Jumat, 24 Desember 2010

[daarut-tauhiid] Mudzakarah Ilmiyah di Masjid Fatulla UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Ketakutan Barat terhadap Islam sebagai kekuatan Ketiga
Oleh Ahmad Zidan pada Rabu 22 Desember 2010, 10:52 AM

CIPUTAT (Arrahmah.com) - Berbagai cara dilakukan Barat untuk melemahkan spirit umat Islam untuk
memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Salahsatunya adalah dengan
memerangi Islam sebagai ideologi dan politik. Kekhawatiran Barat
terhadap prediksi umat Islam bakal menjadi kekuatan ketiga (setelah
Marxisme dan kapitalisme) di masa depan, membuatnya menjadi paranoid.
Hal itu diungkapkan dosen Universitas Muhammadiyah Solo Dr. H. Amir
Mahmud, S.sos, M.ag dalam Mudzakarah Ilmiah bertajuk "Masa Depan
Pergerakan Islam di Indonesia" di Masjid Fathullah Syarif Hidayatullah
UIN, Ciputat, Banten, Ahad (19/12/2010) lalu. Hadir sebagai pembicara,
Fauzan al Ansori (Mantan Majelis Mujahidin), dan Ustadz Abu Muhammad
Jibriel Abdur Rahman (Wakil Amir Majelis Mujahidin).

Ketakutan
itu bermula saat DR. Edward J. Byng menulis sebuah buku pada tahun 1954
dalam bahasa Jerman berjudul "Die welt der Araber" (Dunia Arab) yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (The World og The Arab)
yang ketika itu rubah ke dalam bahasa Belanda menjadi "De Derde Macht"
(kekuatan ketiga). Yang menarik, buku memuat kata pengantar dari Sultan
Otsmaniyah paling akhir yang sudah dimakzulkan, yaitu Sultan Abdul Majid II.

Dalam buku itu, diuraikan, bahwa suatu masa akan terjadi
kebangkitan umat yang jumlahnya mencapai 400 juta. Kelompok ini adalah
pemeluk agama yang satu (Islam), yang mendiami daerah yang terbentang
luas, memanjang dari Tanger di sebelah barat (Afrika Utara) sampai ke
Irian (Indonesia) di sebelah timur, dan garis melebarnya dari tanah
tinggi Pamir (Asia Tengah) di sebelah utara sampai ke daerah timur dan
selatan Benua Afika. Disebutkan, umat yang jumlahnya mencapai 1/6
penduduk dunia itu akan saling bahu membahu dengan kekuatan dunia yang
sudah ada, menjadi kekuatan ketiga.

Jika Amerika dan sekutunya
mempersatukan diri di dalam Pakta Atlantik, lalu Rusia dan seluruh
sekutunya mempersatukan diri dalam pakta Warsawa, maka kekuatan ketiga
bergabung dalam bentuk "Pan Islamisme". Ketakutan Islam sebagai ideologi itulah yang mendorong Barat, mengerahkan kekuatannya untuk memecah
belah kekuatan umat Islam. Terbukti, dunia Arab, kini berada dalam
ketiak AS, dan telah menjadi bonekanya yang patuh.

Kamuflase Islam Moderat

Dikatakan Amir Mahmud, beberapa intelektual Muslim sekuler – yang notebene
merupakan jaringan komparador asing – berupaya memberikan pencitraan
buruk terhadap kelompok Islam yang berkomitmen menjaga kemurnian ajaran
Islam dengan sebutan kelompok Islam garis keras atau Islam
fundamentalis. Bersamaan dengan itu, dikembangkanlah istilah Islam
moderat – yang notebene liberal dan sekuler – untuk dijadikan tandingan
untuk melemahkan kelompok Islam yang hendak memperjuangkan tegaknya
syariat Islam. Politik Devide et impera (adu domba) pun dijadikan
"jurus ampuh" untuk membenturkan sesama Muslim.

"Ada kekeliruan
cara pandang dari orang yang tidak suka terhadap syariat Islam. Mereka
menciptakan opini, seolah syariat Islam identik dengan kekerasan, karena dikaitkan dengan pelaksanaan hukum pidana Islam, seperti hukuman mati
(qishash) bagi pembunuh, murtad dan pemberontakan, potong tangan bagi
pencuri, sanksi hukuman lempar batu (rajam) bagi pezinah," jelas Amir.

Sejumlah peneliti asing yang mempunyai kepentingan-kepentingan terhadap ideologi global seperti Sidney Jones, dimanfaatkan dalam rangka menggiring opini masyarakat untuk memberi pencitraan buruk terhadap kelompok Islam anti
liberal dan sekuler. Sidney Jones pula yang melakukan penyesatan opini
dengan cara mensuplai data kepada sejumlah media nasional untuk memberi
penilaian buruk tentang gerakan aktivis Islam yang selama ini getol
memperjuangkan syariat Islam.

Paranoid Barat kian klimaks, ketika Peneliti dari kalangan mereka sendiri, meyakini terjadinya kebangkitan
umat Islam. W.G Palgrave menyatakan, umat Islam bagaikan orang yang
berdiri tenang di tempatnya yang kokoh kuat di tengah-tengah segala yang bergejolak.

Bahkan dalam bukunya yang berjudul "The Future of
Islam", Scawen Blunt membuat ramalan tentang kebangkitan Islam. Ia
mengemukakan, ada empat faktor yang menyebabkan kebangkitan umat Islam,
yaitu: ibadah haji yang dikerjakan setiap tahun, pemusatan pemerintahan
Islam yang dinamakan khilafah di Turki, adanya Tanah Suci Islam dan
berkobarnya gerakan reformasi.

Tersebarnya Islam di negara-negara Eropa merupakan ancaman bagi dunia Kristen dan Yahudi. Ketakutan itu
sangat beralasan, ketika orang Islam sempat mendongkel penguasa-penguasa setempat satu per satu. Barat merasa, ketika Konstantinopel yang
merupakan benteng terkuat di dunia saat itu, jatuh ke tangan orang
Muslim dari Kerajaan Bani Utsmaniyah, dianggap sebagai trauma sejarah
dan merupakan pukulan yang sangat telak dan memalukan.

Maka
sasaran pertama yang harus dilakukan untuk melumpuhkan kebangkitan Islam ialah mengeroyok Kerajaan Otsmaniyah di Turki yang dianggap sebagai
pusat dunia Islam. Selanjutnya, mematikan gerakan reformasi yang
dibangkitkan oleh Jamaluddin al-Afghani dan Syaikh Muhammad Abduh dengan gerakan Pan-Islamism-nya.

Lothrop Stoddard asal Amerika dalam
bukunya "The New World of Islam" (terbit tahun 1921) menegaskan,
meskipun khilafah sudah dapat ditumbangkan selama umat Islam masih dapat bebas menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah, tetap saja ancaman
dan bahaya bagi Barat itu tidak akan hilang.

Seorang Peneliti
Barat yang lain, Jensen, mengatakan, gerakan anti dominasi barat telah
merata ke seluruh kawasan Asia, dari India sampai ke Indonesia. Oleh
sebab itu, tidak berlebihan bila disimpulkan, gerakan Islam merupakan
salah satu "kekuatan dunia" yang besar, potensial dan berbeda cara
pandang ideologis dalam membangun tata sosial, politik, ekonomi, bahkan
peradaban dunia.

Ketika Barat merasa terancam, mulailah dilakukan serangkaian makar dengan target Islam tidak dapat hadir menjadi
kekuatan internasional (International forces) yang dapat menghantui dan
menghancurkan negara adikuasa seperti Amerika. Ketika Afghanistan gagal
ditundukkan, Amerika dan sekutunya, mulai membuat isu terorisme hingga
ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Salah satu proyek Barat untuk
negeri-negeri Muslim adalah keinginannnya untuk meninjau ulang makna
jihad, thogut dan khilafah.

Islam Agama Perlawanan

Dikatakan Amir Mahmud, gerakan Islam di Indonesia bukan saja ingin tetap menjaga
dan meneruskan kesinambungannya dengan sejarah, tapi juga ingin tetap
melestarikan syariat Islam. Untuk mewujudkan cita-citanya, terdapat
kesadaran dari kalangan umat Islam sendiri akan pentingnya Islam sebagai sistem kehidupan. Masa nabi Muhammad Saw dan Khulafaurasyidin dijadikan sebagai pola, model dan rujukan sekaligus sebagai landasan perjuangan.
Karena Islam dipandang sebagai alternatif, sehingga menjadi ancaman bagi ideologi lainnya.

"Ketika Islam dipandang sebagai kekuatan
ketiga, agama bukan semata ritual dan seremonial yang sakral, tapi lebih dari itu, menjadi kekuatan besar sekaligus spirit, sumber inspirasi
dalam melawan penindasan. Dan ketika penindasan itu menimpa kaum
Muslimin, sesama Muslim di belahan dunia akan merasakan luka yang sama.
Tak heran jika umat Islam paling reaktif menentang penindasan Barat di
negeri-negeri Muslim," ujar Amir.

Sejarah mencatat, ada banyak
peristiwa perlawanan umat Islam di Tanah Air, ketika harga dirinya
terinjak-injak kekuatan imperialisme. Mulai dari Sumatera Barat
(1821-1830) yang lebih dikenal dengan Perang Padri yang dipimpin Imam
Bonjol. Kemudian perlawanan di Jawa Tengah (1826-1830) dikenal dengan
Perang Diponogoro. Belum lagi di Aceh, termasuk pemberotakan Ciomas
(1886) dan Pemberontakan Banten (1888).

Dengan munculnya berbagai kekuatan Islam, yang dimulai dari gerakan pemurnian ajaran Islam dengan gerakan wahabi sampai kepada gerakan penyatuan kesadaran politik kaum
muslimin dengan Pan Islamismenya, Ikhwanul Muslimin, Jama'at islam, Hizb Tahrir, JAT dan sebagainya, membuktikan masih adanya gerakan Islam
sebagai terobosan ijtihad yang mampu membakar mampu semangat pembaruan
para pemikir Islam untuk merebut kembali harga diri umat ini di tengah
ini percaturan dan konflik peradaban Timur – Barat.

Yang harus
menjadi perhatian setiap Muslim dan aktivis gerakan Islam, lanjut Amir
Mahmud, adalah memahami dan menyadari kelemahan yang menyebabkan
tertundanya kebangkitan Islam, diantaranya: hilangnya tanggungjawab
dakwah dan jihad pada umat ini, kurangnya tarbiyah yang baik, pemisahan
kepemimpinan addien dan siyasah, adanya penyakit firaunisme, sektarisme
dan vested interst yang menyebabkan disintegrasi umat Islam.

Amir Mahmud mengingatkan, aktivis pergerakan Islam harus memahami strategi
musuh-musuh Islam, seperti upaya merubah al Islam denga jalan memberikan gambaran yang salah tentang Islam. Sebagai contoh, menafsirkan Al
Qur'an dengan cara menggunakan metode hermeneutik, memisahkan umat Islam dari ajarannya yang hakiki, memisahkan dan mempertentangkan golongan
umat Islam yang satu terhadap golongan Islam yang lain. (Ahmad
Zidan/arrahmah.com)

Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/10386/ketakutan-barat-terhadap-islam-sebagai-kekuatan-ketiga#ixzz18zkpfZ19
Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/10386/ketakutan-barat-terhadap-islam-sebagai-kekuatan-ketiga#ixzz18zkWF9q7

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: