Rabu, 26 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] pengelolaan mesjid (antara profesional atau seadanya saja )

 

Assalamu alaikum  rekan2 sekalian,
 
Sekian lama di negeri gurun pasir ini, ada hal menarik mengamati bagaimana mesjid dikelola disini yang saya kira bisa jadi pelajaran berharga juga untuk meningkatkan pengelolaan mesjid di negeri kita.
 
Hal yg menarik antara lain, ialah tentang orang2 yg ditunjuk mengelola mesjid, Imam, Muazin sampai tukang bersih2 mesjid yg diatur dg baik dan mendapat tunjangan yg layak pula ( gaji yg layak, rumah, tunjangan keluarga dll ) . Dimana pada sebagian mesjid kecil di Indonesia, hal tsb ( Imam, muazin, tukang bersih2 ) dilakukan oleh 1 orang yg sama saja.
 
Berkaca pada cerita2 lama pada cara pengelolaan mesjid besar di beberapa tempat spt sumatera barat atau keraton2 di pulau jawa, dimana ada Imam mesjid resmi, bahkan ada perumahan khususnya spt kauman di Jogjakarta, sebenarnya dulu sudah ada system pengelolaan mesjid yg bagus, namun sayang tak terlanjutkan sampai saat ini.
 
Berikut tulisan ttg pengelolaan mesjid semoga bermanfaat ;
 
http://hdmessa.wordpress.com/2011/10/02/sajadah-panjang-luas-terhampar-management-mesjid/
 
Salam
HM, Abu Dhabi, UAE
 
----------------
 
Angin semilir dari lereng gunung menghantarkan alunan suara azan dari surau di tepi kolam di balik kebun yg indah, mengingatkan diri  pada waktu sholat, subhanallah menakjubkan sekali suasana menjelang waktu sholat di surau yg asri di  Bukittinggi, sumatera barat, memori masa kecil yg selalu teringatkan.
 
Dari kesibukan kerja sehari2 , biasanya orang2 baru teringatkan dengan mesjid setelah mendengar suara azan tsb. Mesjid sebagai tempat ibadah biasanya baru ramai saat waktu sholat, hari jumat atau perayaan kegiatan2 keagamaan lain nya. Namun sebenarnya dibalik itu semua, kegiatan pengelolaan mesjid tak hanya saat itu saja dan banyak pula  orang yg terlibat dalam pengelolaan kegiatan di mesjid. Setelah sekian lama di negeri  gurun pasir, Abu Dhabi, UAE  ini, mengamati bagaimana mesjid dikelola, ada hal menarik yg bisa jadi pelajaran bagi kita2 di Indonesia, yaitu bagaimana mesjid dikelola.
 
Mesjid kalau diandaikan bagai sebuah computer, ada hardware dan software nya, hardware, perangkat keras, adalah mengenai bangunan mesjid dan berbagai fasilitas nya. Software pada mesjid, adalah berupa kegiatan2 dan pengelola mesjid, mulai dari Imam, muazin, pengelola mesjid ( DKM) sampai pembersih mesjid.
 
Kalau mengenai bangunan, secara umum bangunan mesjid relatif sama di berbagai tempat, hanya berbeda dalam arsitektur dan kelengkapan nya, masing2 negara/ daerah memiliki ciri khas arsitekturnya tersendiri. Di Abu Dhabi sini, saya perhatikan mesjid dibangun dengan perancangan yg baik dan besar ukuran nya, karena sebagian besar mesjid di bangun oleh negara, sebagian kecil  dibangun secara mandiri oleh masyarakat.
 
Hal yang berbeda dengan Indonesia , saya kira ialah mengenai perangkat / pengelola mesjid. Kalau di Indonesia, dikenal DKM ( Dewan keluarga mesjid ) sebagai pengelola mesjid yg biasanya berasal dari masyarakat sekitar, disini kegiatan mesjid dikelola oleh Awqaf, semacam badan wakaf negara. Jadi tak ada semacam DKM karena semua diatur negara, yg pasti ada di tiap mesjid adalah Imam mesjid, Muazin dan pembersih mesjid ( cleaning service ), semuanya mendapat gaji dari Negara. Imam masjid adalah kedudukan yang penting dan ada persyaratan tersendiri untuk bisa diangkat menjadi Imam. 
 
Imam mesjid mendapat gaji yg cukup dan layak. Saya perhatikan Imam mesjid di mesjid jami,  hidup berkecukupan, ada rumah, punya mobil, pendidikan dan kesehatan tercukupi pula. BIsa dikatakan menjadi  Imam mesjid , kehidupan keluarganya bisa tercukupi dengan baik, sehingga ia bisa menjalankan tugasnya dengan tenang. Tugas utamanya adalah memimpin sholat 5 kali sehari , memberikan ceramah jumat, tarawih, memberikan nasehat dan jadi tempat bertanya masalah agama  dari jamaah mesjid yg biasa suka bertanya langsung selepas sholat.
 
Sebenarnya di beberapa mesjid besar di Indonesia pun, ada Imam mesjid yg diangkat oleh Negara dan mendapat gaji dari Negara pula, tapi sebagaimana kita fahami, seringkali gaji tersebut tak cukup, sehingga mereka pun sibuk mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, sehingga tak mudah untuk menemui Imam mesjid, biasanya bisa kita temui saat sholat jum'at atau sholat malam hari, semisal magrib, isya & Subuh. Siang hari, saat sholat dzuhur atau ashar, seringkali Imam mesjid tak ada di mesjid.
 
Disini karena memang tugas utamanya memimpin kegiatan keagamaan di mesjid dan kebutuhan hidupnya tercukupi dengan baik, ia tak perlu sibuk mencari tambahan penghasilan dan bisa fokus dalam kegiatan di mesjid. Dan kalau sampai , sholat di mesjid tersebut tak ada imam nya, ia bisa mendapat penilaian yg jelek, mendapat teguran. Di Indonesia, sering kita temui mesjid tak begitu ramai saat sholat siang , dzuhur dan ashar , antara lain karena Imam tak hadir di mesjid.
Karena bisa focus di mesjid, di waktu senggang nya Imam, bisa menambah keilmuan nya, hapalan al qur'an nya, atau melakukan pengajaran al quran.
 
Persyaratan menjadi Imam mesjid cukup ketat pula, antara lain ; memiliki pengetahuan agama yg dalam, hafal al qur'an 30 juz, hafal hadits nabi dan persyaratan lain nya. Karena persyaratan yg berat tersebut, tak mudah untuk mendapatkan nya, sehingga di sebagian mesjid di Abu Dhabi sini, Imam mesjid berasal dari luar negeri, biasanya dari Negara arab sekitar pula, spt Mesir, Syria, Yaman, Sudan dll, sampai dulu di  Abu dhabi ada juga Imam mesjid yg berasal dari Indonesia. Di mesjid jami dekat rumah, Imam mesjid berasal dari Syria, muazin nya dari Pakistan dan cleaning service nya dari Bangladesh. Hal yg biasa di UAE sini bahwa para pekerja banyak dari luar negeri, karena penduduk asli setempat hanya 20 % dari populasi total Negara.
 
Mungkin sebagian orang berpikir, Imam mesjid pekerjaan yg ringan saja, hanya memimpin sholat, sehingga tak perlu ada orang khusus yg jadi Imam, itulah yg banyak terjadi di mesjid kecil di negeri kita, dimana tak ada Imam mesjid yg ditunjuk khusus dan hanya itu kerja nya. Kalau muazin dan penjaga mesjid biasanya ada, tapi itupun banyak yg sukarela atau dibayar ala kadar nya. Sehingga kegiatan2 perangkat mesjid tersebut ( Imam, muazin, petugas kebersihan) dianggap sebagai kerja ringan atau sampingan saja , sehingga bayaran nya pun ala kadar nya. Sehingga selain kegiatan mengurus mesjid, mereka sibuk pula mencari tambahan penghasilan, sehingga seringkali kegiatan mesjid terbengkalai.
 
Begitulah yg banyak terjadi selama ini, dimana orang lebih terfokus dalam pembangunan fisik ( bangunan ) mesjid, namun tak begitu menganggap penting  perangkat mesjid spt Imam, muazin dan petugas kebersihan, kalaupun mendapat gaji/ honor, rendah saja nilai nya, sehingga ia tak bisa focus dalam mengelola kegiatan mesjid, akhirnya akan berdampak pada kualitas kegiatan mesjid.
 
Hal itu menggambarkan pula, seberapa penting kita menilai ibadah sholat, kalau kita memandangnya sekedar melaksanakan kewajiban, kita lakukan sekedarnya saja, asal kewajiban sudah tertunaikan, siapapun Imam nya tak jadi masalah. Namun  kalau kita memandang ibadah sholat sebagai sebuah kegiatan penting dan utama, kita akan berusaha menyiapkan nya sebaik mungkin mulai dari mesjid yg bagus sampai Imam sholat yg bagus pula. Sebagai bandingan untuk profesi2 lain semisal penyanyi, pembawa acara (mc), dosen, motivator, trainer, tukang masak ( chef), sampai supir dll , dilakukan oleh orang2 yg  professional , khusus melakukan hal tsb, agar hasil performance bagus pula, masa untuk urusan memimpin sholat, kita tak melakukan hal yg sama ( Imam professional )
 
Kalau dianalogikan naik kendaraan, Imam adalah bagaikan supir kendaraan, kita sebagai penumpang bisa merasakan sendiri betapa nyaman dan aman, kalau kendaraan dikemudikan oleh supir professional yg bagus dan berpengalaman, beda sekali kalau disupiri oleh supir omprengan angkot yg suka bawa mobil ugal2an.  Dari pengalaman saya sendiri sholat 5 di pimpin Imam yg berkualitas tersebut, tinggi pemahaman agamanya, hapal al Qur'an dan khusus kerjanya memang memimpin sholat, terasa sekali betapa kualitas sholat kita pun bagus karena nya, lebih khusyu dalam ibadah. Beda sekali kalau Imam sholat kita orang sembarangan saja.
 
Seperti pengalaman saya sholat tarawih disini, dimana Imam nya adalah seorang ulama dari Syria yg hapal al qur'an serta bagus dan merdu pula bacaan Al Qur'an nya ( qiroa'ah ), sholat pun menjadi pengalaman batin yg mendalam, sholat yg berkualitas yang kelak akan memberi dampak kebaikan nyata dalam kehidupan sehari. Suasana mesjid pun tenang, karena tempat sholat utama ( laki ) dipisahkan dengan tempat sholat wanita dan anak2. Coba kita bandingkan dengan suasana sholat tarawih di mesjid2 di perumahan kita yg seringkali gaduh dg suara anak yg main2, imam nya cukup bacaan sholatnya tak begitu bagus, selain itu cepat2 lagi bacaan nya. Bagaimana kita bisa mendapatkan kualitas sholat yg bagus dalam kondisi seperti itu ?. tapi karena sudah terbiasa dengan hal tsb, kita anggap biasa saja, padahal sebenarnya kita bisa melakukan perbaikan, sungguh disayangkan ibadah ramadhan kita terlewat dg kualitas yg biasa2 saja.
 
Di beberapa daerah di Indonesia sebenarnya jaman dahulu, sudah ada tradisi dimana Imam mesjid mendapat kedudukan yg tinggi dan tercukupi pula kehidupan nya, sehingga ia bisa focus dalam kegiatan dakwah dan ibadah. Di beberapa pesantren di daerah jawa barat, semisal Garut dan Tasikmalaya, Kiyai / Ajengan pesantren, adalah juga imam di mesjid pesantren atau mesjid pada suatu perkampungan. Kegiatan sang Kiyai bisa terfokus di pesantren . Ia bisa memimpin sholat berjamaah di mesjid jami/ pesantren 5 kali sehari, sholat jumat , tarawih, ied dll, karena kehidupan keluarga nya telah tercukupi.
 
Di beberapa tempat, pesantren memiliki tanah wakaf, berupa sawah/kebun/kolam, dimana hasil nya adalah untuk mencukupi biaya hidup keluarga kiyai. Selain itu biasanya suka ada sumbangan wakaf dari para pengusaha yg adalah juga alumni dari pesantren tersebut.  Di beberapa tempat di Sumatera barat, di dekat mesjid biasanya ada sawah/kebun/ tanah ladang yg diwakafkan untuk  Imam dan petugas mesjid, dari sanalah ia mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, dan ia bisa focus dalam kegiatan ibadah dan dakwah di mesjid tsb. Kultur seperti itu masih berlangsung di pesantren2 tradisional di berbagai daerah di Indonesia, namun sudah mulai banyak ditinggalkan di kota2 besar.
 
Dalam jaman modern saat ini, dimana pembagian peran kerja dilakukan secara profesioanl , tiap2 pekerjaan dilakukan secara spesialis oleh orang2 yg memiliki keahlian tersendiri, mulai dari dokter spesialis, mekanik, trainer , seniman sampai tukang masak professional  (chef ) , sudah pada tempatnya pula, mesjid memiliki Imam yg profesional pula dan masjid dikelola dengan manajemen modern. 
 
Bagi seorang muslim, ibadah adalah kegiatan yg penting dalam hidup ini, maka kita perlu melakukannya dengan baik pula, seperti kegiatan ibadah sholat di mesjid. Mesjid yg dikelola dengan manajemen modern dan ibadah sholat dipimpin oleh Imam yg dalam ilmu agamanya, hafal al Qur'an dan focus pada pekerjaan nya , akan menghasilkan ibadah yg berkualitas pula. Dan kalau kita sadar bahwa kualitas ibadah adalah penting dalam pencapaian kebahagiaan dunia dan akhirat, sudah pada tempatnya kita untuk mementingkan nya dibanding hal2 lain nya.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: