----- Pesan Diteruskan ----
Dari: Fadil Basymeleh <fadilbasymeleh@gmail.com>
Perniagaan yang Tidak Akan Merugi
بسم الله الرحمن الرحيم
Semua manusia sepakat, meskipun secara tidak tertulis, bahwa target mereka
dalam setiap usaha yang mereka lakukan adalah meraih kesuksesan, mendapat
untung dan terhindar dari kerugiaan.
Ironisnya, kebanyakan manusia hanya menerapkan hal ini dalam usaha dan urusan
yang bersifat duniawi belaka, sedangkan untuk urusan akhirat mereka hanya
merasa cukup dengan 'hasil' yang pas-pasan dan seadanya. Ini merupakan
refleksi dari kuatnya dominasi hawa nafsu dan kecintaan terhadapa dunia dalam
diri mereka.
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisyaratkan keadaan mayoritas manusia ini dalam
firman-Nya,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ
غَافِلُونَ
"Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS. ar-Ruum: 7).
Imam Ibnu Katsir berkata, "Arti (ayat ini): mayoritas manusia tidak memiliki
ilmu pengetahuan kecuali dalam (perkara-perkara yang berkaitan dengan) dunia,
keuntungan-keuntungannya, urusan-urusan dan semua hal yang berhubungan
dengannya. Mereka sangat mahir dan pandai dalam usaha meraih (keberhasilan)
dan cara-cara mengusahakan keuntungan duniawi, sedangkan untuk kemanfaatan
(keberuntungan) di negeri akhirat mereka lalai (dan tidak paham sama sekali),
seolah-seolah mereka seperti orang bodoh yang tidak punya akal dan pikiran
(sama sekali)." (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 3/560).
Perniagaan Akhirat
Allah Subhanahu wa Ta'ala menamakan amalan-amalan shalih, lahir dan batin,
yang disyariatkan-Nya untuk mencapai keridhaan-Nya dan meraih balasan kebaikan
yang kekal di akhirat nanti sebagai "tijaarah" (perniagaan) dalam banyak ayat
al-Qur'an.
Ini menunjukkan bahwa orang yang menyibukkan diri dengan hal tersebut berarti
dia telah melakukan 'perniagaan' bersama Allah Ta'ala, sebagaimana orang yang
mengambil bagian terbesar dari perniagaan tersebut maka dialah yang paling
berpeluang mendapatkan keuntungan yang besar.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ
مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ. تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ
ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya dengan harta dan jiwamu,
itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
surga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." (QS. ash-Shaff: 10-12).
Imam asy-Syaukani berkata, "Allah menjadikan amalan-amalan (shalih) tersebut
kedudukannya seperti 'perniagaan', karena orang-orang yang melakukannya akan
meraih keuntungan (besar) sebagaimana mereka meraih keuntungan dalam
perniagaan (duniawi), keuntungan (besar) itu adalah masuknya mereka ke dalam
surga dan selamat dari (siksa) neraka." (Kitab Fathul Qadiir, 5/311).
Inilah 'perniagaan' yang paling agung, karena menghasilkan keuntungan yang
paling besar dan kekal abadi selamanya, inilah 'perniagaan' yang dengannya
akan diraih semua harapan kebaikan dan terhindar dari semua keburukan yang
ditakutkan, inilah perniagaan yang jelas lebih mulia dan lebih besar
keuntungannya daripada perdagangan duniawi yang dikejar oleh mayoritas
manusia. (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir, 4/463).
Oleh karena itu, Allah Ta'ala menyifati 'perniagaan' mulia ini sebagai
perniagaan yang pasti beruntung dan tidak akan merugi. Allah 'Azza wa Jalla
berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ.
لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ
شَكُورٌ
"Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (al-Qur'an),
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS. Faathir: 30).
Syaikh 'Abdur Rahman as-Sa'di berkata, "(Inilah) perniagaan yang tidak akan
merugi dan binasa, bahkan (inilah) perniagaan yang paling agung, paling tinggi
dan paling utama, (yaitu) perniagaan (untuk mencari) ridha Allah, meraih
balasan pahala-Nya yang besar, serta keselamatan dari kemurkaan dan
sisaan-Nya. Ini mereka (raih) dengan mengikhlaskan (niat mereka) dalam
mengerjakan amal-amal (shalih) serta tidak mengharapkan tujuan-tujuan yang
buruk dan rusak sedikitpun." (Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan, hal. 689).
Barang Dagangan/ Perniagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala Adalah Surga
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya barang dagangan Allah sangat mahal, dan ketahuilah bahwa barang
dagangan Allah adalah surga." (HR. at-Tirmidzi (no. 2450) dan al-Hakim
(4/343), dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati oleh Imam
adz-Dzahabi, serta dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Ash-Shahiihah,
no. 954 dan 2335).
Barang dagangan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mahal dan mulia ini harganya
adalah amalan shalih dan berkorban di jalan-Nya, sebagaimana yang Allah
Subhanahu wa Ta'ala isyaratkan dalam firman-Nya,
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
"Dan amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Rabb-mu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. al-Kahfi: 46).
Juga dalam firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ
بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ
وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ
وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا
بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga (sebagai balasan) untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar." (QS. at-Taubah: 111) (Lihat kitab Tauhfatul Ahwadzi,
7/124 dan Fathul Qadiir, 6/123).
Imam Ibnu Katsir berkata, "Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan (dalam ayat
ini), bahwa Dia telah mengganti (membeli) dari hamba-hamba-Nya yang beriman
jiwa dan harta mereka yang mereka curahkan di jalan-Nya dengan Surga (sebagai
harganya). Ini merupakan (bagian) dari karunia, kebaikan dan kedermawanan-Nya,
karena Dia menerima (untuk memberikan) ganti (harga) dari apa yang merupakan
milik-Nya, dengan (ganti yang berupa) anugerah yang dilimpahkan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang (selalu) taat kepada-Nya. Oleh karena itu, (Imam) Hasan
al-Bashri dan Qatadah berkata (tetntang ayat ini), 'Demi Allah, Dia telah
berjual-beli dengan mereka, lalu Dia menjadikan sangat mahal harga (yang
mereka terima, yaitu surga).'" (Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 2/515).
Barang Dagangan yang Mahal Hanya untuk Pedagang dan Pembeli Kelas Tinggi
Barang dagangan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sangat mulia dan mahal ini,
yaitu Surga, hanya pantas 'diperdagangkan' dan 'dibeli' oleh para pedagang dan
pembeli 'kelas tinggi', yaitu mereka yang siap mencurahkan segenap kesungguhan
dan perjuangan mereka, dengan jiwa, raga dan harta, untuk meraih kesempurnaan
iman dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Merekalah orang-orang 'kelas tinggi' dalam arti yang sebenarnya, karena mereka
siap berjuang dan mengorbankan segala yang mereka miliki untuk memenuhi
'selera mereka yang tinggi', yaitu selera untuk mendapatkan balasan yang
tinggi, yaitu Surga.
Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala menyifati Surga dalam al-Qur'an dengan
firman-Nya,
فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
"Di dalam Surga yang sangat tinggi." (QS. al-Ghaasyiah: 10).
Demikian juga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyifati Surga Firdaus dalam
sabda beliau, "Jika kalian memohon (Surga) kepada Allah, maka mintalah (Surga
Firdaus), itulah Surga yang paling di tengah dan paling tinggi, dan atapnya
adalah Arsy (Allah Subhanahu wa Ta'ala) Yang Maha Pemurah." (Hadits shahih
riwayat al-Bukhari, no. 2637 dan 6987).
Bukankah dengan ini mereka pantas disebut sebagai orang-orang yang memiliki
'selera tinggi'?
Sebagaimana orang-orang yang menjadikan dunia sebagai target utama dalam hidup
mereka, pantas disebut sebagai orang-orang yang memiliki 'selera rendah'
sesuai dengan kerendahan dan kehinaan dunia itu sendiri.
Imam 'Abdur Rauf al-Munawi berkata, "Dunia itu dinamakan 'dunia' (secara
bahasa berarti yang rendah/ dekat), karena kedekatannya (cepat berakhirnya)
dan kerendahannya (kehinaannya)." (Kitab Faidhul Qadiir, 3/544).
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan sifat utama yang ada pada
penghuni Neraka yaitu selalu memprioritaskan kehidupan dunia yang rendah. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ
الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ
الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
"Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang
yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (QS. An-Naazi'aat:
37-41).
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berlindung kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala dari 'selera yang rendah' ini, sebagaimana dalam doa beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam,
ولا تَجْعَلِ الدُّنْيا أَكْبَرَ هَمِِّنا ولا مَبْلَغَ عِلْمِنَا
"(Ya Allah) janganlah Engkau jadikan dunia (harta dan kedudukan [lihat kitab
Tuhfatul Ahwadzi, 9/334]) sebagai target utama kami dan puncak dari
pengetahuan kami." (HR. at-Tirmidzi (no. 3502), dinyatakan hasan oleh Imam
at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani).
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Barangsiapa yang bercita-cita untuk (meraih)
perkara-perkara yang tinggi, maka wajib baginya untuk menekan kuat kecintaan
kepada perkara-perkara yang rendah (dunia)." (Kitab Miftaahu Daaris Sa'aadah,
1/108).
Sikap inilah yang ditunjukkan oleh shahabat yang mulia, Shuhaib bin Sinan
radhiallahu 'anhu, ketika beliau berhijrah dari Mekkah ke Madinah, yang untuk
itu beliau harus menyerahkan harta dan emas berlimpah yang beliau miliki
kepada orang-orang kafir Quraisy, agar mereka tidak menghalangi hijrah beliau
ke Madinah. Sehingga ketika beliau telah sampai kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam yang telah mengetahui kejadian tersebut berdasarkan berita
dari Malaikat Jibril'alaihis salam, waktu itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam menyampaikan kabar gembira kepadanya dengan bersabda, "Wahai Abu Yahya,
(sungguh) telah beruntung perniagaanmu", beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
mengucapkannya sebanyak tiga kali." (HR.al-Hakim (8/31) dan ath-Thabrani dalam
Al-Mu'jamul Kabir, no. 7296, dinyatakan shahih oleh Imam al-Hakim dan disepakati
oleh Imam adz-Dzahabi).
Kemuliaan dan Keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala Sesuai dengan Kesungguhan
Manusia
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjuang dengan sungguh-sungguh untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami berikan hidayah kepada mereka (dalam
menempuh) jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik." (QS. al- 'Ankabuut: 69).
Imam Ibnu Qayyim ketika mengomentari ayat di atas, beliau berkata, "(Dalam ayat
ini), Allah Subhanahu wa Ta'ala menggandengkan hidayah (dari-Nya) dengan
perjuangan dan kesungguhan (manusia), maka orang yang paling sempurna
(mendapatkan) hidayah (dari Allah Ta'ala) adalah orang yang paling besar
perjuangan dan kesungguhannya." (Kitab Al-Fawa-id, hal. 59).
Tidak terkecuali dalam hal ini, untuk meraih keuntungan besar dalam
perdagangan akhirat tentu sangat dibutuhkan perjuangan dan kesungguhan.
Kesungguhan dalam memahami petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
mengamalkannya untuk mencapai ridha-Nya. Inilah jalan untuk mencapai
keuntungan yang tinggi dan mulia dalam perdagangan akhirat, yaitu surga yang
penuh dengan berbagai macam kenikmatan besar yang "belum pernah dilihat oleh
mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam
benak manusia." (Sebagaimana dalam hadits qudsi riwayat Imam al-Bukhari, no.
4501 dan Muslim, no. 2824).
Seorang penyair mengungkapkan hal ini dalam bait syairnya,
Maka katakanlah kepada mereka yang mengharapkan perkara-perkara (balasan) yang
tinggi
Tanpa kesungguhan/perjuangan (berarti) kamu mengharapkan sesuatu yang mustahil
(kamu dapatkan)
Inilah makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, "Orang yang berjihad/
berjuang dengan sungguh-sungguh (yang sebenarnya) –dalam riwayat lain: jihad/
perjuangan yang paling utama– adalah orang yang berjuang dengan
sungguh-sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah Subhanahu wa
Ta'ala–dalam riwayat lain: dalam ketaatan kepada Allah –." (HR. at-Tirmidzi
(no. 1621), Ahmad (6/21,22), Ibnu Hibban (no. 4862), dinyatakan shahih oleh
Imam At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani).
Nasihat dan Penutup
Inilah perniagaan akhirat dan perniagaan dunia, dan inilah perbandingan antara
keduanya, manakah yang akan anda pilih?
Allah Ta'ala berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ
زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
"Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan, Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu (dengan ketakwaan), dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya (dengan kefasikan)." (QS. asy-Syams: 7-10).
Kehidupan dunia yang kita jalani, hakekatnya adalah pertaruhan diri kita untuk
membawanya kepada jalan kebaikan atau kebinasaan.
Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap manusia menjalankan
(kehidupannya) dan menjual (mempertaruhkan) dirinya, maka (ada orang) yang
membebaskan (menyelamatkan) dirinya dan (ada pula) yang membinasakannya."
(Hadits shahih riwayat Muslim, no. 223).
Imam an-Nawawi berkata, "Makna hadits ini adalah setiap manusia mengusahakan
(mempertaruhkan) dirinya, di antara mereka ada yang menjualnya untuk Allah
Subhanahu wa Ta'ala dengan (menetapi) ketaatan kepada-Nya, maka dialah yang
membebaskan (menyelamatkan) dirinya dari siksa (neraka yang sangat pedih), dan
di antara mereka ada yang menjualnya untuk syaitan dan hawa nafsunya dengan
menuruti (ajakan) keduanya, maka dialah yang membinasakan dirinya." (Kitab
Syarhu Shahiihi Muslim, 3/102).
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk
memotivasi kita agar semangat dan bersungguh-sungguh mengejar keuntungan mulia
dalam perdagangan akhirat yang tidak akan merugi.
Dan semoga Dia senantiasa memudahkan taufik-Nya bagi kita untuk meraih
keridhaan-Nya dan semua kedudukan yang mulia dalam agama-Nya, sesungguhnya Dia
Maha Dekat, Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله
رب العالمين
Kota Kendari, 8 Muharram 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.
Artikel www.PengusahaMuslim.com
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar