Aku pernah bertanya kepada kakakku, mengapa buku-buku yang dikarang ulama-ulama di masa lalu masih saja terus dicetak ulang hingga sekarang. Aku tanyakan hal itu kepadanya karena dia telah menulis banyak buku, dan di antaranya sudah dicetak 30 kali, yaitu berjudul "Agar Selalu Ditolong Allah". Dari sebuah pertanyaan singkat itu, terjadilah sebuah diskusi yang cukup menarik. Kesimpulannya alangkah baiknya disampaikan di sini.
Semua itu terjadi karena para ulama selalu berusaha untuk tetap menjaga kemurnian Islam. Mereka berusaha untuk tidak menjauh dari apa yang telah digariskan al-Quran dan as-Sunnah. Walaupun mungkin terlihat banyak perbedaan di antara madzhab, tetapi perbedaan itu masih dalam koridor yang diperbolehkan (furu'). Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang masih terjaga kesucian dan kemurniannya sejak diturunkannya hingga sekarang. Tidak seperti yang terjadi pada kitab suci agama lain yang banyak sekali mengalami perubahan, mulai dari perubahan bahasa hingga banyaknya penyuntingan kata/ kalimat yang dilakukan oleh penganutnya sendiri.
Penganut agama lain memang tidak pernah mampu menjaga kemurnian agamanya, karena memang sudah demikian ketetapan Allah. Allah hanya menjaga satu-satunya kitab suci untuk seluruh umat manusia yaitu al-Quran. Akibatnya, penganut agama lain selalu maju mundur dalam mengembangkan gagasan dan pola pikirnya. Jika ternyata kitab suci tidak memberikan apa-apa lagi bagi mereka, dengan sendirinya mereka akan menjauhinya. Begitupun sebaliknya. Pernyataan-pernyata
Apabila buku-buku karangan Dale Carnegie, Antony Robbins, Steven R. Covey, John Maxwell, dan Jack Canfield hanya mampu bertahan paling lama satu abad, maka tidak demikian buku-buku yang dikarang ulama-ulama Islam, karya tulis mereka menembus batas berabad-abad lamanya. Tentu masih dapat kita baca sekarang buku Ihya Ulumuddin dan Minhajul Abidin karya Imam al-Ghazali, Thibbun Nabawi dan Madarijus Salikin karya Imam Ibnul Qayyim, ar-Risalah dan al-Umm karya Imam Syafi'i, Riyadhus Shalihin dan Syarah Hadits Muslim karya Imam Nawawi, Siyasah Syar'iyyah dan Majmu Fatawa karya Imam Ibnu Taimiyah, Shaidul Kathir dan Minhajul Qashidin karya Imam Ibnu al-Jauzy, dan lain sebagainya.
Buku-buku yang berlandaskan pada al-Quran dan as-Sunnah seolah-olah tetap "terjaga" hingga berabad-abad lamanya. Ini mungkin disebabkan percikan-percikan al-Quran dan as-Sunnah itu sendiri, yang keduanya adalah fitrah bagi umat manusia dan tetap terjaga kemurniannya.
Adalah suatu hal yang aneh, orang-orang liberal justru berkiblat pada pemikiran Barat yang notabene – bahasanya Roger Garaudy – peradaban gado-gado yang tidak memiliki keaslian (baca: kemurnian). Mereka kemudian dengan beraninya menginjak-nginjak kesucian al-Quran yang telah diakui sendiri oleh ilmuwan Barat. Misalnya dengan bermodalkan kritik teks Bible (hermeneutika)
Orang-orang liberal itu juga melompat dari generasi Nabi Muhammad sampai pada generasi mereka. Pemikiran-pemikiran yang telah dituliskan susah payah oleh para ulama, mereka anggap lalu. Segalanya berubah menjadi relatif. Tidak ada kebenaran mutlak! Akhirnya, al-Quran diterjang, as-Sunnah diterjang, ulama-ulama dihina dan dicaci maki. Mereka seolah-olah menganggap Islam itu agama kemarin sore. Mereka tidak berjalan melihat realitas dan iman terlepas dari jiwa mereka. Pada akhirnya mereka menjadi orang-orang bingung yang mencari-cari kebenaran namun tidak pernah menemukannya.
http://abufarras.
http://pustakaakhwa
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar