Jumat, 28 Oktober 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3505

Messages In This Digest (3 Messages)

Messages

1.

Artikel â€" Teknik Terbaik Untuk Menutupi Kesalahan

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Oct 27, 2011 10:02 pm (PDT)



Artikel € ¢â' '³ Teknik Terbaik Untuk Menutupi Kesalahan
€ ¢Â 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
€ ¢Â 
Tak seorangpun suka jika kesalahannya diketahui oleh orang lain. Makanya, setiap kali melakukan kesalahan; kita cenderung menutupinya. Orang yang punya uang berani membayar agar orang lain tutup mulut. Orang yang berkuasa sanggup mengancam saksi mata agar tidak buka suara. Di kantor, orang rela melakukan apapun asal jangan sampai ketahuan atasannya. Ditempat lain, orang menimpakan kesalahannya kepada orang lain. Ada begitu banyak cara menutupi kesalahan. Namun kebanyakan dilakukan dengan cara-cara yang tidak tepat. Padahal, ada teknik terbaik untuk menutupi kesalahan. Yaitu teknik yang bisa dilakukan tanpa melanggar norma. Sudahkah Anda mengetahui tekniknya?
€ ¢Â 
Kisah Kabil dan Habil putra Adam menceritakan tentang sejarah bagaimana manusia belajar menutupi kesalahan yang baru saja dilakukannya. Setelah membunuh saudaranya, Kabil kebingungan; bagaimana menyembunyikan kejahatannya. Kemudian datanglah seekor burung gagak yang mengais-ais tanah dengan cakar dan paruhnya, lalu menyembunyikan sesuatu didalamnya. Manusia pun belajar bahwa ternyata, sebuah kesalahan bisa ditutupi rapat-rapat agar tidak ketahuan. Sampai hari ini, pelajaran dari burung gagak itu melekat erat dalam keseharian kita. Sayangnya, seiring berjalannya waktu setiap kesalahan yang berusaha ditutupi itu satu demi satu terungkap. Hal itu menunjukkan bahwa cara kita menutupi kesalahan belum cukup canggih. Maka kita membutuhkan teknik yang lebih baik dari yang sekedar diajarkan oleh sang burung gagak. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar tentang teknik terbaik untuk menutupi kesalahan, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural
Intelligence berikut ini:
€ ¢Â 
1.€ ¢Â Â Â Â Â  Tutupi dengan kemauan melakukan perbaikan. Fahamilah bahwa kesalahan kita adalah indikasi utama bahwa kita harus segera melakukan perbaikan. Ingatlah kembali bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Jika kita melakukan kesalahan maka itu berarti bahwa kita ini benar manusia. Adapun konsekuensi yang harus kita terima akibat melakukan kesalahan itu, ya terima saja dengan lapang dada. Itu sudah terlanjur terjadi. Dan kita mesti secara jantan menjalani segala konsekuensi. Tetapi, semua yang sudah terjadi dimasa lalu bisa ditutupi dengan apa yang kita lakukan saat ini hingga nanti. Misalnya, kita mengenal orang-orang yang dulunya dikenal kurang baik tapi kok sekarang jadi orang yang sangat baik. Fakta bahwa masa lalunya buruk tidak bisa dihapuskan. Tetapi fakta bahwa saat ini dia menjadi orang yang berperilaku baik, bisa menutupi setiap jejak keburukannya dimasa lalu. Di kantor pun demikian. Jika ada orang yang melakukan kesalahan,
namun memiliki kemauan untuk melakukan perbaikan, maka dia berpeluang untuk mendapatkan kesempatan. Beda dengan mereka yang sudah salah, tidak mau ngaku, dan terus menerus melakukan kesalahan yang sama. Baik atasan maupun koleganya tidak menyukai sifat seperti itu. Makanya, tidak heran jika orang seperti itu sering tidak mendapat tempat dimana pun. Maka akuilah jika kita pernah melakukan kesalahan dimasa lalu. Dan tutupilah semua kesalahan masa lalu itu dengan kemauan untuk melakukan perbaikan.
€ ¢Â 
2.€ ¢Â Â Â Â Â  Tutupi dengan peningkatan keterampilan. Di kantor, sering kejadian atasan kesal karena bawahannya melakukan kesalahan. Namun, dengan kemauan untuk melakukan perbaikan; bawahan itu terus belajar untuk meningkatkan keterampilannya sehingga dia tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Apakah atasannya akan marah lagi dan terus mengungkit-ungkit kesalahannya dimasa lalu? Tidak. Atasannya, akan lebih melihat kinerja dan kemampuannya saat ini. Dan dalam catatan performance appraisalnya tidak keberatan untuk menuliskan bahwa orang itu € ¢â' '¸sudah menunjukkan perbaikan dan peningkatan keterampilan yang signifikan€ ¢â' '¹. Saya bisa mengatakan bahwa semua karyawan pernah melakukan kesalahan yang berkaitan dengan kurangnya keterampilan kerja mereka. Saya, Anda, juga mereka. Kita semua pernah melakukan kesalahan, bukan? Tetapi, kemauan untuk terus meningkatkan keterampilan telah membuktikan bahwa kita bisa menutupi kesalahan dimasa lalu sehingga sekarang,
kita dikenal sebagai profesional yang terampil. Jika Anda melakukan kesalahan ditempat kerja tutupilah kesalahan itu dengan teknik terbaik yaitu; meningkatkan keterampilan kerja Anda. Insya Allah, beberapa saat kemudian tidak ada lagi orang yang mengungkit-ungkit kesalahan yang pernah Anda lakukan. Mengapa? Karena sekarang, Anda sudah menjadi pribadi yang terampil.
€ ¢Â 
3.€ ¢Â Â Â Â Â  Tutupi dengan kerjasama dan kolaborasi. Banyak kesalahan yang kita lakukan karena lemahnya kerjasama atau keenganan untuk berkolaborasi dengan anggota team lain. Bukan tidak bisa, tapi ada ganjalan dihati kita. Ujung-ujungnya saling menunjuk hidung. Ada pepatah yang patut selalu kita renungkan; € ¢â' '¸berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.€ ¢â' '¹ Segala tugas berat bisa menjadi ringan jika kita melakukannya dengan penuh kekompakan. Dan ketika pekerjaan berat itu berubah menjadi ringan, kita mempunyai peluang untuk menghindari berbuat kesalahan. Bahkan, ada jenis-jenis pekerjaan yang pasti salah jika kita melakukannya sendirian. Misalnya, pekerjaan yang membutuhkan keahlian lain selain keahlian yang kita miliki. Di kantor, banyak sekali jenis pekerjaan seperti itu. Coba Anda perhatikan, apakah pekerjaan Anda terkait dengan pekerjaan orang lain di team atau departemen lain. Saya yakin, Anda punya jenis pekerjaan seperti itu. Anda tidak bisa
menyelesaikannya dengan baik tanpa dukungan orang lain. Sebaliknya, orang lain tidak bisa melakukan tugasnya dengan baik tanpa dukungan Anda. Jika Anda atau dia ngotot untuk melakukannya dengan judgment masing-masing, bisa dipastikan jika akan terjadi kesalahan. Apakah kesalahan hasil kerja, atau pun kesalahan prosedurnya. € ¢Â Maka bekerjasama dan berkolaborasilah dengan kolega-kolega Anda, karena hal itu merupakan salah satu teknik terbaik untuk menutupi kesalahan.
€ ¢Â 
4.€ ¢Â Â Â Â Â  Tutupi dengan kejujuran. Kayaknya agak bertolak belakang ya? Menutupi kesalahan dengan kejujuran. Hmmh, bukankah kalau kita jujur berarti mengakui kesalahan itu? Jika kita jujur kepada diri sendiri, maka kita bisa lebih terdorong untuk berhati-hati. Khususnya atas kesalahan yang berkaitan dengan norma dan moral. Jika Anda tidak pernah korupsi, misalnya. Bukan berarti Anda tidak ingin korupsi, kan? Karena Anda jujur, maka Anda tidak ikutan korupsi. Jika Anda tidak pernah melakukan tindakan maksiat juga demikian. Dorongan untuk melakukannya tetap ada didalam diri kita. Kecuali jika Anda sudah memiliki sifat malaikat yang tidak tergoda oleh nafsu angkara. Selama Anda manusia, Anda tentu pernah dan akan selalu didatangi oleh godaan yang menggiurkan. Tantangannya adalah, apakah nilai-nilai kejujuran itu masih tetap Anda pegang teguh atau tidak. Menjadi orang jujur itu lebih nikmat daripada sebaliknya. Salah satu bentuk kenikmatan itu misalnya;
selama hidupnya, orang jujur itu tidak pernah dikejar-kejar oleh perasaan bersalah. Orang jujur juga tidak perlu takut ditangkap polisi. Orang jujur tidak usah khawatir dikejar KPK. Dan orang jujur, bisa menjalani kehidupan pasca pensiunnya dengan hati yang lega. Mari kita berusaha konsisnten untuk menjadi orang jujur. Karena kejujuran kita, bisa menutupi kesalahan. Bahkan sebelum kesalahan itu kita lakukan.
€ ¢Â 
5.€ ¢Â Â Â Â Â  Tutupi dengan cctv pribadi. CCTV pribadi? Forget it! Memangnya ada orang yang mau membeli cctv untuk mengawasi gerak-gerik dirinya sendiri? Ngawur. Sayangnya, saya tidak sedang ngelantur. Saya bersungguh-sungguh saat mengajak Anda untuk menutupi kesalahan kita dengan cctv pribadi. Gratis lho. Tidak perlu Anda keluarkan uang untuk membeli kameranya. Lho, kok bisa? Iya. Disisi kiri dan kanan setiap pribadi, sudah ada cameramen yang merekam setiap gerak-geriknya detik demi detik. Selamat! Anda adalah bintang film utamanya. Dalam drama peradilan manusia € ¢â' '³ konon katanya € ¢â' '³ video berisi barang bukti bisa raib entah kemana. Tetapi, tidak demikian dengan pengadilan Tuhan. Nggak bisa lagi kongkalikong, Bung. Soalnya, cameramen kita tidak bisa diajak kompromi. Kamera sebelah kanan teguh dengan semua rekaman video kebaikan kita. Sedangkan kamera sebelah kiri kukuh untuk menjaga keaslian rekaman video perbuatan buruk kita. Dan dipersidangan Tuhan,
pemutaran perdana premier film itu akan dilakukan. Orang-orang yang sadar keberadaan cctv pribadi ini lebih berpeluang untuk menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan nista. Percayalah, jika Anda berusaha untuk menutupi aib dosa-dosa Anda dihadapan manusia; maka dihadapan Tuhan, semuanya terlihat secara transparan. Tanpa sekat. Tanpa hijab. Baik dan buruknya kita akan kelihatan. Berbusana dan telanjangnya kita, akan terekam selengkap-lengkapnya. Karena meski berhasil menyembunyikannya dari mata manusia, kita tidak bisa bersembunyi dari Sang Maha Menyaksikan.
€ ¢Â 
Ada banyak cara untuk menutupi kesalahan. Sebagian besar diantaranya berasal dari teknik primitif yang diajarkan oleh sang burung gagak. Sudah saatnya kita belajar teknik yang lebih baik agar tidak melahirkan kesalahan demi kesalahan berikutnya. Cara terbaik itu diajarkan oleh para Nabi suci yang merujuk kepada firman Tuhan. Meski para Nabi sudah dipanggil keharibaan Ilahi, kita masih bisa menapaki jejak-jejaknya didalam kitab suci yang mereka wariskan. Maka disana, kita bisa menemukan bahwa sebuah kesalahan bisa ditutupi dengan cara; € ¢â' '¹segera bertaubat dan memperbaiki diri€ ¢â' '¹, lalu berupaya untuk€ ¢â' '¹tidak mengulanginya lagi€ ¢â' '¹. Orang-orang yang mampu meniru cara para Nabi itu, Insya Allah akan menutup hidupnya dalam keadaan husnul khatimah. Yaitu, akhir hidup yang € ¢Â Â disukai Tuhannya.
€ ¢Â 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman € ¢â' '³ 26 Oktober 2011

2.

Artikel â€" Benarkah Orang-Orang Sulit Itu Sulit?

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Oct 27, 2011 10:05 pm (PDT)



Artikel € ¢â' '³ Benarkah Orang-Orang Sulit Itu Sulit?
€ ¢Â 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
€ ¢Â 
Salah satu tantangan pelik dalam tugas kepemimpinan adalah orang-orang yang kita sebut sebagai orang sulit. Nyaris disemua organisasi ada saja orang yang disebut sebagai orang sulit ini. Alasan mereka disebut orang sulit adalah karena sikapnya menimbulkan kesulitan bagi orang lain, khususnya atasan dan orang-orang yang mempunyai hubungan kerja dengannya. Pertanyaannya adalah; Apakah mereka yang menjadi € ¢â' '¹orang sulit bagi kita€ ¢â' '¹? Ataukah kita yang justru merupakan orang sulit bagi mereka? Merenungkan pertanyaan itu bisa membantu kita untuk melihat lebih jernih dan mengambil tindakan yang lebih konstruktif.
€ ¢Â 
Film The Horse Whisperer berkisah tentang seekor kuda yang mengalami trauma setelah tertabrak trailer di New York City. Mengingat lukanya yang parah, dokter hewan menyarankan untuk lakukan eutanasia. Namun pemiliknya bersikukuh untuk mempertahankannya. Kuda itu sembuh secara fisik, tapi secara mental tetap sakit. Dia berubah menjadi sangat ganas melebihi keganasan kuda liar dialam bebas. Kuda itu membenci manusia, khususnya sang pemilik yang menungganginya saat kecelakaan terjadi. Di pegunungan Montana, ada seorang koboi yang cakap mengurus kuda hingga dijuluki sebagai Sang Pembisik Kuda. Melalui perjalanan panjang dan melelahkan, akhirnya kuda itu berhasil disembuhkan kembali. Manusia, bisa lebih liar dari hewan. Tetapi manusia memiliki perangkat akal dan nurani dengan derajat yang jauh melampaui mahluk manapun. Makanya, seliar-liarnya manusia; selalu punya peluang untuk menjadi pribadi yang berbudi. Apalagi sekedar orang yang kita sebut sebagai
€ ¢â' '¹orang sulit€ ¢â' '¹, tentu bisa menjadi orang yang mudah bekerjasama. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memahami orang sulit, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
€ ¢Â 
1.€ ¢Â Â Â Â Â  Jadilah orang yang € ¢â' '¸mudah€ ¢â' '¹ bagi orang lain. Ini adalah prinsip paling mendasar yang sering dilupakan orang. Dalam pengamatan saya, begitu banyak orang yang menilai orang lain sebagai orang yang sulit padahal dia tidak menyadari bahwa dirinyalah sebenarnya orang yang sulit itu. Sebuah hubungan tidak bisa disokong oleh satu pihak; Anda saja, atau dia saja. Harus Anda dan dia. Jika Anda dan dia sama-sama sulit, maka hubungan itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Jika Anda mudah dan dia sulit, maka Anda masih punya peluang untuk tetap menjaga performa. Namun jika yang sulit itu justru Anda bukan dia, maka Anda nyaris tidak memiliki harapan untuk memperbaiki keadaan selama tidak menyadarinya. Jadi, langkah paling awal yang mesti kita ambil adalah memastikan bahwa kita sendiri bisa menjadi orang yang mudah bagi orang lain. Maka sekarang, mata kita tidak sepenuhnya tertuju kepada orang lain; melainkan berintrospeksi kedalam diri sendiri
juga. Anda yakin Anda bukan orang sulit? Tidak ada salahnya jika mengeceknya sekali lagi.
€ ¢Â 
2.€ ¢Â Â Â Â Â  Fahami kebutuhan emosionalnya. Perhatikanlah sekali lagi orang-orang yang kita beri label sebagai orang sulit itu. Ternyata mereka bisa bekerjasama dengan sangat baik bersama orang-orang tertentu. Apa yang menyebabkannya tidak bisa bekerjasama dengan kita? Begitulah pertanyaan yang selayaknya kita ajukan. Hambatan emosional sering menjadi faktor penyebab yang paling menonjol. Akarnya bisa dari hal yang sangat sederhana, sampai kepada hal yang rumit hingga tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Untuk memahaminya, Anda bisa mengamati dari jauh, atau berdiskusi dengan orang-orang yang bisa bekerjasama dengannya. Atau lebih banyak menyediakan diri untuk mengenal orang itu lebih mendalam. Seseorang yang sulit misalnya, ternyata hanya membutuhkan pengakuan atas senioritasnya dari atasannya yang lebih muda. Setelah pengakuan itu didapatkan, dia menjadi respek kepada sang atasan. Merasa lebih berpengalaman atau pernah memimpin lebih banyak orang
juga demikian. Boleh jadi, ada kebutuhan emosi lainnya yang perlu kita kenali dan fahami. Jika dengan orang lain dia bisa bekerjasama dengan baik, maka tentu kita pun bisa mengelola orang itu dengan lebih baik melalui pemahaman terhadap kebutuhan emosionalnya.
€ ¢Â 
3.€ ¢Â Â Â Â Â  Fahami masalah yang melatarbelakanginya. € ¢Â Setiap orang memiliki alasan untuk suka atau tidak dalam berhubungan dengan orang lain. Maka apakah seseorang suka atau tidak suka bergaul dan bekerjasama dengan Anda, tentu ada latar belakangnya. Misalnya, seseorang mengatakan kepada saya sambil marah-marah; € ¢â' '½saya ini juga pernah menjabat seperti kamu selama 10 tahun, bla bla bla,€ ¢â' '½ Lalu beliau membeberkan fakta tentang betapa mengecewakannya kepemimpinan saya. Saya menghormati penilaiannya, namun saya tegaskan bahwa caranya berbicara dengan saya sama sekali tidak bisa memperbaiki keadaan. € ¢â' '½Anda ingin semuanya berjalan lebih baik?€ ¢â' '½. Tidak ada jawaban yang lebih pintar atas pertanyaan itu selain mengiyakan. € ¢â' '½Jika demikian,€ ¢â' '½ lanjut saya € ¢â' '½marilah kita bicarakan baik-baik.€ ¢â' '½ Dalam perbincangan selanjutnya beliau bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya di rumah hingga menjadi mudah marah dan cepat emosi. Saya hanya menunjukkan
respek dan empati, tidak lebih dari itu. Di akhir pembicaraan saya dipeluknya sambil dihujani permintaan maaf atas sikapnya selama ini. Dan saya mengimbanginya dengan kesadaran bahwa memang sudah menjadi kewajiban saya untuk melayani orang-orang yang saya pimpin semaksimal mungkin. Sejak saat itu, hubungan kami menjadi sangat baik. Ini kejadian sungguhan. Pada awalnya saya pun ikut terbawa suasana sehingga menilai beliau sebagai orang yang sulit. Tetapi setelah memahami latar belakangnya, terbukalah jalan untuk memperbaiki kualitas hubungan.
€ ¢Â 
4.€ ¢Â Â Â Â Â  Seimbang antara tuntutan dan kemanfaatan. Sulitnya seseorang untuk diajak kerjasama bisa jadi karena mereka tidak melihat manfaat bagi dirinya sendiri. Misalnya, seorang bawahan yang menilai atasannya tidak bisa memperjuangkan kepentingannya. Mereka tentu akan cuek melebihi bebek. Terlebih lagi jika atasannya terlalu banyak menuntut. Bawahan Anda, akan semakin sulit dikelola jika Anda tidak dapat menyeimbangkan antara tuntutan dengan manfaat yang bisa Anda berikan kepada mereka. Bahkan sahabat baik Anda pun cepat atau lambat akan mempertanyakan; € ¢â' '¸mengapa gue mesti mendukung elu yang cuma bisa membesarkan nama elu doank?€ ¢â' '¹ Faktanya, masih banyak atasan yang terlalu sibuk mempertahankan posisi atau imej pribadinya dihadapan atasan yang lebih tinggi. Hingga mereka lupa bahwa kinerjanya justru sangat ditentukan oleh bawahan. Sama seperti halnya Anda yang € ¢â' '¸mengharapkan€ ¢â' '¹ sesuatu dari atasan Anda, maka bawahan Anda pun mengharapkannya dari
Anda. Seseorang yang percaya bahwa atasannya bisa melakukan sesuatu untuk membantu pengembangan karirnya, tentu akan lebih respek dan mudah diajak kerjasama. Maka menunjukkan kepada orang lain bahwa kehadiran kita bisa memberi manfaat bagi mereka merupakan faktor penting untuk melunakkan orang-orang sulit. Kelinci liar sekalipun, kalau ditawari wortel; tentu mendekat juga, bukan?
€ ¢Â 
5.€ ¢Â Â Â Â Â  Lakukan dengan ketulusan. Menjadi pemimpin itu memang perlu tulus. Pemimpin yang tulus, jarang sakit hati. Meski ditentang atau dipersulit oleh orang-orang yang sulit. Dia terus berusaha mengajaknya untuk berubah menjadi lebih baik demi kepentingan orang itu sendiri. Dia terus mengupayakannya, meski tetap ditentang atau diremehkan. Sampai kapan? Sampai lepas kewajibannya selama dia memimpin. Artinya, selama jabatan itu melekat dia berkewajiban untuk mengupayakan rekonsiliasi dengan orang-orang sulit agar kinerjanya tetap tinggi. Tapi perlu juga diingat, bahwa € ¢â' '¸jabatan€ ¢â' '¹ kita mempunyai konsekuensi 2 arah, yaitu; kita sebagai atasan dan/atau kita sebagai bawahan. Faktanya, setinggi apapun jabatan Anda, tetap saja Anda adalah bawahan bagi orang yang jabatannya lebih tinggi. Maka konteks pembicaraan kita ini berlaku baik kita memposisikan diri sebagai atasan yang berhubungan dengan bawahan yang kita anggap sulit. Juga berlaku pada saat kita
memposisikan diri sebagai bawahan yang mengira bahwa atasan kita adalah orang yang sulit. Dan selama kita melakukannya dengan ketulusan, maka kita bisa menikmatinya terlepas dari posisi apa yang kita mainkan. Karena dengan ketulusan, Anda bisa mengelola orang-orang sulit dengan lebih baik. Termasuk jika yang sulit itu ternyata adalah diri Anda sendiri.
€ ¢Â 
Tidak hanya atasan yang suka menilai bawahannya sebagai orang sulit. Banyak juga bawahan yang menilai atasannya yang justru sulit. Di banyak organisasi atau perusahaan hal seperti itu terjadi. Walhasil kedua pihak saling tuduh sebagai orang yang tidak bisa diajak kerjasama. Atasan memvonis anak buahnya sebagai pembangkang, sedangkan bawahan menganggap atasannya sebagai pemimpin yang sewenang-wenang. Mana yang benar? Yang jelas, seorang pribadi yang baik bersedia melakukan introspeksi kedalam dirinya sendiri sebelum mengarahkan telunjuk kepada orang lain. Lalu dia berusaha untuk€ ¢Â  melayani demi kebaikan orang lain. Entah dia sebagai atasan, atau bawahan. € ¢Â Entah orang lain membalasnya dengan kebaikan, atau tetap menyulitkannya dengan beragam polah dan keburukan. Dia terus konsisten dalam usahanya mewujudkan perbaikan. Sedangkan untuk dirinya sendiri, dia cukupkan Tuhannya sebagai penyantun. € ¢â' '½Hasbunallah wani€ ¢â' '¹mal wakil,€ ¢â' '½ katanya. Cukuplah Allah
bagiku, dan Dialah sebaik-baiknya pelindung. Dengan prinsip itu, dia tetap teguh untuk mengupayakan rekonsiliasi dan perbaikan. Dan dengan cara itu, dia memastikan bahwa dirinya sendiri bukanlah orang yang sulit itu.
€ ¢Â 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman € ¢â' '³ 27 Oktober 2011

3.

Artikel â€" Kenapa Pusing Dengan Kelemahan Orang Lain?

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Oct 27, 2011 10:06 pm (PDT)



Artikel € ¢â' '³ Kenapa Pusing Dengan Kelemahan Orang Lain?
€ ¢Â 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
€ ¢Â 
Biasanya orang pusing karena kelebihan orang lain. Mereka punya mobil baru, kita kesal. Mereka yang naik pangkat, kita yang sebal. Kelebihan apapun yang dimiliki orang lain, bisa membuat kita pusing tujuh keliling. Tapi, ada juga lho orang yang justru pusing karena orang lain mempunyai kelemahan. Emang ada? Oooh, banyak banget orang yang justru pusing gara-gara kelemahan orang lain. Emang Anda tidak pusing? Misalnya, ni ye; atasan kita pemarah, lha kok kita yang pusing? Teman kantor suka membolos, kita yang kesal. Pesaing terdekat kita senang menjilat atasan, malah kita yang jadi panas hati. Ternyata, lebih banyak orang yang pusing karena kelemahan orang lain daripada gara-gara kelebihan mereka. So, what? Hmmh, implikasinya banyak sekali lho...
€ ¢Â 
Dikisahkan ada seorang guru kebijaksanaan yang memiliki 2 murid. Diakhir pelajaran, beliau menugaskan kedua muridnya untuk mengembara, sambil saling mengawasi satu sama lain. Sang guru ingin mengetahui siapa murid yang paling sedikit berbuat kesalahan. Di akhir pengembaraan, sang guru memanggil sang murid dan memberinya kesempatan untuk membeberkan kesalahan temannya. Murid pertama, menceritakan seluruh kesalahan temannya. Jumlahnya banyak sekali. Lalu tiba giliran murid kedua. Dihadapan gurunya dia berkata; € ¢â' '½Guru, teman saya ini melakukan kesalahan yang sama banyaknya dengan saya. Namun, mengingat begitu banyaknya kesalahan yang sudah saya lakukan; saya tidak punya lagi waktu untuk menceritakan kesalahan teman saya. Sekarang saya mohon diri untuk melakukan perbaikan.€ ¢â' '½ Lalu sang murid pamit. Kepada murid pertama, sang guru memberi hadiah berupa segenggam emas sesuai yang dijanjikannya. Kepada murid kedua, sang guru memberikan seluruh hidupnya untuk
menemaninya melakukan perbaikan. Perbaikan diri, hanya mendatangi orang-orang yang menyadari kelemahan dirinya sendiri, bukan mereka yang memusingkan diri dengan kesalahan dan kelemahan orang lain. Bagi Anda yang tertarik menemani saya membebaskan diri dari rasa pusing karena kelemahan orang lain, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
€ ¢Â 
1.€ ¢Â Â Â Â Â  Perbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Anda masih ingat petunjuk keselamatan di pesawat terbang? Jika tekanan udara turun, segera gunakan masker oksigen. Jika ingin membantu orang lain, Anda sendirilah yang harus terlebih dahulu menggunakan masker oksigen itu. Sama dengan kelemahan-kelemahan yang kita saksikan. Tidak ada manusia yang tidak memiliki kelemahan. Semua kita begitu. Maka sebelum mengurusi kelemahan orang lain, sebaiknya kita terlebih dahulu membenahi kelemahan diri kita sendiri. Jika Anda mendahulukan masker oksigen orang lain, maka Anda sendiri yang mati, dan orang lain belum tentu tertolong. Jika Anda lebih mengurusi kekurangan orang lain, maka boleh jadi; Anda akan selamanya buruk. Padahal belum tentu orang lain itu berhasil Anda ajak untuk menjadi lebih baik. Orang yang diberi masker oksigen tidak akan berdebat; € ¢â' '¼Lha, kok Anda nyuruh saya pake masker? Anda sendiri tidak pake masker?€ ¢â' '½ € ¢Â Â Dia akan langsung terima masker
yang Anda sodorkan. € ¢Â Tapi, jika Anda mengajak orang lain untuk melakukan perbaikan sementara Anda sendiri masih kacau, maka dia akan berkata;€ ¢â' '½Ngacalah, kau!€ ¢â' '½ Beda jika Anda sudah menunjukkan kesediaan untuk melakukan perbaikan. Anda bisa mengatakan; € ¢â' '¼my personal improvement is in progress. So, let€ ¢â' '¹s do it together€ ¢â' ¦â' '½
€ ¢Â 
2.€ ¢Â Â Â Â Â  Ambil peluang yang disembunyikannya. Seperti keping mata uang, semua hal memiliki dua sisi yang saling berseberangan. Atasan atau rekan kerja Anda di kantor, mungkin mengecewakan Anda. Terserah Anda, mau memandangnya dari sisi yang mana. Anda boleh melihatnya sebagai ancaman; € ¢â' '½kalau begini terus, karir gua bisa terancam.€ ¢â' '½ Atau dari sisi sebaliknya; € ¢â' '½nah, inilah peluang buat gue untuk menunjukkan siapa yang pantas mendapatkannya.€ ¢â' '½ Saya mengajak Anda untuk melihatnya dengan cara kedua. Kalau Anda punya atasan yang € ¢â' '¹kurang oke€ ¢â' '¹ € ¢â' '³ misalnya € ¢â' '³ sebaiknya itu memacu Anda untuk menjadi pribadi yang oke, dong. Bukannya menggerutu dan mengomel terus. Toh akan ada saatnya ketika atasan Anda akan turun tahta. Bahkan, boleh jadi saat tidak terduga itu sudah dekat. Mana tahu? Daripada mengeluh terus, kan mending memastikan bahwa Anda sudah siap untuk saat penting itu. Jangan sampai kalau sudah jadi pejabat, ternyata Anda juga sama tidak
oke-nya. Kolega Anda yang tidak oke? Nape elo yang sewot? Malah bagus untuk menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang lebih baik. Apapun yang Anda alami, selalu menyimpan peluang dan ancaman. Jika Anda ingin segalanya menjadi indah, ambil peluangnya.
€ ¢Â 
3.€ ¢Â Â Â Â Â  Antisipasi dampak negatifnya. Teman Anda, mungkin memang sedang merencanakan sesuatu untuk menjegal. Atasan Anda mungkin memang tidak adil. Baru mungkin, karena tidak ada bukti yang menyokong argumentasinya. Baru mungkin. Karena boleh jadi itu hanyalah perasaan Anda saja. Tetapi, bagaimana jika itu benar? Sekecil apapun kemungkinan itu, jika Anda sudah melihat gelagatnya maka patut untuk mengantisipasi dampak negatifnya. Dampak paling besarnya adalah efek kepada perasaan dan emosi Anda. Jika perilaku mereka berhasil membuat emosi Anda tidak stabil, mengomel, menggerutu, lalu bereaksi negatif; maka Anda kalah. € ¢Â Makanya, penting untuk menjaga agar jangan sampai emosi atau mental Anda terimbas dampaknya. Setelah itu, barulah Anda pikirkan dampaknya pada karir Anda. Baik keberlangsungannya, maupun perkembangannya. Anda bahkan bisa memetakan seberapa besar dampaknya yang mungkin terjadi. Dan sebelum itu terjadi, Anda sudah bisa melakukan
antisipasi. Kebanyakan orang sibuk mengurusi perilaku negatif orang lain dengan melawan atau menentangnya. Padahal, itu hanya buang-buang waktu saja. Percuma. Mending Anda gunakan energi menggerutu itu untuk mengantisipasi dampak negatifnya bagi diri dan karir Anda. Sehingga jika hal itu terjadi, Anda tidak kaget lagi. Toh sudah bisa Anda perkirakan. Dan Anda, sudah punya exit stretegynya secara handal. Jika Anda mampu begitu, maka tak seorangpun bisa € ¢â' '¹ngerjain€ ¢â' '¹ Anda.
€ ¢Â 
4.€ ¢Â Â Â Â Â  Tingkatkan kualitas hubungan dengan jaringan. Banyak orang yang mengabaikan pentingnya membangun jaringan dengan orang-orang dalam perusahaan. Ada yang karena sungkan. Malas. Atau merasa tidak ada perlunya. Sejak menjadi seorang salesman pada tingkatan paling rendah, saya sudah bisa punya akses kepada Presiden Direktur. Beliau bukan saudara saya. Bukan pula kenalan orang tua saya. Tapi saya menjadi satu-satunya karyawan dari level paling rendah yang bisa berkomunikasi dengan baliau. Mungkin itu agak ekstrim. Anda bisa membangun hubungan yang baik itu dengan rekan-rekan atau manager dari departemen lain. Pastikan dalam membangun hubungan itu Anda menunjukkan aspek-aspek positif dan unggul yang Anda miliki. Bukan untuk mengelabui, tapi untuk membiasakan diri tampil dengan performa yang tinggi. Jika Anda mempunyai hubungan yang bagus dalam jaringan di perusahaan Anda, maka sangat sulit untuk menjatuhkan Anda. Anggap saja atasan dan kolega Anda
rada kurang fair pada Anda. Tapi hubungan bagus Anda di berbagai departemen lain, bisa menjadi benteng pelindung Anda. Bagaimana jika atasan dan kolega Anda justru orang-orang yang baik? Itu jauh lebih bagus lagi, kan? So, apapun kondisinya; cobalah untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan jaringan di departemen lain di perusahaan Anda.
€ ¢Â 
5.€ ¢Â Â Â Â Â  Terus berbaik sangkalah pada mereka. Penilaian Anda terhadap atasan atau teman bisa saja salah. Kalaupun mereka melakukannya, belum tentu disertai niat untuk menjatuhkan Anda. Jika atasan Anda bawel, misalnya. Atau menimpakan pekerjaan yang sulit hanya pada Anda. Boleh jadi itu bukan karena dia tidak sayang pada Anda. Mungkin memang begitu caranya untuk menggembleng Anda. Berburuk sangka para atasan yang seperti itu? Rugi, Anda. Teman yang Anda nilai tukang serobot itu. Belum tentu dia melakukannya untuk menyingkirkan Anda. Ini zaman persaingan ketat, bung. Segalanya mesti serba cepat. Serba lugas. Dan serba kompetitif. Menjadi orang yang gampang tersinggung di zaman ini rada tidak cocok. Orang ambisius sering terlihat arogan. Padahal bukan arogan. Orang-orang yang disiplin sering dikira galak. Orang-orang tegas sering dituduh tidak toleran. Berbaik sangkalah kepada mereka agar hati Anda lebih tenteram saat menghadapinya. Ada baiknya untuk
mewaspadai kemungkinan perlakuan buruk orang lain pada kita. Tetapi, waspada tidak sama artinya dengan curiga. Tetaplah waspada, dan tetaplah berprasangka baik. Karena dengan bagitu, Anda bisa tetap terjaga dari ancaman yang datang dari luar. Juga terjaga dari noda mental yang datang dari diri Anda sendiri. Dengan begitu, Anda tidak akan terpengaruh oleh sifat buruk yang menjadi kelemahan orang lain.
€ ¢Â 
Kita mungkin sudah lama terbebas dari rasa iri atas kelebihan orang lain. Kita tidak merasa kesal lagi jika tetangga memberi hand phone baru, tv baru, atau mobil baru. Kita sudah cukup dewasa untuk menyikapi hal itu. Tetapi, kita sering tidak sadar telah terpengaruh oleh kelemahan dan kekurangan orang lain. Padahal, ketika menemukan kelemahan orang lain melalui perilaku buruknya kepada kita; sebenarnya Tuhan sedang memberi kita kesempatan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik daripada mereka. So, mulai sekarang. Setiap kali melihat kelemahan orang lain, langsung setting mental Anda untuk mengambil hikmah darinya. Agar semakin hari, diri kita menjadi semakin baik. Sehingga suatu saat nanti, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
€ ¢Â 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman € ¢â' '³ 28 Oktober 2011

Recent Activity
Visit Your Group
Find helpful tips

for Moderators

on the Yahoo!

Groups team blog.

Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Dog Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about dogs.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: