Senin, 24 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Swiss Siap Bantu Lucuti Rakyat Libya Bersenjata

NB:

Dilucuti supaya NWO (New World Order) leluasa menguras cadangan minyak, emas
dan SDA Libya tanpa khawatir diserang??

Swiss Siap Bantu Lucuti Rakyat Libya Bersenjata

Republika.co.id <http://republika.co.id/>, JENEWA - Swiss siap membantu
Libya untuk melucuti senjata penduduknya setelah revolusi bersenjata
berujung pada kematian Moammar Qaddafi. Swiss juga bersedia menyumbang bagi
upaya penjinakan ranjau.

Dalam wawancara dengan surat kabar Sonntag, Presiden Swiss Micheline
Calmy-Rey juga menyampaikan harapan bahwa sebanyak 265 juta frank (300 juta
dolar AS) nilai aset Libya yang diblokir itu dapat segera dibuka.

"Tentu saja kami mengharapkan bahwa jutaan frank yang masih di Swiss dapat
segera dilepas," katanya. "Sekitar 90 persen dari jumlah itu adalah milik
perusahaan-perusahaan negara Libya. Kami yakin bahwa Dewan Keamanan PBB akan
segera membuat keputusan mengenai pembebasan dana negara itu.''

Calmy-Rey juga menguraikan beberapa cara dimana Swiss bisa membantu Libya
dalam peralihannya ke demokrasi. Swiss siap terlibat dalam melucuti senjata
penduduk, memperbaiki pasukan keamanan dan juga pembuangan ranjau.
Pusat-pusat keamanan Swiss di Jenewa memiliki keahlian yang relevan untuk
kegiatan tersebut.

''Swiss juga siap untuk berpartisipasi dalam misi PBB," katanya.

Redaktur: Didi Purwadi

Sumber: Antara/AFP

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/11/10/23/lthza8-swiss-siap-bantu-lucuti-rakyat-libya-bersenjata

Runtuhnya rezim Qaddafi dan Strategi Al Qaeda Menjebak Amerika

M. Fachry

Ahad, 23 Oktober 2011 07:18:35

Hits: 2306

Diktaktor toghut yang kejam dan bengis, Moammar Qaddafi akhirnya tewas
mengenaskan di tempat kelahirannyai, Sirte, Kamis 20 Oktober 2011. Gelombang
tsunami revolusi rakyat Libya menggulung rezim Qaddafi di usianya yang ke-42
tahun setelah 42 tahun pula dia berkuasa, menjarah dan medzolimi rakyat
Libya, serta menginjak-injak syariat Islam, agama mayoritas negara yang
berada di Afrika Utara ini. Apa yang akan terjadi pasca runtuhnya rezim
Qaddafi ? Apakah ini terkait dengan strategi Al Qaeda menjebak Amerika untuk
"masuk" ke Libya dan menjadikannya sebagai Irak ke-2?

Rezim Murtad Qaddafi Disapu Gelombang Tsunami Revolusi

Benar yang dikatakan Syekh Anwar al Awlaki rahimahullah dalam INSPIRE edisi
ke-5 bertajuk "The Tsunami of Change" bahwa revolusi mampu mematahkan
ketakutan yang selama ini mendekam di hati benak kaum Muslimin bahwa para
tiran tidak bisa dikalahkan!

Kota Sirte, Libya, kamis, 20 Oktober 2011 menjadi saksi bagaimana sang
diktaktor toghut yang kejam dan bengis, Moammar Qaddafi meregang nyawa
secara mengenaskan setelah baku tembak dengan para penjuang revolusi. Dari
tempat persembunyiannya di selokan, Moammar Qaddafi diseret dan tak berdaya
di tangan para pejuang revolusi. Dengan memelas Qaddafi bertanya kepada para
pejuang revolusi di hadapannya, "Apa yang sudah saya lakukan kepada kalian?"

Tidak sulit menjawab pertanyaan sang diktaktor toghut yang kejam dan bengis
ini. Sebagaimana akhir hidupnya yang berlumuran darah, semasa hidup tangan
Moammar Qaddafi juga berlumuran darah kaum Muslimin, rakyatnya sendiri,
terutama aktivis Islam dan mujahidin.

Selama 42 tahun berkuasa, ribuan aktivis dakwah dan jihad dibantai oleh
diktaktor toghut sekuler-sosialis yang sangat membenci syariat Islam ini.
Bahkan, untuk mengganti penerapan syariat Islam, Qaddafi menerapkan
undang-undang dasar sekuler bernama Al-Kitab Al-Akhdar. Lihatlah kesudahan
pemimpin yang anti syariat Islam dan tidak mau menerapkan syariat Islam!

Seorang ulama mujahid, Syekh Abdurrahman Hasan bahkan menjuluki Moammar
Qaddafi sebagai "Musailamah Modern" dalam bukunya yang berjudul "Qaddafy
Musailamah al Ashr" dengan kata pengantar dari Syekh Mujahid Abu Mundzir
As-Saidy, Amir Jama'ah Jihad Libya.

Dalam buku tersebut dijelaskan kesesatan-kesesatan Qaddafi, diantaranya
mengingkari sunnah Rosul, menyamakan syariat Islam dengan undang-undang
Romawi, dan juga mengaku dirinya nabi.

Penjelasan kesesatan Qaddafi dan perilaku sadis serta kejam kepada kaum
Muslimin sudah cukup untuk menyadarkan kaum Muslimin bahwa Qaddafi tidaklah
layak diberi gelar Al Qaid Qaddafi (Qaddafi Sang Pemimpin). Karena pada
hakikatnya Qaddafi adalah seorang diktaktor toghut yang kejam dan bengis.
Alhamdulillah, Allah SWT., menggulingkan orang ini dan menyapu bersih
singgasana kekuasaannya melalui tangan-tangan para pejuang revolusi Libya.

Siapa di balik para pejuang revolusi Libya?

Dewan Transisi Nasional atau National Transitional Council of Libya (NTC)
adalah kumpulan para pejuang revolusi Libya yang pada akhirnya-dengan idzin
Allah- berhasil menggulingkan Qaddafi. Lembaga ini didirikan tanggal 17
Februari 2011, saat gelombang tsunami revolusi mulai menyapu Libya.

Wikipedia menginformasikan bahwa NTC atau Al Majlis Al Watani Al Intiqali
adalah sebuah pemerintahan sementara Libya di bawah Presiden Mustafa Abdul
Jalil, wakil Presiden Abdul Hafiz Ghonga, dan Perdana Menteri Mahmoud
Jibril.

Sesaat setelah Qaddafi tewas, Kamis (20/10) Wakil Ketua Dewan Transisi
Nasional (NTC) atau Wakil Presiden versi Wikipedia, Abdul Hafiz Ghonga
menyatakan bahwa pihaknya akan segera mendeklarasikan kemerdekaan Libya
dalam beberapa jam mendatang, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

Kini, semua mata tertuju pada Libya, khususnya NTC. Seluruh telinga bersiap
untuk mendengarkan pemerintahan seperti apa yang akan dibentuk NTC di Libya,
apakah pemerintahan sekuler pro Barat atau NATO yang selama ini turut
menggempur pasukan loyalis Qaddafi di Sirte atau pemerintahan Islam yang
akan menerapkan syariat Islam secara sempurna?

Banyak pihak khawatir akan masa depan Libya, khususnya Barat dan juga
antek-anteknya, terutama jika Libya akhirnya menjadi negara yang menerapkan
syariat Islam dan dipimpin oleh aktivis Islam dan para mujahidin.

Uni Afrika contohnya, hingga kini masih belum memberikan pengakuan kepada
NTC bahkan menolaknya. Posisi geo politik dan geo strategis Libya sebagai
negara berpenduduk mayoritas Muslim di Afrika Utara, menjadi incaran seluruh
kepentingan.

Al Jazair, negara tetangga terdekat Libya yang hanya berjarak seribu
kilometer, paling khawatir dengan masa depan Libya. Ketakutan ini semakin
menjadi setelah surat kabar yang terbit di Al Jazair, al-Khabar pada hari
Jum'at, 26 Agustus 2011 mengutip sumber di pasukan keamanan bahwa banyak
anggota Al Qaeda dibebaskan setelah rezim diktaktor toghut Libya, Moamar
Qaddafi benar-benar telah jatuh.

Mereka adalah para Mujahidin Libya yang ditangkap dan diserahkan kepada
rezim Libya dari berbagai negara termasuk Irak, Afghanistan, dan Somalia.
Bukan tidak mungkin, saat ini mereka semua sudah berbaur dengan para pejuang
revolusi Libya yang akhirnya berhasil menewaskan sang diktaktor toghut
tersebut.

Pihak otoritas rezim Al Jazair yang kini merasa terancam bahkan mengklaim
memiliki informasi bahwa di jajaran depan para pejuang revolusi adalah
Mujahidin Libya yang sebelumnya telah diserahkan kepada Qaddafi. Situasi ini
memperkuat kekhawatiran rezim Al Jazair bahwa para pendukung Jihad berada
dalam kelompok-kelompok oposisi bersenjata. Karena itu juga, hingga saat ini
rezim Al Jazair belum mengakui NTC.

Al Jazair bahkan secara resmi mengakui bahwa istri Qaddafi, Shafiyah,
bersama anak perempuan sulungnya Aisyah dan kedua anak laki-lakinya,
Muhammad dan Hanibal, bersama orang-orang terdekat Qaddafi akan diberikan
suaka politik dan perlindungan keamanan.

Nigeria, tetangga lainnya Libya, secara resmi juga memberikan suaka politik
kepada anak Qaddafi yang bernama Sa'idi dan menolak untuk menyerahkannya
kepada NTC. Beberapa sumber mengatakan bahwa Sa'idi tinggal di sebuah
apartemen mewah dengan pengawalan ekstra ketat di ibukota Nigeria. Lalu,
benarkah mujahidin menjadi garda depan NTC?

Beberapa nama yang diduga kuat sebagai mujahidin Libya memang sering muncul.
Salah satunya adalah Abdul Karim Balhaj, selaku Komandan pasukan revolusi
Libya. Di saat tewasnya Qaddafi, Balhaj mengkonfirmasi kevalidan berita
tersebut dari para pejuang di Sirte. Nama Balhaj mencuat di saat dirinya
memimpin pertempuran di wilayah Babul Aziziyah.

Nama mujahid lainnya yang muncul adalah Muhammad Halibus Laits, Komandan
Brigade Syuhada Libya. Kantor Berita Pres International bahkan merilis
pernyataan Muhammad Halibus Laits, Komandan Brigade Syuhada, yang terlibat
langsung dalam penyerbuan di Sirte yang akhirnya menewaskan Qaddafi.

Bukti visual kehadiran mujahidin Al Qaeda juga bisa dilihat dari foto-foto
mereka yang bersumber dari Forum Jihad Al Ansar dan kemudian dipublikasikan
oleh Arrahmah.com. Dalam foto-foto tersebut nampak sekali keunikan dan
kekhasan mereka. Di tengah perang yang berkecamuk di Libya, mereka tampak
tetap menjalankan sholat, berdoa, membaca Al Qur'an. Subhanallah!

Salibis Barat Manfaatkan Situasi Libya

Sebagaimana biasa, salibis barat melalui antek-antek dan organ-organ
bentukannya mencoba memanfaatkan gelombang tsunami revolusi di Timur Tengah,
termasuk di Libya untuk kepentingan mereka. Melalui lembaga Amnesti
International, salibis barat menuduh NTC melakukan pelanggaran HAM
sebagaimana biasa dilakukan pemerintahan Qaddafi. Tuduhan Amnesti
Internasional ini langsung disangkal NTC melalui jubirnya, Jalal al-Galal,
yang mengatakan kepada Reuters bahwa pimpinan dewan pasti akan memeriksa
laporan yang dibuat oleh kelompok hak asasi manusia tersebut.

Dalam laporan berjudul "Pelanggaran Penahanan Warnai Libya Baru," Amnesti
menyatakan kekuatan dewan transisi yang menguasai Tripoli pada 23 Agustus
telah menahan sekitar 2.500 orang di ibukota dan sekitarnya, kebanyakan
tanpa surat perintah penangkapan, dalam skenario yang mirip dengan
penculikan.

Lewat propaganda penegakan HAM yang pada intinya anti syariat Islam, salibis
barat sudah pasti akan mengontrol NTC dan pemerintahan Libya pasca tewasnya
Qaddafi secara ketat. Ketika salibis barat melihat ada indikasi NTC ataupun
pemerintahan baru Libya cenderung untuk menerapkan syariat Islam, maka bisa
dipastikan pasukan kafir barat bersama koalisi salibis zionis segera
menginvasi Libya dengan berbagai alasan, termasuk telah terjadi pelanggaran
HAM berat di Libya!

Seorang analis dari situs online Al Quds Khaled El Shami menyatakan bahwa
jika pasukan salibis asing hadir di Libya, maka kondisi krisis yang melanda
Afrika Utara akan semakin bertambah buruk. Jika pasukan asing ke Libya, maka
pasukan ini akan muncul sebagai pasukan penjajah, dan hal ini akan menjadi
penghambat bagi perlawanan yang sudah diperjuangkan oleh rakyat Libya di
masa lalu melawan penjajahan Italia.

Analisa Khaled ini muncul setelah direktur eksekutif NTC, Mahmoud Jibril
menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan pihaknya membutuhkan kehadiran
pasukan militer internasional di Libya untuk 'menciptakan perdamaian dan
keamanan' pasca Qaddafi.

Khaled El Shami juga menganalisa bahwa kehadiran pasukan asing, terutama
pasukan Amerika akan mengundang jaringan Al Qaeda untuk membentuk cabang di
negara Afrika Utara tersebut.

Kehadiran Al Qaeda sudah pasti menjadi ancaman bagi salibis barat. Selama
ini keikutsertaan salibis barat, melalui NATO menggempur Qaddafi tentu
memiliki perhitungan politik dan agenda tersendiri.

Jubir NATO, Carmen Romero mengatakan pada hari Selasa (18/10) bahwa
keputusan untuk mengakhiri operasi baru akan diambil setelah NATO melakukan
analisis komprehensif terhadap situasi politik dan militer di Libya.

Selama 8 bulan terakhir, salibis barat menggunakan NATO telah membombardir
Libya dengan menggunakan alasan resolusi DK PBB. Melalui sebuah operasi
militer bersandi "Odyssey Daws". Sejak saat itu, NATO telah 9.500 kali
melancarkan serangan ke Libya, dengan rata-rata 15 serangan dalam sehari.
Jumlah ini menurun dari intensitas penyerangan sebelumnya yakni sekitar
70-80 serangan per hari.

Secara politik dan militer, penyerangan Libya oleh AS dan sekutunya telah
memperluas peta perang salib baru. Sebelumnya, sejumlah negara-negara Islam
telah menjadi sasaran nyata kebuasan perang salib baru, seperti Afghanistan,
Iraq, Pakistan, Chechnya, Al Jazair, Palestina, dan Somalia. Akankah Amerika
masuk ke Libya dan menjadikannya sebagai Irak ke-2?

Strategi Al Qaeda Menjebak Amerika

Dalam buku tulisan Fahmi Suwaidi berjudul "Masterplan 2020 Strategi Al Qaeda
Menjebak Amerika" dijelaskan bahwa Al Qaeda telah menyusun 7 fase strategi
menuju kemenangan dan kejayaan umat Islam, yang salah satu fasenya adalah
dengan menjebak Amerika untuk keluar 'kandang' agar mudah dijangkau alias
dihancurkan.

Fase menjebak Amerika yang disebut dengan Fase Penyadaran dimulai awal 2000
dan berakhir tahun 2003 dan sering disebut dengan fase menggetok kepala
ular. Kepala ular itu adalah Amerika, dan berhasil di "getok" oleh 19 pemuda
pemberani pada peristiwa 11 September 2001.

Fase kedua adalah "Fase Membuka Mata". Fase ini direncanakan berlangsung
pada tahun 2003 hingga 2006. Tujuannya adalah membuat umat sadar akan
kondisinya dan menguak kedok kejahatan kaum kafirin yang dikawal oleh
Amerika dan semua sekutunya.

Fase selanjutnya adalah "Fase Kebangkitan dan Berdiri". Fase ini
dilaksanakan sekitar tahun 2007-2010. Tujuannya untuk menambah personil yang
siap terjun ke bebagai medan di seluruh dunia.

Fase ke-4 disebut dengan "Fase Pemulihan Keadaan". Fase ini betujuan untuk
menjatuhkan kekuasaan rezim-rezim tiran yang mencengkeram negara-negara
Islam dengan melakukan kontak kuat secara langsung. Fase ini direncakan
sekitar tahun 2010-2013.

Keruntuhan rezim Qaddafi yang terjadi pada hari Kamis, 20 Oktober 2011 bisa
dimasukkan ke dalam fase ke- 4 ini, dimana rezim tiran Qaddafi berhasil
digulingkan dengan perjuangan bersenjata oleh para pejuang revolusi Libya.

Fase berikutnya adalah "Fase Memproklamasikan Negara". Pada fase ini Al
Qaeda memfokuskan diri untuk mendirikan Daulah Islam dengan menggabungkan
berbagai organisasi jihad dunia dan Al Qaeda. Fase ini akan dilakukan pada
tahun 2013-2016.

Selanjutnya fase ke-6 yang disebut dengan "Fase Konfrontasi Total". Pada
fase ini akan terjadi perang besar-besaran antara dua kubu. Kubu Mukminin
dan Kubu Kafirin wa Bathilin. Perang antara yang Haq dan yang Bathil. Perang
dari seluruh segi dan meluas ke seluruh penjuru negeri. Fase Konfrontasi
Total ini direncanakan terjadi pada tahun 2016.

Fase terakhir disebut dengan "Fase Kemenangan Mutlaq". Fase ini lanjutan
dari Fase Konfrontasi Total yang diyakini oleh para konseptor Al Qaeda akan
berjalan singkat, sekitar 3 atau 9 tahun saja, yakni dari tahun 2016 hingga
2019 atau 2025.

Dalam buku Masterplan Al Qaeda 2020 juga dibahas peranan Ibnu Syekh Al-Libi,
instruktur militer Al Qaeda asal Libya. Pasokan informasi 'menyesatkan' dari
Syekh Al Liby berhasil menggiring "Kepala Ular" AS menginvasi Iraq di tahun
2003. Masuknya Amerika untuk menginvasi Iraq di tahun 2003 adalah sebuah
strategi Al Qaeda menjebak Amerika yang sukses. Amerika mengalami kerugian
besar dengan tewasnya ribuan serdadu kafirnya dan jutaan dollar dana
operasional perang Iraq ludes tak bersisa.

Selain itu, masuknya Amerika ke Iraq di tahun 2003 juga membawa berkah
tersendiri, yakni menjadikan Iraq sebagai medan jihad berikutnya.
Faksi-faksi mujahidin di Iraq bahkan bersatu untuk menghadapi musuh bersama
Amerika. Keberhasilan demi keberhasilan dicapai oleh mujahidin Iraq hingga
puncaknya dideklarasikan Daulah Islam Iraq atau Negara Islam Iraq di tahun
2006 dan Alhamdulillah masih eksis hingga detik ini.

Presiden Amerika Barack Obama bahkan tidak malu-malu lagi telah mengumumkan
pada hari Jum'at (21/10) akan mengakhiri Perang Iraq dan akan menarik
seluruh pasukannya akhir tahun ini. Seluruh pasukan salibis AS di Iraq saat
ini berjumlah 40.000 dan sudah lebih dari 4.400 yang tewas sejak AS dan
sekutunya menginvasi Iraq pada bulan Maret 2003.

Kini, jebakan yang sama untuk Amerika sedang dipasang Al Qaeda di Libya.
Amerika dan sekutu-sekutunya sudah pasti tidak akan rela apabila rakyat
Libya mengatur masa depan negaranya sendiri, apalagi jika menggunakan
syariat Islam sebagai landasan bernegaranya. Amerika sudah pasti akan
menjajakan dagangannya ke pemerintahan transisi Libya atau NTC, yakni
demokrasi liberal.

Setelah Qaddafi Digulingkan, Tegakkan Syariat Islam!

Satu fakta yang tidak bisa dipungkiri, diantara gerakan-gerakan Islam di
dunia yang mampu menggoncangkan dan menakutkan aliansi pasukan salib
pimpinan Amerika adalah Al Qaeda. Amerika sendiri mencap Al Qaeda sebagai
organisasi teroris, karena Al Qaeda betul-betul mampu menghancurkan Amerika
dan menebar teror di tengah-tengah rakyat Amerika yang saat ini sebagai
satu-satunya negara super power dunia.

Ulama mujahid yang juga merupakan pimpinan senior Al Qaeda asal Libya, Syekh
Abu Yahya Al Libi pernah mengeluarkan pernyataan kepada umat Islam di Libya
yang pada saat itu sedang berjuang, agar segera menggulingkan rezim Qaddafi
dan segera mendirikan pemerintahan Islam. Pernyataan beliau ini dilaporkan
oleh Ummah News mengutip Associated Press.

Dalam pernyataan yang dirilis dalam video terbarunya tersebut, Syekh Abu
Yahya Al Libi mengatakan bahwa setelah jatuhnya rezim di Tunisia dan Mesir,
kini giliran Qaddafi yang harus turun, saat pejuang pemberontakan menekan
hampir selama satu bulan untuk sebuah kampanye pengusiran Qaddafi.

Beliau menyebut pemerintah nasional otokratis Arab, sebagai musuh Islam,
karena telah mempraktekkan jenis terburuk dari penindasan dengan dukungan
Barat dan telah gagal mengambil pelajaran dari sejarah, ujarnya.

Sekarang giliran Qadaffi setelah ia membuat rakyat Libya menderita selama
lebih dari 40 tahun, ujar Syekh Abu Yahya. Beliau juga menambahkan bahwa itu
akan membuat malu rakyat Libya jika tiran diizinkan untuk mati secara damai.
Qadarallah, seruan dari Syekh Abu Yahya Al Libi kini terbukti dengan
tewasnya diktaktor toghut Libya, Moammar Qaddafi secara mengenaskan.
Subhanallah!

Pertanyaannya kemudian, setelah Qaddafi berhasil-dengan idzin
Allah-dugulingkan, akankah syariat Islam segera ditegakkan. Apakah para
pejuang revolusi Libya memang memiliki hubungan dengan Al Qaeda sehingga
dengan segera memenuhi seruan-seruan para ulamanya, termasuk seruan Syekh
Abu Yahya Al Libi?

Salah satu komandan revolusi Libya, Abdul Hakim al-Hasidi telah mengakui
hubungannya dengan Al Qaeda. Beliau mengatakan jihadis atau para mujahid
yang berjuang melawan tentara sekutu di Iraq berada di garis depan
pertempuran melawan rezim murtad Moammar Qaddafi.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Il Sole 24 Ore, al-Hasidi
mengakui bahwa ia telah merekrut sekitar 25 orang-orang dari daerah Derna di
Libya timur untuk memerangi pasukan koalisi di Iraq. Beberapa dari mereka,
katanya, adalah "hari ini di garis depan dalam Adjabiya".

Pernyataan ini senada dengan pernyataan khawatir dari rezim Al Jazair
sebelumnya akan berperannya mujahidin Al Qaeda dalam revolusi rakyat Libya.
Rezim Al Jazair telah berulangkali menyatakan bahwa Mujahidin memiliki akses
ke berbagai persenjataan berbeda yang di masa depan dan mereka akan
menggunakannya di wilayah itu.

Di otoritas pemerintahan Al Jazair sendiri, unit Mujahidin telah beroperasi
selama bertahun-tahun, memimpin perjuangan bersenjata melawan kediktatoran
militer, yang didirikan selama beberapa dekade dengan bantuan Perancis.

Di Al Jazair Mujahidin Al Qaeda telah lama eksis dengan nama Al Qaeda
Maghrib Islam atau yang lebih dikenal dengan singkatan AQIM dan saat ini di
bawah kepemimpinan Syekh Abu Mush'ab Abdul Wadud.

Syekh Athiyatullah dalam buku "Sewindu Perang Salib Baru" ditanya oleh
As-Sahab Media berkaitan dengan jihad di Maghrib Islami. Beliau menjawab
bahwa Al Jazair secara khusus dan Maghrib Islami secara umum berusaha untuk
berubah dari medan ke medan kaum Muslimin dalam arti sebenarnya, berusaha
dalam lingkaran mata rantai jihad umat kita pada tahapan sejarah kita
sekarang ini. Peperangan kita itu sama dengan musuh yang sama dan barisan
yang sama.

Akhirnya, jika mengikuti Masterplan Al Qaeda 2020, setelah melewati Fase
Keempat, yakni menggulingkan penguasa tiran dan diktaktor, maka Libya akan
memasuki fase ke-5 yakni Fase Memproklamirkan Negara. Tentu saja negara yang
ingin diproklamirkan disini adalah Daulah Islam atau Negara Islam, yakni
negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurna untuk kemudian
menggabungkan berbagai organisasi jihad dunia dan Al Qaeda, sebelum
konfrontasi total dan fase kemenangan mutlak dengan berdirinya negara
Khilafah Islamiyyah.

Keputusan atau deklarasi negara jenis apa yang akan didirikan oleh NTC saat
ini menjadi sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu, oleh semua pihak, lawan
maupun kawan. Apakah negara Libya yang menerapkan syariat Islam secara
sempurna, atau negara Libya beraliran demokrasi liberal?

Yang pasti, apabila salibis barat dengan sekutu-sekutunya tidak suka dengan
pilihan syariat Islam diterapkan di negara Libya yang baru, maka Amerika
akan terjebak untuk masuk menginvasi Libya, dan memerangi mereka. Kondisi
ini tentunya akan menjadikan Libya menjadi Irak ke-2. Wallahu'alam bis
showab!

By: M. Fachry

International Jihad Analysis

Ahad, 25 Zul'qodah 1432 H/23 Oktober 2011 M

Ar Rahmah Media Network

http://www.arrahmah.com

The State of Islamic Media

© 2011 Ar Rahmah Media Network


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: