Senin, 13 April 2009

[daarut-tauhiid] Memaksimalkan Suatu Potensi



Memaksimalkan Suatu Potensi

Tidak bisa disangkal bahwa peranan seorang guru dalam mengasah kemampuan seoarang anak sangatlah besar. Saya kebetulan tidak terlahir sebagai seorang yang cerdas, dan jika dilihat dari nilai akademik maka yang didapat hanyalah standard rata-rata. Dari kelas sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas cuma dua sampai tigakali masuk dalam jajaran topten, selebihnya topless.

Potensi kemampuan seorang anak berbeda-beda seperti kemampuan berhitung, memampuan menghafal, kemampuan menganalisa (logic), kemampuan kinetik atau responsif terhadap sesuatu dan berbagai kemampuan lain yang bisa diajarkan secara bertahap baik oleh orang tua maupun guru disekolah. Kecenderungan setiap anak tentu berbeda satu sama lain, ada yang menonjol di bidang berhitung , ada juga dalam hal menghafal. Seorang guru semestinya mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki anak dan tidak melulu berkonsentrasi pada paket materi pelajaran persemester atau perkuartal.

Sewaktu masih duduk di sekolah menegah tingkat pertama, saya memang senang menganalisa keadaan dan sering saya mendapat nilai bagus pada beberapa mata pelajaran bukan karena saya memahami mata pelajaran tersebut tetapi karena saya menganalisa metode penilaian guru yang mengajar. Sebagai contoh ketika ujian matematika saya sering mendapat nilai bagus karena dalam beberapa ujian pendahuluan saya sering mendapati bahwa guru tersebut selalu menilai lebih pada proses penulisan rumus artinya jika rumusnya benar maka nilai yang diberikan akan tinggi walaupun hasilnya tidak di tuliskan tetapi walupun rumusnya benar namun hasil akhirnya salah maka guru tersebut memberikan nilai lebih rendah dari pada yang tidak memberikan hasil, aneh memang, mungkin saja dia berpendapat si anak belum sempat menyelesaikan soal, yang penting caranya sudah benar, dan inilah yang saya manfaatkan dalam beberapa soal.

Lain lagi di bidang pelajaran fisika, saya melihat jawaban pilihan berganda mempunyai corak seperti A,B,A,C,A,D,B,C,B,D, sehingga biasanya saya mencari jawaban yang termudah lebih dahulu lalu kemudian mencocokan dengan corak/pattern jawaban seperti yang sudah-sudah dan biasanya berhasil artinya jarang nilai merah bertengger di raport, Apakah karena pintar ? tentu tidak karena jika di buat pertanyaan secara verbal maka ada kemungkinan saya mendapat nol besar.

Mengajar adalah proses memberikan informasi kepada orang lain, baik berupa ilmu pengetahuan maupun informasi terapan dengan berupa contoh, artinya jika ada dua orang yang saling bertukar informasi tetapi tidak tahu cara pengolahannya tidak bisa disebut saling mengajar. Dalam banyak hal ukuran kecerdasan masih diukur dari nilai akademik dan juga tidak mengherankan jika para petinggi negeri ini dinilai dari potensi akademiknya. Walaupun para akademisi sendiri juga telah menyadari bahwa ada potensi lain yang juga mesti jadi point penentu seperti kemampuan emosional ,ahlak dan moral yang saat sekarang ini belum dijadikan poin acuan untuk calon pemimpin bangsa.

Salam

David
www.sebuahtitik.blogspot.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: