Jumat, 03 April 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2588

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1.
(catcil) Tanggungjawab From: agussyafii
2.
(catcil) Ketika Hidup Tidak Pasti From: agussyafii
3a.
Re: [alhamdulillah] bukuku QLoA go Internasional From: moehan lho...
3b.
Re: [alhamdulillah] bukuku QLoA go Internasional From: rusdin_kutubuku
4.
[sejenak] sekilas tentang lugu From: MIAU IMA
5a.
[Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi) From: Lia Octavia
5b.
Re: [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi) From: Bu CaturCatriks
5c.
mhn info From: reikha lila
6a.
CatCil: Surat Buat Bapak From: indra purnama
6b.
Re: CatCil: Surat Buat Bapak From: novi_ningsih
6c.
Re: CatCil: Surat Buat Bapak From: zaen_01
6d.
Re: CatCil: Surat Buat Bapak From: ugik madyo
6e.
Re: CatCil: Surat Buat Bapak From: interaktif
6f.
Re: CatCil: Surat Buat Bapak From: hariyanty thahir
7.
(karyaku) Perpustakaan pesantren From: radinal88
8.
(karyaku) politik santri From: radinal88
9.
bahagia, milik siapakah,...........? From: suryana wijaya
10.
Bls: [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah re From: CaturCatriks
11.
[mimbar] bingung memilih? istikharah solusinya From: Afriandi EP
12.
[Ruang Baca] Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan From: Rini Agus Hadiyono
13a.
Re: [Lonceng] Selamat, Retno From: aris El Durra
14a.
Re: [Lonceng] Selamat.. Teh Rini menang 'Gokil Dad' From: aris El Durra
15.
[mimbar] Manfaat Doa Sebagai Penyembuh From: agussyafii
16.
[Etalase] Ayo, Lahirkan Resensi Karyamu: The Road to The Empire! From: Rini Agus Hadiyono
17.
Berbagi cerita tentang rasa syukur_Maaf jika sudah menerima From: Imam Suyudi

Messages

1.

(catcil) Tanggungjawab

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Apr 2, 2009 2:40 am (PDT)

Tanggungjawab

By: agussyafii

Semalam bersama anak-anak Amalia kami berdiskusi. Diskusi ini dbagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 6 anak. Diskusi diawali dengan penjelasan kelompok satu. Sementara anak-anak lainnya sedang menyimak. Anak-anak Amalia terlihat ramai berebut bertanya, apa yang dimaksud dengan tanggungjawab? Kenapa harus bertanggungjawab? Tak kalah serunya yang menjawabpun demikian. Diskusinya semakin malam semakin seru, anak-anak seperti tak mengenal lelah.

Beberapa hari yang lalu saya memberikan tugas pada anak-anak Amalia untuk mencari makna kata tanggungjawab. Tujuan utama dari diskusi ini mengajak anak-anak Amalia lebih memahami makna tanggungjawab dalam perspektif al-Quran

Tanggung jawab atas tingkah laku menurut al-Quran harus dibedakan antara laku manusia yang bersumber dari fitrahnya dan perbuatan yang sifatnya diusahakan (al-muktasab). Tingkah laku fitrah adalah perbuatan yang sumbernya dari naluri fitrahnya, yakni yang behubungan dengan sistem biopsikologi dan sifat-sifat hereditas dan bawaan sejak lahir, seperti cara menghisap susu ibu yang dilakukan oleh bayi, cara bernafas manusia, gerakan reflek seseorang dan perilaku lainnya yang sejenis itu.

Sedangkan tingkah laku yang diusahakan, (al-muktasab), adalah perbuatan yang bersumber dari gabungan pengetahuan dan pengalaman yang dipelajari manusia sejak lahir dan kemudian dijadikan kebiasaan. Jika dalam hal tingkah laku fitrah, manusia berbuat secara spontan tanpa mempertimbangkan untung rugi maupun maka dalam hal tingkah laku al-muktasab manusia memperhitungkan untung rugi, baik untung rugi yang bersifat dekat, duniawi, maupun untung rugi yang bersifat jauh ke belakang, ukhrawi, pahala dan dosa.

Seseorang dianggap bertanggungjawab dalam tingkah lakunya jika ia dapat mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu dan bersedia nenanggung resiko dari yang ia lakukan. Dalam perspektif inilah maka seorang Muslim yang bertanggungjawab tidak akan merendahkan agama sendiri maupun agama orang lain, tidak pula menyakiti dirinya atau orang lain.

Al-Quran memandang bahwa tingkah laku orang ingkar tidak percaya kepada Nabi atau mendustakan al-Quran merupakan tidak bertanggungjawab, karena tidak mempunyai pijakan yang kuat. Orang boleh mendustakan al-Quran jika sanggup membuktikan bahwa al-Qur'an itu karangan manusia yang tidak bernilai, oleh karena itu al-Quran menjawab tantangan orang yang tidak percaya untuk membuat yang setara, meskipun hanya satu surat atau satu ayat, seperti dijelaskan dalam surat Yunus / 10:38 . Keberanian ber-mubahalah seperti yang dipaparkan dalam surat Ali Imran / 3:61 juga merupakan tingkah laku tanggung jawab.

Sedangkan tingkah laku tidak bertanggungjawab adalam perbuatan yang tidak memperhitungkan akibat dari perbuatan itu. Al-Quran memberi contoh tingkah laku kaumnya Nabi Shaleh yang mengganggu unta mukjizat dan menantang datangnya azab Allah SWT seperti yang dijelaskan surat al-Araf / 7:77 sebagai perbuatan tidak bertanggungjawab, karena mereka melakukan penolakan ajaran Allah SWT sekaligus menantang Allah SWT tanpa terlebih dahulu berpikir secara jernih. Melecehkan sesembahan orang ingkar juga dipandang al-Quran sebagai perbuatan tidak bertanggungjawab, sebab jika seorang mukmin melecehkan atau mencaci maki tuhannya orang lain, maka mereka pasti akan membalas melecehkan Allah, yang dihormat oleh orang mukmin, karena setiap golongan memandang baik keyakinan sendiri, seperti ditulis pada surat al-Anam / 6:108.

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan (Q., s. al-Anam / 6:108).

Wassalam,
Agussyafii

-
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)', Minggu, tanggal 17 Mei 2009 dirumah Amalia. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431

2.

(catcil) Ketika Hidup Tidak Pasti

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Apr 2, 2009 2:40 am (PDT)

Ketika Hidup Tidak Pasti

By: agussyafii

Ketika hidup tidak pasti dan kian tidak menentu. banyak orang lupa diri. Berbagai cara dilakukannya untuk mencari penyelesaian, tapi bagi Pak Edi ujian hidup malah membuatnya rajin beribadah kepada Alloh SWT. Saya mengenal beberapa tahun yang lalu.

Pak Edi bertutur disaat usahanya bangkrut, istri sakit sampai anaknya tidak bisa sekolah karena tidak ada biaya. Dirinya mendengarkan tausyiah seorang ustadz dipengajian. Dalam tausiyahnya mengingatkan agar kembali kepada Alloh SWT sebab bagi seorang muslim apapun yang terjadi pada dirinya semua sudah kehendak Alloh semata.

Guncangan hidup yang dialaminya begitu berat. dia mengatakan untungnya cuman satu mas agus, saya tidak menjadi gila. Guncangan hidup itulah yang mendorong saya untuk sholat lebih awal, menambah dengan sholat dhuha, membaca al-Qur'an, bahkan saya hanya uang untuk makan sebulan, kami mengundang anak2 fakir miskin, anak2 yatim untuk makan bersama.

'Saya tidak memohon kepada Alloh SWT untuk menyelesaikan masalah saya. Saya hanya memanjatkan syukur atas semua karuniaNya.' Katanya dengan mata memerah. 'alhamdulillah, Alloh malah melimpahkan rizkinya dan menyembuhkan sakit istri saya serta anak-anak saya bisa sampai selesai kuliahnya.'

--
Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya (QS At-Thalaaq:3)

Wassalam,
agussyafii

-
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)', Minggu, tanggal 17 Mei 2009 dirumah Amalia. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431

3a.

Re: [alhamdulillah] bukuku QLoA go Internasional

Posted by: "moehan lho..." moehan_88@yahoo.com   moehan_88

Thu Apr 2, 2009 2:40 am (PDT)

ALhamdulillah..

selamat atas keberhasilannya yach??
mudah2an bukunya bermanfaat bagi kita semua,and mudah2an bisa nyusul juga, amin....

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, rusdin visioner <rusdin_kutubuku@...> wrote:
>
>
>
>
>
> Bukuku Quranic
> Law Of Attraction Go Internasional
>
>
> Alhamdulillah,
> terima kasih ya Allah, buku saya “Quranic Law of Attraction: Meraih Harapan
> Dengan Energi Ilahi (hikmah mizan)â€&#65533; telah diterjemahkan dalam bahasa Malaysia. Hari
> ini, buku saya tersebut sedikit dikupas dalam blog seorang pembaca dari
> Malaysia. Silahkan lihat di http://melorr.blogspot.com/2009/03/quranic-law-of-attraction-by-rusdin-s.html
>
>
>
> Terima kasih
> teman-teman atas doa-doanya. Terima kasih buat teman-teman FLP DKI Jakarta,
> teman-teman Sekolah Kehidupan, teman-teman penulis bestseller, dan pembaca
> buku-bukuku. Terima kasih ya Allah, telah Engkau mudahkan diri saya untuk
> menulis dan menulis.  
>
> http://rusdin.wordpress.com
>
>  
>
>  
>

3b.

Re: [alhamdulillah] bukuku QLoA go Internasional

Posted by: "rusdin_kutubuku" rusdin_kutubuku@yahoo.com   rusdin_kutubuku

Fri Apr 3, 2009 12:18 am (PDT)

amin. terima kasih banyak.Buat teman2 Sekolah Kehidupan yuk produktif berkarya...

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "moehan lho..." <moehan_88@...> wrote:
>
> ALhamdulillah..
>
> selamat atas keberhasilannya yach??
> mudah2an bukunya bermanfaat bagi kita semua,and mudah2an bisa nyusul juga, amin....
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, rusdin visioner <rusdin_kutubuku@> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> > Bukuku Quranic
> > Law Of Attraction Go Internasional
> >
> >
> > Alhamdulillah,
> > terima kasih ya Allah, buku saya “Quranic Law of Attraction: Meraih Harapan
> > Dengan Energi Ilahi (hikmah mizan)â€&#65533; telah diterjemahkan dalam bahasa Malaysia. Hari
> > ini, buku saya tersebut sedikit dikupas dalam blog seorang pembaca dari
> > Malaysia. Silahkan lihat di http://melorr.blogspot.com/2009/03/quranic-law-of-attraction-by-rusdin-s.html
> >
> >
> >
> > Terima kasih
> > teman-teman atas doa-doanya. Terima kasih buat teman-teman FLP DKI Jakarta,
> > teman-teman Sekolah Kehidupan, teman-teman penulis bestseller, dan pembaca
> > buku-bukuku. Terima kasih ya Allah, telah Engkau mudahkan diri saya untuk
> > menulis dan menulis.  
> >
> > http://rusdin.wordpress.com
> >
> >  
> >
> >  
> >
>

4.

[sejenak] sekilas tentang lugu

Posted by: "MIAU IMA" yory_2008@yahoo.com   yory_2008

Thu Apr 2, 2009 2:40 am (PDT)



mohon petunjuknya dari yang ahli

http://mioariefiansyah.wordpress.com/2009/04/02/sekilas-tentang-lugu/

Orangnya lugu.
Pembawaannyapun sederhana. Dia selalu memandang dunia ini apa adanya. Dia
selalu melihat orang-orang di sekelilingnya dengan penuh cinta. Tak pernah
ada  sedih ataupun duka. Dia selalu
memandang hidup ini dengan positif. Ya sesuai namanya, LUGU.

 

Saat ini dia
telah kehilangan semuanya. Harta, benda, semuanya sirna ditelan bencana. Bahkan
orang-orang yang dia cintaipun semuanya hilang entah kemana. Pergi ke alam baka
kah atau mungkin menghilang untuk sementara? Dia tak pernah tahu akan jawabnya.

 

Si LUGU sendiri
di dunia ini. Sebatang kara, tak satupun sanak saudara yang menemaninya.

 

Namun, lagi-lagi
si LUGU memandang peristiwa ini sebagai sebuah ujian dari Allah. Ujian atas
keimanannya selama ini. Dia tetap tersenyum, dia masih tetap bisa tertawa.

 

Dia ingin
merantau, ke negeri nun jauh di sana.
Toh di tempat ini dia juga sudah tidak punya apa-apa lagi, jadi buat apa tetap
bertahan di sini, begitu pikirnya.

 

Si LUGU, memulai
petualangannya. Diapun dengan semangat membara dan tanpa rasa malu sedikitpun
melakukan segala macam pekerjaan yang sekiranya dapat menyambung hidupnya.

 

Baginya, cacian
dan makian sudah biasa. Namun si LUGU tetaplah LUGU, yang tidak pernah mengeluh
sedikitpun, dia tak pernah berburuk sangka kepada manusia di sekitarnya,
sekalipun mereka menyakitinya. Si LUGU tetap berusaha mengejar impiannya,
walaupun di hatinya penuh dengan luka dan air mata, tapi dia tetap berusaha
tertawa dan berusaha agar bermanfaat bagi orang-orang di sekelilingnya. Dia
percaya suatu saat nanti Allah pasti akan membahagiakannya. Dia sangat percaya
itu. Kalau tidak percaya kepada Allah kepada siapa lagi memang, begitu
pikirnya.

 

LUGU LUGU,
mengapa di dunia ini masih ada orang seperti kamu.....ck ck ck

New Email names for you!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
5a.

[Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi)

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Apr 2, 2009 9:20 am (PDT)

Judul buku : *Let's Talk About… - Kumpulan
Kisah Inspiratif*

Penulis : Retnadi Nur'aini, Airin Nisa,
Shinta Anita Sari

Tebal : 191 halaman

Genre : Chicken soup – non fiksi

Penerbit : Halaman Moeka Publishing

Cetakan : Pertama, Februari 2009

ISBN : 978-979-19351-0-4

Resensi oleh : Lia Octavia

*Ketika Para Sahabat Berbincang*

No man is an island - Dalam kehidupan ini, tidak ada seorang pun yang dapat
hidup sendiri. Karena manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial. Selalu
ada orang-orang yang mengelilingi dan menjadi bagian dalam runtutan kisah,
sejarah, dan perjalanan hidup seseorang. Menjadikan setiap peristiwa penuh
canda dan tawa, juga duka dan air mata. Peristiwa-peristiwa yang
mendewasakan seseorang dari hari ke hari. Peristiwa-peristiwa penuh hikmah.
Demikian juga yang dialami Retno, Ain, dan Shinta. Ketiga sahabat yang
sedang berbincang-bincang di dalam buku ini.

Apa saja yang dibicarakan ketiga sahabat ini ketika mereka sedang bertemu?
Perbincangan yang santai sembari minum kopi di sebuah kafe, misalnya, tentu
saja dengan meminggirkan topik-topik yang berat dan membuat kening berkerut.
Apakah bergosip membicarakan info terkini mengenai bintang film kesayangan?
Tidak. Mereka tidak bertukar ramalan cuaca, apakah hari ini akan cerah atau
hujan. Mereka juga tidak membicarakan apa model pakaian yang sedang
ngetrend. Tidak sama sekali. Mereka berbincang mengenai esensi dari
persahabatan, keluarga, cinta dan pernikahan, serta keajaiban-keajaiban yang
terjadi dalam hidup. Hikmah-hikmah di balik berbagai fenomena kehidupan yang
dialami.

*Berbincang tentang persahabatan*

Sahabat bukanlah orang yang selalu membenarkan tindakanmu, namun sahabat
adalah orang yang senantiasa menuntunmu untuk melakukan tindakan yang benar.
Pada merekalah berbagai kisah dimulai. Seperti bagaimana mereka bertemu,
berinteraksi, dan melewati hari-hari. Bukan sebuah hal yang mudah untuk
saling mengerti dan memahami, namun juga bukan hal yang sulit untuk dijalani
oleh Retnadi Nur'aini, Citra, Ain, Yena, dan Shinta.

Dalam tujuh tahun usia persahabatan mereka, telah terangkai kisah bagaimana
mereka bertemu, bertengkar, lalu bertengkar lagi, namun kemudian
masing-masing berusaha belajar untuk saling memahami bahwa kekurangan yang
satu adalah kelebihan yang lainnya. Bagaimana sebuah sms atau chatting yang
sederhana dapat merubah segalanya. Mengharukan, kocak, ringan. Pengalaman
yang mungkin telah dialami banyak orang, namun sedikit sekali yang bisa
menghargai, merawat, dan memupuk benih hingga menjadi pohon persahabatan
yang rindang dan kokoh. Dalam kisah-kisah persahabatan mereka yang
sederhana, mereka telah menemukan inti dari arti persahabatan itu sendiri.

*Berbincang tentang keluarga*

* *

Orang pertama yang diperbincangkan adalah ibu. Ibu yang merupakan sekolah
pertama bagi ketiga sahabat ini, tak ayal lagi merupakan sosok yang sangat
dicintai dan dihormati. Dari ibu lah, mereka belajar tentang cinta,
kesetiaan, pengorbanan, dan bagaimana mengenal Sang Penciptanya. Dan dari
ibu juga, mereka belajar memupuk mimpi akan masa depan mereka, bagaimana
menjadi orang tua yang baik; ibu bagi anak-anak mereka kelak.

Mereka juga berbincang tentang orang tua yang seringkali mereka tidak
mengerti atas sikap dan tindakan mereka. Berusaha mengerti mengapa orang tua
melarang anak gadisnya pergi hingga larut malam. Berusaha memahami
kekhawatiran mereka. Berusaha menempatkan pandangan mereka pada sisi sebagai
orang tua. Tak pelak lagi, melalui kisah-kisah yang mereka alami bersama
orang tua, mereka belajar dan berlatih untuk menjadi orang tua yang baik
kelak.

*Berbincang tentang cinta dan keluarga*

Cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Seribu satu kisah cinta yang
dialami seakan tak ada habisnya untuk diceritakan. Tentang mencintai,
pelajaran cinta pertama, pengkhianatan, impian, pengharapan, dan pernikahan.
Ketiga sahabat ini berbagi pengalaman saat jatuh cinta, saat membangun mimpi
dan harapan, juga bagaimana mereka mempersiapkan diri menuju gerbang
pernikahan. Semua ketakutan dan kekhawatiran yang dialami
perempuan-perempuan muda, tercurah di dalam kisah-kisah mereka. Belajar
mengenal cinta dan hakekat cinta itu sendiri. Cinta memang tak pernah
berhenti bicara hingga manusia itu mengenal siapa dirinya sendiri.

*Berbincang tentang keajaiban-keajaiban dalam hidup*

Setiap peristiwa selalu mengubah segalanya. Yang semula statis menjadi
dinamis. Yang semula diam menjadi bergerak. Yang semula murid menjadi guru.
Ketiga sahabat ini berbincang mengenai keajaiban yang mereka alami saat
bersedekah, saat menjahitkan baju pada seorang penjahit sederhana, bahkan
saat melakukan rutinitas kegiatan di pagi hari. Kejadian-kejadian yang biasa
menjadi luar biasa ketika diperbincangkan. Pelajaran yang hanya didapat dari
sekolah kehidupan. Airin Nisa dan Shinta menuliskan beberapa puisi indah
mereka pada bagian ini.

******

Buku yang berisi kisah-kisah inspiratif ini ditulis oleh tiga sahabat yaitu
Retnadi Nur'aini, Airin Nisa, dan Shinta Anita.

Retnadi Nur'aini atau Retno lahir di Jakarta, 6 Mei 1984. Tulisan-tulisannya
telah dimuat di Republika Ahad, Parents Guide, Kawanku, Femina, dll. Ia
gemar menulis, melukis, dan membuat kolase. Lulusan Komunikasi Massa
Universitas Indonesia tahun 2006 ini kini tinggal bersama Catur Sukono,
suaminya, di Ciawi.

Airin Nisa lahir di Singapura, 23 Januari 1985. Lulusan jurusan ilmu
komunikasi Universitas Indonesia tahun 2002 itu kini berprofesi sebagai
Konsultan Public Relations di sebuah perusahaan swasta. Menulis adalah
hobinya sejak dibangku sekolah dasar.

Shinta Anita lahir di Jakarta, 19 April 1984. Kegemaran menulis
mempertemukannya dengan Ain dan Retno dalam redaksi majalah jurusan
Komunikasi Universitas Indonesia. Sempat bekerja di sebuah agen perjalanan
khusus TKI di Korea Selatan, kini Shinta tinggal di Singapura bersama
keluarga kecilnya dan terus menulis.

Seluruh kisah-kisah yang terangkum dalam buku ini adalah kisah-kisah ringan
dan segar serta inspiratif yang mereka perbincangkan dan mereka bagi bersama
saat bersantai, sambil minum kopi atau makan kudapan. Cerita yang telah
menjadi bagian dari hidup mereka bertiga dimana melalui kisah-kisah yang
mereka perbincangkan inilah mereka menjadi dewasa dan bijak dalam memaknai
hidup.

Jakarta, 2 April 2009 at 11.00 p.m.

Dipersembahkan untuk Mbak Retno, Mbak Ain, Mbak Shinta, dengan penuh cinta…

http://mutiaracinta.multiply.com

*******
5b.

Re: [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi)

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Apr 2, 2009 5:22 pm (PDT)

duh, manisnya resensi ini mbak lia.
buku sederhana kami rasanya bahkan tidak bercerita dgn cara seindah mbak lia menuliskan resensi ini, mbak lia.
terima kasih ya, utk berkenan membaca & menuliskan review indah ini.
it means a lot to me :)

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Lia Octavia <liaoctavia@...> wrote:
>
> Judul buku : *Let's Talk About… - Kumpulan
> Kisah Inspiratif*
>
> Penulis : Retnadi Nur'aini, Airin Nisa,
> Shinta Anita Sari
>
> Tebal : 191 halaman
>
> Genre : Chicken soup – non fiksi
>
> Penerbit : Halaman Moeka Publishing
>
> Cetakan : Pertama, Februari 2009
>
> ISBN : 978-979-19351-0-4
>
>
>
> Resensi oleh : Lia Octavia
>
>
>
>
>
> *Ketika Para Sahabat Berbincang*
>
>
>
>
>
> No man is an island - Dalam kehidupan ini, tidak ada seorang pun yang dapat
> hidup sendiri. Karena manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial. Selalu
> ada orang-orang yang mengelilingi dan menjadi bagian dalam runtutan kisah,
> sejarah, dan perjalanan hidup seseorang. Menjadikan setiap peristiwa penuh
> canda dan tawa, juga duka dan air mata. Peristiwa-peristiwa yang
> mendewasakan seseorang dari hari ke hari. Peristiwa-peristiwa penuh hikmah.
> Demikian juga yang dialami Retno, Ain, dan Shinta. Ketiga sahabat yang
> sedang berbincang-bincang di dalam buku ini.
>
>
>
> Apa saja yang dibicarakan ketiga sahabat ini ketika mereka sedang bertemu?
> Perbincangan yang santai sembari minum kopi di sebuah kafe, misalnya, tentu
> saja dengan meminggirkan topik-topik yang berat dan membuat kening berkerut.
> Apakah bergosip membicarakan info terkini mengenai bintang film kesayangan?
> Tidak. Mereka tidak bertukar ramalan cuaca, apakah hari ini akan cerah atau
> hujan. Mereka juga tidak membicarakan apa model pakaian yang sedang
> ngetrend. Tidak sama sekali. Mereka berbincang mengenai esensi dari
> persahabatan, keluarga, cinta dan pernikahan, serta keajaiban-keajaiban yang
> terjadi dalam hidup. Hikmah-hikmah di balik berbagai fenomena kehidupan yang
> dialami.
>
>
>
> *Berbincang tentang persahabatan*
>
>
>
> Sahabat bukanlah orang yang selalu membenarkan tindakanmu, namun sahabat
> adalah orang yang senantiasa menuntunmu untuk melakukan tindakan yang benar.
> Pada merekalah berbagai kisah dimulai. Seperti bagaimana mereka bertemu,
> berinteraksi, dan melewati hari-hari. Bukan sebuah hal yang mudah untuk
> saling mengerti dan memahami, namun juga bukan hal yang sulit untuk dijalani
> oleh Retnadi Nur'aini, Citra, Ain, Yena, dan Shinta.
>
>
>
> Dalam tujuh tahun usia persahabatan mereka, telah terangkai kisah bagaimana
> mereka bertemu, bertengkar, lalu bertengkar lagi, namun kemudian
> masing-masing berusaha belajar untuk saling memahami bahwa kekurangan yang
> satu adalah kelebihan yang lainnya. Bagaimana sebuah sms atau chatting yang
> sederhana dapat merubah segalanya. Mengharukan, kocak, ringan. Pengalaman
> yang mungkin telah dialami banyak orang, namun sedikit sekali yang bisa
> menghargai, merawat, dan memupuk benih hingga menjadi pohon persahabatan
> yang rindang dan kokoh. Dalam kisah-kisah persahabatan mereka yang
> sederhana, mereka telah menemukan inti dari arti persahabatan itu sendiri.
>
>
>
> *Berbincang tentang keluarga*
>
> * *
>
> Orang pertama yang diperbincangkan adalah ibu. Ibu yang merupakan sekolah
> pertama bagi ketiga sahabat ini, tak ayal lagi merupakan sosok yang sangat
> dicintai dan dihormati. Dari ibu lah, mereka belajar tentang cinta,
> kesetiaan, pengorbanan, dan bagaimana mengenal Sang Penciptanya. Dan dari
> ibu juga, mereka belajar memupuk mimpi akan masa depan mereka, bagaimana
> menjadi orang tua yang baik; ibu bagi anak-anak mereka kelak.
>
>
>
> Mereka juga berbincang tentang orang tua yang seringkali mereka tidak
> mengerti atas sikap dan tindakan mereka. Berusaha mengerti mengapa orang tua
> melarang anak gadisnya pergi hingga larut malam. Berusaha memahami
> kekhawatiran mereka. Berusaha menempatkan pandangan mereka pada sisi sebagai
> orang tua. Tak pelak lagi, melalui kisah-kisah yang mereka alami bersama
> orang tua, mereka belajar dan berlatih untuk menjadi orang tua yang baik
> kelak.
>
>
>
> *Berbincang tentang cinta dan keluarga*
>
>
>
> Cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Seribu satu kisah cinta yang
> dialami seakan tak ada habisnya untuk diceritakan. Tentang mencintai,
> pelajaran cinta pertama, pengkhianatan, impian, pengharapan, dan pernikahan.
> Ketiga sahabat ini berbagi pengalaman saat jatuh cinta, saat membangun mimpi
> dan harapan, juga bagaimana mereka mempersiapkan diri menuju gerbang
> pernikahan. Semua ketakutan dan kekhawatiran yang dialami
> perempuan-perempuan muda, tercurah di dalam kisah-kisah mereka. Belajar
> mengenal cinta dan hakekat cinta itu sendiri. Cinta memang tak pernah
> berhenti bicara hingga manusia itu mengenal siapa dirinya sendiri.
>
>
>
> *Berbincang tentang keajaiban-keajaiban dalam hidup*
>
>
>
> Setiap peristiwa selalu mengubah segalanya. Yang semula statis menjadi
> dinamis. Yang semula diam menjadi bergerak. Yang semula murid menjadi guru.
> Ketiga sahabat ini berbincang mengenai keajaiban yang mereka alami saat
> bersedekah, saat menjahitkan baju pada seorang penjahit sederhana, bahkan
> saat melakukan rutinitas kegiatan di pagi hari. Kejadian-kejadian yang biasa
> menjadi luar biasa ketika diperbincangkan. Pelajaran yang hanya didapat dari
> sekolah kehidupan. Airin Nisa dan Shinta menuliskan beberapa puisi indah
> mereka pada bagian ini.
>
>
>
>
>
> ******
>
> Buku yang berisi kisah-kisah inspiratif ini ditulis oleh tiga sahabat yaitu
> Retnadi Nur'aini, Airin Nisa, dan Shinta Anita.
>
>
>
> Retnadi Nur'aini atau Retno lahir di Jakarta, 6 Mei 1984. Tulisan-tulisannya
> telah dimuat di Republika Ahad, Parents Guide, Kawanku, Femina, dll. Ia
> gemar menulis, melukis, dan membuat kolase. Lulusan Komunikasi Massa
> Universitas Indonesia tahun 2006 ini kini tinggal bersama Catur Sukono,
> suaminya, di Ciawi.
>
>
>
> Airin Nisa lahir di Singapura, 23 Januari 1985. Lulusan jurusan ilmu
> komunikasi Universitas Indonesia tahun 2002 itu kini berprofesi sebagai
> Konsultan Public Relations di sebuah perusahaan swasta. Menulis adalah
> hobinya sejak dibangku sekolah dasar.
>
>
>
> Shinta Anita lahir di Jakarta, 19 April 1984. Kegemaran menulis
> mempertemukannya dengan Ain dan Retno dalam redaksi majalah jurusan
> Komunikasi Universitas Indonesia. Sempat bekerja di sebuah agen perjalanan
> khusus TKI di Korea Selatan, kini Shinta tinggal di Singapura bersama
> keluarga kecilnya dan terus menulis.
>
>
>
> Seluruh kisah-kisah yang terangkum dalam buku ini adalah kisah-kisah ringan
> dan segar serta inspiratif yang mereka perbincangkan dan mereka bagi bersama
> saat bersantai, sambil minum kopi atau makan kudapan. Cerita yang telah
> menjadi bagian dari hidup mereka bertiga dimana melalui kisah-kisah yang
> mereka perbincangkan inilah mereka menjadi dewasa dan bijak dalam memaknai
> hidup.
>
>
>
>
>
> Jakarta, 2 April 2009 at 11.00 p.m.
>
> Dipersembahkan untuk Mbak Retno, Mbak Ain, Mbak Shinta, dengan penuh cinta…
>
>
> http://mutiaracinta.multiply.com
>
>
>
>
> *******
>

5c.

mhn info

Posted by: "reikha lila" reikhalila@yahoo.co.id   reikhalila

Fri Apr 3, 2009 12:51 am (PDT)

mba lia or moderator sekolah kehidupan ada lagi ga ato kapan lagi ada pengumuman lomba menulis. sangat d tungga ya.

trimakasih.
lila

________________________________
Dari: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
Kepada: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Terkirim: Kamis, 2 April, 2009 23:19:59
Topik: [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi)

Judul buku                                : Let´s Talk About... - Kumpulan Kisah Inspiratif
Penulis                                      : Retnadi Nur´aini, Airin Nisa, Shinta Anita Sari
Tebal                                        : 191 halaman
Genre                                       : Chicken soup - non fiksi
Penerbit                                    : Halaman Moeka Publishing
Cetakan                                   : Pertama, Februari 2009
ISBN                                       : 978-979-19351- 0-4
 
Resensi oleh                             : Lia Octavia
 
 
Ketika Para Sahabat Berbincang
 
 
No man is an island - Dalam kehidupan ini, tidak ada seorang pun yang dapat hidup sendiri. Karena manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial. Selalu ada orang-orang yang mengelilingi dan menjadi bagian dalam runtutan kisah, sejarah, dan perjalanan hidup seseorang. Menjadikan setiap peristiwa penuh canda dan tawa, juga duka dan air mata. Peristiwa-peristiwa yang mendewasakan seseorang dari hari ke hari. Peristiwa-peristiwa penuh hikmah. Demikian juga yang dialami Retno, Ain, dan Shinta. Ketiga sahabat yang sedang berbincang-bincang di dalam buku ini.
 
Apa saja yang dibicarakan ketiga sahabat ini ketika mereka sedang bertemu? Perbincangan yang santai sembari minum kopi di sebuah kafe, misalnya, tentu saja dengan meminggirkan topik-topik yang berat dan membuat kening berkerut. Apakah bergosip membicarakan info terkini mengenai bintang film kesayangan? Tidak. Mereka tidak bertukar ramalan cuaca, apakah hari ini akan cerah atau hujan. Mereka juga tidak membicarakan apa model pakaian yang sedang ngetrend. Tidak sama sekali. Mereka berbincang mengenai esensi dari persahabatan, keluarga, cinta dan pernikahan, serta keajaiban-keajaiban yang terjadi dalam hidup. Hikmah-hikmah di balik berbagai fenomena kehidupan yang dialami.
 
Berbincang tentang persahabatan
 
Sahabat bukanlah orang yang selalu membenarkan tindakanmu, namun sahabat adalah orang yang senantiasa menuntunmu untuk melakukan tindakan yang benar. Pada merekalah berbagai kisah dimulai. Seperti bagaimana mereka bertemu, berinteraksi, dan melewati hari-hari. Bukan sebuah hal yang mudah untuk saling mengerti dan memahami, namun juga bukan hal yang sulit untuk dijalani oleh Retnadi Nur´aini, Citra, Ain, Yena, dan Shinta.
 
Dalam tujuh tahun usia persahabatan mereka, telah terangkai kisah bagaimana mereka bertemu, bertengkar, lalu bertengkar lagi, namun kemudian masing-masing berusaha belajar untuk saling memahami bahwa kekurangan yang satu adalah kelebihan yang lainnya. Bagaimana sebuah sms atau chatting yang sederhana dapat merubah segalanya.  Mengharukan, kocak, ringan. Pengalaman yang mungkin telah dialami banyak orang, namun sedikit sekali yang bisa menghargai, merawat, dan memupuk benih hingga menjadi pohon persahabatan yang rindang dan kokoh. Dalam kisah-kisah persahabatan mereka yang sederhana, mereka telah menemukan inti dari arti persahabatan itu sendiri.
 
Berbincang tentang keluarga
 
Orang pertama yang diperbincangkan adalah ibu. Ibu yang merupakan sekolah pertama bagi ketiga sahabat ini, tak ayal lagi merupakan sosok yang sangat dicintai dan dihormati. Dari ibu lah, mereka belajar tentang cinta, kesetiaan, pengorbanan, dan bagaimana mengenal Sang Penciptanya. Dan dari ibu juga, mereka belajar memupuk mimpi akan masa depan mereka, bagaimana menjadi orang tua yang baik; ibu bagi anak-anak mereka kelak.
 
Mereka juga berbincang tentang orang tua yang seringkali mereka tidak mengerti atas sikap dan tindakan mereka. Berusaha mengerti mengapa orang tua melarang anak gadisnya pergi hingga larut malam. Berusaha memahami kekhawatiran mereka. Berusaha menempatkan pandangan mereka pada sisi sebagai orang tua. Tak pelak lagi, melalui kisah-kisah yang mereka alami bersama orang tua, mereka belajar dan berlatih untuk menjadi orang tua yang baik kelak.
 
Berbincang tentang cinta dan keluarga
 
Cinta selalu menarik untuk diperbincangkan. Seribu satu kisah cinta yang dialami seakan tak ada habisnya untuk diceritakan. Tentang mencintai, pelajaran cinta pertama, pengkhianatan, impian, pengharapan, dan pernikahan. Ketiga sahabat ini berbagi pengalaman saat jatuh cinta, saat membangun mimpi dan harapan, juga bagaimana mereka mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Semua ketakutan dan kekhawatiran yang dialami perempuan-perempuan muda, tercurah di dalam kisah-kisah mereka. Belajar mengenal cinta dan hakekat cinta itu sendiri. Cinta memang tak pernah berhenti bicara hingga manusia itu mengenal siapa dirinya sendiri.
 
Berbincang tentang keajaiban-keajaiban dalam hidup
 
Setiap peristiwa selalu mengubah segalanya. Yang semula statis menjadi dinamis. Yang semula diam menjadi bergerak. Yang semula murid menjadi guru. Ketiga sahabat ini berbincang mengenai keajaiban yang mereka alami saat bersedekah, saat menjahitkan baju pada seorang penjahit sederhana, bahkan saat melakukan rutinitas kegiatan di pagi hari. Kejadian-kejadian yang biasa menjadi luar biasa ketika diperbincangkan. Pelajaran yang hanya didapat dari sekolah kehidupan. Airin Nisa dan Shinta menuliskan beberapa puisi indah mereka pada bagian ini.  
 
 
******
Buku yang berisi kisah-kisah inspiratif ini ditulis oleh tiga sahabat yaitu Retnadi Nur´aini, Airin Nisa, dan Shinta Anita.
 
Retnadi Nur´aini atau Retno lahir di Jakarta, 6 Mei 1984. Tulisan-tulisannya telah dimuat di Republika Ahad, Parents Guide, Kawanku, Femina, dll. Ia gemar menulis, melukis, dan membuat kolase. Lulusan Komunikasi Massa Universitas Indonesia tahun 2006 ini kini tinggal bersama Catur Sukono, suaminya, di Ciawi.
 
Airin Nisa lahir di Singapura, 23 Januari 1985. Lulusan jurusan ilmu komunikasi Universitas Indonesia tahun 2002 itu kini berprofesi sebagai Konsultan Public Relations di sebuah perusahaan swasta. Menulis adalah hobinya sejak dibangku sekolah dasar..
 
Shinta Anita lahir di Jakarta, 19 April 1984. Kegemaran menulis mempertemukannya dengan Ain dan Retno dalam redaksi majalah jurusan Komunikasi Universitas Indonesia. Sempat bekerja di sebuah agen perjalanan khusus TKI di Korea Selatan, kini Shinta tinggal di Singapura bersama keluarga kecilnya dan terus menulis.
 
Seluruh kisah-kisah yang terangkum dalam buku ini adalah kisah-kisah ringan dan segar serta inspiratif yang mereka perbincangkan dan mereka bagi bersama saat bersantai, sambil minum kopi atau makan kudapan. Cerita yang telah menjadi bagian dari hidup mereka bertiga dimana melalui kisah-kisah yang mereka perbincangkan inilah mereka menjadi dewasa dan bijak dalam memaknai hidup. 
 
 
Jakarta, 2 April 2009 at 11.00 p.m.
Dipersembahkan untuk Mbak Retno, Mbak Ain, Mbak Shinta, dengan penuh cinta...
 
 http://mutiaracinta .multiply. com

 
*******

Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga! http://id.messenger.yahoo.com
6a.

CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "indra purnama" indrakun@yahoo.com   indrakun

Thu Apr 2, 2009 11:22 am (PDT)


Surat Buat
Bapak

 
 
 
"Dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (QS 94:8)
 
Sebut
saja namaku Sapoendi. Ibu bilang namaku mengandung kisah
mengenai
bapak,
yang seingatku belum pernah ku tatap
wajahnya. Walaupun menurut
ibu, satu kali aku pernah bertemu
dengannya tapi itu tak pernah membekas di benakku. 
"Bapak
teh sabenerna kungsi sakali nepungan hidep. Tapi ngan ukur sapoe."
(Bapakmu
sebenarnya pernah sekali menemuimu nak. Tapi cuma sehari saja)
"Iya,
tapi kapan itu Bu?."
      "Bapakmu seorang tentara, dan ia sering
ditugaskan kemana-mana..."
Mengalirlah
cerita ibu mengenai masa lalunya. Kenangan bersama bapak jelas tergambar dari
untaian kata-katanya. Walau tak
tampak
airmata
yang mengiringi alunan kisahnya tapi haru biru tergambar jelas
disana.
      Bapak pernah menemuiku beberapa hari
setelah aku lahir, itu menurut ibu. Tapi karena tugas, Bapak hanya sempat berada
disampingku sehari saja. Sapoe (sehari) dan Ndi (nama kecilku), sehingga aku
dinamai Sapoendi. Sungguh nama yang bermakna.
      Lebih dari 25 tahun sejak kepergian bapak.
Sekian lama juga aku sudah berusaha mencarinya. Tapi karena minimnya informasi
yang kumiliki mengenai keberadaannya sangat sulit sekali untuk mencari
jejaknya.
Saat
itu aku sudah bekerja dan tinggal di daerah Jakarta. Suatu hari ibu datang untuk menjengukku
dari Tasik
Malaya, kampung halamanku di tatar Sunda sana. Aku sungguh sangat
beruntung memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian dengan curahan kasih
sayangnya yang tak bertepi. Walaupun hati kecilku tetap saja merindukan sosok
bapak yang belum pernah kutemui. Ingin rasanya bertemu dengannya barang
sekejap.
Bukan ingin mempertanyakan ketiadaannya disisiku selama ini tapi paling tidak
ingin rasanya kutahu bahwa aku pun memiliki seorang bapak yang telah berjasa
menghadirkanku ke dunia penuh warna ini.
"Apa
kita coba kirim surat saja ya Bu?" usulku mantap.
"Iya,
tapi alamatnya pun ibu tidak punya. Ibu hanya tahu bapakmu berada di Sukabumi.
Apa mungkin bisa sampai?" jawabnya ragu.
"Insya
Allah, kersaning
Gusti Allah Bu."  (Insya
Allah, Allah
berkehendak
Bu)
Dengan berharap
pertolongan-Nya akhirnya aku menulis surat untuk bapak. Didalam surat kutuliskan panca kaki (sejarah jati diriku) dan
segenap rasa rindu akan kehadirannya. Disampul surat hanya kutulis nama bapak yakni Junaedi
dan alamatnya pun hanya kutuliskan 'Sukabumi' saja. Sebuah surat yang aku sendiripun
sebenarnya ragu apakah bisa sampai kepada bapak atau
tidak.
Secara logika mungkin bisa
dipastikan surat
itu tidak akan sampai ke tujuan. Selain memang daerah Sukabumi itu luas dan nama
Junaedi pun bisa dikatakan merupakan nama orang Sunda yang 'pasaran' sehingga
kemungkinan akan banyak sekali orang yang bernama sama. Sepertinya akan menjadi
beban berat buat Pak Pos dalam mencari keberadaannya. Ibarat pepatah 'bagai
mencari jarum ditumpukan jerami'. Hampir mustahil.
Tapi tekadku
sudah mantap. Aku sungguh yakin akan kebesaran-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin
bagi-Nya. Yang penting sebagai manusia aku harus ikhlas berdo'a dan
berusaha
sepenuh hati.
Hasilnya kuserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.
Dengan segenap asa
kuhitung hari. 3 Minggu berselang sejak kukirimkan surat itu melalui Pos. Ibu
sepertinya sudah tidak terlalu banyak berharap. Malahan esok rencananya
beliau akan kembali ke Tasik Malaya."Teu betah" (gak kerasan)
katanya.
"Asa moal mungkin Jang,
pan Sukabumi teh lega. Tur nu ngaranna Junaedi teh pasti loba lain ngan saurang
wae." (Rasanya tidak mungkin
Nak, Sukabumi itu kan luas. Lagi pula yang bernama Junaedi pasti
banyak bukan hanya seorang.)
Memang betul apa yang
dikatakan ibu. Keraguannya dan mungkin juga keraguan semua orang hampir saja
mengikis keyakinanku. Tapi aku tak pernah berhenti berharap. Tuhan tak akan
menyia-nyiakan harapan hambanya. Aku tetap yakin akan kekuasaan-Nya. Setelah
penantian panjang selama ini dan informasi yang memang sangat minim untuk
bertemu dengan bapak, apalah lagi yang bisa kuharapkan selain pertolongan-Nya
saja?.
Sungguh Allah memang tidak
pernah menyia-nyiakan harapan hambanya. Akhirnya tibalah hari bersejarah itu.
Persis 3 minggu setelah surat itu kukirimkan 'keajaiban' itu datang.

"Pak, di warung rokok
ujung jalan sana
ada seorang bapak tua berwajah mirip sama Bapak." Satpam perusahaan yang baru
kembali dari membeli rokok tiba-tiba mendatangiku.
"Ah yang bener Din?" aku
menanggapinya sambil tersenyum.
"Bener Pak, mirip banget.
Kalau gak percaya Bapak samperin aja ke warung itu. Katanya dia lagi nyari
anaknya."
Deg, hatiku berdegup
kencang. Mungkin kah?. Aku berharap sangat. Tanpa pikir panjang aku segera
bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkannya.
Saat itu senja menjelang
Ashar, mungkin sekitar jam 3-an. Mendung yang menyelimuti Jakarta sedari pagi mulai
mengirimkan rintiknya. Seakan gerimisnya ingin turut berbahagia mengiringi
pertemuan anak dan bapak yang telah puluhan tahun tak
bersua.
      Benar saja, di warung rokok yang
ditunjukkan udin aku segera bisa menemukan seorang bapak yang memang berwajah
mirip denganku. Tanpa pikir panjang aku segera mendatanginya.

"Pak Junaedi?" begitu saja
aku bertanya kepada lelaki tua itu.
"Betul. Ini siapa ya?"
jawabnya sigap sambil menatapku lekat.
"Saya Sapoendi Pak, anak
Bapak yang mengirim surat tempo hari" segera kuraih tangannya untuk
bersalaman.
Walaupun baru bertemu aku
tidak merasa asing kepadanya. Entah apa yang dirasakan bapak waktu itu, aku tak
bisa menebaknya. Mungkin sepertiku berkecamuknya rasa didada tak bisa terwakili
oleh kata. Hanya bersalaman, kemudian mengobrol layaknya orang yang berpisah
satu dua tahun saja. Tidak ada airmata atau dekapan
hangat. 
      "Bapak harus ikut ke rumah Ndi sekarang"
pintaku.
      "Jangan takut Pak, tidak ada Ibu kok" aku
berusaha menepis keraguan yang terlukis di wajahnya.
Begitu pula bapak akhirnya
bertemu dengan ibu. Seperti aku, ibu juga tidak menampakkan reaksi yang luar
biasa seperti layaknya orang yang tidak bertemu puluhan tahun. Sepertinya
kebahagiaan memang tidak selalu tergambar dengan deraian air mata. Allah telah
mengabulkan do'aku untuk bisa bertemu dengan bapak. Atas kuasa-Nya akhirnya
surat itu bisa
sampai ke tangan bapak.
      Menurut penuturan bapak, suratku datang
kepadanya melalui tetangganya yang bekerja di kantor Telekomunikasi (sekarang
Telkom), yang mana tetangganya mendapatkan surat itu karena dititipi oleh temannya yakni
pak Pos yang kebingungan mencari orang yang dituju oleh suratku itu.

Padahal walaupun
sebenarnya nama bapak memang Junaedi, tapi di lingkungan tempat tinggalnya dia
lebih dikenal dengan nama Edi. Dan tetangga nya yang orang telkom itu pun
sebenarnya kebingungan juga mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Tapi
entah mengapa tetangga bapak itu memberikan surat itu kepada bapak.  
Tetangga bapak meminta
bapak untuk mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Sedangkan bapak, setelah
menerima surat
itu pun bingung harus berbuat apa. Walaupun bapak merasa seperti mengenal nama
pengirimnya yakni aku, Sapoendi tapi bapak takut jika salah
orang.
Tapi entah mengapa sore
itu terasa ada dorongan yang sangat kuat didalam hatinya sehingga bapak akhirnya
memberanikan diri untuk membaca surat itu. Yang pada akhirnya menghantarkannya
untuk bertemu dengan aku, siempunya surat itu yang ternyata anak kandungnya sendiri
yang sedang mencari-cari keberadaaanya.
      Apakah hanya suatu kebetulan belaka jika
surat itu sampai
ke tangan bapak?. Aku rasa tidak. Aku sangat yakin Allah telah mengatur semuanya
sehingga surat itu bisa sampai kepada bapak melalui tangan orang-orang yang
ditunjuknya. 'God work in a misterious way'. Yang manusia perlu lakukan
adalah berdo'a dengan sepenuh hati, berusaha semaksimal mungkin dan benar-benar
yakin akan pertolongan-Nya. Allah Swt pasti tidak akan menyia-nyiakan harapan
hamba-Nya.
 
 
* * * *
*
 
 
*) Dikisahkan kembali berdasarkan kisah nyata
seorang sahabat yang terjadi sekitar ditahun 1978.

6b.

Re: CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Thu Apr 2, 2009 3:38 pm (PDT)

Subhanallah...
suguhan pagi yang indah :)

Terima kasih sudah membaginya, mas Indra..

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, indra purnama <indrakun@...> wrote:
>
>
> Surat Buat
> Bapak
>
> Â
> Â
> Â
> "Dan
> hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (QS 94:8)
> Â
> Sebut
> saja namaku Sapoendi. Ibu bilang namaku mengandung kisah
> mengenai
> bapak,
> yang seingatku belum pernah ku tatap
> wajahnya. Walaupun menurut
> ibu, satu kali aku pernah bertemu
> dengannya tapi itu tak pernah membekas di benakku.Â
> "Bapak
> teh sabenerna kungsi sakali nepungan hidep. Tapi ngan ukur sapoe."
> (Bapakmu
> sebenarnya pernah sekali menemuimu nak. Tapi cuma sehari saja)
> "Iya,
> tapi kapan itu Bu?."
> Â Â Â Â Â "Bapakmu seorang tentara, dan ia sering
> ditugaskan kemana-mana..."
> Mengalirlah
> cerita ibu mengenai masa lalunya. Kenangan bersama bapak jelas tergambar dari
> untaian kata-katanya. Walau tak
> tampak
> airmata
> yang mengiringi alunan kisahnya tapi haru biru tergambar jelas
> disana.
>      Bapak pernah menemuiku beberapa hari
> setelah aku lahir, itu menurut ibu. Tapi karena tugas, Bapak hanya sempat berada
> disampingku sehari saja. Sapoe (sehari) dan Ndi (nama kecilku), sehingga aku
> dinamai Sapoendi. Sungguh nama yang bermakna.
> Â Â Â Â Â Lebih dari 25 tahun sejak kepergian bapak.
> Sekian lama juga aku sudah berusaha mencarinya. Tapi karena minimnya informasi
> yang kumiliki mengenai keberadaannya sangat sulit sekali untuk mencari
> jejaknya.
> Saat
> itu aku sudah bekerja dan tinggal di daerah Jakarta. Suatu hari ibu datang untuk menjengukku
> dari Tasik
> Malaya, kampung halamanku di tatar Sunda sana. Aku sungguh sangat
> beruntung memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian dengan curahan kasih
> sayangnya yang tak bertepi. Walaupun hati kecilku tetap saja merindukan sosok
> bapak yang belum pernah kutemui. Ingin rasanya bertemu dengannya barang
> sekejap.
> Bukan ingin mempertanyakan ketiadaannya disisiku selama ini tapi paling tidak
> ingin rasanya kutahu bahwa aku pun memiliki seorang bapak yang telah berjasa
> menghadirkanku ke dunia penuh warna ini.
> “Apa
> kita coba kirim surat saja ya Bu?” usulku mantap.
> “Iya,
> tapi alamatnya pun ibu tidak punya. Ibu hanya tahu bapakmu berada di Sukabumi.
> Apa mungkin bisa sampai?” jawabnya ragu.
> “Insya
> Allah, kersaning
> Gusti Allah Bu.” (Insya
> Allah, Allah
> berkehendak
> Bu)
> Dengan berharap
> pertolongan-Nya akhirnya aku menulis surat untuk bapak. Didalam surat kutuliskan panca kaki (sejarah jati diriku) dan
> segenap rasa rindu akan kehadirannya. Disampul surat hanya kutulis nama bapak yakni Junaedi
> dan alamatnya pun hanya kutuliskan 'Sukabumi' saja. Sebuah surat yang aku sendiripun
> sebenarnya ragu apakah bisa sampai kepada bapak atau
> tidak.
> Secara logika mungkin bisa
> dipastikan surat
> itu tidak akan sampai ke tujuan. Selain memang daerah Sukabumi itu luas dan nama
> Junaedi pun bisa dikatakan merupakan nama orang Sunda yang 'pasaran' sehingga
> kemungkinan akan banyak sekali orang yang bernama sama. Sepertinya akan menjadi
> beban berat buat Pak Pos dalam mencari keberadaannya. Ibarat pepatah 'bagai
> mencari jarum ditumpukan jerami'. Hampir mustahil.
> Tapi tekadku
> sudah mantap. Aku sungguh yakin akan kebesaran-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin
> bagi-Nya. Yang penting sebagai manusia aku harus ikhlas berdo'a dan
> berusaha
> sepenuh hati.
> Hasilnya kuserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.
> Dengan segenap asa
> kuhitung hari. 3 Minggu berselang sejak kukirimkan surat itu melalui Pos. Ibu
> sepertinya sudah tidak terlalu banyak berharap. Malahan esok rencananya
> beliau akan kembali ke Tasik Malaya.“Teu betah” (gak kerasan)
> katanya.
> “Asa moal mungkin Jang,
> pan Sukabumi teh lega. Tur nu ngaranna Junaedi teh pasti loba lain ngan saurang
> wae.” (Rasanya tidak mungkin
> Nak, Sukabumi itu kan luas. Lagi pula yang bernama Junaedi pasti
> banyak bukan hanya seorang.)
> Memang betul apa yang
> dikatakan ibu. Keraguannya dan mungkin juga keraguan semua orang hampir saja
> mengikis keyakinanku. Tapi aku tak pernah berhenti berharap. Tuhan tak akan
> menyia-nyiakan harapan hambanya. Aku tetap yakin akan kekuasaan-Nya. Setelah
> penantian panjang selama ini dan informasi yang memang sangat minim untuk
> bertemu dengan bapak, apalah lagi yang bisa kuharapkan selain pertolongan-Nya
> saja?.
> Sungguh Allah memang tidak
> pernah menyia-nyiakan harapan hambanya. Akhirnya tibalah hari bersejarah itu.
> Persis 3 minggu setelah surat itu kukirimkan 'keajaiban' itu datang.
>
> “Pak, di warung rokok
> ujung jalan sana
> ada seorang bapak tua berwajah mirip sama Bapak.” Satpam perusahaan yang baru
> kembali dari membeli rokok tiba-tiba mendatangiku.
> “Ah yang bener Din?” aku
> menanggapinya sambil tersenyum.
> “Bener Pak, mirip banget.
> Kalau gak percaya Bapak samperin aja ke warung itu. Katanya dia lagi nyari
> anaknya.”
> Deg, hatiku berdegup
> kencang. Mungkin kah?. Aku berharap sangat. Tanpa pikir panjang aku segera
> bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkannya.
> Saat itu senja menjelang
> Ashar, mungkin sekitar jam 3-an. Mendung yang menyelimuti Jakarta sedari pagi mulai
> mengirimkan rintiknya. Seakan gerimisnya ingin turut berbahagia mengiringi
> pertemuan anak dan bapak yang telah puluhan tahun tak
> bersua.
> Â Â Â Â Â Benar saja, di warung rokok yang
> ditunjukkan udin aku segera bisa menemukan seorang bapak yang memang berwajah
> mirip denganku. Tanpa pikir panjang aku segera mendatanginya.
>
> “Pak Junaedi?” begitu saja
> aku bertanya kepada lelaki tua itu.
> “Betul. Ini siapa ya?”
> jawabnya sigap sambil menatapku lekat.
> “Saya Sapoendi Pak, anak
> Bapak yang mengirim surat tempo hari” segera kuraih tangannya untuk
> bersalaman.
> Walaupun baru bertemu aku
> tidak merasa asing kepadanya. Entah apa yang dirasakan bapak waktu itu, aku tak
> bisa menebaknya. Mungkin sepertiku berkecamuknya rasa didada tak bisa terwakili
> oleh kata. Hanya bersalaman, kemudian mengobrol layaknya orang yang berpisah
> satu dua tahun saja. Tidak ada airmata atau dekapan
> hangat.Â
>      “Bapak harus ikut ke rumah Ndi sekarang”
> pintaku.
>      “Jangan takut Pak, tidak ada Ibu kok” aku
> berusaha menepis keraguan yang terlukis di wajahnya.
> Begitu pula bapak akhirnya
> bertemu dengan ibu. Seperti aku, ibu juga tidak menampakkan reaksi yang luar
> biasa seperti layaknya orang yang tidak bertemu puluhan tahun. Sepertinya
> kebahagiaan memang tidak selalu tergambar dengan deraian air mata. Allah telah
> mengabulkan do'aku untuk bisa bertemu dengan bapak. Atas kuasa-Nya akhirnya
> surat itu bisa
> sampai ke tangan bapak.
> Â Â Â Â Â Menurut penuturan bapak, suratku datang
> kepadanya melalui tetangganya yang bekerja di kantor Telekomunikasi (sekarang
> Telkom), yang mana tetangganya mendapatkan surat itu karena dititipi oleh temannya yakni
> pak Pos yang kebingungan mencari orang yang dituju oleh suratku itu.
>
> Padahal walaupun
> sebenarnya nama bapak memang Junaedi, tapi di lingkungan tempat tinggalnya dia
> lebih dikenal dengan nama Edi. Dan tetangga nya yang orang telkom itu pun
> sebenarnya kebingungan juga mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Tapi
> entah mengapa tetangga bapak itu memberikan surat itu kepada bapak. Â
> Tetangga bapak meminta
> bapak untuk mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Sedangkan bapak, setelah
> menerima surat
> itu pun bingung harus berbuat apa. Walaupun bapak merasa seperti mengenal nama
> pengirimnya yakni aku, Sapoendi tapi bapak takut jika salah
> orang.
> Tapi entah mengapa sore
> itu terasa ada dorongan yang sangat kuat didalam hatinya sehingga bapak akhirnya
> memberanikan diri untuk membaca surat itu. Yang pada akhirnya menghantarkannya
> untuk bertemu dengan aku, siempunya surat itu yang ternyata anak kandungnya sendiri
> yang sedang mencari-cari keberadaaanya.
> Â Â Â Â Â Apakah hanya suatu kebetulan belaka jika
> surat itu sampai
> ke tangan bapak?. Aku rasa tidak. Aku sangat yakin Allah telah mengatur semuanya
> sehingga surat itu bisa sampai kepada bapak melalui tangan orang-orang yang
> ditunjuknya. 'God work in a misterious way'. Yang manusia perlu lakukan
> adalah berdo'a dengan sepenuh hati, berusaha semaksimal mungkin dan benar-benar
> yakin akan pertolongan-Nya. Allah Swt pasti tidak akan menyia-nyiakan harapan
> hamba-Nya.
> Â
> Â
> * * * *
> *
> Â
> Â
> *) Dikisahkan kembali berdasarkan kisah nyata
> seorang sahabat yang terjadi sekitar ditahun 1978.
>

6c.

Re: CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "zaen_01" zaen_01@yahoo.com   zaen_01

Thu Apr 2, 2009 5:37 pm (PDT)

Subhanallah.....Allohuakbar...
sungguh indah rencana yang kita buat tetapi lebih indah Rencana Alloh untuk kita.....

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, indra purnama <indrakun@...> wrote:
>
>
> Surat Buat
> Bapak
>
>  
>  
>  
> "Dan
> hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (QS 94:8)
>  
> Sebut
> saja namaku Sapoendi. Ibu bilang namaku mengandung kisah
> mengenai
> bapak,
> yang seingatku belum pernah ku tatap
> wajahnya. Walaupun menurut
> ibu, satu kali aku pernah bertemu
> dengannya tapi itu tak pernah membekas di benakku. 
> "Bapak
> teh sabenerna kungsi sakali nepungan hidep. Tapi ngan ukur sapoe."
> (Bapakmu
> sebenarnya pernah sekali menemuimu nak. Tapi cuma sehari saja)
> "Iya,
> tapi kapan itu Bu?."
>       "Bapakmu seorang tentara, dan ia sering
> ditugaskan kemana-mana..."
> Mengalirlah
> cerita ibu mengenai masa lalunya. Kenangan bersama bapak jelas tergambar dari
> untaian kata-katanya. Walau tak
> tampak
> airmata
> yang mengiringi alunan kisahnya tapi haru biru tergambar jelas
> disana.
>       Bapak pernah menemuiku beberapa hari
> setelah aku lahir, itu menurut ibu. Tapi karena tugas, Bapak hanya sempat berada
> disampingku sehari saja. Sapoe (sehari) dan Ndi (nama kecilku), sehingga aku
> dinamai Sapoendi. Sungguh nama yang bermakna.
>       Lebih dari 25 tahun sejak kepergian bapak.
> Sekian lama juga aku sudah berusaha mencarinya. Tapi karena minimnya informasi
> yang kumiliki mengenai keberadaannya sangat sulit sekali untuk mencari
> jejaknya.
> Saat
> itu aku sudah bekerja dan tinggal di daerah Jakarta. Suatu hari ibu datang untuk menjengukku
> dari Tasik
> Malaya, kampung halamanku di tatar Sunda sana. Aku sungguh sangat
> beruntung memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian dengan curahan kasih
> sayangnya yang tak bertepi. Walaupun hati kecilku tetap saja merindukan sosok
> bapak yang belum pernah kutemui. Ingin rasanya bertemu dengannya barang
> sekejap.
> Bukan ingin mempertanyakan ketiadaannya disisiku selama ini tapi paling tidak
> ingin rasanya kutahu bahwa aku pun memiliki seorang bapak yang telah berjasa
> menghadirkanku ke dunia penuh warna ini.
> “Apa
> kita coba kirim surat saja ya Bu?” usulku mantap.
> “Iya,
> tapi alamatnya pun ibu tidak punya. Ibu hanya tahu bapakmu berada di Sukabumi.
> Apa mungkin bisa sampai?” jawabnya ragu.
> “Insya
> Allah, kersaning
> Gusti Allah Bu.”  (Insya
> Allah, Allah
> berkehendak
> Bu)
> Dengan berharap
> pertolongan-Nya akhirnya aku menulis surat untuk bapak. Didalam surat kutuliskan panca kaki (sejarah jati diriku) dan
> segenap rasa rindu akan kehadirannya. Disampul surat hanya kutulis nama bapak yakni Junaedi
> dan alamatnya pun hanya kutuliskan 'Sukabumi' saja. Sebuah surat yang aku sendiripun
> sebenarnya ragu apakah bisa sampai kepada bapak atau
> tidak.
> Secara logika mungkin bisa
> dipastikan surat
> itu tidak akan sampai ke tujuan. Selain memang daerah Sukabumi itu luas dan nama
> Junaedi pun bisa dikatakan merupakan nama orang Sunda yang 'pasaran' sehingga
> kemungkinan akan banyak sekali orang yang bernama sama. Sepertinya akan menjadi
> beban berat buat Pak Pos dalam mencari keberadaannya. Ibarat pepatah 'bagai
> mencari jarum ditumpukan jerami'. Hampir mustahil.
> Tapi tekadku
> sudah mantap. Aku sungguh yakin akan kebesaran-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin
> bagi-Nya. Yang penting sebagai manusia aku harus ikhlas berdo'a dan
> berusaha
> sepenuh hati.
> Hasilnya kuserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.
> Dengan segenap asa
> kuhitung hari. 3 Minggu berselang sejak kukirimkan surat itu melalui Pos. Ibu
> sepertinya sudah tidak terlalu banyak berharap. Malahan esok rencananya
> beliau akan kembali ke Tasik Malaya.“Teu betah” (gak kerasan)
> katanya.
> “Asa moal mungkin Jang,
> pan Sukabumi teh lega. Tur nu ngaranna Junaedi teh pasti loba lain ngan saurang
> wae.” (Rasanya tidak mungkin
> Nak, Sukabumi itu kan luas. Lagi pula yang bernama Junaedi pasti
> banyak bukan hanya seorang.)
> Memang betul apa yang
> dikatakan ibu. Keraguannya dan mungkin juga keraguan semua orang hampir saja
> mengikis keyakinanku. Tapi aku tak pernah berhenti berharap. Tuhan tak akan
> menyia-nyiakan harapan hambanya. Aku tetap yakin akan kekuasaan-Nya. Setelah
> penantian panjang selama ini dan informasi yang memang sangat minim untuk
> bertemu dengan bapak, apalah lagi yang bisa kuharapkan selain pertolongan-Nya
> saja?.
> Sungguh Allah memang tidak
> pernah menyia-nyiakan harapan hambanya. Akhirnya tibalah hari bersejarah itu.
> Persis 3 minggu setelah surat itu kukirimkan 'keajaiban' itu datang.
>
> “Pak, di warung rokok
> ujung jalan sana
> ada seorang bapak tua berwajah mirip sama Bapak.” Satpam perusahaan yang baru
> kembali dari membeli rokok tiba-tiba mendatangiku.
> “Ah yang bener Din?” aku
> menanggapinya sambil tersenyum.
> “Bener Pak, mirip banget.
> Kalau gak percaya Bapak samperin aja ke warung itu. Katanya dia lagi nyari
> anaknya.”
> Deg, hatiku berdegup
> kencang. Mungkin kah?. Aku berharap sangat. Tanpa pikir panjang aku segera
> bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkannya.
> Saat itu senja menjelang
> Ashar, mungkin sekitar jam 3-an. Mendung yang menyelimuti Jakarta sedari pagi mulai
> mengirimkan rintiknya. Seakan gerimisnya ingin turut berbahagia mengiringi
> pertemuan anak dan bapak yang telah puluhan tahun tak
> bersua.
>       Benar saja, di warung rokok yang
> ditunjukkan udin aku segera bisa menemukan seorang bapak yang memang berwajah
> mirip denganku. Tanpa pikir panjang aku segera mendatanginya.
>
> “Pak Junaedi?” begitu saja
> aku bertanya kepada lelaki tua itu.
> “Betul. Ini siapa ya?”
> jawabnya sigap sambil menatapku lekat.
> “Saya Sapoendi Pak, anak
> Bapak yang mengirim surat tempo hari” segera kuraih tangannya untuk
> bersalaman.
> Walaupun baru bertemu aku
> tidak merasa asing kepadanya. Entah apa yang dirasakan bapak waktu itu, aku tak
> bisa menebaknya. Mungkin sepertiku berkecamuknya rasa didada tak bisa terwakili
> oleh kata. Hanya bersalaman, kemudian mengobrol layaknya orang yang berpisah
> satu dua tahun saja. Tidak ada airmata atau dekapan
> hangat. 
>       “Bapak harus ikut ke rumah Ndi sekarang”
> pintaku.
>       “Jangan takut Pak, tidak ada Ibu kok” aku
> berusaha menepis keraguan yang terlukis di wajahnya.
> Begitu pula bapak akhirnya
> bertemu dengan ibu. Seperti aku, ibu juga tidak menampakkan reaksi yang luar
> biasa seperti layaknya orang yang tidak bertemu puluhan tahun. Sepertinya
> kebahagiaan memang tidak selalu tergambar dengan deraian air mata. Allah telah
> mengabulkan do'aku untuk bisa bertemu dengan bapak. Atas kuasa-Nya akhirnya
> surat itu bisa
> sampai ke tangan bapak.
>       Menurut penuturan bapak, suratku datang
> kepadanya melalui tetangganya yang bekerja di kantor Telekomunikasi (sekarang
> Telkom), yang mana tetangganya mendapatkan surat itu karena dititipi oleh temannya yakni
> pak Pos yang kebingungan mencari orang yang dituju oleh suratku itu.
>
> Padahal walaupun
> sebenarnya nama bapak memang Junaedi, tapi di lingkungan tempat tinggalnya dia
> lebih dikenal dengan nama Edi. Dan tetangga nya yang orang telkom itu pun
> sebenarnya kebingungan juga mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Tapi
> entah mengapa tetangga bapak itu memberikan surat itu kepada bapak.  
> Tetangga bapak meminta
> bapak untuk mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Sedangkan bapak, setelah
> menerima surat
> itu pun bingung harus berbuat apa. Walaupun bapak merasa seperti mengenal nama
> pengirimnya yakni aku, Sapoendi tapi bapak takut jika salah
> orang.
> Tapi entah mengapa sore
> itu terasa ada dorongan yang sangat kuat didalam hatinya sehingga bapak akhirnya
> memberanikan diri untuk membaca surat itu. Yang pada akhirnya menghantarkannya
> untuk bertemu dengan aku, siempunya surat itu yang ternyata anak kandungnya sendiri
> yang sedang mencari-cari keberadaaanya.
>       Apakah hanya suatu kebetulan belaka jika
> surat itu sampai
> ke tangan bapak?. Aku rasa tidak. Aku sangat yakin Allah telah mengatur semuanya
> sehingga surat itu bisa sampai kepada bapak melalui tangan orang-orang yang
> ditunjuknya. 'God work in a misterious way'. Yang manusia perlu lakukan
> adalah berdo'a dengan sepenuh hati, berusaha semaksimal mungkin dan benar-benar
> yakin akan pertolongan-Nya. Allah Swt pasti tidak akan menyia-nyiakan harapan
> hamba-Nya.
>  
>  
> * * * *
> *
>  
>  
> *) Dikisahkan kembali berdasarkan kisah nyata
> seorang sahabat yang terjadi sekitar ditahun 1978.
>

6d.

Re: CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   sinkzuee

Thu Apr 2, 2009 6:30 pm (PDT)

Subhanallah....
Kalau Allah sudah berkehendak...
Cerita yang sangat Indah Kang
Bukan main.... gak pernah muncul. begitu muncul tulisannya keren banget
*menghembuskan nafas panjang
Skenario Allah pasti yang paling indah ya Kang :)

Ugik Madyo
http://ugik.multiply.com
http://ruanghijau.blogspot.com

2009/4/3 indra purnama <indrakun@yahoo.com>

> *Surat** Buat Bapak*
>
>
>
>
>
>
>
> *"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap"** *(QS 94:8)**
>
>
>
> Sebut saja namaku Sapoendi. Ibu bilang namaku mengandung kisah mengenai
> bapak, yang seingatku belum pernah ku tatap wajahnya. Walaupun menurut
> ibu, satu kali aku pernah bertemu dengannya tapi itu tak pernah membekas
> di benakku.
>
> *"Bapak teh sabenerna kungsi sakali nepungan hidep. Tapi ngan ukur sapoe."
> **(Bapakmu sebenarnya pernah sekali menemuimu nak. Tapi cuma sehari saja)*
>
> "Iya, tapi kapan itu Bu?."
>
> "Bapakmu seorang tentara, dan ia sering ditugaskan kemana-mana..."
>
6e.

Re: CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "interaktif" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Thu Apr 2, 2009 7:07 pm (PDT)

subhanallah ..... indah banget ceritanyaso tidak ada yang mustahil di dunia ini, jika Allah memang berkehendak
salamwiwik h.
--- On Fri, 3/4/09, indra purnama <indrakun@yahoo.com> wrote:
From: indra purnama <indrakun@yahoo.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] CatCil: Surat Buat Bapak
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Friday, 3 April, 2009, 1:19 AM

Surat Buat
Bapak

 
 
 
"Dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" (QS 94:8)
 
Sebut
saja namaku Sapoendi. Ibu bilang namaku mengandung kisah
mengenai
bapak,
yang seingatku belum pernah ku tatap
wajahnya. Walaupun menurut
ibu, satu kali aku pernah bertemu
dengannya tapi itu tak pernah membekas di benakku. 
"Bapak
teh sabenerna kungsi sakali nepungan hidep. Tapi ngan ukur sapoe."
(Bapakmu
sebenarnya pernah sekali menemuimu nak. Tapi cuma sehari saja)
"Iya,
tapi kapan itu Bu?."
      "Bapakmu seorang tentara, dan ia sering
ditugaskan kemana-mana. .."
Mengalirlah
cerita ibu mengenai masa lalunya. Kenangan bersama bapak jelas tergambar dari
untaian kata-katanya. Walau tak
tampak
airmata
yang mengiringi alunan kisahnya tapi haru biru tergambar jelas
disana.
      Bapak pernah menemuiku beberapa hari
setelah aku lahir, itu menurut ibu. Tapi karena tugas, Bapak hanya sempat berada
disampingku sehari saja. Sapoe (sehari) dan Ndi (nama kecilku), sehingga aku
dinamai Sapoendi. Sungguh nama yang bermakna.
      Lebih dari 25 tahun sejak kepergian bapak.
Sekian lama juga aku sudah berusaha mencarinya. Tapi karena minimnya informasi
yang kumiliki mengenai keberadaannya sangat sulit sekali untuk mencari
jejaknya.
Saat
itu aku sudah bekerja dan tinggal di daerah Jakarta . Suatu hari ibu datang untuk menjengukku
dari Tasik
Malaya, kampung halamanku di tatar Sunda sana . Aku sungguh sangat
beruntung memiliki seorang Ibu yang begitu perhatian dengan curahan kasih
sayangnya yang tak bertepi. Walaupun hati kecilku tetap saja merindukan sosok
bapak yang belum pernah kutemui. Ingin rasanya bertemu dengannya barang
sekejap.
Bukan ingin mempertanyakan ketiadaannya disisiku selama ini tapi paling tidak
ingin rasanya kutahu bahwa aku pun memiliki seorang bapak yang telah berjasa
menghadirkanku ke dunia penuh warna ini.
"Apa
kita coba kirim surat saja ya Bu?" usulku mantap.
"Iya,
tapi alamatnya pun ibu tidak punya. Ibu hanya tahu bapakmu berada di Sukabumi.
Apa mungkin bisa sampai?" jawabnya ragu.
"Insya
Allah, kersaning
Gusti Allah Bu."  (Insya
Allah, Allah
berkehendak
Bu)
Dengan berharap
pertolongan- Nya akhirnya aku menulis surat  untuk bapak. Didalam surat kutuliskan panca kaki (sejarah jati diriku) dan
segenap rasa rindu akan kehadirannya. Disampul surat hanya kutulis nama bapak yakni Junaedi
dan alamatnya pun hanya kutuliskan 'Sukabumi' saja. Sebuah surat yang aku sendiripun
sebenarnya ragu apakah bisa sampai kepada bapak atau
tidak.
Secara logika mungkin bisa
dipastikan surat
itu tidak akan sampai ke tujuan. Selain memang daerah Sukabumi itu luas dan nama
Junaedi pun bisa dikatakan merupakan nama orang Sunda yang 'pasaran' sehingga
kemungkinan akan banyak sekali orang yang bernama sama. Sepertinya akan menjadi
beban berat buat Pak Pos dalam mencari keberadaannya. Ibarat pepatah 'bagai
mencari jarum ditumpukan jerami'. Hampir mustahil.
Tapi tekadku
sudah mantap. Aku sungguh yakin akan kebesaran-Nya. Tidak ada yang tidak mungkin
bagi-Nya. Yang penting sebagai manusia aku harus ikhlas berdo'a dan
berusaha
sepenuh hati.
Hasilnya kuserahkan kepada Allah yang Maha Berkehendak.
Dengan segenap asa
kuhitung hari. 3 Minggu berselang sejak kukirimkan surat itu melalui Pos. Ibu
sepertinya sudah tidak terlalu banyak berharap. Malahan esok rencananya
beliau akan kembali ke Tasik Malaya."Teu betah" (gak kerasan)
katanya.
"Asa moal mungkin Jang,
pan Sukabumi teh lega. Tur nu ngaranna Junaedi teh pasti loba lain ngan saurang
wae." (Rasanya tidak mungkin
Nak, Sukabumi itu kan luas. Lagi pula yang bernama Junaedi pasti
banyak bukan hanya seorang.)
Memang betul apa yang
dikatakan ibu. Keraguannya dan mungkin juga keraguan semua orang hampir saja
mengikis keyakinanku. Tapi aku tak pernah berhenti berharap. Tuhan tak akan
menyia-nyiakan harapan hambanya. Aku tetap yakin akan kekuasaan-Nya. Setelah
penantian panjang selama ini dan informasi yang memang sangat minim untuk
bertemu dengan bapak, apalah lagi yang bisa kuharapkan selain pertolongan- Nya
saja?.
Sungguh Allah memang tidak
pernah menyia-nyiakan harapan hambanya. Akhirnya tibalah hari bersejarah itu.
Persis 3 minggu setelah surat itu kukirimkan 'keajaiban' itu datang.

"Pak, di warung rokok
ujung jalan sana
ada seorang bapak tua berwajah mirip sama Bapak." Satpam perusahaan yang baru
kembali dari membeli rokok tiba-tiba mendatangiku.
"Ah yang bener Din?" aku
menanggapinya sambil tersenyum.
"Bener Pak, mirip banget.
Kalau gak percaya Bapak samperin aja ke warung itu. Katanya dia lagi nyari
anaknya."
Deg, hatiku berdegup
kencang. Mungkin kah?. Aku berharap sangat. Tanpa pikir panjang aku segera
bergegas menuju ke tempat yang ditunjukkannya.
Saat itu senja menjelang
Ashar, mungkin sekitar jam 3-an. Mendung yang menyelimuti Jakarta sedari pagi mulai
mengirimkan rintiknya. Seakan gerimisnya ingin turut berbahagia mengiringi
pertemuan anak dan bapak yang telah puluhan tahun tak
bersua.
      Benar saja, di warung rokok yang
ditunjukkan udin aku segera bisa menemukan seorang bapak yang memang berwajah
mirip denganku. Tanpa pikir panjang aku segera mendatanginya.

"Pak Junaedi?" begitu saja
aku bertanya kepada lelaki tua itu.
"Betul. Ini siapa ya?"
jawabnya sigap sambil menatapku lekat.
"Saya Sapoendi Pak, anak
Bapak yang mengirim surat tempo hari" segera kuraih tangannya untuk
bersalaman.
Walaupun baru bertemu aku
tidak merasa asing kepadanya. Entah apa yang dirasakan bapak waktu itu, aku tak
bisa menebaknya. Mungkin sepertiku berkecamuknya rasa didada tak bisa terwakili
oleh kata. Hanya bersalaman, kemudian mengobrol layaknya orang yang berpisah
satu dua tahun saja. Tidak ada airmata atau dekapan
hangat. 
      "Bapak harus ikut ke rumah Ndi sekarang"
pintaku.
      "Jangan takut Pak, tidak ada Ibu kok" aku
berusaha menepis keraguan yang terlukis di wajahnya.
Begitu pula bapak akhirnya
bertemu dengan ibu. Seperti aku, ibu juga tidak menampakkan reaksi yang luar
biasa seperti layaknya orang yang tidak bertemu puluhan tahun. Sepertinya
kebahagiaan memang tidak selalu tergambar dengan deraian air mata. Allah telah
mengabulkan do'aku untuk bisa bertemu dengan bapak. Atas kuasa-Nya akhirnya
surat itu bisa
sampai ke tangan bapak.
      Menurut penuturan bapak, suratku datang
kepadanya melalui tetangganya yang bekerja di kantor Telekomunikasi (sekarang
Telkom), yang mana tetangganya mendapatkan surat itu karena dititipi oleh temannya yakni
pak Pos yang kebingungan mencari orang yang dituju oleh suratku itu.

Padahal walaupun
sebenarnya nama bapak memang Junaedi, tapi di lingkungan tempat tinggalnya dia
lebih dikenal dengan nama Edi. Dan tetangga nya yang orang telkom itu pun
sebenarnya kebingungan juga mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Tapi
entah mengapa tetangga bapak itu memberikan surat itu kepada bapak.  
Tetangga bapak meminta
bapak untuk mencarikan orang yang dituju oleh suratku. Sedangkan bapak, setelah
menerima surat
itu pun bingung harus berbuat apa. Walaupun bapak merasa seperti mengenal nama
pengirimnya yakni aku, Sapoendi tapi bapak takut jika salah
orang.
Tapi entah mengapa sore
itu terasa ada dorongan yang sangat kuat didalam hatinya sehingga bapak akhirnya
memberanikan diri untuk membaca surat itu. Yang pada akhirnya menghantarkannya
untuk bertemu dengan aku, siempunya surat itu yang ternyata anak kandungnya sendiri
yang sedang mencari-cari keberadaaanya.
      Apakah hanya suatu kebetulan belaka jika
surat itu sampai
ke tangan bapak?. Aku rasa tidak. Aku sangat yakin Allah telah mengatur semuanya
sehingga surat itu bisa sampai kepada bapak melalui tangan orang-orang yang
ditunjuknya. 'God work in a misterious way'. Yang manusia perlu lakukan
adalah berdo'a dengan sepenuh hati, berusaha semaksimal mungkin dan benar-benar
yakin akan pertolongan- Nya. Allah Swt pasti tidak akan menyia-nyiakan harapan
hamba-Nya.
 
 
* * * *
*
 
 
*) Dikisahkan kembali berdasarkan kisah nyata
seorang sahabat yang terjadi sekitar ditahun 1978.















Get your new Email address!
Grab the Email name you&#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
6f.

Re: CatCil: Surat Buat Bapak

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Thu Apr 2, 2009 7:33 pm (PDT)

^_^ Allah Maha Berkehendak
SUbhanallah
Thanx for sharing

Salam
anty

7.

(karyaku) Perpustakaan pesantren

Posted by: "radinal88" radinal88@yahoo.co.id   radinal88

Thu Apr 2, 2009 6:27 pm (PDT)

Kesalahan Yang Harus Dibayar
By: Rafi Azmillah
Ini kisahku di perpustakaan pesantren tempatku menempuh pendidikan sebelum kuliah. Sebelum menceritakan tentang pengalamanku, yang mungkin lucu bahkan menyedihkan, ada baiknya aku memaparkan terlebih dahulu sekilas peraturan di pesantrenku tersebut.
Peraturan pertama adalah perpustakaan hanya dibuka pagi hingga sore hari. Fasilitas di perpustakaan adalah buku, koran dan juga TV. TV hanya digunakan untuk melihat CD tentang pelajaran-pelajaran. Selain tentang pelajaran-pelajaran, TV tidak dinyalakan.
Peraturan kedua yaitu perpustakaan pada malam harinya hanya dipergunakan untuk para santri yang tergabung dalam ASC (Afkar Studi Club) yaitu wadah diskusi ilmu-ilmu keislaman untuk para santri. Saya termasuk anggota senior disana.
Dua peraturan itulah yang menjadi titik awal dari kisahku ini. Sebagaimana diketahui, santri pondok pesantren, termasuk pesantrenku, tidak diperbolehkan untuk menonton TV diasrama. Jangankan menonton TV, fasilitas berupa TV pun tidak disediakan selain, sebagaimana telah saya tuliskan diawal, di perpustakaan.
Namanya santri, terkadang hasrat untuk menonton juga muncul dengan kuat. Suatu hari, saat sedang marak-maraknya berita mengenai novel monumental The Da Vinci Code, temanku membawa kaset CD film tersebut. Ia yang mengetahui bahwa aku merupakan anggota ASC langsung mendekati dengan harapan dapat memutar film tersebut diperpustakaan pada tengah malam ketika seluruh ustadz penjaga asrama tertidur.
Sungguh, saat itu tanpa berfikir panjang saya langsung meminta kunci perpustakaan dengan alasan ingin mencari referensi untuk pembuatan makalah yang akan saya paparkan pada rutinitas kajian ASC. Dan tanpa ada kecurigaan, sang ustadz pun meminjamkan kunci tersebut kepadaku.
Pukul 20.00 setelah saya masuk keperpustakaan. Saat itu saya berpura-pura mencari buku-buku referensi tentang pemikiran keislaman. Beberapa buku saya kumpulkan dan saya baca. Maklum, pada jam seperti itu ustadz-ustadz sering masuk untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkannya.
Situasi seperti ini terus berlangsung hingga pukul 23.00. Ustadz-Ustadz satu per satu meninggalkanku di perpustakaan. Hingga tepat puku 23.00 aku telah ditinggal sendiri di perpustakaan tersebut. Lima belas menit kemudian, temanku yang mempunyai CD film The Da Vinci Code masuk. Dengan tersenyum, ia menunjukkan kaset CD tersebut kepadaku. Akupun menerimanya dan melihat sampulnya sejenak.
Kamipun mulai beraksi. TV pun kami nyalakan dengan volume yang sangat kecil. Tapi sayangnya, CD yang kami punya tidak bisa dinyalakan. Itu bukan kaset VCD tetapi DVD.
Walaupun demikian, ide untuk menonton tidak langsung pudar. Di perpustakaan tersebut, ada juga radio compo yang dilengkapi dengan DVD. Kami pindahkan radio compo tersebut. Kabel yang tersambung dengan VCD kami pindahkan satu persatu ke radio tersebut. Tidak bisa, kami mencoba lagi, hingga akhirnya muncul gambar tanpa suara.
"Ya sudah, yang penting gambarnya. Lagi pula bahasa inggris ko'." Itulah yang dikatakan temanku ketika itu. Akupun mengambil posisi yang nyaman untuk menikmati film yang menceritakan tentang pemecahan kode-kode fantastik dan berliku-liku.
Ditengah-tengah cerita, mataku merasakan kantuk yang luar biasa. Maklumlah, anak santri tidak mendapatkan jatah untuk tidur siang karena harus belajar lagi setelah zuhur. Tak kuat aku menahan kantuk, aku pun tertidur.
&#1645;&#1645;
"Hei…bangun-bangun…" terdengar suara sayup-sayup ditelingaku.
Setengah menggeliat, aku membuka mataku. Kulihat yang membangunkanku bukan temanku. Tetapi penjaga perpustakaan dan juga teman-teman dan adik-adik kelasku yang mengunjungi perpustakaan. Mereka semua telah menggunakan pakaian sekolah, sedangkan aku dan tentu temanku, masih menggunakan kaos oblong dan sarung. Dengan wajah yang masih berantakan tentunya karena kami belum mandi, kami dibawa penjaga perpustakaan ke kantor keamanan pesantren.
Di kantor keamanan tersebut, kami ditanya ini dan itu. Tanpa dapat beralasan, kamipun harus dihukum. Kami dibotak. Tidak itu saja, setelah dibotak asal-asalan, kami disuruh untuk berdiri di tengah lapangan. Ketika berdiri kami harus memegang papan tulis dengan tulisan "Kami Menonton TV di Perpustakaan Tengah Malam".
Malu, sedih, menyesal, dan perasaan lainnya bergabung menjadi satu. Seluruh santri melihat kami. Ada yang tertawa, menghina, dan ada juga yang mengolok-olok.
Surabaya, 05 Februari, 2009. di Kantor DeMa.

komentari juga di http://kumpulan-q.blogspot.com

8.

(karyaku) politik santri

Posted by: "radinal88" radinal88@yahoo.co.id   radinal88

Thu Apr 2, 2009 6:28 pm (PDT)

Politik Santri: Dualisme Fungsi Santri
Keikutsertaan santri dalam ranah politik di Indonesia merupakan perbincangan yang tidak asing lagi. Keikutsertaan Abdurrahman Wahid, Shalahuddin Wahid, Hasyim Muzadi, Hidayat Nur Wahid dan "santri-santri" lainnya dalam upaya pembangunan moralitas bangsa cukup menjadi sorotan dari para pengamat politik. Terkadang, "permainan" politik yang dimainkan oleh para santri tersebut melebihi "permainan" politik yang dimainkan oleh para praktisi hukum politik murni. Lantas, bagaimana sebenarnya fungsi santri dalam perspektif kebangsaan?
Selama ini, setidaknya ada dua fungsi yang dijalankan santri dalam usaha pembangunan bangsa. Pertama adalah, meminjam istilah Masdar Hilmi, "penjaga gawang" moral masyarakat Indonesia. Kedua adalah "pemain" dari perpolitikan itu sendiri. Disatu sisi, santri dituntut bersikap netral dengan menjadi "penjaga gawang" bagi kebobrokan moralitas para pengusaha, dan disisi lain, santri tergoda untuk turun "bermain dalam politik praktis itu sendiri.
Sikap pertama, yaitu menjadi "penjaga gawang" bagi moralitas bangsa menjadikan santri sebagai the loser, "batu loncatan", "pembantu" dibandingkan dengan praktisi politik. Sikap seperti ini, sering menggambarkan bahwa keterlibatan santri dalam perpolitikan masih dalam tahap pinggiran, belum mampu menerobos kedalam pusaran perpolitikan itu sendiri. Gambaran tentang ini, sering dianalogikan dengan unkapan bahwa "kaum santri sering menjadi pendorong mobil mogok. Apabila mobil itu sudah berjalan, mereka akan ditinggal begitu saja". Ironis sekali sekaligus menyedihkan.
Sebaliknya, sikap kedua yaitu menjadi "pemain" politik, menuntut kaum santri agar memiliki totalitas peran dalam politik sehingga dibutuhkan perkembangan karakter politik kaum santri yang relevan dengan tuntutan zaman melalui sebuah upaya redefinisi teologi politik santri. Artinya, perlu ditegaskan sajak awal sikap politik santri itu sendiri, apakah tetap berpijak pada standar moralitas kesantrian ataukan tidak sama sekali. Ini menjadi tugas berat bagi kaum santri itu sendiri.

komentari juga di http://kumpulan-q.blogspot.com

9.

bahagia, milik siapakah,...........?

Posted by: "suryana wijaya" jaya547@yahoo.co.id   jaya547

Thu Apr 2, 2009 6:29 pm (PDT)

         Bahagia tentunya adalah keinginan semua orang. Kalo ditanya satu-satu ke orang-orang, apa yang jadi harapan mereka didunia ini, jawabanya pasti "bahagia". Gak mungkin banget ada orang yang mau susah, menderita, melarat, sedih, dan lain-lainya. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa sih semua orang mau bahagia???kebahagian macam apa yang diinginkan sesorang???(ada yang bisa jawab? Ada doorprizenya loh.....nginep 3 hari gratis di bonbin he,....3x).
         Untuk menjawab pertanyaan pertama, coba kita lihat pada realita. Semua orang rela belajar bertahun-tahun dari TK sampai S3 untuk mengumpulkan ilmu. Ilmu tersebut digunakan agar dapat bekerja. Kerja itu mencari penghasilan. Nah.. penghasilan inilah yang dianggap sebagian besar orang sebagai kebahagian. Sebagian manusia berpaendapat dengan uang yang banyak, seluruh kebutuhan materi tercukupi, dapat membeli apa yang diinginkan itulah kebahagian. Padahal belum tentu. Banyak orang yang karena terlalu sering bekerja, tidak sempat memanfaatkan hasil yang mereka peroleh. Beberapa orang yang bekerja terlalu keras malah bisa mendapatkan stress. Seperti hal yang pernah diceritakan oleh seorang teman, bahwasanya di Singapura sana, banyak orang kaya. Harta mereka berlimpah ruah. Rumah mereka mewah dan perhiasan mereka indah bukan kepalang. Tetapi apa yang terjadi????meraka justru menjadi lebih cepat terserang stress karena khawatir jabatan yang mereka
duduki sekarang diambil alih orang lain.
          Wah kok malah melebar gini he,....3x. Kembali ke pertanyaan diatas, nah dari paragraf sebelumnya sudah dijelaskan kita sesungguhnya sudah mengejar kebahagian sejak kecil. Makanya kita belajar di TK. Intinya kebahagiaan adalah fitrah manusia. Hal ini saya kira sudah menjawab pertanyaan yang pertama.
          Kalo pertanyaan yang kedua jawabanya beragam banget, tergantung pribadi masing-masing. Ada yang bahagia bila memberi ada juga yang bahagia bila diberi. Ada yang bahagia bila memuji ada pula yang bahagia bila dipuji. Ada yang bahagia bila mencintai ada pula yang bahagia dicintai. Nah bentuk - bentuk kebahagian tersebut ternyata dipengaruhi oleh kepribadian.
Kepribadian orang yang bahagia apabila di- :
1. menuntut diri menjadi pusat perhatian
2. selalu merasa miskin kaena selalu "di "
3. mudah marah, tersinggung dan berjiwa kerdil
4. selfish, suka menjadi beban bagi orang lain
5. suka jaim
6. bermental selebritis, berjiwa boss
7. negative thingking
sedangkan kepribadian orang yang bahagia bila me- : 
1. Sumber inspirasi
2. kaya hati dan rendah hati
3. pemaaf, empatik dan berjiwa besar
4. mengikhlaskan diri menjadi berkah bagi lingkungannya
5. dewasa, istiqomah, amanah dan setia.
6. bermental guru, berjiwa peminpin
7. positive thingking
         Bagaimana dengan anda ???termasuk pribadi yang bagaimana??silakan jawab sendiri. Namun perlu saya sampaikan bahwasanya kebahagian itu didapat bila kita bersyukur. Sekaya apapun kita, jika tidak bersyukur tetap saja merasa miskin dan tidak bahagia. Semiskin apapun kita asal tetap bersyukur dan berusaha pasti kita akan merasa kaya dan bahagia.
         "Jika engkau bersyukur, niscaya Ku tambah nikmatmu dan jika engkau kufur, sesungguhnya azab Ku sangatlah pedih" (Q.S Ibrahim:7 ).
         Sekian semoga kita termasuk golongan orang yang bersyukur amiin

Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
10.

Bls: [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah re

Posted by: "CaturCatriks" akil_catur@yahoo.co.id   akil_catur

Thu Apr 2, 2009 6:37 pm (PDT)


bener mb lia

kadang hal yg biasa dan remeh menjadi menarik untuk diperbincangkan
bahkan tak sedikit hal yg sebenarnya berpengaruh dalam hidup yg awalnya kita anggap biasa

kumpulan dalam buku ini memang ada yg sedikit personal, tp bukan karena subjektif, yang personal itu kadang malah membuat buku ini menarik dan berbeda dgn buku2 yg lain.

trmkasih resensinya mb lia

 

--- Pada Kam, 2/4/09, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> menulis:

> Dari: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
> Topik: [sekolah-kehidupan] [Ruang Baca] Let's Talk About... (sebuah resensi)
> Kepada: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Tanggal: Kamis, 2 April, 2009, 11:19 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Judul
> buku                               
> : Let´s Talk About... - Kumpulan Kisah
> Inspiratif
>
> Penulis                                     
> : Retnadi Nur´aini, Airin Nisa, Shinta Anita
> Sari
>
> Tebal                                       
> : 191 halaman
> Genre                                      
> : Chicken soup - non fiksi
> Penerbit                                   
> : Halaman Moeka Publishing
> Cetakan                                  
> : Pertama, Februari 2009
> ISBN
>                                      
> : 978-979-19351- 0-4
>  
> Resensi
> oleh                            
> : Lia Octavia
>  
>  
> Ketika Para Sahabat
> Berbincang
>
>  
>  
> No man is an island - Dalam kehidupan
> ini, tidak ada seorang pun yang dapat hidup sendiri. Karena
> manusia pada hakekatnya adalah mahluk sosial. Selalu ada
> orang-orang yang mengelilingi dan menjadi bagian dalam
> runtutan kisah, sejarah, dan perjalanan hidup seseorang.
> Menjadikan setiap peristiwa penuh canda dan tawa, juga duka
> dan air mata. Peristiwa-peristiwa yang mendewasakan
> seseorang dari hari ke hari. Peristiwa-peristiwa penuh
> hikmah. Demikian juga yang dialami Retno, Ain, dan Shinta.
> Ketiga sahabat yang sedang berbincang-bincang di dalam buku
> ini.
>
>  
> Apa saja yang dibicarakan ketiga
> sahabat ini ketika mereka sedang bertemu? Perbincangan yang
> santai sembari minum kopi di sebuah kafe, misalnya, tentu
> saja dengan meminggirkan topik-topik yang berat dan membuat
> kening berkerut. Apakah bergosip membicarakan info terkini
> mengenai bintang film kesayangan? Tidak. Mereka tidak
> bertukar ramalan cuaca, apakah hari ini akan cerah atau
> hujan. Mereka juga tidak membicarakan apa model pakaian yang
> sedang ngetrend. Tidak sama sekali. Mereka berbincang
> mengenai esensi dari persahabatan, keluarga, cinta dan
> pernikahan, serta keajaiban-keajaiban yang terjadi dalam
> hidup. Hikmah-hikmah di balik berbagai fenomena kehidupan
> yang dialami.
>
>  
> Berbincang tentang
> persahabatan
>  
> Sahabat bukanlah orang yang selalu
> membenarkan tindakanmu, namun sahabat adalah orang yang
> senantiasa menuntunmu untuk melakukan tindakan yang benar.
> Pada merekalah berbagai kisah dimulai. Seperti bagaimana
> mereka bertemu, berinteraksi, dan melewati hari-hari. Bukan
> sebuah hal yang mudah untuk saling mengerti dan memahami,
> namun juga bukan hal yang sulit untuk dijalani oleh Retnadi
> Nur´aini, Citra, Ain, Yena, dan Shinta.
>
>  
> Dalam tujuh tahun usia persahabatan
> mereka, telah terangkai kisah bagaimana mereka bertemu,
> bertengkar, lalu bertengkar lagi, namun kemudian
> masing-masing berusaha belajar untuk saling memahami bahwa
> kekurangan yang satu adalah kelebihan yang lainnya.
> Bagaimana sebuah sms atau chatting yang sederhana dapat
> merubah segalanya.  Mengharukan, kocak,
> ringan. Pengalaman yang mungkin telah dialami banyak orang,
> namun sedikit sekali yang bisa menghargai, merawat, dan
> memupuk benih hingga menjadi pohon persahabatan yang rindang
> dan kokoh. Dalam kisah-kisah persahabatan mereka yang
> sederhana, mereka telah menemukan inti dari arti
> persahabatan itu sendiri.
>
>

Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

11.

[mimbar] bingung memilih? istikharah solusinya

Posted by: "Afriandi EP" afriandie@gmail.com   afriandie

Thu Apr 2, 2009 6:54 pm (PDT)

Assalamualaikum,
Hadits berikut ini diambil dari kitab Ringkasan Shahih Al-Bukhari karya
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
terjemahan mengambil dari penerbit Gema Insani Press.

Sebagai panduan buat yang bingung memilih :) semoga bermanfaat.

--
Afriandi Eka Prasetya

be learning and be living
http://pondokecil.wordpress.com

+++

605. Jabir bin Abdullah berkata, "Rasulullah mengajarkan kepada kami untuk
istikharah (minta dipilihkan Allah) dalam seluruh urusan sebagaimana beliau
mengajarkan surah Al-Qur'an kepada kami. Beliau bersabda, 'Apabila salah
seorang di antara kamu sekalian bermaksud akan sesuatu, maka hendaklah ia
shalat dua rakaat selain fardhu. Kemudian hendaklah ia mengucapkan:

'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada Mu dari anugerah Mu yang
agung. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa dan aku tidak berkuasa. Engkau
mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkaulah Zat Yang Maha Mengetahui
perkara-perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini
(kemudian ia sebutkan hal itu) baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan
akibat urusanku, (atau beliau bersabda: kesegeraan/keduniaan urusan aku dan
keakhirannya/keakhiratannya) maka kuasakanlah bagiku, mudahkanlah bagiku,
kemudian berkahilah bagiku padanya. Jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini
(kemudian ia sebutkan hal itu) buruk bagiku dalam hal agama, kehidupan, dan
kesudahan urusanku (atau beliau bersabda: kesegaraan/keduniaan urusan aku
dan keakhirannya/keakhiratannya), maka palingkanlah ia dariku dan
palingkanlah aku darinya. Dapatkanlah bagiku kebaikan di mana saja ia
berada, kemudian ridhailah aku dengannya.' Kemudian ia sebutkan
keperluannya.'"
12.

[Ruang Baca] Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Apr 2, 2009 8:25 pm (PDT)

Penulis: Ihsan Abdul Quddus

Penerjemah: Syahid Widi Nugroho

Penerbit: Alifia Books

Tebal: 248 halaman

Cetakan: ke-2, April 2006

Skor: 8

Suad seorang wanita yang berprestasi cemerlang dan ambisius. Ia menyadari benar kemampuannya sehingga tidak menghendaki pernikahan dan rumahtangga membelenggu langkahnya. Suad merasa tak mampu seiring sejalan dengan suaminya, Abdul Hamid, yang terksan 'malas' dan cepat berpuas diri. Maka pernikahan yang telah membuahkan satu putri itu pun diakhirinya.

Ternyata status janda yang melekat beserta aneka predikat miringnya membuat Suad tidak nyaman bersepakterjang baik dalam dunia politik maupun sebagai dosen. Ia memungkiri dorongan emosional dan hasrat batin akan pentingnya seorang pendamping, semata karena memikirkan bahwa hidupnya sudah nyaman. Putri semata wayangnya, Faizah, lebih diposisikan sebagai adik karena dipercayakan kepada sang ibu. Suad tak punya waktu luang untuk memperhatikan buah hatinya sebagaimana mestinya.

Sebagaimana dalam kajian emosi karakter utama dalam tinjauan ini, Suad digambarkan sangat egois. Setelah melimpahkan Faizah pada ibunya, ia tenang-tenang berkarir namun terusik juga kala Abdul Hamid menikah lagi dan istri barunya tampak lebih berterima secara emosi bagi Faizah. Lucu memang, Suad yang terkesan mandiri dan ironis sempat kecewa saat mengetahui bayinya perempuan.

Novel terjemahan Arab [yang entah mengapa tidak mencantumkan judul aslinya] ini di mata saya cukup apik dibandingkan bacaan dari alihbahasa yang sama. Penerjemahannya cair dan sangat membantu khususnya bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan fiksi sarat narasi. Terkadang begitu menghanyutkan sehingga saya lupa bahwa setting Aku Lupa adalah Mesir, yang masa itu tengah bergolak. Terdapat adegan-adegan mesra di sejumlah bagian namun disajikan sangat halus.

Bagi saya pribadi, cerita Suad dan keresahan-keresahannya menghenyakkan pada aneka pemikiran. Pentingnya waktu dalam berumahtangga, komunikasi, perhatian, dan kerelaan mengesampingkan ambisi adalah beberapa di antaranya. Suad yang sesekali sok tegar toh menyadari bahwa dirinya sempat bertekuk lutut di hadapan seorang lelaki. Pertengahan kisah sempat menjemukan, namun ketika Suad menikah lagi dengan Doktor Kamal Ramzi cerita mulai menggeletar. Pernikahan yang semula dijadikan tameng oleh Suad untuk kepentingan karirnya ternyata menghantarkan kejutan.

Sekadar catatan, sinopsis di cover belakang cenderung spoiler. Namun secara menyeluruh, novel Aku Lupa.. bukan bacaan alternatif belaka. Setidaknya bagi saya.

Terima kasih Sinta, karena bersedia membarter buku ini.

13a.

Re: [Lonceng] Selamat, Retno

Posted by: "aris El Durra" apri_eldurra@yahoo.com   aris_eldurra

Thu Apr 2, 2009 8:29 pm (PDT)

meski telat iki..waduh... selamat aja ya mbak.. semoga bisa tambah Oke aja kedepan....sip dech...

14a.

Re: [Lonceng] Selamat.. Teh Rini menang 'Gokil Dad'

Posted by: "aris El Durra" apri_eldurra@yahoo.com   aris_eldurra

Thu Apr 2, 2009 8:30 pm (PDT)

wah anak eska emang keren habizz...kapan bisa ngikut yaa... selamat ya mbak...

15.

[mimbar] Manfaat Doa Sebagai Penyembuh

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Apr 2, 2009 10:37 pm (PDT)

Manfaat Doa Sebagai Penyembuh

By: agussyafii

Satu hari ada seorang teman bertanya bagaimana mungkin doa bisa menyembuhkan? saya katakan padanya jaringan syaraf menunjukkan bahwa doa mengaktifkan sistem limbik otak yang mengatur kesadaran seseorang akan diri, waktu dan lingkungan. Metabolisme tubuh secara menyeluruh juga bergerak menuju keseimbangan sekaligus mewujudkan kesembuhan.

Menggali sumber-sumber psikoterapi dalam doa dapat dilihat dalam formula yang dibaca dalam doa dapat mendatangkan ketenangan jiwa, ketenangan jiwa inilah yang menyembuhkan dari penyakit. Hal ini disebabkan orang yang memanjatkan doa yakin Allah SWT mengabulkan permintaannya.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al- Baqarah:186).

Dalam Kitab Al-Hakim, Ibnul Qayyim al-Jauziyah diriwayatkan hadist dari Ibnu Umar RA bahwa Nabi SAW bersabda,

'Doa itu bermanfaat bagi musibah yang telah turun dan yang belum turun. Oleh karena itu wahai hamba Allah, kalian harus berdoa.'

Diriwayatkan Aisyah RA, bahwa Nabi Muhamad SAW bersabda,

'Kewaspadaanmu tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Berdoalah yang berguna untuk mengantisipasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun dihadapi oleh doa dan keduanya bertarung hingga hari kiamat.'

Hubungan doa dengan musibah yang menimpa manusia dikategorikan menjadi tiga yaitu:

1. Doa lebih kuat maka musibah dapat ditolak.

2. Doa lebih lemah dari musibah, walaupun doa lebih lemah meringankan perasaan dan membentuk ketenangan jiwa.

3. Doa dan musibah sama-sama kuat, keduanya saling menolak.

doa yang diterima adalah doa dengan sungguh-sungguh dan memenuhi syarat dan adab maupun etika. Diriwayatkan Aisyah RA, Nabi SAW bersabda,

'sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh dalam doa.'

Dari kriteria itu nampak proses psikologis yang terdapat dalam doa adalah hubungan yang kuat antara hamba dengan Sang Khaliq, proses ini dapat tercapai kalau ada kejernihan hati dan pikiran dalam doa kepada Allah SWT sehingga merangsang syaraf-syaraf parasimpatis dan menimbulkan ketenangan hati bagi yang berdoa. Semakin tinggi dan berkualitas doa yang dipanjatkan beserta terpenuhinya syarat-syarat doa maka semakin mustajab doanya.

Sementara doa yang gagal sifatnya tergesa-gesa dalam menanti terkabulnya doa. Ia merasa ijabahnya terlalu lambat datangnya hingga merasa cemas. Akhirnya ia meninggalkan doa sama sekali.

Diriwayatkan ABu Hurairah Nabi SAW bersabda, 'Akan dikabulkan doa bagi seseorang diantara kalian selama tidak tergesa-gesa. Apalagi mengatakan, 'aku telah berdoa namun belum juga dikabulkan (HR Bukhari).

Dalam pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Ada beberapa hal yang menyebabkan doa itu dikabulkan yaitu,

1. Keadaan sangat genting, terdesak, atau darurat.

2. Didahului dengan perbuatan baik pada sesama seperti bershodaqoh, membantu anak yatim, dan juga orang yang membutuhkan pertolongan.

3. Dilakukan pada saat yang tepat (waktu-waktu yang diijabah).

4. Berserah diri secara totalitas hanya kepada Alloh SWT semata.

'Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila berdoa kepadaKu' (QS Al-Baqarah, 186).

Dengan demikian maka doa sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan bagi orang-orang yang sedang sakit. Dengan berdoa berserah diri kepada Allah SWT dan senantiasa bersyukur atas semua karuniaNya proses penyembuhan, insya alloh bisa terjadi lebih cepat. (hu
allahu a'lam bissowab).

Wassalam,
agussyafii

-
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)', Minggu, tanggal 17 Mei 2009 dirumah Amalia. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431

16.

[Etalase] Ayo, Lahirkan Resensi Karyamu: The Road to The Empire!

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Apr 2, 2009 11:36 pm (PDT)

sumber: http://multiply.com/m/item/imazahra:calendar:10014

Sudahkah Anda membaca novel The Road to the Empire?

Jika sudah, Anda barangkali sepakat untuk mengatakan bahwa The Road to the Empire adalah sebuah novel yang sungguh heroik, dimana Sinta Yudisia, sang penulis, mengerahkan kemampuan terbaiknya mengisahkan perjalanan panjang Takudar Khan, keturunan Jenghis Khan yang menjadi muslim, menuju tahta Mongolia.

Novel sejarah yang memikat. Dengan jalinan cerita yang heroik, penuh intrik, taktik, dan konspirasi sengit, namun terselip kisah cinta yang begitu cantik.

Tidakkah Anda ingin membagi perasaan bergemuruh saat membaca novel ini?

Tidakkah Anda ingin menyuarakan gagasan yang terbetik, kritikan yang mencuat, kemasygulan yang tersulut, setelah membaca novel ini?

Jika penulis telah melahirkan karya yang begitu memikat, Anda pun dapat melahirkan resensi bernas untuk novel ini!

Jangan sekedar jadi pembaca pasif! Kami tantang teman-teman semua untuk berkarya.

Ayo, ketik idemu dan ikuti:

Lomba Resensi Novel The Road to The Empire
Peraih IKAPI-IBF Award 2009, kategori Fiksi Dewasa Terbaik

Persyaratan dan ketentuan lomba sebagai berikut

A. Syarat umum:

1 Lomba terbuka untuk warga Negara Indonesia, di manapun berada, berapa pun usia Anda.
2. Resensi berupa karya asli, bukan terjemahan atau saduran.
3. Resensi yang dapat diikutsertakan adalah yang pernah dimuat, baik media cetak (koran, majalah), maupun media on-line dan blog. Yang telah dipublikasi rentang bulan Januari sampai Juni 2009.

B. Syarat khusus:

1. Kirim bukti pemuatan resensi (berupa fotokopi atau scan dari media yang telah memuat)

2. Sertakan biodata peresensi plus fotokopi tanda pengenal peresensi
(KTP/Kartu Pelajar) ke:

PANITIA LOMBA RESENSI NOVEL THE ROAD TO THE EMPIRE
Promosi Lingkar Pena Publishing House
Jl. Raya Jagakarsa (Simadakarsa) No A-1 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620

Cantumkan "LOMBA RESENSI NOVEL THE ROAD TO THE EMPIRE" di pojok kiri atas amplop.

Ingat! Bukti resensi kami tunggu selambat-lambatnya tanggal 30 Juni 2009 (cap pos)

Penghargaan bagi peresensi terbaik:

Penghargaan 1: Rp 1.000.000,- + paket buku senilai Rp150.000,-

Penghargaan 2: Rp 500.000,- + paket buku senilai Rp150.000,-

Penghargaan 3: Rp 300.000,- + paket buku senilai Rp150.000,-

3 pemenang hiburan mendapatkan paket buku @ Rp150.000,-

Pemenang akan diumumkan pada bulan Juli 2009 di website Lingkar Pena Publishing House (www.lingkarpena.multiply.com)

Untuk keterangan lebih lanjut hubungi kami di 021- 78882079

Happy review!

Promosi Lingkar Pena Publishing House

17.

Berbagi cerita tentang rasa syukur_Maaf jika sudah menerima

Posted by: "Imam Suyudi" pekalian@yahoo.com   pekalian

Thu Apr 2, 2009 11:46 pm (PDT)

Seorang Pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalan tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
 
Beberapa tahun kemudian, sang istri berkata kepada suaminya: "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. "Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia......"
 
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.
 
Besok Pagi ketika sarapan, mereka mulai siap mendiskusikannya.
"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sampai 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir.
"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" , tanya istrinya.
"Oh tidak, lanjutkan...." Jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia: "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".
Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berfikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang"
Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya.
Bahwa suaminya menerimanya apa adanya. Ia menunduk dan menangis.
 
Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya tidak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita ? Kita akan menjadi orang yang lebih berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan hal-hal yang buruk.
 
For my lovely Wife Essy Yulia

Recent Activity
Visit Your Group
Group Charity

Hands On Network

Volunteering has

never been so easy

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Discover auto groups

10 Day Club

on Yahoo! Groups

Share the benefits

of a high fiber diet.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: