Senin, 17 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Maafkan Aku Bila Mendahuluimu

 

Maafkan Aku Bila Mendahuluimu



Oleh Abi Sabila

======================

Sombong! Egois!

Soleh bukan tidak tahu kalau kata-kata tak mengenakan itu ditujukan
kepadanya. Sungguh, sebenarnya Soleh pun merasa tidak nyaman dengan
tuduhan semacam itu. Tapi ini soal prinsip. Ia yakin betul dengan
kebenaran prinsip yang dipegangnya. Yang salah adalah mengapa mereka tak
(mau) mengerti penjelasan yang ia berikan.

Adalah Soleh, pemuda berumur dua puluh lima tahun yang termasuk
beruntung. Setahun bergabung, langsung diangkat sebagai karyawan tetap.
Tapi bukan itu yang membuat beberapa rekan kerjanya sering menjadikan
Soleh sebagai bahan perbincangan. Tak tahu tata cara pergaulan, begitu
terkadang mereka menambahkan.

Bukan satu dua kali Soleh menjelaskan, mengapa ia (selalu) berjalan
mendahului rekan-rekan perempuannya. Terlebih bila secara kebetulan
bertemu di ujung tangga menuju kantor mereka yang terletak di lantai
dua. Ia bukanlah manusia suci seperti sindiran rekan perempuannya. Ia
laki-laki dewasa normal yang memiliki ketertarikan dengan lawan jenis,
tak terkecuali kepada teman kerjanya. Ia khawatir tak dapat menundukan
pandangan (nafsu) bila berjalan di belakang perempuan. Bukankah setiap
gerak perempuan selalu terlihat indah di mata laki-laki? Seandainya ia
memiliki kekuasaan, pasti ia akan membuat aturan berpakaian bagi
karyawan perempuan.
Benar-benar menutup aurat, bukan sekedar mengikuti
trend semata. Tapi ia hanyalah karyawan rendahan, jalan keluarnya adalah
ia selalu berusaha untuk tidak berjalan di belakang perempuan.

Telah ia jelaskan, tapi sayang hanya dianggap sebagai alasan untuk
menutupi kesombongannya, keangkuhannya. Dalam beberapa hal, Soleh tidak
mempermasalahkan tata cara pergaulan yang mendahulukan perempuan, ladies first istilahnya. Tapi untuk urusan yang satu ini, Soleh berprinsip sebaliknya.

Bukan tidak sopan, bukan pula sombong. Selain menjaga pandangan
(nafsunya), justru karena Soleh menghormati mereka. Perempuan dengan
segala daya pikatnya bukanlah objek yang bisa dinikmati (dilihat) oleh
laki-laki selain yang berhak (suaminya). Sayang, belum semua perempuan
menyadari tingginya agama ini menempatkan mereka. Karena nafsu, tak
jarang perempuan sengaja tampil mencolok di depan laki-laki yang tidak
berhak melihat auratnya. Astaghfirullloh!

Juga bukan satu dua kali Soleh mengatakan kenapa ia berusaha untuk
sholat dengan jamaah pertama dan mendapatkan tempat yang utama. Shaft
pertama, tepat di belakang sebelah kanan sang imam, menjadi tempat
favoritnya. Soleh sadar betul bahwa pahala terbesar adalah sholat yang
dikerjakan secara berjamaah di awal waktu. Dan soal tempat yang selalu
ia incar –shaf pertama di belakang imam sebelah kanan– bukanlah milik
atasannya, bukan pula milik pengurus mushola, tapi hak siapapun yang
datang lebih awal.

Sudah Soleh katakan, tapi sayang beberapa orang justru menganggapnya
tak punya tata krama. Bukan tak tahu tata krama bila Soleh berdiri di
shaf pertama sementara atasannya justru di shaf kedua. Dalam sholat
jelas tidak melihat jabatan seseorang dalam pekerjaan. Soleh tahu di
belakangnya ada sang atasan, tapi ia merasa tak perlu menawarkan diri
untuk bertukar posisi. Siapapun punya hak dan kesempatan yang sama,
syaratnya hanya satu, datang lebih awal dibanding lainnya.

Soleh justru heran dengan beberapa rekan kerjanya yang datang lebih
dulu tapi sengaja memilih tempat di belakang, bahkan ada yang harus
diingatkan berkali-kali agar tidak membentuk shaf baru sebelum shaf di
depannya terpenuhi. Soleh telah mengingatkan, tapi sayang mereka dengan
penuh kesadaran dan dan kesengajaan melewatkan kesempatan untuk berdiri
lebih dekat dengan pintu syurga.

Dalam hal lain, Soleh tentu tak berkeberatan bila ia harus mengalah,
memberi kesempatan lebih dulu kepada sang atasan. Tapi untuk ibadah,
Soleh tak mau menyia-nyiakan. Sudah dikatakan, urusan lain tidak
masalah, tapi urusan ibadah, diri sendiri harus didahulukan.

Soleh memaklumi jika pada awalnya beberapa prinsip yang ia pegang
terlihat aneh di mata rekan-rekannya. Semua karena mereka belum
memahami. Baginya, tak harus ia merubah prinsip hanya karena orang lain
belum atau tak (mau) mengerti penjelasannya.

Perlahan, seiring berjalannya waktu, rekan-rekan kerja Soleh mulai
mengerti prinsipnya.
Bererapa rekan perempuan mulai merubah cara
berpakaian. Kalau kebetulan mereka bertemu di ujung tangga, tanpa
diminta rekan-rekan perempuannya memberi kesempatan untuk Soleh berjalan
di depan. Mereka menyadari bahwa menaiki tangga sementara laki-laki di
belakang, sama saja menciptakan kesempatan untuk mereka melihat apa yang
tidak menjadi haknya, terlebih dengan model pakaian yang dulu mereka
kenakan.

Begitupun dengan rekan kerja laki-laki, banyak yang mengikuti
jejaknya. Mereka menyadari bahwa pahala sholat terbesar adalah ketika
dilakukan berjamaah, di awal waktu. Dan tempat yang tak boleh
disia-siakan adalah shaf pertama.

" Jadi, jangan terburu mengatakan egois, sombong atau tidak
sopan, bila dalam hal-hal tertentu aku (selalu) mendahuluimu. Maafkan!" Soleh mengingatkan.

http://www.abisabila.com





=====================sumber:eramuslim.com


**SURYATI**
Gd. Pascasarjana FEUI
Pascasarjana Ilmu Ekonomi Lt. 2
Kampus UI
Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati06@ui.ac.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: