Senin, 07 Juni 2010

[daarut-tauhiid] Akmal Sjafril: "Kemenangan"

---------- Forwarded message ----------


Kemenangan <http://multiply.com/gi/akmal:journal:792>**** Jun 7, '10
2:54 PM
for everyone
assalaamu'alaikum wr. wb.

Sebelum 9 April 1948, Deir Yassin adalah sebuah desa cantik yang terletak di
atas bukit yang berbatasan dengan Al-Quds. Baru sebulan lamanya desa itu
menandatangani sebuah pakta damai (non-aggression pact) dengan desa Givat
Sha'ul, desa tetangganya yang dihuni oleh masyarakat Yahudi. Dari desa ini
pula datangnya sebagian gerombolan milisi Zionis yang meluluhlantakkan Deir
Yassin, sedangkan sebagian lainnya menyerang dari Beit Ein Karim.

Dua kelompok milisi yang bertanggung jawab atas insiden berdarah ini adalah
Stern Gang yang dipimpin oleh Menachem Begin (yang kemudian menjadi Perdana
Menteri ke-6 Israel) dan Irgun. Meskipun kedua kelompok ini disebut sebagai
'kelompok ekstrem', namun pemerintah Zionis tak pernah mencegah
tindakan-tindakan ekstrem mereka. Dalam kasus ini, kedua kelompok milisi
ini merasa frustasi karena operasi pendudukan Deir Yassin yang dimulai sejak
pagi buta, yang diperkirakan akan berlangsung mulus tanpa perlawanan
berarti, ternyata justru menemukan jalan buntu di hadapan penduduk desa yang
segera mengumandangkan jihad. Haganah, faksi militer terbesar milik Zionis
kala itu, pada awalnya menolak untuk ikut serta, namun akhirnya meminjamkan
tenaganya juga. Merasa dipermalukan oleh perlawanan para mujahid, Stern
Gang dan Irgun pun lepas kendali. Semua penduduk yang dapat mereka temui
dibunuh di tempat. Mereka bahkan tidak membantah telah membunuh ibu-ibu
hamil, anak-anak dan orang tua. Para pemuda diarak ke pemukiman Yahudi,
disambut oleh sorak sorai dan tepuk tangan penduduknya, sebelum akhirnya
mereka dieksekusi begitu saja.

Yayasan Deir Yassin Remembered didirikan untuk mengenang peristiwa
pembantaian Deir Yassin yang seolah dengan sengaja dilupakan sejarah; atau
lebih tepatnya, dihapus dari buku-buku sejarah oleh para pemenang sejarah.
Pembantaian inilah yang mengawali pembantaian-pembantaian lainnya yang
dilakukan oleh pemerintah Zionis secara sistematis dengan metode yang sama;
mengadakan perjanjian damai, melanggar perjanjian damai, membantai tanpa
pandang bulu, mengusir penduduk asli, mendirikan pemukiman baru, menyensor
semua referensi yang membicarakan kejadian sebenarnya dan mengendalikan
pergerakan informasi global. Semuanya berawal dari Deir Yassin.

* * * * * *

Matilah hati jika tidak bergetar mendengar penuturan Zainab dari keluarga
Zahran yang lolos dari pembantaian Deir Yassin. Tiga puluh tujuh anggota
keluarganya terbunuh pada hari itu. Pasukan Zionis membantai seisi rumah
hanya dengan berdiri di ambang pintu. Pada hari itu, peluru berbicara
semaunya. Tak ada hati nurani, tak ada belas kasihan, tak ada perjanjian
damai, tak ada Palestina, tak ada manusia selain Yahudi. Pada saat
pembantaian Deir Yassin terjadi, Zainab baru berusia dua puluh tahun, hidup
bagai seorang putri di tengah-tengah keluarga yang berbahagia.

"Aku berharap telah mati sebelum peristiwa itu," ujarnya. Itulah kenangan
perasaannya dari masa lampau yang telah lama ditinggalkannya. Ada kesedihan
di dalamnya, tapi waktu telah menempanya menjadi perempuan besi. Di usia
senjanya kini, kedua matanya tak pernah berhenti bersinar, dan lidahnya tak
lelah memuji Allah.

Mungkin kita bukan termasuk orang-orang yang dapat memahami kerinduan di
balik sajak Bilal ra. yang mengalun mesra memanggil Mekkah di kejauhan. Di
kota itu ia diperbudak, namun di kota itu pula ia dimerdekakan. Di kota itu
ia disiksa, namun di kota itu pula ia menemukan hidayah dan kekasihnya,
Rasulullah saw. Kaum perantau pun takkan pernah sepenuhnya memahami
kerinduan kaum muhajirin pada kampung halaman, karena mereka dapat pulang
kapan saja, tidak seperti mereka yang diusir paksa dari rumah-rumahnya,
dicerai-beraikan dari anggota keluarganya, dipisahkan dari tanah tumpah
darahnya.

Lumpuhlah hati jika tidak menyadari isak tangis yang tak lagi mengurai air
mata ketika Zainab mengunjungi pinggiran wilayah Deir Yassin yang kini
diberi pagar tinggi oleh pemerintah Zionis. Mereka rebut desa itu dengan
keji, mereka bantai penduduknya, sedangkan sebagian besar tanahnya hingga
kini tidak digunakan sama sekali, melainkan sekedar untuk dijadikan sebagai
wilayah terlarang yang tak boleh dimasuki oleh siapa pun. Rupa-rupanya
pemerintah Zionis pun bergetar bulu kuduknya dihantui oleh kenangan Deir
Yassin. Dulu mereka dimenangkan oleh peluru, namun kini mereka dicekik oleh
waktu. Tinggallah Zainab yang menciumi tanaman di pinggir desanya dengan
penuh haru.

* * * * * *

Kekejaman kaum Zionis dari waktu ke waktu memaksa kita untuk terus
mempertanyakan kembali arti kemanusiaan. Apakah kemanusiaan itu memang
sesuatu yang melekat pada diri manusia, ataukah ia hanya ilusi belaka yang
lahir dari impian serba indah manusia?

Pada titik-titik tertentu, kita pun tergoda untuk mempertanyakan sebuah
kemungkinan untuk melakukan hal yang sama dengan yang pernah (dan selalu)
mereka lakukan. Mengapa kita tidak melanggar perjanjian damai, sebagaimana
kebiasaan mereka? Mengapa kita tidak membunuh semua Yahudi tanpa pandang
bulu, sebagaimana mereka menanam peluru di kepala bayi-bayi Muslim? Mengapa
tidak kita tangkap mereka dan kita gantung tubuhnya di dinding-dinding
tinggi agar mereka dihinggapi rasa ngeri seperti teror yang terus mereka
lancarkan kepada umat Muslim Palestina? Mengapa tidak kita cincang
hidup-hidup tawanan seperti Gilad Shalit, sebagaimana mereka telah menyiksa
dengan keji tawanan Palestina, bahkan yang anak-anak sekalipun?

Masjidil Aqsha adalah milik Allah, Al-Quds adalah milik Allah, seluruh tanah
Palestina adalah milik Allah, bahkan seluruh penjuru bumi ini adalah milik
Allah. Kelak seluruh manusia akan datang kepada Allah, baik dengan penuh
sukacita ataupun dengan terpaksa, baik dengan berjalan tegak ataupun
melata. Tidak perlu penegasan tanah ini milik siapa, bumi ini milik siapa,
langit ini milik siapa. Semuanya akan pulang kepada pemiliknya. Manusialah
yang perlu menegaskan; dengan segala cobaan yang dihadapinya, aturan
siapakah yang akan dijadikannya pegangan?

Berapa banyak mata terperangah, berapa banyak mulut menganga menyaksikan
Rasulullah saw. memasuki kota Mekkah sebagai pemenang setelah bertahun-tahun
keluar karena diasingkan dan disiksa tanpa henti. Berapa banyak jiwa-jiwa
kerdil yang gemetar ketakutan ketika sang panglima besar memasuki pintu kota
tanpa menghadapi perlawanan yang berarti dari penduduknya. Berapa banyak
hati yang tertunduk malu menyaksikan kedatangan sang pemenang yang ternyata
tidak merasa perlu meniru perilaku musuh-musuhnya ketika berjaya dahulu.

Maha Suci Allah yang tidak memberatkan manusia dengan tugas-tugas yang
melebihi kapasitasnya. Manusia bisa diliputi euforia jumawa beberapa saat
lamanya dengan bermodalkan peluru, tapi pemilik kemenangan sejati adalah
mereka yang pulang ke hadapan Allah dengan senyum memberkas di wajah.
Mereka yang bersikeras untuk tidak meniru kejahatan orang lain telah menang
sebelum dinyatakan menang. Kemenangan sejati adalah ketika kita menghadapi
kejahatan, kekejaman, kekejian, kecurangan, kelicikan, kedustaan dan
keberingasan dengan kata-kata tegas: "Aku bukan sepertimu. Kita tidak sama,
dan takkan pernah sama."

Kami akan tetap di jalan ini hingga mendapat kemenangan, atau syahidmendahului.

wassalaamu'alaikum wr. wb.
****


--
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.
>> al-Ra'd [13]: 28


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: