assalamu'alaikum:
Selalu Ada Maaf Bagimu!
M. Syamsi Ali
Salah satu sisiajaran Islam yang paliong mendasar adalah pengampunan dan maaf. Hal ini sangatkontra dengan asumsi luas yang mengatakan bahwa Islam itu keras, dan ayat-ayatAl-
Sisi ajaran Islam yang pengampun dan pemaaf ini mendasar karenabeberapa alasan sebagai berikut:
Pertama, bahwa di antara sekian Asma dan Sifat Ilahi, selain 'Namadefinite' (Allah) ada dua yang paling nama dan sifat yang paling dominandan berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur'an. Pertama adalah sifatNya yang'Rahmah' (kasih sayang) dalam dua bentuk; Ar-Rahman, Ar-Rahim.Kedua, sifatNya yang 'Pemaaf' dalam empat bentuk; Al-Ghafuur, Al-Ghaffaar,
Kata Ghafuur danGhaffar misalnya, terulang lebih 70 kali salam Al-Qur'an. Demikian pula dengankata 'afuwwun' dan 'tawwabun yang seringkali dikaitkan dengan sifatNya yang'Rahiim' berulang beberapa kali dalam Al-Qur'an.
Kedua, bahwa dalam sejarah manusia memang sejak awal penciptaannyamemerl
Ketiga, bahwa manusia secara 'tabiat' memiliki juga kecenderungan untukberbuat salah. Hal ini disebabkan karena adanya 'kecednerungan dasar' manusiayang disebut 'hawa nafsu' yang rentang menarik manusia kea rah yangbertentangan dengan dasar penciptaannya sebagai 'makhluk fitri' (suci). Realitaini menjadikan manusia berada pada posisi lebih mulia dari malaikat, tapi jugalebih rendah dari hewan. Kenyataan bahwa manusia memiliki hawa nafsu tapi mampumenjaga kesuciannya, menjadikanny terangkat ke derajat lebih tinggi darimalaikat. Tapi kenyataan lain bahwa dia diciptakan di atas dasar 'fitrah' namunhanyut dalam perbudakan hawa nafsunya, menjadikannya terjatuh dalam kehinaanyang lebih rendah dari hewan.
Itulah yangAllah firmankan: 'Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dengan penciptaanyang sebaik-baiknya. Lalu kemudian Kami jadikan dia jatuh ke dalam derajat yangpaling rendah'.
Ayat lain memujikemuliaan manusia: 'Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam (manusia)'.
Namun pada ayatlain digambarkan: 'Mereka itu layaknya hewan, bahkan mereka lebih sesat(dari hewan)'.
Maka,pengampunan bagi manusia menjadi 'asasi' karena kenyataan bahwa memang mereka,tanpa kecuali, pasti melakukan dosa dan kesalahan. Tentunya pengecualianberlaku untuk para nabi dan rasul yang diberikan penjagaan khusus (Ishmah),sehingga mereka dikenal sebagai hamba-hamba Allah yang 'ma'shuumiin'(terjaga).
Dua Sisi Maaf
Berbicara tentangmaaf atau pengampunan, ada dua sisi yang perlu dijelaskan. Sisi pertama adalah sisivertikal, yaitu pengampunan Allah SWT kepada hamba-hambaNya. Sisi keduaadalah sisi horizontal, yaitu maaf dari seorang hamba kepada sesamahamba Allah SWT.
Kedua sisi 'maaf'(pengampunan) ini sebenarnya saling terkait. Seorang hamba yang ringan maaf,insya Allah akan selalu menjadikan Allah SWT 'ringan maaf' kepadanya.Hal ini karena dia menjadikan Allah sebagai kiblat akhlaq (takhallquu biakklaqillah)
Sisi Vertikal
Allah Yang MahaRahman-Rahim tidak pernah menutup pintu 'ampunan' bagi hamba-hambaNya selamahamba itu masih dalam realita kehidupan dunianya. Maknanya, masih mengalami penyatuanantara kehidupan jasad dan ruh, yang lebih dikenal dengan kehidupan dunia. Apasaja kesalahan itu, dan sebesar apapun, Allah SWT dengan 'rahmat'Nyayang maha luas dan tanpa batas akan mengampuni hamba-hambaNya.
Dalam sebuahayat Allah SWT menjelaskan: 'Katakan (wahai Muhammad), wahai hamba-hambaKuyang telah melampaui batas terhadap diri mereka! Jangan berputus asa darirahmat Allah, karena sesungguhnya Allah mengampui semua dosa. Sungguh AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang' (Al-Qur'an).
'Sungguh Allahmengampuni semua dosa'. Itulah deklarasi Al-Qur'an yang tegas. Lalu bagaimanadengan ayat yang mengatakan bahwa 'Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosayang mempersekutukan bagiNya?'. Jawabannya adalah bahwa jika seorang hambamelakukan dosa syirik, tapi sebelum meninggal dunia sempat meminta ampun dankembali ke jalan tauhid, maka Allah akan mengampuni dosa tersebut. Namun jikadia meninggal dalam keadaan syirik, maka dia akan abadi dalam neraka. Dosa initidak akan diampuni (dihapuskan) sebagaimana dosa-dosa lain, selama orangtersebut meyakini 'Tauhid'.
Sungguhkemaha-
'SesungguhnyaAllah menerima taubat seorang hamba sebelum menghembuskan napas terakhir (maalam yugharghir)'.
'SesungguhnyaAllah menerima taubat seorang hamba sebelum mata hari terbit di ufuk barat'.
'SungguhAllah membuka pintu magfirah di malam hari bagi hamba yang berdosa dosa disiang hari. Dan sungguh Allah membuka pintu maghfirah di siang hari bagi hambayang melakukan dosa di malam hari'.
Adasebuah cerita yang menarik, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:
'Suatu ketikaada seseorang yang telah membunuh 99 orang. Lalu dia mendatangi seorang salehuntuk bertanya, apakah dia masih akan diampuni oleh Allah SWT? Oleh orang salehitu dikatakan bahwa dosanya telah demikian besar dan Allah tidak akanmengampuninya lagi. Maka, dia pun marah dan membunuh orang saleh tersebut.Kemudian dia mendatangi seorang yang bijak dan ilmuan untuk menanyakan hal yangsama. Oleh sang bijak dan ilmuan itu dijawab bahwa jika memang dia iklas dangsungguh-
Itulah harapanyang tiada batas. Harapan yang mambawa kehidupan baru dalam hidup seoranghamba. Dan karenanya, menurut Al-Qur'an 'sikap putus asa itu hanya dimilikioleh mereka yang kufur' (Al-Qur'an). Orang yang beriman akan selalu memilikiharapan untuk baik dan merubah hidup menjadi lebih baik. Dan harapan itu sangatterkait dengan 'Rahmat'Nya Ilahi yang menaungi semuanya. Sebagaimana firmanNya'Sesungguhnya rahmatKu melampaui segala sesuatu' (Al-Qur'an).
SisiHorizontal
Sikap pemaaf danmudah memaafkan ternyata menjadi salah satu ciri penting seorang hamba. Allahmenyampaikan 'Dan jika kamu memaafkan maka itu lebih dekat kepada ketakwaan'(Al-Qur'an).
Barangkali ayatdi S. Ali Imran akan menjelaskan lebih gamblang cir-ciri ketakwaan ini. Padaayat tersebut Allah menjelaskan bahwa dalam menghambakan diri kepada Allah,dituntut keseriusan dan kerja keras. Bahkan sangat dianjurkan untuk memilikispirit 'persaingan' (dalam makna positif) untuk menggapai kemenangan. Allahmemulai dengan mengatakan 'Berlomba-lombalah kamu dalam menggapi magfirahTuhanmu dan dalam upaya masuk ke dalam syurga yang luasnya seluas langit danbumi, yang telah disiapkan bagi orang-orang yang tertakwa'.
Siapakah yangdimaksud orang-orang yang bertakwa itu menurut ayat ini? Mereka adalahorang-
Orang-orang yangbertakwa itu bercirikan: pertama, ringan tangan dalam meringankan bebanorang lain, baik secara komunitas maupun secara pribadi. Maknanya, orang yangtertakwa itu adalah pemurah sebab dia sadar kepemurahan Allah atas dirinya.
Kedua, dia mampu menahan marah. Ayat ini tidak mengatakan bahwa orangbertakwa itu tidak marah. Melainkan ketika dia marah dia mampu menahan marah.Marah adalah bagian dari tabiat manusia, dan semua manusia pasti akan mengalamisuatu saat di mana Susana batinnya akan marah, termasuk Rasulullah SAW. Yangmembedakan antara kita dengan rasulullah SAW adalah bahwa beliau hanya marahkarena kebenaran (lil haqq). Selain itu jika beliau marah, maka marahnya beliauakan diredam dan disalurkan pada saluran positif dan kebenaran. Sebaliknya,terkadan
Ketiga, dia memiliki sifat dan sikap pemaaf (al-aafiina anin naas). Ketikaseseorang marah maka tentu ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama adalahpenyaluran negative, termasuk 'mengutuk' (cursing), memukul, menendang,melempar, dan semacamnya. Atau kedua, merenung lalu mencari celah untukmenyelesaikan permasalahan itu dengan jalur yang positif. Jalur yang positiftertinggi adalah 'memaafkan'. Dan ini menjadi salah satu ciri ketakwaan yangagung.
Pertanyaannyaadalah kenapa memaafkan itu begitu penting dan menjadi cirri khas orang-orangyang bertakwa? Adabeberapa alasan yang dapat diberikan:
Satu, karakter pemaaf menjadirefleksi akhlaaaqiyat Allah (karakter yang mencontoh akhlak Allah SWT). Hadits 'takhallaquubi akhlaqi Allah' (berakhlaklah dengan akhlak Allah) bermakna memilikikarakter sebagai karakter-karakter Allah SWT, sesuatu dengan batasan dankapasitas kita sebagai manusia. Allah sebagai pemaaf (Ghafuur, Ghaffar,'Afuwwun, Tawwaab) seharusnya terefleksi dalam sifat dan sikap kita terhadapsesama. Alangkah anehnya, jika setiap saat melakukan kesalahan, dan setiap saatpula Allah membuka pintu maaf bagikita, namun kita begitu kikir dalam memaafkan orang lain. Seolah dalam bahasaperbuatan (lissan al haal) kita mengatakan bahwa kebaikan itu hanya datangnyadari yang lain, sementara kita sendiri hanya berada pada posisi untuk menerimakabaikan. Tentu ini bukanlah sifat orang yang bertakwa. Karena sifat ketakwaan,salah satunya, adalah memiliki sifat ihsan kepada yang lain.
Dua, karakter pemaaf merupakan refleksi kerendahhatian (tawadhu') seorang hamba. Ketika seseorang memaafkan orang lain makasecara tidak langsung pertama kali adalah pengakuan akan ketidak sempurnaandirinya sendiri. Dalam hati sanubarinya akan berkata 'hari ini saudarav sayabersalah dan perlu dimaafkan, boleh jadi esok hjari saya yang berbuat salah dansaya memerlukan sesorang untuk memaafkan saya sendiri. Untuk itu, di saat oranglain memerlukan maaf saya maka saya perliu memaafkan untuk saya dengan mudah puladimaafkan di saat nantinya saya berbuat kesalahan.
Pasalnya adalah bahwa tiada seorang pun yang ma'shum, terkecuali para nabidan rasulNya. Oleh karenanya, ketika seseorang tidak mau memaafkan, sebenarnyaseolah berkata bahwa saya tidak perlu maaf dari siapapun, toh saya tidak akanbetrbuat salah kepada siapa saja. Dan jika ini terjadi, maka itulah kesombonganyang tidak perlu terjadi.
Tiga, karakter pemaaf juga merrupakan pengakuan akanhakikat eksistensi kebaikan pada setiap orang. Maknanya, sejahat apapunseseorang, niscaya dia memiliki kemungkinan untuk baik. Perbuatan dosa dankesalahan bukan akhir dari harapan untuk baik. Hal ini karena pada setiap insanada dasar penciptaan yang di atasnya diciptakan semua manusia. 'Fitrah Allah yang darinya setiap manusiadiciptakan. Tiada pergantian/perubaha
Ayat yang tersebut di S. Ar-Rum itu menggambarkan bahwa tanpa kecuali semuamanusia itu memiliki 'sinar sejati' dalam dirinya karena memang itulah asaspenciptaannya. Kesalahan yang dilakukan hanya refleksi kemanusiaannya yangturut serta dilengkapi oleh 'hawa nafsu'. Untuk itu, ketika seorang manusiaberbuat salah, sesungguhnya bukan karena dia berubah menjadi makhluk lain, dankehilangan jati diri (fitrah) tapi sekedar kelemahan sehingga dia terseret olehtarikan hawa nafsunya.
Untuk itu, di saat diomaafkan berarti pula merupakan pengakuan bahwa orangtersebut masih memiliki 'kesempatan' untuk kembali ke fitrahnya. Atau masih adaharapan untuk kembali menjadi manusia yang baik. Contoh terdekat dari iniadalah ketika rasulullah mendoakan salah satu dari diua orang terjahat di Mekahdengan doanya 'Allahumma ihdi ahada Umaraen' (ya Allah tunjukilah salah satudari dua Umar). Ternyata Allah mengabulkan doa beliau dan ditunjukiNya Umaribnu Khattab r.a. Kenapa salah satu Umar ini didoakan? Karena sejahat apapunmereka, mereka ada potensi yang masih dapat diharapkan dan bahkan menjadipotensi perjuangan umat ke depan.
Empat, memaafkan juga merupakan 'syifaa' (obat) yang mujarab, baik bagiyang memaafkan maupun yang dimaafkan. Bagi yang memaafkan, maka dia akanmenjadi tenang dan kembali berlapang dada/.eorang yang tidak mau memaafkan akanselalu memendam amarah, sakit hati dan kebencian. Oleh karenanya akan beratybaginya merasakan ketenangan dan kedamain hidup. Di malam harin akan susahmerasakan nyenyaknya tidur, di siang hari akan susah merasakan lezatnya makan.Yang paling berbahaya adalah jika amarah terseb ut diikuti oleh upaya-upayabalas dendam, disitulah awal bencana yang akan ditanamkan oleh syetan dalamdirinya.
Bagi yang dimaafkan maka ini merupakan obat mujarab untuk memungkinkanbaginya menjadi baik. Memaafkan orang yang salah sesungguhnya juga memberikanobat mujarab kepadanya untuk mengobati penyakit hati (maradh qalbi) yang adapadanya. Kesalahn yang dilakukannya merupakan refleksi dari adanya 'sakithati', karena dalam hadits disebutkan 'jikahati baik maka baik semua amal. Tapi jika hati rusak (sakit) maka rusaklahseluruh amalan' (hadits).
Oleh karenanya ketika seseorang dimaafkan maka itu 'peringatan' baginyaakan adanya 'fitrah' terselubung yang memungkinkan baginhya untuk menjadi orangbaik. Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang pemuda yang telah menjadi Islam,rajin shalat, puasa, dll. Tapi suatu ketika dia menghadap kepada Rasulullah SAWdan meminta izin untuk berzina. Ketika Umar mendengar dia meminta izin, Umarhendak memenggal leher anak muda tersebut karena dianggap sangat kurang ajarterhadap Rasul Allah SAW. Oleh rasulullah Umar ditahan dan beliau diingatkan'mahlan ya Umar!' (pelan-pelan wahai Umar). Rasulullah kemudian mengajak sangpemuda itu mendekat kepadanya, lalu tangan beliau diletakkan di dadanya danditanya 'apakah kamu punya ibu?' Dijawabnya 'iya punya'. Rasulullah bertanyalagi 'apakah kamu punya saudari perempuan?'. Dijawabnya 'iya punya'. Rasulullahkemudian betrtanya 'apakah kamu punya tante?' Dijawabnya 'iya punya'.Rasulullah kemudian mengatakan 'apakah kamu suka jika ada yang melakukan itudengan ibumu, saudarimu, atau tantemu?' Sang pemuda menjawab 'tidak!'.Rasulul;lah kemudian menasehatkan'sesugngguhnya semua wanita itu adalah seorang ibu, saudari atau tante darioorang lain. Dan tak seorangpun yang akan menyukai hal tersebut jika terjadipada ibu, saudari atau tantenya'. Lalu rasulullah mendokan anak muda terseb ut'ya Allah sucikanlah hatinya!'.
Sejak hari itu, anak muda tersebut tidak pernah berpikir yang tidak-tidakdan bahkan menjadi salah seorang anak muda yang paling taat di Madinah.
Perintah Allah kepada Rasulnya
Sebagai penutup akan saya kutipkan sebuah ayat yang mungkin dalam pikiranmanusiawi kita sangat berlebihan. Bayangkan, Rasul Allah SAW pada ayat inidiperintah untuk memaafkan mereka yang bersalah kepadanya. Bukan Cuma itu, tapimemintakan ampun bagi mereka. Bahkan lebih dari itu, dan ini mungkin yangberat, yaitu diperintah untuk meminta masukan (musyawarah) dari mereka.
Ayatnya adalah 'Maka disebabkan karena rahmat dari Allah-lah kamu berlakulemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,tentulah mereka menjauhkan diri dari skelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,mohonkanlah an piun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalamurusan itu. Kermudian jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya' (AlImran:159)
Sungguh indah ajaran Islam ini. Sungguh agung ajaran akhlak mulia Allahyang disampaikan kepada kita lewat 'uswah hasanah' manusia, Rasulullah SAW.Semoga kita diberikan taufiq dan hidayahNya dalam membangun sifat mulia ini.Mudah menyadarin akan dosa dan kesalahan, lalu rendah hati dan segera memohonampunan kepada sang Pencipta. Tapi semoga pula, dengan dorongan rendah hati danketakwaan, menjadikan kita mudah berlapang dada untuk saling memaafkan. Semoga!
New York, 1 Mei 2010
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar