Rabu, 19 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Sepuluh Karakter Suami Ideal - Cahyadi Takariawan

Sepuluh Karakter Suami Ideal


Baitul Muslim<http://www.dakwatuna.com/category/tsaqafah-islamiyah/tarbiyah-ailiyah/baitul-muslim/>
18/10/2011 | 21 Zulqaedah 1432 H | Hits: 6.310
Oleh: Cahyadi Takariawan

*dakwatuna.com – *Menjadi suami ideal, bisakah? Sudah lebih dari dua puluh
tahun menjadi suami, namun saya merasa bukanlah suami ideal. Saya hanya
selalu berusaha untuk menjadi baik dan menjadi lebih baik lagi setiap hari.
Mungkin tidak akan pernah sampai ke taraf ideal, karena memang tidak mudah
untuk mencapainya.

Namun sebagai suami, saya tetap perlu memiliki peta yang jelas, seperti apa
karakter ideal yang seharusnya saya miliki. Jika tidak memiliki peta ini,
saya hanya berjalan melingkar-lingkar, menuruti ritme hidup dan rutinitas
yang mekanistik. Setiap hari seperti itu saja, bersembunyi di balik ungkapan
"terimalah aku apa adanya", lalu kita merasa tidak perlu melakukan perbaikan
dan perubahan apapun. Toh pasangan kita sudah menerima kita apa adanya.

Pada kesempatan kali ini saya ingin meringkaskan tulisan tentang karakter
suami ideal, dari pertama hingga kesepuluh.

*Karakter pertama*, suami ideal memiliki kemampuan untuk senantiasa memiliki
cinta dan kasih sayang dalam jiwanya. Mungkin istri kita terasa sangat
menyebalkan, atau tampak sangat menjengkelkan dengan perkataan dan
perbuatannya setiap hari. Para suami selalu memiliki catatan yang sama,
bahwa istri mereka amat sangat cerewet. Terlalu banyak bicara, terlalu
banyak komentar, dan suka memberi nasihat tanpa diminta. Namun sebagai
suami, kita tidak layak mencaci maki, memarahi dan membenci istri.

Jika tidak suka dengan perkataan atau perbuatannya, nasihati, ingatkan
dengan kelembutan, dengan cinta dan kasih sayang. Jika melihat ada
kekurangan pada dirinya, ingatlah Tuhan telah mengutus kita untuk
mendampinginya, agar bisa menutupi kelemahan dan melengkapi kekurangan yang
dimilikinya. Bukan mendamprat, memaki, apalagi sampai berlaku kasar dan
menyakiti hati, perasaan dan badan istri. Selalu sediakan cinta dan kasih
sayang untuk istri Anda.

*Karakter kedua*, suami ideal mampu menundukkan egonya sehingga mudah
mengalah, cepat mengakui kesalahan dan ada banyak maaf dalam dirinya. Apakah
yang menghalangi seorang suami untuk meminta maaf kepada istrinya? Apakah
yang menghalangi suami untuk bersikap mengalah ketika ada perselisihan
pendapat dengan istri? Apakah yang menghalangi suami untuk mengakui
kesalahan yang dilakukan? Apakah yang menghalangi suami untuk memaafkan
kesalahan dan kekurangan istri?

Itulah yang disebut dengan ego. Ada ego lelaki, ada ego perempuan. Dalam
suatu pertengkaran antara suami istri, ego masing-masing memuncak tinggi.
Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mendahului meminta maaf, tidak
ada yang mau mengakui kesalahan. Padahal, dalam setiap konflik dan
pertengkaran suami istri, selalu ada andil kesalahan dari kedua belah pihak.
Keduanya mesti memiliki andil dalam menciptakan suasana konflik. Maka,
tundukkan selalu ego Anda, untuk istri Anda tercinta, demi keharmonisan
rumah tangga.

*Karakter ketiga*, suami ideal mampu membahagiakan istri, dan merasa senang
jika bisa membahagiakan istrinya. Jika kita mampu membahagiakan istri, maka
akan sangat banyak yang bisa kita dapatkan darinya. Istri merasa nyaman dan
tenang, sehingga kita sebagai suami akan lebih optimal dalam menunaikan
berbagai macam kegiatan dalam kehidupan. Istri akan mendukung berbagai
keinginan positif suami, selama ia merasa bahagia.

Yang perlu diketahui para suami, membahagiakan istri itu bukanlah bab
bagaimana memberikan semua yang diinginkan istri, namun bab bagaimana
menyentuh perasaan dan hatinya. Inilah hakikat yang lebih utama dan penting.
Para suami sangat penting mengetahui jalan untuk menyentuh hati dan perasaan
istri, sehingga lebih bisa menyelami hal-hal apakah yang membahagiakan
jiwanya, apakah yang menenteramkan hatinya, apakah yang sangat
diharapkannya.

Bahagiakan selalu istri Anda, dan lihatlah hasilnya, ia akan bersedia
memberikan bantuan apapun yang Anda minta.

*Karakter keempat*, suami ideal selalu fokus melihat sisi kebaikan dan
kelebihan istri, serta cepat melupakan kekurangan istri. Sesungguhnyalah
setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang
sempurna, dimana hanya memiliki kelebihan saja dan tidak memiliki
kekurangan. Sebagaimana juga tidak ada manusia yang hanya memiliki kelemahan
dan kekurangan saja, tanpa memiliki kebaikan dan kelebihan apapun.

Semenjak awal pernikahan, seharusnya sudah ada kesadaran yang tertanam dalam
diri suami dan istri, bahwa pasangan hidupnya bukanlah malaikat, bukanlah
manusia super yang terbebas dari kelemahan. Para suami hendaknya menyadari,
istri yang dinikahi itu hanyalah perempuan biasa saja, yang memiliki banyak
kelemahan dan kekurangan. Untuk itulah Tuhan mengutus Anda untuk melengkapi
kekurangannya, untuk memperbaiki sisi kelemahannya.

Lupakan saja berbagai kekurangan dan kelemahannya, fokuslah melihat sisi
kebaikan dan kelebihannya.

*Karakter kelima*, suami ideal memiliki peta kasih yang lengkap terhadap
istrinya. Peta kasih yang terperinci tentang pasangan akan memberikan banyak
sekali kemanfaatan. Di antara manfaatnya adalah menumbuhsuburkan cinta dan
kasih sayang, karena adanya rasa saling percaya. Dengan mengenal secara
mendalam tentang berbagai kondisi pasangan, maka yang muncul adalah suasana
saling percaya, dan tidak ada dusta atau curiga di antara mereka. Tidak ada
sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, karena setiap bentuk perubahan sekecil
apapun telah mereka ketahui bersama.

Cara yang paling sederhana untuk mengetahui detail perubahan dan
perkembangan adalah dengan selalu mengobrol setiap saat, setiap waktu.
Biasakan mengobrol, di setiap ada kesempatan, tanpa perlu membatasi atau
menentukan tema-tema tertentu untuk diobrolkan. Dari A sampai Z, semua bisa
diobrolkan oleh suami dan istri. Dengan cara mengobrol itulah berbagai hal
bisa diketahui oleh pasangan. Suami menjadi mengerti pikiran istri, dan
istri bisa mengerti pikiran suami.

*Karakter keenam*, suami ideal selalu mendekat kepada istri, bukan menjauh.
Jika Anda tengah marah kepada istri, atau menyimpan kekesalan kepada istri,
apa yang Anda lakukan? Semakin mendekat kepada istri, atau semakin menjauh?
Jika pada kondisi seperti itu Anda menuruti emosi, melontarkan kata-kata
yang menyakitkan, menampakkan mimik muka merah, apalagi sampai menyakiti
fisik istri, artinya Anda menjauh.

Jika istri Anda tengah mengeluhkan sesuatu kepada Anda, bagaimanakah Anda
merespon keluhannya? Jika Anda cepat mengkritik, bahkan cepat menyalahkan
istri, itu pertanda Anda menjauh darinya. Anda tidak berusaha untuk mendekat
dan menenteramkan hatinya, namun justru membuat garis pemisah yang semakin
tajam antara Anda dengan istri Anda.

Sebagai suami, teruslah berusaha mendekat istri, jangan menjauh. Saat istri
tampak emosional dan marah-marah, dekatilah, peluklah, bisikkan kalimat
mesra di telinganya. Jangan diimbangi dengan kemarahan, emosi dan apalagi
kekerasan serta kekasaran sikap. Mendekatlah terus kepada istri, dan jangan
menjauh.

*Karakter ketujuh*, suami ideal memiliki keterampilan praktis
kerumahtanggaan. Suami bukan hanya bekerja mencari nafkah untuk menghidupi
anak dan istri, sehingga setelah di rumah merasa menjadi manusia bebas yang
tidak memiliki tugas dan tanggung jawab apapun untuk dikerjakan. Sesampai di
rumah langsung istirahat, bersantai atau tidur karena merasa sudah lelah
dalam menjalankan kewajiban mencari nafkah. Seakan-akan semua pekerjaan
praktis kerumahtanggaan dengan sendirinya menjadi kewajiban istri.

Sesungguhnyalah pengerjaan kegiatan praktis kerumahtanggaan itu sangat
fleksibel, tidak ada ketentuan baku tentangnya. Maka, lakukan musyawarah di
rumah untuk membagi peran antara suami, istri, anak-anak, dan pembantu (jika
memiliki pembantu rumah tangga). Lebih khusus lagi yang harus disepakati
adalah peran suami dan istri di dalam rumah, agar tidak menimbulkan perasaan
ketidakadilan.

Bagilah peran secara berkeadilan, melalui proses musyawarah yang penuh
suasana kasih sayang, bukan pemaksaan kehendak atau intimidasi. Semua untuk
menjaga cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga.

*Karakter kedelapan*, suami ideal memberikan kesempatan dan dorongan kepada
istri untuk maju, berkembang dan berprestasi. Tidak layak bagi suami untuk
menghambat kemajuan dan perkembangan potensi istri. Pernikahan bukanlah
lembaga untuk mensterilkan berbagai potensi dan prestasi salah satu pihak.
Justru dengan pernikahan itu akan semakin mengoptimalkan berbagai potensi
kebaikan dari suami dan istri.

Definisikan format prestasi, dan sepakati bersama dalam keluarga. Setelah
ada kesepakatan, maka dukung dan doronglah istri untuk berprestasi.
Rayakanlah setiap keberhasilan dan capaian prestasi suami dan istri, dalam
suasana kehangatan cinta dan kasih sayang. Apabila suami mencapai
peningkatan prestasi, itu karena dukungan dan dorongan istri serta
anak-anak. Apabila istri mencapai puncak prestasi, itu karena dukungan dan
dorongan suami serta anak-anak. Semua pihak merasa gembira, berbangga dan
mampu merayakannya.

*Karakter kesembilan*, suami ideal selalu tampak "*young and fresh*" di
hadapan istri. Banyak suami yang menuntut istri dalam bentuk yang *perfect*,
seperti harus selalu wangi, segar, harum, berdandan menarik, berpenampilan
menyenangkan, dan lain sebagainya. Namun dirinya sendiri tampak tidak
memperhatikan penampilan saat di rumah. Bau keringat yang menyengat,
penampilan yang apa adanya, tidak menampakkan kerapian dan keserasian dalam
berpakaian, menjadi sesuatu yang khas saat di rumah.

Tidak layak semua tenaga, pikiran dan perhatian Anda habiskan di kantor dan
di tempat berkegiatan di luar rumah. Sementara Anda pulang dengan membawa
tenaga sisa, pikiran sisa, hati sisa, dan perhatian sisa. Cinta dan kasih
sayang seperti apa yang Anda harapkan tumbuh berkembang di dalam kehidupan
keluarga apabila semua dibangun di atas sisa-sisa?

Jangan bawa beban masalah dari luar rumah masuk ke dalam rumah Anda.
Sebanyak apapun rasa lelah Anda dari melaksanakan aktivitas seharian,
pulanglah ke rumah dalam kondisi segar dan bergairah menemui istri serta
anak-anak.

*Karakter kesepuluh*, suami ideal selalu memperbarui motivasi dan menguatkan
kembali makna ikatan dengan istri. Menikah, awalnya adalah sebuah akad, atau
ikatan. Prosesi nikah yang sakral itu hakikatnya adalah sebuah ikrar dan
perjanjian agung atas nama Tuhan, diresmikan oleh negara, disaksikan oleh
orang tua, keluarga, kerabat, sahabat, tetangga dan sanak saudara.
Sedemikian sakral prosesi pernikahan, tampak dari banyaknya pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya.

Motivasi menikah adalah ibadah, bagian dari pelaksanaan aturan Ketuhanan,
yang kemudian secara teknis administrasi diatur oleh negara. Sejak awal,
motivasi ini telah diwujudkan dan dikokohkan dalam sebentuk ucapan atau
ikrar, saat melaksanakan akad nikah di depan petugas pernikahan. Dalam
perjalanan kehidupan berumah tangga, ikatan ini bisa mengendur dan melemah,
maka harus selalu disegarkan dan dikuatkan.

Demikianlah ringkasan keterangan sepuluh karakter suami ideal. Semoga ada
manfaatnya untuk membawa kita menuju kondisi yang lebih baik.

Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2011/10/15612/sepuluh-karakter-suami-ideal/#ixzz1bBzqzayB


--
Satriyo

"Don't be so quick to judge, you never know when you might just find
yourself walking in that person's shoes"


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: