Selasa, 18 Januari 2011

[daarut-tauhiid] Imam Ahmad bin Hambal, Ujian dari Empat Rezim (Habis)

Imam Ahmad bin Hambal, Ujian dari Empat Rezim (Habis)

Setelah ujian penyiksaan, fitnah, dan penjara dialami Imam Ahmad bin Hambal
dari tiga khalifah secara berturut-turut sukses dilalui dengan kesabaran;
ujian bentuk lain pun sudah menanti. Dan justru, ujian dari khalifah yang
baru ini lebih berat dirasakan Imam Ahmad ketimbang ujian-ujian sebelumnya.

Setelah meninggalnya Al-Watsiq bin Al-Mu'tashim, kekhalifahan pun dipegang
oleh Al-Mutawakkil bin Al-Mu'tashim. Seorang khalifah yang pemahaman
akidahnya sangat berbeda dengan para pendahulunya.

Al-Mutawakkil melarang seluruh penduduk, siapa pun mereka, untuk
memperdebatkan atau membicarakan soal Alquran adalah makhluk. Beliau pun
membebaskan seluruh ulama yang sempat masuk penjara karena fitnah dari para
khalifah pendahulunya. Sebaliknya, mereka yang sebelumnya disebut sebagai
ulama yang mengobarkan fitnah bahwa Alquran adalah makhluk, dipenjara seumur
hidup. Dan, harta yang mereka dapatkan dari kekhalifahan sebelumnya disita
tanpa syarat.

Para ulama ahlul hadits yang akhirnya mendapat pembebasan bukan saja
dibebaskan tanpa syarat, tapi juga dipersilakan dan difasilitasi khalifah
untuk melakukan dakwah dan taklim kepada seluruh warganya. Mereka yang
pernah dipenjara pun mendapat permohonan maaf dan penghormatan secara khusus
dari Khalifah. Termasuk Imam Ahmad bin Hambal.

Khalifah Al-Mutawakkil mengirim surat kepada Gubernur Baghdad untuk
mengantar Imam Ahmad bin Hambal menemuinya di istana kekhalifahan.

Salah seorang putera Imam Ahmad, Abdullah, menceritakan bahwa utusan
Al-Mutawakkil datang untuk menyampaikan surat undangan. Utusan itu
memberitahukan bahwa khalifah sangat mengharapkan kedatangan Imam Ahmad dan
doa restunya.

Kemudian, berangkatlah iring-iringan utusan Khalifah yang mengantarkan Imam
Ahmad berserta keluarga ke istana Mutawakkil. Sambutan meriah pun diberikan
kepada Imam Ahmad. Bahkan, Mutawakkil mengucapkan sebuah kalimat kepada
ibunya di saat kedatangan Imam Ahmad. "Wahai Ibunda, saat ini, rumah kita
menjadi sangat bercahaya dengan kedatangan Imam Ahmad."

Selain sambutan yang begitu meriah, Al-Mutawakkil menghadiahkan Imam Ahmad
dengan berbagai fasilitas. Mulai dari uang dirham, baju kebesaran, dan
lain-lain.

Imam Ahmad tidak memberikan reaksi apa pun dengan sambutan dan berbagai
hadiah itu. Lama ia terdiam. Kemudian, tiba-tiba ia menangis. Seluruh yang
hadir pun terkejut mendapati reaksi di luar dugaan dari Imam Ahmad.

Imam Ahmad saat itu mengatakan, "Enam puluh tahun aku diuji dengan berbagai
penderitaan. Tapi kini, di penghujung usiaku, engkau uji aku dengan yang
ini." Tak satu pun dari hadiah-hadiah itu yang disentuh Imam Ahmad.

Beberapa waktu berlalu setelah pertemuan itu, Al-Mutawakkil mengirim
tunjangan bulanan kepada Imam Ahmad. Tapi, setiap kali utusan khalifah
menyampaikan itu, setiap kali itu pula hadiah ditolak Imam Ahmad. Hingga
akhirnya, Al-Mutawakkil menulis surat.

Surat itu berbunyi, "Jika hadiah uang ini tidak diterima oleh Imam Ahmad,
biarlah uang ini disedekahkan Imam Ahmad kepada orang lain yang berhak,
walaupun tidak bersisa sedikit pun untuk beliau."

Selain uang, Al-Mutawakkil juga mengirimkan berbagai makanan istimewa
termasuk buah-buahan yang dikhususkan buat Imam Ahmad. Tapi, tak sedikit pun
dari kiriman itu yang disentuh Imam Ahmad.

Al-Mutawakkil tidak putus asa untuk memberikan hadiah kepada Imam Ahmad.
Melalui anak beliau yang bernama Shaleh bin Ahmad bin Hambal, Al-Mutawakkil
memberikan rumah khusus yang dinilai layak untuk ditinggali Imam Ahmad.

Shaleh tidak berani menolak pemberian tulus seorang Khalifah. Dan justru,
inilah konflik yang terjadi antara Shaleh dengan ayahnya. Setelah mengetahui
anaknya menerima pemberian rumah, Imam Ahmad berkata kepada Shaleh, "Kalau
kamu menerima hadiah itu, maka putuslah hubungan antara aku dengan kamu."
Sejak itu, Imam Ahmad tidak pernah masuk ke rumah yang akhirnya ditinggali
anaknya itu. Ia tetap tinggal di rumah lamanya yang sangat sederhana.

Begitu pun dengan anak Imam Ahmad yang lain, Abdullah. Melalui Abdullah,
Al-Mutawakkil mengirimkan uang bulanan untuk dihadiahkan kepada Imam Ahmad,
khususnya untuk membeli makanan-makanan yang layak dan bergizi. Tapi justru,
sejak anaknya menerima hadiah dari Khalifah, Imam Ahmad tidak mau mencicipi
makanan yang diberikan dari puteranya itu. Walaupun di saat beliau sedang
sakit.

Namun, semua itu tidak membuat Imam Ahmad putus kontak dengan Khalifah.
Beliau tetap memberikan jawaban dan pengarahan kepada Khalifah. Bahkan,
hampir tidak satu pun kebijakan dari Al-Mutawakkil kecuali setelah
mendapatkan persetujuan dan pengarahan dari Imam Ahmad.

Seorang murid beliau pernah meminta nasihat dari Imam Ahmad. Beliau
mengatakan, "Seorang ksatria adalah mereka yang berani meninggalkan tuntutan
nafsu karena landasan takwa."

Imam Ahmad pun pernah menyampaikan nasihat, "Arahkanlah hidupmu untuk selalu
mencari balasan akhirat. Sedikit yang kamu peroleh dari dunia, maka sedikit
pula hisabmu di akhirat."

Imam Ahmad bin Hambal meninggal dunia di usia 77 tahun. Beberapa karya besar
yang beliau wariskan untuk umat ini begitu tidak ternilai. Di antaranya,
Kitab Al-Musnad yang memuat 30 ribu hadits, Kitab At-Tafsir yang memuat 120
ribu hadits, An-Nasikh wal Mansukh, At-Tarikh, Hadits Syu'bah, Al-Muqaddam
wal Mutaakhar fil Quran, dan lain-lain. (muhammadnuh@eramuslim.com)

http://www.eramuslim.com/syariah/bercermin-salaf/imam-ahmad-bin-hambal-ujian-dari-empat-rezim-habis.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: