Jumat, 17 April 2009

[daarut-tauhiid] Allah Di Atas ‘Arsy-Nya, Namun Allah juga Bersama dan Dekat dengan Hamba-Nya



Allah Di Atas 'Arsy-Nya, Namun Allah juga Bersama dan Dekat
dengan Hamba-Nya

oleh Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fiih kamaa
yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli 'ala nabiyyina Muhammad wa
'ala alihi wa shohbihi wa sallam

Keutamaan Mengimani bahwa Allah Senantiasa Bersama Hamba-Nya
Seseorang pernah bertanya pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Apa
yang dimaksud hati yang bersih (suci)?"
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "(Yaitu) seseorang
mengetahui bahwa Allah 'azza wa jalla selalu bersamanya di mana saja dia
berada." (HR. Thobroni dalam Al Mu'jam Ash Shogir. Hadits ini dishohihkan
oleh Syaikh Al Albani di As Silsilah Ash Shohihah no. 1046)

Allah Selalu Bersama Kita Di Mana Saja Kita Berada
Mengenai hal ini kita dapat melihat dalam banyak dalil. Di antara
dalil-dalil mengenai hal ini telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kitabnya Al 'Aqidah Al Wasithiyah. Berikut kami bawakan
dalil-dalil yang beliau sampaikan.
[1] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat umum
Allah Ta'ala berfirman,
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian
Dia bersemayam di atas 'arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa
yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hadid [57] : 4)

"Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang,
melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah
yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama
mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada
mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. Al Mujadilah [58] : 7)

[2] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat khusus
Allah Ta'ala berfirman,
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita." (QS. At
Taubah [9] : 40)
"Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat." (QS.
Thoha [20] : 46)
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan." (QS. An Nahl [16] : 128)
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al Anfal [8] :
46)
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan
yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al Baqarah [2] : 249)

Inilah ayat-ayat yang menjelaskan kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya.
Dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah bersama makhluk-Nya secara
umum termasuk kebersamaan dengan orang beriman dan orang kafir, orang yang
berbuat baik dan berbuat jahat.
Juga ada ayat-ayat yang menunjukkan kebersamaan Allah secara khusus yaitu
kebersamaan khusus berkaitan dengan sifat seperti Allah bersama dengan
orang-orang yang bertakwa. Ada pula kebersamaan khusus yang berkaitan
dengan person tertentu seperti dalam surat At Taubah ayat 40 di atas.
Dalam ayat tersebut dikisahkan bahwa Abu Bakr dan Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam berada di dalam goa untuk melindungi diri dari kejaran
orang-orang musyrik. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata
pada Abu Bakr,

"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita." (QS. At
Taubah [9] : 40)

Inilah dua macam kebersamaan. Ada kebersamaan yang bersifat umum. Ada pula
kebersamaan yang bersifat khusus dan ini bisa dimaksudkan kebersamaan
Allah berkaitan dengan sifat atau kebersamaan Allah berkaitan dengan
person tertentu.
Demikian penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin yang kami
sarikan dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, hal. 253-254.

Allah Juga Dekat
Sebagaimana hal ini terdapat dalam ayat berikut.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), "Aku itu dekat". Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran." (QS. Al Baqarah [2] : 186)

Begitu juga terdapat dalil dalam Shohih Muslim pada Bab 'Dianjurkannya
merendahkan suara ketika berdzikir', Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
"Yang kalian seru adalah Rabb yang lebih dekat pada salah seorang di
antara kalian daripada urat leher unta tunggangan kalian." (HR. Muslim no
2704)

Wahyu Ilahi Tidak Mungkin Bertentangan Sama Sekali
Setelah kami menyampaikan dua point pembahasan yaitu kebersamaan Allah
atau kedekatan Allah dan keberadaan Allah di atas langit, maka janganlah
kita bingung dengan mengatakan, 'Kok seolah-olah kedua dalil ini
bertentangan.'
Janganlah kita bingung mengenai dua ayat semacam ini. Berbagai dalil
mengenai keberadaan Allah di atas langit sudah sangat jelas dan gamblang,
sebagaimana kami jelaskan di muka dan kami sertakan dengan berbagai
pendapat ulama. Begitu pula dalil-dalil mengenai kebersamaan dan kedekatan
Allah juga sangat jelas.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah mengatakan,
"Segala sesuatu di dalam Al Qur'an yang engkau sangka mengalami
pertentangan menurut yang engkau lihat, maka renungkanlah kembali sampai
engkau mendapat kejelasan. Karena Allah Ta'ala berfirman,
"Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An Nisa' : 82)
Jika engkau masih belum mendapatkan kejelasan, wajib bagimu menempuh jalan
Ar Rosikhuna fil 'Ilmi (orang-orang yang kokoh ilmunya). Orang-orang yang
kokoh ilmunya ini mengatakan,
"Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Rabb kami."." (QS.
Ali Imron [3]: 7) … Kedangkalan ilmu atau kepahaman sebenarnya ada padamu.
Ketahuilah bahwa Al Qur'an tidaklah mungkin bertentangan sama sekali."
(Syarh Al Qowa'idul Mutsla, hal. 286)

Dalam kitab Al 'Aql wan Naql (1/43-44) ada suatu kaedah yang bermanfaat
yang diisyaratkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Kaedah ini adalah
bagaimana apabila terjadi pertentangan antara dua dalil. Dua dalil
tersebut mungkin saja sama-sama qoth'i (dalil tegas), atau sama-sama
zhonni (dalil masih prasangka) atau ada yang qoth'i dan ada yang zhonni.
Berikut penjelasan ketiga dalil ini:

Pertama adalah jika dua dalil sama-sama qoth'i (pasti). Maka untuk dalil
semacam ini sangat mustahil terjadi pertentangan. Kalau kita mengatakan
kedua dalil semacam ini saling bertentangan, maka ini akan menghilangkan
salah satu dalil dan ini tidak mungkin.
Jika kita menyangka bahwa kedua dalil semacam ini saling bertentangan,
maka salah satunya tidak qoth'i lagi. Jadi dua dalil qoth'i semacam ini
tidaklah mungkin bertentangan. Oleh karena itu, dalil yang satu harus kita
bawa kepada dalil lainnya atau sebaiknya. Dan jika kita mau menghapus
(menaskh) salah satu dalil, maka harus tahu manakah dalil yang datang
dahulu (mansukh = dalil yang dihapus) dan manakah dalil yang datang
belakangan (nasikh = dalil yang menghapus).

Kedua adalah jika dua dalil sama-sama zhonni (sangkaan), mungkin dari sisi
pendalilan atau dari sisi shohih atau tidaknya dalil. Maka untuk kasus
semacam ini dibutuhkan tarjih (menguatkan salah satu dalil). Kemudian jika
sudah jelas manakah dalil yang lebih kuat, kita harus mendahulukan dalil
yang rojih (dalil yang lebih kuat).

Ketiga adalah jika salah satu dalil qoth'i (pasti) dan dalil lain zhonni
(sangkaan). Maka pada saat ini, kita harus mendahulukan dalil yang qoth'i
dan ini adalah cara yang disepakati oleh orang yang memiliki akal sehat.
Karena yang yakin (pasti) tentu saja tidak bisa dihilangkan dengan dalil
yang hanya sangkaan (zhon). (Disarikan dari Fathu Robbil Bariyah, hal. 42
dengan sedikit perubahan redaksi)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Hamawiyah mengatakan, "Tidak
diragukan lagi bahwa nash-nash (dalil tegas) telah menerangkan mengenai
ketinggian Dzat Allah di atas seluruh makhluk-Nya dan Allah juga bersama
mereka. Semua dalil yang menunjukkan hal ini adalah dalil yang qoth'i
(pasti) dari sisi pendalilan (dalalah) maupun shohihnya (tsubut)."

Allah Ta'ala telah menggabungkan antara keberadaan Allah di atas 'Arsy-Nya
dan kebersamaan-Nya dengan makhluk-Nya pada firman-Nya berikut.
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia
menempat tinggi di atas 'Arsy-Nya. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan
apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hadid [57] : 4).

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta'ala telah menetapkan bahwa Dia
beristiwa' (menetap tinggi) di atas 'Arsy dan 'Arsy adalah makhluk-Nya
yang paling tinggi. Selain itu, Allah juga menetapkan bahwa Dia senantiasa
bersama kita. Dalam kedua dalil ini sama sekali tidak ada pertentangan.
Kompromi antara keduanya sangat mungkin sekali. Penjelasan mungkinnya ada
kompromi adalah sebagai berikut :

Pertama; kompromi antara dua dalil yang ada sangatlah mungkin karena
nash-nash yang ada menunjukkan tidak mustahilnya hal ini. Siapa yang
menyangka tidak mungkinnya hal ini, dia berarti telah keliru. Hendaklah
dia memandang kembali dalil-dalil yang ada berulang kali sambil meminta
pertolongan pada Allah, mintalah hidayah dan taufik pada-Nya, juga
curahkanlah segala usaha untuk mengetahui kebenaran. Jika telah jelas
kebenaran di hadapanmu, pujilah Allah karena hal ini. Jika memang engkau
belum menemukannya, serahkanlah pada ahlinya yaitu orang yang berilmu dan
katakanlah : Aku telah mengimani hal ini. Semuanya adalah dari Rabb kami.

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana."(QS. Al Baqarah [2]: 32)

Kedua; sifat ketinggian Allah di atas seluruh makhluk-Nya dan sifat
kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya tidak saling bertentangan. Ma'iyyah
(kebersamaan) tidaklah melazimkan sesuatu itu akan bercampur atau bersatu
dalam satu tempat sebagaimana yang dijelaskan dahulu. Sesuatu mungkin saja
berada tinggi, namun juga tetap dikatakan bersama.
Sebagaimana kita juga mungkin mengatakan: "Kami terus berjalan dan bulan
masih tetap bersama kami." Padahal bulan berada di atas sana, namun masih
dikatakan bersama. Contoh sifat ketinggian dan sifat kebersamaan semacam
ini tidaklah bertentangan baik secara lafazh maupun makna. Orang yang
diajak bicara pasti mengetahui maksud dari kebersamaan di sini. Tidak
mungkin ada yang mengatakan bahwa bulan berada di bumi. Jika memang
digabungkan atau dikompromikannya sifat ketinggian dan sifat kebersamaan
pada makhluk, maka hal ini lebih mungkin lagi bagi Allah karena Dia-lah
Dzat yang Maha Besar, Maha Agung dan tidak serupa dengan makhluk-Nya.

Ketiga; jika seandainya makna sifat ketinggian dan kebersamaan saling
bertentangan pada makhluk, maka ini belum tentu saling bertentangan di
sisi Allah. Karena ingatlah bahwa "tidak ada satupun yang serupa dengan
Allah dalam setiap sifat-Nya."
Jika kita telah mengetahui perbedaan makhluk dan Allah selaku pencipta,
maka tidak mungkin kita menyamakan Allah dan makhluk-Nya. Kebersamaan
Allah tidaklah mungkin berarti Dia bercampur dengan makhluk atau berada
pada satu tempat dengan mereka. Alasannya, karena Dzat Allah berada di
ketinggian, tidak satupun makhluk yang meliputi diri-Nya, bahkan Allah-lah
yang meliputi makhluk-Nya.

Kesimpulan: Cara mengkompromi berbagai dalil yang menyatakan keberadaan
Allah di atas 'Arsy-Nya dan kebersamaan atau kedekatan Allah adalah
sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Aqidah Al
Wasithiyah,
"Kedekatan dan kebersamaan Allah yang disebutkan dalam Al Kitab dan As
Sunnah tidaklah bertentangan dengan ketinggian Allah Ta'ala. Tidak ada
sesuatu pun yang semisal dengan-Nya dalam setiap sifat-sifat-Nya. Allah
Maha Tinggi, namun dekat. Dia Maha Dekat, namun tetap berada di
ketinggian."

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu 'ala
Nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam.

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: