Messages In This Digest (8 Messages)
- 1a.
- [Catcil] Setelah Menikah ... From: ukhti hazimah
- 1b.
- Re: [Catcil] Setelah Menikah ... From: febty f
- 1c.
- Bls: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Setelah Menikah ... From: bujang kumbang
- 1d.
- Re: [Catcil] Setelah Menikah ... From: siril_wafa
- 2a.
- coming soon : PARTISI HATI From: ihwan xerografer
- 2b.
- Re: coming soon : PARTISI HATI From: siril_wafa
- 3.
- Artikel: Apakah Anda Berbakat Menjadi Orang Kaya? From: Dadang Kadarusman
- 4.
- (Info) Pelatihan Menulis GRATIS "Cara Dasyat Menjadi Penulis Heb From: Yons Achmad
Messages
- 1a.
-
[Catcil] Setelah Menikah ...
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Mon May 17, 2010 3:27 am (PDT)
Pernikahan adalah waktu berhenti membandingkan [nasihat Amien Rais kepada putra putrinya]
Kalimat ini saya dapatkan dari notes Mbak Yanti. Dalem banget rasanya, karena terasa pas dengan apa yang saat ini sedang saya rasakan.
Tanggal 25 April 2010, saya resmi menjadi seorang istri, walaupun sampai saat ini terkadang masih suka bengong melihat status yang juga menempel kuat di buku akad nikah *tapi di-KTP masih tertulis "belum kawin" lho* antara percaya dan tidak, "gue udah nikah ya?"
Yah, mau percaya atau tidak, bukti atas statusku terpampang begitu kuat, yaitu adanya sosok pria yang suka tiba-tiba nongol "ting!" depan muka sambil tersenyum *coz pilihan ekspresi dia cuman senyum dan ngantuk, heheheâ¦*
Menengok ke perjalanan pernikahan kami yang masih berumur dua minggu, masa yang katanya masih indah-penuh cinta-kerlapkerlip-semerbak mewangi *iya gitu??!*, adalah saat dimana kami harus mulai mengenal satu sama lain. Kalau dilihat lagi masa sebelum menikah, saya maupun suami sangat minim mengenal karakter pasangan, bahkan bisa dibilang mendekati nihil. Saat pertama kenal lewat sebuah komunitas milis sekolah kehidupan, itupun hanya sekadar sambil lalu, tanpa adanya interaksi berkelanjutan. *membuat kami dibuat takjub dengan cara indah Allah dalam mempertemukan jodoh*
Berhenti membandingkanâ¦
Tidak dipungkiri bahwa jauh sebelum resmi menikah, ketika datang seorang pria untuk menunjukkan keseriusannya, proses membandingkan tak luput menjadi salah satu âjurusâ untuk melihat, menilai dan menemukan 'someone', walaupun "jurus" tersebut tidaklah menjadi poin utama. Saat akhirnya bertemu dengan sosok yang ternyata 'ditempel'kan-Nya kepada kita, maka proses mencari dan membandingkan harus terpangkas seketika. Selesai, dan taraaaaâ¦terimalah kado cantik dari-Nya ^^
Setelah menikah dan hidup bersama, proses mengenal dan adaptasi pun harus dilakukan, mengenal baik-buruk dan memahami karakter masing-masing. Pada masa ini pasti ada beberapa hal yang sreg dan tidak sreg. Salah satu contoh yang diambil dari pengalaman pribadi *tsah!!*, adalah saat di awal-awal pernikahan *bukannya sekarang juga masih awal yah?* saya agak sebal setiap melihat ekspresi suami yang sering tampak mengantuk *piss mas ^^v* Ekspresi ini lumayan berpengaruh buat saya pribadi, karena melihat wajah orang yang mengantuk, otomatis akan memiliki daya tular yang cukup efektif kepada saya yang juga gampang mengantuk, so, jadilah saya males untuk melakukan sesuatu. Tapi, tapi dan tapi⦠kondisi itu udah bawaan suami, sulit buat mengubahnya, ya gimana lagi, emang ekspresinya seperti itu. Jadi, jalan lain yang bisa diambil, saya yang harus 'melawan'. Bukan dengan sama sekali tidak memandang suami lah, tapi dengan terus memaksa menyibukkan diri. *Cara yang
sebenarnya masih dalam tahap percobaan :D*
Mungkin di sisi lain, suami juga agak sebal *atau bingung ya?* setiap melihat kurva perubahan sikap saya yang sangat drastis, dan kejadian itu tidak hanya terjadi sekali tapi berkali-kali dalam sehari. Bisa jadi sekarang riang banget, cerita sana sini, bla bla bla bli bli bliâ¦tapi sejam kemudian berubah menjadi pendiam, bibir rapet, yang hanya meng-'ooo'-kan setiap kalimat suami, plus dilengkapi wajah yang tanpa ekspresi *menjengkelkan bukan?* ---yang sabar ya, mas
Ya, semacam itulah, tidak mudah tapi juga tidak sulit menghadapinya. Kalau slogan suami, "Santai aja". Biarkan semuanya berjalan natural dan mengalir, belajar memahami dan memperbaiki, terima baik-buruk sosok pasangan dengan apa adanya, tanpa harus mencari pembanding yang tidak akan pernah ada habisnya.
Weeeeiiiizzz, bijak nian sayah, padahal aslinya juga masih dalam tahap belajar. Semoga kami [saya dan suami] bisa terus bersabar dan ikhlas menjalani setiap pembelajaran kehidupan, salah satunya di kelas penikahan. Amin, allahumma amin ^^
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia. blogspot. comhttp:/ /wisata-buku. comhttp:/ /sinthionk. multiply. com
YM : SINTHIONK
- 1b.
-
Re: [Catcil] Setelah Menikah ...
Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Mon May 17, 2010 5:07 am (PDT)
dalam sint perenungannya..
tapi sepakat sekali dengan nasehat pak amien rais :)
salam,
febty
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ukhti hazimah <ukhtihazimah@com ...> wrote:
>
> Pernikahan adalah waktu berhenti membandingkan [nasihat Amien Rais kepada putra putrinya]
>
> Kalimat ini saya dapatkan dari notes Mbak Yanti. Dalem banget rasanya, karena terasa pas dengan apa yang saat ini sedang saya rasakan.
>
> Tanggal 25 April 2010, saya resmi menjadi seorang istri, walaupun sampai saat ini terkadang masih suka bengong melihat status yang juga menempel kuat di buku akad nikah *tapi di-KTP masih tertulis "belum kawin" lho* antara percaya dan tidak, "gue udah nikah ya?"
>
> Yah, mau percaya atau tidak, bukti atas statusku terpampang begitu kuat, yaitu adanya sosok pria yang suka tiba-tiba nongol "ting!" depan muka sambil tersenyum *coz pilihan ekspresi dia cuman senyum dan ngantuk, heheheâ¦*
>
> Menengok ke perjalanan pernikahan kami yang masih berumur dua minggu, masa yang katanya masih indah-penuh cinta-kerlapkerlip-semerbak mewangi *iya gitu??!*, adalah saat dimana kami harus mulai mengenal satu sama lain. Kalau dilihat lagi masa sebelum menikah, saya maupun suami sangat minim mengenal karakter pasangan, bahkan bisa dibilang mendekati nihil. Saat pertama kenal lewat sebuah komunitas milis sekolah kehidupan, itupun hanya sekadar sambil lalu, tanpa adanya interaksi berkelanjutan. *membuat kami dibuat takjub dengan cara indah Allah dalam mempertemukan jodoh*
>
> Berhenti membandingkanâ¦
>
> Tidak dipungkiri bahwa jauh sebelum resmi menikah, ketika datang seorang pria untuk menunjukkan keseriusannya, proses membandingkan tak luput menjadi salah satu âjurusâ untuk melihat, menilai dan menemukan 'someone', walaupun "jurus" tersebut tidaklah menjadi poin utama. Saat akhirnya bertemu dengan sosok yang ternyata 'ditempel'kan-Nya kepada kita, maka proses mencari dan membandingkan harus terpangkas seketika. Selesai, dan taraaaaâ¦terimalah kado cantik dari-Nya ^^
>
> Setelah menikah dan hidup bersama, proses mengenal dan adaptasi pun harus dilakukan, mengenal baik-buruk dan memahami karakter masing-masing. Pada masa ini pasti ada beberapa hal yang sreg dan tidak sreg. Salah satu contoh yang diambil dari pengalaman pribadi *tsah!!*, adalah saat di awal-awal pernikahan *bukannya sekarang juga masih awal yah?* saya agak sebal setiap melihat ekspresi suami yang sering tampak mengantuk *piss mas ^^v* Ekspresi ini lumayan berpengaruh buat saya pribadi, karena melihat wajah orang yang mengantuk, otomatis akan memiliki daya tular yang cukup efektif kepada saya yang juga gampang mengantuk, so, jadilah saya males untuk melakukan sesuatu. Tapi, tapi dan tapi⦠kondisi itu udah bawaan suami, sulit buat mengubahnya, ya gimana lagi, emang ekspresinya seperti itu. Jadi, jalan lain yang bisa diambil, saya yang harus 'melawan'. Bukan dengan sama sekali tidak memandang suami lah, tapi dengan terus memaksa menyibukkan diri. *Cara yang
> sebenarnya masih dalam tahap percobaan :D*
>
> Mungkin di sisi lain, suami juga agak sebal *atau bingung ya?* setiap melihat kurva perubahan sikap saya yang sangat drastis, dan kejadian itu tidak hanya terjadi sekali tapi berkali-kali dalam sehari. Bisa jadi sekarang riang banget, cerita sana sini, bla bla bla bli bli bliâ¦tapi sejam kemudian berubah menjadi pendiam, bibir rapet, yang hanya meng-'ooo'-kan setiap kalimat suami, plus dilengkapi wajah yang tanpa ekspresi *menjengkelkan bukan?* ---yang sabar ya, mas
>
> Ya, semacam itulah, tidak mudah tapi juga tidak sulit menghadapinya. Kalau slogan suami, "Santai aja". Biarkan semuanya berjalan natural dan mengalir, belajar memahami dan memperbaiki, terima baik-buruk sosok pasangan dengan apa adanya, tanpa harus mencari pembanding yang tidak akan pernah ada habisnya.
>
> Weeeeiiiizzz, bijak nian sayah, padahal aslinya juga masih dalam tahap belajar. Semoga kami [saya dan suami] bisa terus bersabar dan ikhlas menjalani setiap pembelajaran kehidupan, salah satunya di kelas penikahan. Amin, allahumma amin ^^
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
>
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia. blogspot. comhttp:/ /wisata-buku. comhttp:/ /sinthionk. multiply. com
>
> YM : SINTHIONK
>
- 1c.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Setelah Menikah ...
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Mon May 17, 2010 6:06 am (PDT)
cieeee...cieeee ya udah kawin nih somse, eh salah, ya udah nikah..hehe.met yee atas pernikahannya yang pertama lha memangnya ada berapa? hehe *pasti lagi mikirkan?*pokoknya selamet, okay...doain menyusul..kapan kek...hehe. doain ya...aminin dunk?amiiiinnnnn
_____________________ _________ __
Dari: ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com >
Kepada: ruphy_3508@yahoo.co.id ; milis SK <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Terkirim: Sen, 17 Mei, 2010 12:27:18
Judul: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Setelah Menikah ...
Pernikahan adalah waktu berhenti membandingkan [nasihat Amien Rais kepada putra putrinya]
Kalimat ini saya dapatkan dari notes Mbak Yanti. Dalem banget rasanya, karena terasa pas dengan apa yang saat ini sedang saya rasakan.
Tanggal 25 April 2010, saya resmi menjadi seorang istri, walaupun sampai saat ini terkadang masih suka bengong melihat status yang juga menempel kuat di buku akad nikah *tapi di-KTP masih tertulis "belum kawin" lho* antara percaya dan tidak, "gue udah nikah ya?"
Yah, mau percaya atau tidak, bukti atas statusku terpampang begitu kuat, yaitu adanya sosok pria yang suka tiba-tiba nongol "ting!" depan muka sambil tersenyum *coz pilihan ekspresi dia cuman senyum dan ngantuk, heheheâ¦*
Menengok ke perjalanan pernikahan kami yang masih berumur dua minggu, masa yang katanya masih indah-penuh cinta-kerlapkerlip- semerbak mewangi *iya gitu??!*, adalah saat dimana kami harus mulai mengenal satu sama lain. Kalau dilihat lagi masa sebelum menikah, saya maupun suami sangat minim mengenal karakter pasangan, bahkan bisa dibilang mendekati nihil. Saat pertama kenal lewat sebuah komunitas milis sekolah kehidupan, itupun hanya sekadar sambil lalu, tanpa adanya interaksi berkelanjutan. *membuat kami dibuat takjub dengan cara indah Allah dalam mempertemukan jodoh*
Berhenti membandingkanâ¦
Tidak dipungkiri bahwa jauh sebelum resmi menikah, ketika datang seorang pria untuk menunjukkan keseriusannya, proses membandingkan tak luput menjadi salah satu âjurusâ untuk melihat, menilai dan menemukan 'someone', walaupun "jurus" tersebut tidaklah menjadi poin utama. Saat akhirnya bertemu dengan sosok yang ternyata 'ditempel'kan- Nya kepada kita, maka proses mencari dan membandingkan harus terpangkas seketika. Selesai, dan taraaaaâ¦terimalah kado cantik dari-Nya ^^
Setelah menikah dan hidup bersama, proses mengenal dan adaptasi pun harus dilakukan, mengenal baik-buruk dan memahami karakter masing-masing. Pada masa ini pasti ada beberapa hal yang sreg dan tidak sreg. Salah satu contoh yang diambil dari pengalaman pribadi *tsah!!*, adalah saat di awal-awal pernikahan *bukannya sekarang juga masih awal yah?* saya agak sebal setiap melihat ekspresi suami yang sering tampak mengantuk *piss mas ^^v* Ekspresi ini lumayan berpengaruh buat saya pribadi, karena melihat wajah orang yang mengantuk, otomatis akan memiliki daya tular yang cukup efektif kepada saya yang juga gampang mengantuk, so, jadilah saya males untuk melakukan sesuatu. Tapi, tapi dan tapi⦠kondisi itu udah bawaan suami, sulit buat mengubahnya, ya gimana lagi, emang ekspresinya seperti itu. Jadi, jalan lain yang bisa diambil, saya yang harus 'melawan'. Bukan dengan sama sekali tidak memandang suami lah, tapi dengan terus memaksa menyibukkan diri. *Cara yang
sebenarnya masih dalam tahap percobaan :D*
Mungkin di sisi lain, suami juga agak sebal *atau bingung ya?* setiap melihat kurva perubahan sikap saya yang sangat drastis, dan kejadian itu tidak hanya terjadi sekali tapi berkali-kali dalam sehari. Bisa jadi sekarang riang banget, cerita sana sini, bla bla bla bli bli bliâ¦tapi sejam kemudian berubah menjadi pendiam, bibir rapet, yang hanya meng-'ooo'-kan setiap kalimat suami, plus dilengkapi wajah yang tanpa ekspresi *menjengkelkan bukan?* ---yang sabar ya, mas
Ya, semacam itulah, tidak mudah tapi juga tidak sulit menghadapinya. Kalau slogan suami, "Santai aja". Biarkan semuanya berjalan natural dan mengalir, belajar memahami dan memperbaiki, terima baik-buruk sosok pasangan dengan apa adanya, tanpa harus mencari pembanding yang tidak akan pernah ada habisnya.
Weeeeiiiizzz, bijak nian sayah, padahal aslinya juga masih dalam tahap belajar. Semoga kami [saya dan suami] bisa terus bersabar dan ikhlas menjalani setiap pembelajaran kehidupan, salah satunya di kelas penikahan. Amin, allahumma amin ^^
:sinta:
"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
BloG aKu & buKu
http://jendelakumen atapdunia. blogspot. com
http://wisata- buku.com
http://sinthionk. multiply. com
YM : SINTHIONK
- 1d.
-
Re: [Catcil] Setelah Menikah ...
Posted by: "siril_wafa" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon May 17, 2010 10:12 pm (PDT)
Luuar biasa pengantin baru yang satu ini. slaut sekali, baru 2 minggu menikah sudah sempat menuliskan cerita rangkaian kata yang enak di baca. sementara saya yang sudah 2 bulan menikah malah tidak sempat menuliskan apa-apa.
terkadang istri saya juga bertanya, "koq jarang nulis?"
padahal bukan jarang lagi, tapi tidak sama sekali malahan.
mudah-mudahan lain kali kita dapat share . . .
makasih tulisannya
Salam,
Sis
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ukhti hazimah <ukhtihazimah@com ...> wrote:
>
> Pernikahan adalah waktu berhenti membandingkan [nasihat Amien Rais kepada putra putrinya]
>
> Kalimat ini saya dapatkan dari notes Mbak Yanti. Dalem banget rasanya, karena terasa pas dengan apa yang saat ini sedang saya rasakan.
>
- 2a.
-
coming soon : PARTISI HATI
Posted by: "ihwan xerografer" nagrem@yahoo.com nagrem
Mon May 17, 2010 3:29 am (PDT)
Hai, semua teman-teman anggota millis Sekolah Kehidupan. Saya ingin mengabarkan kalau bulan Mei ini novel kedua saya akan segera terbit, judulnya PARTISI HATI.
untuk membaca sinopsis dan teaser-nya silahkan buka: htttp://partisihati.multiply. com
bagi yang ingin pre-order silahkan hub: 0857 555 45459
harga Rp. 39.000 diskon 10 persen.
Regards
Ihwan H.
- 2b.
-
Re: coming soon : PARTISI HATI
Posted by: "siril_wafa" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Mon May 17, 2010 10:14 pm (PDT)
Selamat ya Mas, semoga bukunya menambah pencerahan....
sekalian sinopsisnya di posting di sini biar tidak buka link lagi...
Salam,
Sis
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "ihwan xerografer" <nagrem@...> wrote:com
>
> Hai, semua teman-teman anggota millis Sekolah Kehidupan. Saya ingin mengabarkan kalau bulan Mei ini novel kedua saya akan segera terbit, judulnya PARTISI HATI.
>
> untuk membaca sinopsis dan teaser-nya silahkan buka: htttp://partisihati.multiply. com
>
> bagi yang ingin pre-order silahkan hub: 0857 555 45459
> harga Rp. 39.000 diskon 10 persen.
>
> Regards
>
> Ihwan H.
>
- 3.
-
Artikel: Apakah Anda Berbakat Menjadi Orang Kaya?
Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Mon May 17, 2010 10:13 pm (PDT)
Artikel: Apakah Anda Berbakat Menjadi Orang Kaya?
Â
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
Â
Maaf, judul bagian ini bukanlah iklan sebuah pelatihan untuk menjadikan anda orang kaya. Selain karena saya tidak memiliki program pelatihan semacam itu, saya juga tidak tahu bagaimana caranya membuat seseorang menjadi kaya. Sampai saat ini saya baru memiliki kesempatan untuk sama-sama mengajak merenungkan tentang bagaimana cara kita memandang kekayaan. Konon, dari hal sederhana semacam ini saja sudah bisa ketahuan apakah seseorang berbakat untuk menjadi manusia kaya atau tidak. Makanya, Anda bisa mengerti mengapa sampai sekarang saya belum menjadi orang kaya.
Â
Saya baru selesai melakukan aktivitas di fitness center. Setelah membersihkan diri, saya menuju ke loby untuk menanti istri saya yang menjemput. Di loby itu terdapat sebuah kursi panjang yang bisa diduduki oleh tiga orang. Saya mendapati seorang Bapak tengah duduk disana. Setelah mengucapkan permisi, saya duduk disampingnya. Lalu membuka laptop kembali. âWah, kerja terus, nih....â beliau menyapa ramah begitu layar notebook saya menyala. Saya bilang, âSambil menunggu istri saya memjemput, Pak.â begitu saya menjawab.
Â
âBekerja dalam bidang apa?â lanjutnya. Sesaat kemudian beliau mengetahui kalau saya menjalani profesi sebagai penulis jika sedang tidak ada tugas untuk memfasilitasi program pelatihan.
Â
âOh, Anda seorang trainer, ya?â
Saya mengangguk. âJika Bapak lebih senang menyebutnya demikian....â
âMotivator, begitu?â orang ini menjadi semakin menyenangkan.
âNah, kalau itu bukan.....â Saya bilang. âSoalnya saya tidak tahu bagaimana cara memotivasi orang.â saya melanjutkan âSaya sendiri masih sangat membutuhkan motivasi.â
Â
âTapi, buku-buku Anda kelihatannya menunjukkan itu.â Seseorang yang penuh perhatian.
Saya menjelaskan kalau memang kadang-kadang saya diminta untuk membawakan topik training semacam itu. Jika saya mampu, ya ayo saja. Tetapi sebenarnya program utama yang saya bawakan berhubungan dengan Management, Leadership, Communication, dan Productivity Enhancement. Â Untuk memperkuat itu, lalu saya menyerahkan kartu nama. Ketika beliau membalas dengan sebuah kartu nama juga, saya jadi tahu kalau ternyata beliau adalah seorang trainer juga. Karena merasa diri lebih muda, secara otomatis saya memposisikan diri untuk lebih mendengar dari beliau. Siapa tahu dari pertemuan ini saya bisa belajar suatu ilmu. Benar saja. Tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan insight dari beliau. Sebuah ciri khas trainer yang handal.
Â
âSaya punya sebuah teka-teki,â katanya. âTolong Mas Dadang jawab ya.â Saya mengiyakan, selama saya mampu untuk melakukannya. Lalu pada selembar kertas kecil beliau menuliskan tujuh kata. Berani, Kaya, Kasih, Memberi, Syukur, Menerima, Sehat. Kira-kira begitulah. Kemudian beliau meminta saya untuk mengurutkan berdasarkan prioritas diri saya sendiri. Nomor satu prioritas tertinggi, sedangkan nomor 7 untuk prioritas terendah. Setelah memberikan skor berdasarkan prioritas pribadi, saya mengembalikan kertas itu kepadanya.
Â
âMas Dadang,â katanya. âBerdasarkan penelitian, sekitar sembilan puluh persen orang yang ditanya dengan daftar ini menempatkan kata âkayaâ pada urutan yang paling rendah. Dinomor 6 atau nomor 7.â katanya. Seketika itu juga saya menyadari kalau kata âkayaâ menjadi prioritas saya yang nomor 6. Berarti saya termasuk kebanyakan orang, dan saya segera mengerti konsekuensinya. âSaya pernah membaca buku,â lanjut beliau. âDalam buku itu dijelaskan seandainya seluruh uang yang ada di dunia ini dikumpulkan lalu dibagi rata kepada semua orang maka setiap orang akan kebagian sekitar 25 Milyar.â Saya mengangguk-anggukan kepala.
Â
Lalu beliau melanjutkan, âNamun setahun kemudian, sekitar 90% uang itu akan kembali dimiliki oleh 5% orang. Anda mengerti maksudnya?â Hmmh, sebuah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Â Rupanya itulah kaitan antara meletakan kata âkayaâ pada prioritas rendah dengan kepemilikikan uang. Mungkin itu juga alasannnya mengapa sampai sekarang saya belum kaya juga, haha.
Â
Bagaimanapun juga, segala sesuatunya bisa masuk akal. Mari kita lupakan soal seerapa akuratnya angka-angka yang tadi kita sebutkan. Tapi, fakta bahwa saya menempatkan kata âkayaâ siurutan ke-6 dalam prioritas hidup menegaskan jika saya tidak mungkin mengalokasikan sebagian besar potensi dan kapasitas yang saya miliki untuk mencari uang. Jika saya tidak mengerahkan seluruh atau sebagian besar daya hidup untuk mencari uang, mana mungkin saya bisa mewujudkan pencapain tertinggi dalam bentuk kekayaan? Begitulah logikanya. Anda pun pasti demikian bukan? Jadi, pelajaran penting yang saya dapatkan dari pertemuan ini berbunyi, âKalau kamu mau kaya, jadikanlah kata âkayaâ sebagai prioritas hidupmu.â
Â
Apakah saya tidak ingin kaya? Sejujurnya saya tidak tahu. Soalnya yang melekat dalam diri saya dari dulu sederhana saja, yaitu ingin serba berkecukupan. Jika saya ingin ini uang saya cukup, jika ingin itu juga cukup. Padahal, banyak hal yang ingin saya lakukan dalam hidup. Sehingga untuk mewujudkannya tidaklah mungkin kecuali jika saya memiliki dana yang cukup. Apakah itu termasuk ingin kaya? Entahlah. Yang jelas, sampai sekarangpun jika saya harus memilih âkayaâ atau âsyukurâ tetap saja saya memilih syukur diurutan tertinggi. Soalnya, setiap kali saya memperhatikan jemari tangan saya memijit key board laptop disana saya melihat keajaiban. Saya tidak bisa membayangkan jika Tuhan mengurangi jari-jari tangan ini. Saya tidak tahu lagi mesti bagaimana menuangkan gagasan tanpa jemari tangan.
Â
Lalu saya membayangkan kedua mata ini. Saya belum menemukan harga yang tepat seandainya boleh ditukar dengan sejumlah uang. Jantung ini. Sepasang telinga. Kaki, paru-paru dan segala sesuatu yang Tuhan lekatkan didalam diri saya. Istri, anak-anak, ayah dan ibu kami. Semuanya. Jika saya harus mendahulukan âkayaâ dari âsyukurâ dan âkasihâ maka itu bertentangan dengan panggilan hati saya. Saya beruntung hari ini bisa bertemu dengan kenalan baru itu. Sebab dari pertemuan itu saya jadi semakin menyadari betapa banyaknya hal yang mesti saya syukuri.
Â
Ketika kendaraan yang menjemput saya tiba, saya segera pamit kepada beliau. Sebelum berpisah, saya mengatakan sesuatu yang sungguh-sungguh saya rasakan dihari itu. Saya bilang,âSaya belum kaya, Pak. Masih sering pusing memikirkan bagaimana cara menafkahi keluarga. Tapi entah mengapa, sewaktu saya sembahyang Ashar tadi saya kok merasa seperti orang yang sangat kaya.â Kami bersalaman, lalu berpisah dengan kesepakatan untuk terus menjalin silaturahmi.
Â
Saya terkenang Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Suci. âJika kamu bersyukur, maka akan Aku tambah nikmatku lebih banyak lagi.â demikian kata Tuhan. âTetapi jika kamu tidak bersyukur, sesungguhnya siksaanku sangatlah pedih.â Sekarang saya tahu bagaimana caranya untuk kaya hanya dengan dua langkah sederhana. Langkah pertama berusaha, langkah kedua bersyukur. Apapun yang kita dapatkan dari hasil ikhtiar merupakan modal untuk memperoleh kepemilikan berikutnya seperti yang Tuhan janjikan. Sesuai janji Tuhan, ikhtiar tanpa henti akan mengantarkan kita kepada sebuah pencapaian. Sedang rasa syukur yang terus menerus menjamin tambahan dari Tuhan. Dengan demikian, kekayaan yang kita dapatkan nanti bukan hanya banyak dalam hal jumlah. Namun nilainya juga penuh dengan berkah.
Â
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Penulis Buku dan Training Facilitator Â
www.bukudadang.com/ Â dan www.dadangkadarusma n.com/ Â Â
Â
Catatan Kaki:
Sangatlah penting untuk menjadi orang kaya dengan harta dan kekayaan yang penuh berkah. Namun berkah, tetap lebih bernilai daripada jumlah.
Â
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul âBelajar Sukses Kepada Alamâ versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan kunjungi www.bukudadang.com
--------------------- --------- --
Buku-buku terbaru Dadang Kadarusman sudah bisa dipesan di http://www.bukudadang.com/
- 4.
-
(Info) Pelatihan Menulis GRATIS "Cara Dasyat Menjadi Penulis Heb
Posted by: "Yons Achmad" kolumnis@gmail.com freelance_corp
Tue May 18, 2010 2:35 am (PDT)
*Pelatihan Menulis GRATIS*
*"Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat"*
* *
*Anda Ingin Jadi Penulis Profesional*
*Mendapatkan Uang Dari Menulis*
*Mendapatkan Motivasi dan Cara Menulis Produktif*
*Mendapatkan Kiat-Kiat Menembus Media Massa*
*Mendapatkat Kiat Kiat Menulis Buku*
* *
*Datang dan Ikutilah*
* *
*Pelatihan Menulis GRATIS*
*"Cara Dasyat Menjadi Penulis Hebat"*
* *
*Bersama*
*Jonru*
*(Penulis Buku, Founder PenulisLepas.com, Mentor Sekolahmenulisonlin e.com)*
* *
*Tempat*
*Perpustakaan Depdiknas Jakarta*
*Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta*
*Samping Ratu Plasa*
* *
*Hari/Tanggal*
*Sabtu 5 Juni 2010*
* *
*Waktu*
*Pukul 09.00-12.00 WIB*
* *
*Tempat Terbatas (30 orang)*
* *
*Doorprize Menarik Menanti Anda:*
* *
- *3 Buku "Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat" karya Jonru*
- *Beasiswa Senilai Rp 1.500.000 dari Sekolah-Menulis Online*
- *Voucher Diskon Rp 300.000 dari Sekolah-Menulis Online*
*Hanya Berlaku untuk Peserta Pelatihan Ini!*
* *
* *
*Konfirmasi Kehadiran*
*Kirim*
*Nama| Lokasi| No HP| E-mail*
*ke*
kolumnis@gmail.com **
* *
*Organize by*
*Kanetwork*
--
==========
Yons Achmad
Kanetwork Corp
(Konsultan & Riset Media)
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar