Selasa, 25 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Da'i Televisi Harus Berani Suarakan Sistem Islam

*Da'i Televisi Harus Berani Suarakan Sistem Islam*

Ustadz Harry Moekti, Berhenti Menjadi Artis Demi Syiar Islam

Banyak kalangan keliru, bahwa terjadinya keterpurukan di bangsa Indonesia,
hanyalah permasalahan oknum. Padahal jika dikaji lebih mendalam, pangkal
dari rusaknya tatanan kehidupan masyarakat adalah penerapan sistem
sekularisme sebagai asas di negara ini.

Oleh karena itu, melihat kondisi ini, seorang da'i yang tampil di televisi
mesti cermat mengidentifikasi masalah. Sebagai penyampai risalah Islam,
mereka harus berani berkata lantang untuk mengajak umat kembali ke sistem
Islam.

"Para da'i ditelevisi harus berani mengutarakan bahwa permasalahan kita
adalah masalah sistem bahwa sistem negara ini sudah bobrok dan kita harus
kembali ke sistem Islam," kata Ustadz Harry Moekti kepada Eramuslim.com,
Senin 24/10.

Sayangnya, model dakwah di televisi masih sekedar 'populis'. Padahal
sejatinya dakwah tidak boleh dijadikan wasilah untuk mempopulerkan diri
sendiri. Artinya konsep menjadi da'i populis sangat tidak relevan. "Kita
bukan membesarkan diri kita, tapi dakwah yang kita bawa ini besar,"
tambahnya.

Umat muslim harus sepakat bahwa misi dakwah Islam bukanlah perkara mudah.
Ada godaan dan ujian yang selalu membayanginya. Mulai negosiasi prinsip yang
dilakukan pihak stasiun televisi sampai godaan perempuan dari fihak
tertentu.

"Makanya saya kalau kemana-mana selalu ditemani istri, saya khawatir
dijebak," ujarnya yang tengah sibuk dakwah ke berbagai daerah.

Jadi, menjaga prinsip Islam sangat penting diemban para da'i. Mereka tidak
boleh melakukan negosiasi pada hal-hal yang sifatnya sudah jelas dalam
Islam.

"Saya pernah menolak untuk menjadi juri pemilihan da'i di televisi karena
perempuan dan laki-laki tidak dipisah. Setiap kali tampil di televisi, saya
memang meminta para penontonnya terpisah dan berjilbab." sambungnya.

Walhasil dari segala fenomena yang berkembang, ia mengatakan bahwa umat
Islam harus meniru konsep dakwah yang dilaksanakan Rasulullah. Pertama
dengan melakukan tatsqif murokaz, yakni membentuk dan membina kader. Pada
fase ini umat muslim harus dibina fikroh dan akhlaknya hingga menjadi
Islami.

Selanjutnya adalah tatsqif jama'i, yakni melakukan edukasi kepada
masyarakat. "Kita harus tafaul ma' al ummah, bersinggungan dengan umat. Dan
itu harus dilakukan secara berjamaah. Jadi marhalah-nya dimulai dari
membentuk ketakwaan inidividu sampai menjadi kontrol di masyarakat."
tutupnya. (Pz)

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/da-i-di-televisi-harus-berani-suarakan-sistem-islam.htm

*Berkembangnya Da'i Menjadi Artis Adalah Buah Sistem Kapitalisme*

Ustadz Harry Moekti

Berkembangnya para da'i di televisi yang menjadi artis mendapat sorotan
tajam oleh Ustadz Harry Moekti. Pria yang jutru meninggalkan dunia
keartisannya demi syiar Islam tesebut melihat realita ini sebagai buah dari
sistem kapitalisme.

"Dalam sistem kapitalisme, muncullah budaya hedonisme, dan perangkap
hubbuddunya, yakni harta, tahta, dan wanita. Masyarakat kemudian dibangun
rasa permisifisme. Ketika ada ustadz mulai dekat dengan perempuan
dianggapnya wajar," papar mantan rocker itu kepada Eramuslim.com, Senin
24/10.

Oleh karena itu, para da'i dituntut untuk tidak terjebak dalam perkara ini.
Islam harus menjadi bekal utama dalam berdakwah agar kita tidak larut dalam
tipu daya dunia. "Kalau para da'i tidak konsekuen dengan Islam yang kaffah
dan prinsip Islam yang mereka pegang, maka mereka akan terjebak dalam sistem
itu," tambahnya.

Selain daripada itu, terjadi reduksi makna Islam oleh para da'i. Berlakunya
sekularisme di negara ini, lanjut Ustadz Harry Moekti memang meminta
prasyarat bagi para da'i untuk tidak membawa konsep Islam kaffah di tiap
ceramahnya. Model dakwah populis seperti ini tengah menjamur.

"Sekularisme itu kan fashluddin 'anil hayah. Jadi banyak da'i diminta untuk
jangan bawa-bawa agama, karena kita ini kan bukan negara agama, yang penting
kita kan shalat dan akhlaknya baik." imbuh Ustadz yang selalu setia ditemani
istrinya itu.

Padahal sebagai da'i, kita dituntut untuk menjelaskan Islam apa adanya
berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah. Da'i harus berani berkata lantang untuk
menegakkan Syariat Islam,

"Ketika saya diminta menjadi da'i ditelevisi, sebelumnya saya sempat
menjelaskan konsep Islam secara kaffah, tapi mereka malah berkata bahwa hal
itu Islami banget. Padahal tujuan dalam berdakwah memang menerapkan Islam
secara kaffah." Imbuhnya.

Dampak daripada itu semua bukanlah perkara sederhana. Islam akhirnya hanya
dipandang sebagai sebuah sistem ritual saja dan tidak berlaku pada seluruh
sendi kehidupan. Takwa yang sejatinya menjalankan seluruh perintah Allah
dibuat tidak terkait sama sekali dengan Syariat Islam.

"Karena takwa 'yang penting takut sama Allah', tapi tidak perlu menjalankan
Syariat. Makanya saya tidak disitu (televisi)," ungkapnya dengan gelak tawa.
(Pz)

Lainnya (Arsip)

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/da-i-menjadi-artis-adalah-buah-sistem-kapitalisme.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: