Selasa, 18 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Ketidakmampuan Dunia Memiliki Imam Nawawi

 



Ketidakmampuan
Dunia Memiliki Imam Nawawi
 
Seorang raja
Damaskus di tahun 676 Hijriyah pernah mengalami kesulitan menghadapi ketegaran
seorang ulama. Bayangkan, seluruh ahli fikih di negerinya sudah sepakat dengan
gagasannya memobilisasi dana rakyat untuk jihad melawan kerajaan Tartar di
Syiria. Tapi, seorang ulama itu tidak. Ia menolak dengan tegas.
 
Sang raja yang
bernama Zhahir Baibras itu pun menanyakan siapa ulama tersebut. Dan tahulah ia
kalau ulama yang agak beda itu bernama Yahya bin Syaraf, dengan panggilan akrab
Abu Zakaria.
 
Zhahir ingin
tahu lebih banyak siapa Abu Zakaria itu. Seberapa besarkah pengaruh
ketidaksetujuannya jika kebijakan mobilisasi dana itu dilakukan? Seorang
pejabat istana menjelaskan kalau Abu Zakaria sangat dihormati dan disegani para
ulama di Damaskus.
 
Zhahir pun
memanggil Abu Zakaria ke istananya. Ia ingin mendengar langsung argumen
ketidaksetujuan sang ulama. "Kenapa Anda tidak setuju kebijakan saya sementara
para ulama di negeri ini sudah menyetujui?" tanya Zhahir ke ulama yang masih
tergolong muda jika dibanding dengan pengaruhnya yang begitu besar terhadap
ulama lain.
 
Abu Zakaria
mengatakan, "Aku akan setuju kebijakan Anda untuk menarik dana dari rakyat jika
Anda telah melakukan satu hal."
 
Zhahir pun
penasaran. "Apa itu?" ucap Zhahir.
 
"Bukankah Anda
mempunyai seratus budak pria dan dua ratus budak wanita. Dan setiap budak Anda
itu menyimpan emas anda melalui perhiasan yang mereka pakai. Kalau semua
perhiasan yang mereka pakai itu sudah anda tarik untuk biaya perang, maka baru
aku akan setuju Anda menarik dana dari rakyat!" jelas Abu Zakaria tanpa rasa
takut dan sungkan.
 
Mendengar itu
sang raja langsung melotot. Ia marah besar dengan pernyataan sang ulama muda
itu. Ia pun membentak sang ulama, "Berani benar kau mengatakan itu. Silakan
pergi dari negeriku!"
 
Sang ulama pun
pergi meninggalkan negeri kelahirannya menuju sebuah kota yang bernama Nawa.
Sebulan kemudian, di usianya yang baru 45 tahun, ulama yang dikenal sangat
zuhud ini pun meninggalkan dunia untuk selamanya. Beliaulah yang kemudian
dikenal dengan sebutan Imam Nawawi.
 
Tak ada kesan
yang bisa ditangkap dari seorang Imam Nawawi dari para murid dan ulama di
zamannya, kecuali sebuah ketakjuban. Imam Nawawi dikenal begitu tekun dalam mencari
ilmu, begitu kuat dalam menunaikan ibadah, teramat dekat dengan Alquran, dan
selalu menjauh dengan syahwat duniawiyah.
 
Kesibukan ilmiah
dan ibadahnya telah membuatnya teramat asing dengan perhiasan dunia. Ulama
sezamannya mengakui bahwa Imam Nawawi tidak memiliki dunia. Dan, dunia pun
tidak mampu memilikinya.
 
Ketika menilai
sosok Imam Nawawi, para ulama di zamannya selalu teringatkan dengan sebuah
hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu
Majah dari Ibnu Mas'ud.
 
"Antara aku dan
dunia adalah seperti seorang pengendara yang beristirahat di bawah sebuah pohon
yang teduh, kemudian pergi meninggalkannya." (muhammadnuh@eramuslim.com)
 
Eramuslim.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: