Kamis, 11 Agustus 2011

[daarut-tauhiid] Catatan Ramadhan 5 : Di Luar Pagar Masjid

 



 
Ramadhan memang selalu menyajikan keajaiban-keajaiban
tersendiri, salah satunya mampu mendongkrak nilai sedekah orang-orang, dari
biasa menjadi luar biasa, dari sedikit menjadi banyak, dari yang tidak pernah
sedekah jadi rajin sedekah. Seperti sulap, sim salabim, Ramadhan mengubah
seketika orang-orang yang sebelumnya pelit menjadi dermawan, orang yang jarang memberi
menjadi senang memberi, orang yang tak pernah berbagi menjadi senang berbagi.
Orang-orang jadi lebih banyak tersenyum, lebih mudah memaafkan, lebih berjiwa
besar, semua karena  Ramadhan.
 
Saya tak tahu apakah memang orang-orang ini menunggu
kesempatan emas di bulan Ramadhan untuk bersedekah dan selama sebelas bulan
menabung, atau memang penghasilan mereka bertambah berkali-kali di bulan
Ramadhan sehingga sedekah mereka pun meningkat khusus di bulan mulia ini.
Memang saya dengar ada beberapa perusahaan yang punya kebijakan menarik,
menjelang bulan Ramadhan perusahaan memberikan tunjangan Ramadhan agar para
karyawannya lebih konsentrasi bekerja dan menjalankan ibadah selama satu bulan
penuh. Tentu ini kebijakan yang baik, tidak hanya ada Tunjangan Hari Raya
(THR), melainkan juga Tunjangan Bulan Ramadhan (TBR).
 
Ternyata bukan, bukan karena penghasilan mereka meningkat
selama bulan Ramadhan, bukan karena mereka menabung selama sebelas bulan untuk
bisa bersedekah lebih banyak di bulan Ramadhan, dan juga bukan karena ada
perusahaan yang memberikan kebijakan baru dengan memberikan tunjangan khusus di
bulan Ramadhan. Sebab, meski hartanya banyak, jika hatinya tak tersentuh untuk
bersedekah maka tak sedikitpun bagian dari hartanya itu disedekahkan. Cukup
untuk dinikmati sendiri, bahkan kurang.
 
Sudah tentu mereka yang meningkatkan sedekahnya di bulan
Ramadhan, mereka yang tiba-tiba jadi dermawan, senang berbagi meski sebelumnya
jarang bersedekah, mereka yang berubah total selalu memberi, padahal di bulan
lain justru dikenal sebagai orang yang kikir bin pelit, karena Allah lah yang
meningkatkan balasannya untuk semua bentuk ibadah yang dikerjakan hamba-Nya di bulan
suci nan mulia ini. Allah memberi lebih dari yang kita berikan di bulan lain,
namun di bulan Ramadhan, kelebihannya ditingkatkan berkali-kali oleh Allah.
 
Kondisi ini pula yang dimanfaatkan oleh segelintir orang
untuk mengemis atau mengkoordinir pengemis untuk mencegat para dermawan di
berbagai sudut. Coba kita lihat sekarang, pameran kemiskinan ada dimana-mana,
di area perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah, kampus dan tentu lebih banyak
yang mengantri di pintu masjid. Para pengemis yang sayangnya hanya berada di
pintu masjid, berharap sedekah dari orang-orang shalih yang keluar masuk
masjid. Padahal kalau mereka tak hanya di pintu, melainkan masuk ke dalam
masjid, membasuh wajah dan tubuh kumal mereka kemudian sholat dan berdoa kepada
Allah, mereka bisa mendapatkan lebih dari yang diberikan orang-orang. Tentu
saja dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh.
 
Para pengemis ini semestinya sadar, mereka diberi –kalau ada
yang memberi- oleh orang-orang shalih yang senang sujud dan duduk bersimpuh di
masjid. Sudah jelas perbedaannya, si pemberi adalah orang-orang yang khusyuk di
dalam masjid, sedangkan yang diberi adalah mereka yang berada di luar pagar
masjid. Mereka lebih senang berada di luar pagar dan menjadi pengemis, padahal
kalau mereka masuk ke masjid seperti para pemberi sedekah itu, derajat mereka
Insya Allah meningkat, berubah dari yang diberi menjadi pemberi sedekah. Namun
ternyata, mereka tetap memilih berada di luar pagar.
 
Fenomena antara orang-orang yang di dalam masjid dengan
yang di luar pagar masjid ini sebenarnya bisa menjadi satu pelajaran berharga
bagi kita. Bahwa jika kita menginginkan kekayaan, kesejahteraan dan kemakmuran
dalam hidup, maka selayaknya kita semakin dekat dengan Allah, terus melibatkan
Allah dalam setiap aktifitas kehidupan kita. Masjid adalah rumah Allah,
siapapun yang jauh dan menjauhi masjid, sama dengan menjauhi Allah. Semua
kekayaan mutlak milik Allah, tak pernah meminta kepada Allah adalah salah satu bentuk
sombong, padahal Allah senang diminta, karena Allah senang memberi kepada
hamba-hamba yang tak henti berharap.
 
Betapa banyak orang-orang yang terus berada di luar pagar
masjid, meski mereka bukan pengemis. mereka tak dekat dengan Allah, tak
menyertakan Allah dalam kehidupannya. Di bulan Ramadhan yang mulia ini, masjid
begitu terbuka lebar. Memang lebih banyak hamba Allah yang berubah menjadi ahli
ibadah selama Ramadhan, meski tak sedikit pula yang tetap berada di luar pagar
masjid. Kita berdoa, semoga setelah Ramadhan nanti kita tetap menjadi bagian
dari orang-orang yang di dalam masjid, bukan sebaliknya. Masjid memang tak
sekadar tempat ibadah, iapun menjadi pembeda antara orang-orang yang senantiasa
berdekatan dengan Allah, dengan orang-orang yang jauh dari Allah.
 
Kembali ke soal pengemis yang berada di luar pagar masjid,
bukan Allah tak memberikan kekayaan kepada mereka, itu lantaran mereka tak
mendekati Allah, tak datang kepada Allah, tak meminta kepada Allah. Mereka
tetap berada di luar pagar masjid, dan memilih menengadahkan tangan kepada
manusia yang kekayaannya sangat terbatas. (Gaw) 
Bayu Gawtama

LifeSharer
SOL - School of Life

085219068581 - 087878771961

twitter:
@bayugawtama

@schoolof_life

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: