendadak bergantian jatuh sakit. Hingga kini, hadiah kecil itu masih
terbungkus rapi di rumah. Biarlah Kang Dani dan beberapa pengurus lain
memikirkan untuk apa nantinya. Mengingat jumlah dan nilainya tak seberapa.

Jadinya, sekarang sering menjadi suplier dadakan, tergantung pesanan yang
mendadak pula. Padahal belum tentu pesenan yang dimaksud, aku punya
barangnya. Bahkan kadang tak terpikir untuk menyediakannya. Tapi karena ada
yang memesan, akhirnya dengan pontang-panting harus diusahakan. Misalnya ada
yang pesan software cara menentukan masa subur otomatis, tanpa harus ribet
ngitung masa subur. Atau pesanan software pencatatan keuangan keluarga
daripada repot nyatet, yang simple tanpa harus mengerti akuntansi. Hasilnya
bisa dilihat di http://tokobogor.com/shop/shop_detail.php?detail_id=21
dan mengenai keuangan di
http://tokobogor.com/shop/shop_detail.php?detail_id=19 atau ketika awal
bulan Agustus ini ada event Java Rockin'land, sebuah konser Rock di Ancol,
banyak yang menanyakan apakah tokobogor.com juga menjual tiket, meski
tadinya tak terpikir jualan tiket, akhirnya disediakan juga seperti dalam
http://tokobogor.com/shop/shop_detail.php?detail_id=29 dan akhirnya apa
saja permintaan kawan-kawan diusahakan sedapat mungkin untuk bisa dipenuhi.
Kalau memang memungkinkan. Bahkan sekarang tidak hanya permintaan, namun
satu demi satu datang penawaran, misalnya menjadi agen penjualan buku-buku
dan beberapa produk untuk rumah tangga.

Situs tokobogor.com secara resmi sebetulnya belum diluncurkan. Namun
ternyata banyak juga yang mampir. Sekarang saja statistik pengunjungnya
sudah menembus angka 900 lebih! padahal situs ini belum pernah promosi dan
baru dibuat sebulan lalu.

Namun sebagai pengelola situs belanja online yang minim pengalaman dan
awalnya tak terpikir memiliki situs belanja online, memang ada sedikit
kendala yang menghadang, yakni kebiasaan [kita] untuk tidak begitu saja
tertarik membeli sesuatu sebelum melihat barangnya secara langsung. Itulah
kenapa pengunjung di Mall setiap weekend selalu membludak. Karena orang
ingin merasakan sendiri, melihat sendiri barang yang diinginkan.

Namun sebagai sebuah hobby, sebagai katarsis rutinitas pekerjaan, mengulik
situs belanja online adalah sebuah keasyikan tersendiri. Anda punya pendapat
lain?

Salam

Lia Indriati

ID YM: tokobogor@ymail.com

www.tokobogor.com
12.

Proses Kreatif Novel Anak Melacak Penulis Misterius

Posted by: "d r" dedew_cheesecake@yahoo.com   dedew_cheesecake

Fri Aug 14, 2009 4:49 am (PDT)





Dear All,

 

 

            Pengen cerita nih proses penulisan
novel anak terbaruku, Melacak Penulis Misterius terbitan DAR! Mizan, Juni 2009.
Kebetulan banget, Lagi bongkar-bongkar arsip di koper..nemu deh imel-imel
berharga yang sempat kuprint dulu.

            Awal penulisan naskah novel ini
berasal dari sebuah cerpen anak yang kutulis di tahun 2005. Cerpennya
menceritakan perjuangan seorang anak yang tergila-gila pada seorang penulis
buku mendapatkan buku barunya. Ia pun memutar otak untuk membeli buku karena ia
tidak punya uang.

            Berdasarkan pengalaman waktu ngekos,
aku menuliskan kalau anak itu dapat ide menjual roti bakar pada teman-temannya.
Dan cara membuatnya tidak lazim, karena ia tidak punya panggangan roti yaitu
dengan setrika baju!

            Cerpen ini kukirim ke Kompas Anak dan
Bobo tapi lama tak jua mendapat jawaban. Aku memberanikan diri memposting
cerpen ini di milis Penulis Bacaan Anak yang baru saja kuikuti. Minder sih,
karena teman-teman lainnya adalah penulis anak jagoan, hehe.

            Tak disangka, cerpen yang kuposting
ini mendapat beberapa saran dan kritik dari teman-teman. Imel mereka
menyemangati dan menjadi masukan berharga untukku tentang menulis cerita anak. Pokoknya,
bikin aku berbunga-bunga seharian, deh.

 

            2005-06-09
11:13:51

            Blink_blink:
ceritanya keren, bahasanya udah bagus. Temanya unik, kerasa pengen bikin anak
kreatif, solutif tapi kok di ending jadi terbantahkan semua, kesannya anak-anak
nggak boleh melakukan kesalahan.

 

            2005-06-09
11:15:30

            Hujanbiru:

            Paragraf
pertama hingga ketiga cukup menyedot perhatianku. Tapi, jalannya terlalu licin
kali yaa sehingga terkesan cerita ini terlalu cepat adegannya. Pesan yang
disampaikan cukup menarik. Namun, mengapa tokoh Anna dilukiskan pengecut yang
hendak lari dari tanggungjawab? Apakah gara-gara roti bakar, setrika jadi
rusak? Segalak itukah sosok ibu Anna?

 

            2005-06-09
11:17:32

            Benny
Rhamdani:

            Bagus..

            Gaya
bertutur udah lancar, enak bacanya. Pemilihan kata nggak bikin pusing. Cuma
endingnya klise. Sebenarnya cerita bisa dipanjangin dikit, ada tawar menawar
hukuman misalnya. Yang menggambarkan betapa demokratis sang ibu.

            Atau..dibikin
novel saja sekalian soal perjuangan Anna membeli novel karya penulis
favoritnya. Seru dan lucu kayaknya. Pastinya bisa dibuat lucu banget. Mau
nyoba? Saya bayangin kalau dibuat novel pasti lucu banget..suwer!

 

 

            Dari masukan diatas, aku mengubah
ending cerpen ini. Tadinya, Anna kabur dan dimarahi ibunya, uang jajannya
dipotong untuk mengganti setrika rusak, hmm. Dan..aku memberanikan diri untuk
menulis novel, sodara-sodara! Aku, yang tidak pede untuk menulis
panjang-panjang. Yang biasanya hanya menulis esai sepanjang 3 halaman sambil
ngos-ngosan!

 

            Setelah bersemedi cari wangsit, aku
memutuskan membuat naskah tentang perjuangan seorang anak yang ingin ketemu
penulis idolanya. Sayang, penulisnya ini terlalu misterius. Tidak ada biodata
di dalam buku, tidak mau diwawancarai media, tidak punya blog en FB *nggak kek
aku yang narsis, hihi. Namanya aneh banget lagi! Yup, sesuai masukan Bhai aku menuliskan
naskah ini dengan bahasa yang kocak dan santai.

 

            Selesai tiga bab, aku mengimel Bhai
Benny. Alhamdulillah, beliau bersedia memberi masukan untuk naskah ini. Suwer, deg-degan
banget pas menerima imelnya persis kek lagi nunggu masukan dosen skripsi,
heuheu. Dan membuka imelnya pun kudu merapal mantra, doa-doa selamat
hihihi..lebay deh. Dan..komentarnya cukup membuatku ciut, bab 1 dan 2 terlalu
ABG, hiks!

            Sempat kepikiran, gimana kalau
naskah ini kubuat tinlit saja sekalian? Seru banget pasti! Kan dah abg tuh awalnya! Hihi..tapii itu
berarti naskahnya bakal lebih panjang lagi dong, huaa! *penulis malas.

 

 

            Ini komentar beliau:

 

            Yang
anak? Udah. Kan
dah kasih komentar. Bahasanya terlalu gurih buat anak. Pembukaannya kayak yang
centil banget gituy.

 

            Aku *lemot: terlalu abg bahasanya? gurih gimana ya kang? trus diubah ya?

 

            Bhai: Iya terlalu abg. bukan menganak. terlalu
gurih artinya terlalu ngepop. coba bagian narasinya jangan terlalu ngepop. kalo
dialog sih ga papa. tapi cuma di dua bab awal aja yang begitu.

 

            Akhirnya, kukerahkan tenaga dan pemikiran
*halah, kurombak deh bab-bab awal, agar lebih menganak. Membuang yang terlalu
centil, hehe. Aku berusaha menemukan alasan mengapa penulis favorit Nailah *nama
tokohnya diganti jadi nama anakku, bersikap misterius. Apa yang
dikhawatirkannya? Apakah takut dikejar-kejar wartawan gosip kek Andrea Hirata?

            Hmm…untuk menemukan ini juga cukup
memakan waktu. Alhamdulillah, saat itu aku sudah menjadi relawan Yayasan
Mitranetra. Aku mempunyai ide bagaimana kalau..?

            Tapii..nggak pede nihhh…apakah yang
kugambarkan dalam naskah ini sudah sesuai dengan situasi aslinya? Saat
menjelajah internet, aku berkenalan dengan Ramaditya Adikara, ia
banyak memberiku masukan untuk penulisan naskah ini. Aku juga banyak membaca
artikel tentang tunanetra.

            Alhamdulillah, naskah ini akhirnya
selesai dalam waktu cukup lama sekitar bulan April 2007, disambi dengan
menuliskan naskah lainnya. Maklum, penulis serabutan hihi.

            Ketika naskah ini selesai, entah
mengapa, aku tidak kunjung menawarkan naskah ini ke penerbit. Mungkin kurang percaya
diri. Naskah ini mengendap saja di folderku, padahal biasanya naskah yang sudah
jadi begitu rajin kucarikan jodohnya, hehe.

            Suatu hari di tahun 2009, Kang Rama
woro-woro mencari naskah novel anak. Mendadak ku teringat akan naskahku yang
kubuat kocak itu. Bismillah, aku mengirimkannya dan tak lama, Kang Rama meminta
naskah hardcopy-nya! Ia suka naskah
itu! Wow..

            Aku lalu menghubungi Mas Tolhas
Damanik di Fesbuk, seorang pengurus Mitranetra yang sedang berkuliah Master di
Amrik. Melalui email, aku mengirimkan naskahku. Ia senang sekali membacanya.
Dan memberiku masukan berharga terutama mengenai buku braille, sayangnya. Aku
belum sempat memasukkannya di naskahku. Aku menjadi lebih percaya diri dengan
naskah ini.

            Alhamdulillah, akhirnya naskahku menemukan
jodohnya. Kata pujangga sih, semua indah pada waktunya, hehe. Buku ini terbit
bulan Juni 2009 di DAR! Mizan dengan editor Kang Dadan Ramadhan, covernya yang
keren digambar oleh Mas Agus Willy.

            Aku berharap, semoga pembaca bukuku,
anak-anak Indonesia
terhibur en dapat ilmu dari novel sederhana ini. Untuk itu, aku berterimakasih
pada member milis PBA yang meluangkan waktunya membaca cerpenku dulu, Mas
Hujanbiru dan Imam Risdiyanto alias blink-blink alias Papinya Vlea alias
yayangnya Emak rocker, Mbak Ayu yang sudi memberi saran dan kritiknya.

            Terima kasih untuk Bhai benny
Rhamdani yang sudah mendorongku untuk menulis novel ini. Juga Kang Rama dan kru
DAR yang membuat buku ini terwujud. Mas Agus Willy, Mas Tolhas Damanik,
Ramaditya Adikara untuk masukannya. Juga Dewi Cendika dan Fitria Cakrawati yang
telah menuliskan review buku ini di milis dan blognya *hug.

            Last but not least, Untuk anak-anak Indonesia,
inilah persembahanku untuk kalian! Tangkaap! *melemparkan novel ke penjuru
nusantara, hehe. Terima kasih ya, sudah membaca racauanku…

 

Dewi Rieka
Kustiantari aka Dedew

www.dedew80.mulltiply.com

 

 

           

13.

(numpang promo) Jual Novel Hasil Buruan Kemarin, hehe..

Posted by: "d r" dedew_cheesecake@yahoo.com   dedew_cheesecake

Fri Aug 14, 2009 5:05 am (PDT)




Aug 10, '09 11:41 PM
for everyone
Dear All, ini buku baru lagi ya..

1. Loves Music Loves To Dance-Mary Higgins Clark (English) Pocket Books Rp. 34.000,-

New
York’s trendy magazines are a source of peril when a killer enacts a
bizarre dance of death, using the personal ads to lure his victims.

“Full
of characters like people we know, in situations that suddenly,
grippingly, get turned inside out. A masterful job-definitely an all
nighter”- Cosmopolitan.

2. Broken Paradise, Surga Yang Hancur-Cecilia Samartin (segel) Onreads Rp. 65.000,- jadi Rp. 34.000,-

Komentar:

Sebuah cerita yang kaya warna oleh seniman fiksi yang brillian. Begitu sensual sekaligus membuat bergidik.
~Janet Fitch, penulis buku bestseller White Oleander

Sebuah
cerita nostalgia yang meresap begitu lembut ke dalam ingatan. Membawa
kita ke dunia rasa, warna-warna yang tak terlupakan dan pemandangan
Kuba. Sebuah panggung bagi mereka yang hidup jauh dari tanah
kelahirannya.
~Javier Sierra, penulis buku New York Times bestseller, The Secret Supper

Sebuah
gambaran yang sangat indah dari cerita cinta di mana bumi, laut dan
langit memainkan peran utama. Broken Paradise bercerita tentang dongeng
epik dari sebuah keluarga Kuba yang terpisah oleh revolusi dan
pengungsian. Dapat dikatakan sebagai karya tulis yang berani dan
pernyataan sejarah yang begitu hidup.
Meremas, pedih dan terang. Sebuah meditasi yang kompleks dari hati manusia dan kuatnya penebusan cinta.
~Carlos Eire, penulis Waiting for Snow in Havana, pemenang National Book Award.

Cecilia
Samartin menghantarkan sebuah novel yang kaya hasrat, kesedihan dan
cinta. Broken Paradise mampu menangkap corak dan irama dari Kuba, tanah
kelahiranku dengan musiknya sendiri. Prosa-prosa cerdas yang membuatku
tetap bertahan hingga halaman terakhir.
~Victor Rivas Rivers, aktor dan penulis A Private Family Matter

3. Mr Monk.Goes To The Firehouse-Lee Goldberg (segel) Dastan Books Rp. 49.900,- jadi Rp. 28.000,-

Sinopsis Buku:

Dialah
Adrian Monk; detektif genius yang selalu bisa mencium kejanggalan
sekecil apa pun, di mana pun, kapan pun. Tak terduga dan jenaka; dengan
kelainan obsesif-kompulsifnya, Monk justru menjadi detektif terbaik
seantero San Francisco.

***
Kali ini Monk harus menghadapi
kasus kematian seekor anjing pemadam kebakaran yang berujung pada
serentetan pembunuhan. Sparky, nama anjing tersebut, ditemukan
tergeletak tak bernyawa di malam yang sama ketika terjadi kebakaran di
sebuah rumah yang menewaskan sang penghuni.

Kejadian ini menyeret Monk ke dalam misteri mematikan yang menelan korban lainnya. Satu kematian disusul oleh kematian lain...

Monk
harus menggali fakta-fakta tersembunyi yang tak terdeteksi oleh polisi.
Diduga kasus ini melibatkan orang yang berpengaruh, plus rahasia harta
terpendam San Francisco. Monk berpacu dengan waktu. Terlambat sedikit
saja, pihak-pihak yang bertanggung jawab akan melenggang bebas...

4. Novel Mad House-Patrick Mac Grath, Dastan Rp. 25.000,-

Sinopsis:

Kisah
cinta katastrofik yang menghancurkan banyak kehidupan. Diwarnai oleh
pembunuhan keji dan bunuh diri. Cinta obsesif seorang seniman genius
yang sakit jiwa. Seorang maestro yang membuat patung kepala korbannya...

***

Edgar
Stark, seorang pematung, mendekam di rumah sakit jiwa penjara karena
membunuh istrinya, Ruth. Awalnya, Ruth adalah modelnya. Sampai kemudian
semuanya berada di luar kendali. Edgar membunuh Ruth, memotong kepala
dan tubuhnya. Di balik penampilan luarnya yang menarik, Edgar mengidap
gangguan psikologis akut dan memendam potensi kekerasan yang bisa
terpicu kapan saja.

Yang lebih berbahaya, ia mampu memanipulasi
pikiran orang lain agar mengikuti alur pikirannya. Dengan daya
tariknya, Edgar mudah memikat wanita termasuk Stella, istri seorang
dokter di rumah sakit itu. Stella terseret arus pikiran Edgar. Terjebak
cinta obsesifnya. Demi Edgar, Stella rela meninggalkan keluarganya dan
membiarkan anaknya mati.

Bahkan ketika Edgar membuat patung
kepalanya, tampaknya Stella rela menanggalkan nyawanya. Namun bagi
Edgar, itu bukanlah akhir dari kegilaannya...

5. Rembulan Tenggelam Di Wajah Mu Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Grafindo Ukuran : 12 x 18 - 456 hal
Harga SC : Rp 38,000 jadi Rp. 22.000,- saja

Deskripsi:

Novel
ini sangat religius. Berkisah tentang perjalanan pulang manusia
keasalnya. Sebuah kisah yang sangat filosofis dan dalam maknanya, namun
berhasil dituturkan secara sederhana dan komunikatif tanpa kehilangan
bobot kesastraannya. Sebuah kisah yang mampu menggugah hati nurani
siapa saja untuk kembali menyadari makna kemanusiaannya.

6. Pembunuh Berambut Pirang, Killer Blonde-Laura Levine (segel baru)
Penerbit Onread Books (terjemahan)
Pengarang: Laura Lavine Harga Rp. 42.500,00 jadi Rp. 23.000,-
Tanggal Publish 07 Jan 2009

Ringkasan Buku Killer Blonde:

"Sue
Ellen!" Aku memanggil, berharap wanita itu hanya sedang melakukan
aerobik air new age. Awalnya aku pikir Sue Ellen terpeleset dari bak
mandi. Tapi kemudian aku melihat sesuatu mengapung di samping spons
penggosok kulit dan sabun Prancis miliknya, sebuah pengering rambut
yang dicolok ke stop lontak listrik. Oh...My...God...Sue Ellen
disetrum!.

Aku berusaha tetap tenang selama tiga setengah detik
penuh. Setelah itu kau berlari menjerit-jerit di lorong seperti ekstra
di film Night Mare on Elm Street.... Inilah petualang Jane Austin,
seorang ghost writer, yang alih-alih menulis namun malah terjebak dalam
usahanya mengungkap siapa pembunuh Sue Ellen, wanita kaya yang baru
saja menyewanya.

Disisipi celotehan lucu sepanjang cerita,
menjadikan novel ini masuk kategori cerita yang menegangkan sekaligus
tak pernah lepas dari tawa

7. Disney Fairies: Petualangan Rani
di Laguna Putri Duyung - Rani in The Mermaid Lagoon Disney Harga : Rp
33.000,- jadi Rp. 18.000,-
Ukuran : 13 x 19 cm Tebal : 112 halaman
Terbit : April 2007
Sinopsis :
Rani
yang malang! Tidak mudah menjadi satu-satunya peri di Pixie Hollow yang
tidak memiliki sayap. Ia merasa dirinya bukan anggota peri-bakat-air
lagi. Bahkan mungkin, ia sama sekali bukan anggota peri bakat apa pun!
Rani meninggalkan Pixie Hollow dan pergi ke Mermaid Lagoon.

Ia
menemukan cara agar bisa bernapas di dalam air. Ia mengunjungi istana
putri duyung yang indah. Para putri duyung menata rambutnya dan
mendandaninya. Tapi Rani merasa tidak terlalu cocok dengan para putri
duyung. Jadi di mana tempat Rani sesungguhnya?

8.A Man's Head (English) Georges Simenon - Author Book:
Paperback 111 x 181mm | 144 pages 31 Aug 2006
Penguin Reds Harga Rp. 144.000 hanya Rp. 20.000,-

Sinopsis:
Set in the in the atmospheric and squalid streets of Paris, Maigret
sets out to prove the innocence of a man condemned to death for a
brutal murder. In another one of Maigret's unconventional and audacious
plans, he arranges the escape of the condemned man in an attempt to
prove his theory.

The presumed murderer goes on the run across
Paris and its suburbs, dropping misleading clues along the way and
leading Maigret into the labyrinthine twists of the mystery. Maigret is
in for more than he bargained for, as he encounters rich American
expatriates, dangerous foreigners and their hidden motives.

9.Nora Roberts-Storm Warning, Dalam Amukan Badai Rp. 15.000,-
10. Oliver Story-Eric Segal (english) Rp. 20.000,-

Hubungi aku ya di imel dedew_cheesecake@yahoo.com
intip buku lebih banyak di www.dedew80.multiply.com

Makasih banyak Mbak Sita en semuanya!
Met Long Wiken!

14.

(Maklumat) RAPAT PERDANA SK JAKARTA PAKET BUBAR 09

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Fri Aug 14, 2009 10:04 am (PDT)



Rapat Perdana SK Jakarta Paket Bubar '09

*Assalamualaikum Wr. Wb.*

* *

Salam Bahagia.

Selamat Pagi, Siang, Malam maupun Sore untuk para Sahabat ESKA semuanya.
Semoga diberi kelimpahan rezeki dan sehat wal'afiat sehingga tak kurang apa
pun. Amin.

Dengan ini memberitahukan kepada Sahabat ESKA Jakarta khususnya maupun
Sahabat ESKA cabang manapun. Kami dari panitia sementara mengundang Sahabat
ESKA yang kami hormati untuk kesediaannya dan partisipasi untuk
menghadirkan Rapat Perdana SK Jakarta Paket Bubar '09 yang insyaAllah akan
diselenggarakan ;

Hari : Senin, 17 Agustus 2009

Pukul : 15.30 WIB

Tempat : Rumah Bapak Dias Rossano

Patal Inpres

Jl. Sumur Mangga 1 No. 5A

Kel. Gaga

Kec. Larangan-Ciledug

Depan Puri Beta.

Rute : Terminal Blok-M naik Metro Mini 69 turun di Inpres ada tukang
ojeknya.

Kebayoran naik angkot Kopabun putih C.01 sama turun di
Inpres

Lebak Bulus naik angkot Kopabun merah S.14 turun di rel KA
Bintaro disambung D.18 Ciputat-Ciledug turun di di Inpres.

Demikian kiranya kami menginformasikan kabar bahagia ini. Jika ada masukan
dan tambahan dengan senang kami akan menerimanya. Sukses acara ini, itu
karena Anda semua peduli dengan komunitas Sekolah Kehdupan. Terima kasih.

Sukses selalu untuk Anda semua.

Info lebih lanjut:

Bpk Dias Rossano : 0815.997.1616

Mimin : 0815.8661.6875

Fy : 0852.8758.0079

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Mom Power

Community just for Moms

Join the discussion

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: