Nyatanya, Aku Belum Siap Menikah
Oleh Lhinblue
===========
20 februari 2010
H-2 hari milad Rasti yang ke-22..
Siang itu, panas cukup terik membakar bumi. Rasti duduk di bangku
belakang bus, tepat di samping jendela. Rasti membuka jendela untuk
mengijinkan angin semilir menerpa tubuhnya yang sudah agak banjir dengan
keringat. Tiba-tiba HP-nya bergetar. Ada sms masuk dari sang MR,
rupanya.
"asslm. Rasti,, kamu lulus februari 2011 kn?? Atau ada rencana mundur
lagi??"
"insya Allah aku usahain 4.5 tahun mbak. Emg knapa?"
"setelah lulus, akan lnjut jd PNS/ swasta? (ato kalo ke luar negeri
di bolehin sm ortu?)"
"aku mw jd pengusaha mbak. Hehe.. Boleh2 aj ke luar negeri kyk
kakakku yg mw ke Italy.
Aku malah disuruh ngambil beasiswa s2 ke luar
negeri sm ummi.."
"Ohh. Syukron ya.."
Rasti bingung dan ada tanda tanya besar di benaknya. Rasti pun segera
mempertanyakan hal itu kepada sang MR.
"emg bwt apa sih mbak?? Hmm,, jd curiga nih.."
"Buat pendataan aja.."
"Hoo..."
Pikiran Rasti menuju kepada sebuah kesimpulan. Tapi, segera ia tepis
pikirannya itu.
Hingga akhirnya....
21 Februari 2010
H-1 hari milad Rasti yang ke-22..
Siang itu, Rasti sedang pergi jalan-jalan ke pantai bersama
teman-teman kampusnya. Di sela-sela bermain air di tepian pantai, ada
sms masuk dari HP Rasti.
"asslm. Rasti, Mila, Raya, Astri, tlg segera kirim cv antuna ke email
mbak ya.."
Deg. Rasti makin merasakan bahwa dugaannya kemarin sepertinya benar.
Kesimpulannya tentang pertanyaan yang dilontarkan sang MR via sms,
sepertinya memang mengarah kepada kesimpulan Rasti.
"wslm. Iya, insya ALLAH mbak..btw, CV itu isinya apa aja mbak?"
"kayak cv lamaran kerja. Tp kmu tmbahin kondisi keluarga, gmbaran
kluarga yg akn dbntuk & foto"
22 Februari 2010
Hari milad Rasti yang ke-22..
Siang hari, dalam perjalanan pulang di kereta, Rasti mengobrol dengan
seorang teman tentang kesiapan seorang akhwat menuju gerbang
pernikahan. Rasti yang membuka pembicaraan siang itu.
"menurut kamu akhwat dikatakan siap nikah seperti apa?"
"menurutku, akhwat yang siap nikah itu adalah akhwat yang memang
sudah mempersiapkan dirinya untuk ke arah sana."
"tapi ada akhwat yang bilang, akhwat itu siap gak siap memang harus
siap. Karena kalo ditanya siap atau gak? Pasti jawabnya ya gak
siap-lah.."
"ya memang sih kadang seperti itu. Tapi aku kurang sepakat kalo
misalnya akhwat dikatakan udah siap nikah itu kalo dia udah bisa
mengerjakan semua urusan rumah tangga, misalnya; nyuci, nyetrika, masak,
dll. Itu mah bukan hal yang esensi dalam suatu pernikahan. Emangnya qta
pembantu apa? "
"emang, apa hal esensi dalam sebuah pernikahan?"
"akhwat tuh harus punya ilmu dalam menghadapi pernikahan, rumah
tangga. Banyak baca buku tentang pernikahan, tentang rumah tangga, apa
aja hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga. Trus juga mau
dibawa kemana rumah tangga qta nantinya, itu juga harus dipikirkan.
Karena kebanyakan sekarang ini, akhwat itu kurang ilmunya dalam
menghadapi pernikahan. Liat aja kalo dalam kasus-kasus rumah tangga
ataupun perceraian yang kalah pasti perempuan.."
"ohh.. gitu.."
Percakapan-pun harus diakhiri karena mereka telah sampai di stasiun
Kalibata.
Malam itu, Rasti sedang berkutat di ruang komputer rumahnya. Rasti
sedang menyelesaikan CV yang diminta oleh sang MR. Setelah mengetik
biodata diri, riwayat pendidikan, riwayat organisasi, kondisi keluarga,
dan pola didik keluarga, Rasti agak bingung ketika memberi gambaran
keluarga yang akan dibentuknya nanti. Di ruang komputer, ada Ummi dan
abang Rasti. Rasti-pun memberanikan diri melontarkan pertanyaan dengan
gaya bercanda.
"Mi, kalo Rasti mau nikah sekarang gimana?"
Abang Rasti langsung bilang bahwa Rasti masih belum siap untuk nikah.
Disebutkanlah satu per satu yang menurut abang Rasti, Rasti belum siap
untuk menikah sekarang. Sang
Ummi hanya mengiyakan perkataan abang
Rasti. Padahal Rasti tahu bahwa Ummi pasti selalu mendukung apa yang
Rasti lakukan. Pun terkait masalah ini, Rasti sudah pernah bertanya
pendapat sang Ummi. Tapi ternyata, argumen abang Rasti begitu kuat
hingga akhirnya sang Ummi mengiyakan perkataan abang Rasti.
Ya, Rasti pun paham dengan perkataan sang abang yang menyatakan bahwa
diri Rasti belum siap untuk menikah saat ini. Walaupun sebenarnya
argumen yang dikemukakan oleh abangnya tidak terlalu esensi dalam sebuah
pernikahan.
Rasti pun meminta pendapat teman dekatnya via sms.
"asslm, ukh, mnurt kmu, aku dah siap nikah blum?kok aku merasa aku
blum siap ya?"
"w.slm. udah.. yg bsa meliat kamu siap ato ga, ya org tdekatmu. Aku
liat, kamu, Rina, Sinta, jg udh siap kok.."
"Mmm,, ya betul kata saudariku yang satu itu. Yang bisa menilai diri
kita siap atau belum untuk menikah ya orang-orang terdekat kita..",
pikir Rasti di depan komputer.
Rasti menimbang-nimbang sesuatu, memikirkan pertimbangan-
dari teman, keluarga, dan juga menimbang-nimbang hal esensi dan yang
tidak terlalu esensi dalam sebuah pernikahan. Keputusan pun telah bulat
dan Rasti segera meng-sms sang MR.
"Mbak, af1, aku blum siap. Jd, aku ga jd ngirim CV-nya ya.."
****
Seorang akhwat terkadang bimbang ketika menyatakan dirinya siap atau
tidak menuju gerbang pernikahan. Walaupun pada kenyataannya, dengan
rentang usia yang sama pada usia rawan untuk menikah, lebih banyak
ikhwan yang menyatakan ketidaksiapan untuk menikah di usia yang masih
muda (dini). Ada banyak pertimbangan dari para ikhwan untuk menggenapkan
separuh dien-nya; finansial yang utama. Namun, jika ditilik, rupanya
para akhwat juga tak hanya sekadar siap menunggu ikhwan yang datang
melamar. Akhwat juga harus mempersiapkan semuanya, terutama ilmunya.
Diperlukan pula pertimbangan dari orang-orang terdekat yang bisa
menyatakan diri seorang akhwat siap atau tidak untuk menikah. Meminta
pendapat teman terdekat dan yang terpenting adalah keluarga.
Keluarga-lah yang begitu mengetahui baik-buruknya kita. Seperti yang
Rasti lakukan, dia meminta pertimbangan dari keluarga dan teman
terdekatnya, namun keputusan tetap ada di tangan Rasti. Setelah melihat
ke dalam dirinya mengenai kesiapannya untuk menikah, akhirnya Rasti
memutuskan bahwa: "Nyatanya, aku belum siap menikah.."
perempuanlangitbiru
============
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar