Senin, 27 Juni 2011

[daarut-tauhiid] TERLUPA

 

Seorang sahabat bernama Davy (bukan nama asli) bertutur kepada saya tentang
pengalaman hidupnya. Beliau yang berprofesi sebagai presenter, artis dan publik
figur sering mendapat undangan untuk menghadiri acara-acara seremonial yang
dihelat di tanah air maupun di luar negeri.
Dalam sebuah perjalanan bersamanya, saya mendapatkan kisah ini:
26 Desember 2004 adalah tanggal yang takkan terlupa bagi rakyat Indonesia,
khususnya Aceh. Allah Swt telah memberikan sebuah peringatan hebat dengan
datangnya musibah Tsunami. Sebuah hikmah yang diambil oleh kita bersama adalah
bahwa Tsunami telah mengingatkan kita semua yang tadinya terlupa. Serta-merta
kita semua menyebut dan mengagungkan nama Allah Swt saat menyaksikan
kebesaran-Nya lewat musibah Tsunami.
Ya, kita semua terlupa untuk membesarkan nama-Nya. Hingga Dia Swt paksa kita
untuk meneriakkan nama-Nya meski dengan pekik tangis, erangan bahkan jeritan
dari setiap mulut baik yang terkena musibah tersebut atau yang menyaksikan.
Dia Swt juga tumbuhkan, -lewat musibah Tsunami-, rasa simpati dan empati
mendalam pada diri kita terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban di
sana. Hingga entah berapa milyar atau trilyun rupiah dana digalang dari dalam
maupun luar negeri untuk membantu saudara-saudara di sana.
Davy bercerita bahwa ia diundang ke sebuah desa di Aceh untuk menghadiri acara
syukuran. Alhamdulillah sebuah desa sudah berhasil dibangun kembali dari hasil
kerjasama semua pihak. Dalam acara perayaan syukuran itu tidak hanya orang aceh
saja yang hadir, namun beberapa orang dari dalam dan luar negeri terlihat turut
hadir dan bergembira atas desa yang berhasil dibangun kembali.
Saat acara formal sudah selesai dihelat, kini giliran acara hiburan yang
ditunggu-tunggu. Salah satu performance andalan masyarakat desa tersebut adalah
penampilan seorang gadis Aceh asli yang akan tampil ke panggung menyanyikan
sebuah lagu berbahasa Inggris.
Gadis itu tanpa rasa sungkan dan ragu tampil ke muka. Gaya dan mimiknya begitu
ceria, seolah menggambarkan bahwa ia dan rakyat Aceh tidak lagi bersedih. Ia
menyanyikan sebuah lagu tahun 80-an berjudul My Bonny.
dengan fasih gadis itu melantunkan:
My bonny is over the ocean....
My bonny is over the sea...
My bonny is over the ocean...
O, bring back my bonny to me...
Penampilan gadis itu sungguh memukau. ratusan orang yang hadir memberikan
applause, bahkan tidak jarang yang berdiri memberi penghormatan. Hingga saatnya
ada seorang 'bule' tampil ke muka dan datang menghampiri gadis tersebut di atas
panggung.
Pria bule itu menyalami sang gadis kecil sambil bertanya pertanyaan sederhana
dalam bahasa Inggris, "O, my dear... what is your name?"
Mendapati pertanyaan itu sang gadis kecil terdiam membisu. Ia tak mampu
menjawabnya, malah ia menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dengan mulut
tertutup ia hanya bisa menjawab, "Mmmmmm.......!"
Sang pria bule penasaran, ia melontarkan satu pertanyaan kembali, "O, my
sweetheart... do you live here?"
Lagi-lagi gadis tersebut tidak menjawab pertanyaan pria bule itu kecuali hanya
dengan menggelengkan kepala sambil menjawab, "Mmmmm...."
Melihat kejadian itu kontan seluruh hadirin tertawa. Mereka kini semua tahu
bahwa gadis kecil yang baru saja memukau dengan lagu bahasa Inggris yang
dibawakannya rupanya hanya sekedar hapal. Bahkan satu kata dan kalimat sederhana
dalam bahasa Inggris pun rupanya ia tidak tahu.
Davy meneruskan kisahnya bahwa acara itu selesai diselenggarakan, beberapa orang
kaum muslimin yang turut hadir kemudian pergi ke masjid terdekat untuk shalat
Zhuhur berjamaah.
Davy ikut serta dalam shalat Zhuhur tersebut. Saat shalat usai dan kaum muslimin
berdoa kepada Allah Swt, maka Davy mendengar ada seorang pria Aceh berusia tua
yang duduk di belakang sambil berdoa dengan suara terisak-isak.
Kakek itu menengadahkan wajahnya ke langit. Tangannya terangkat sedemikian
tinggi. Tubuh berguncang, air mata menetes deras dan dengan suara terisak yang
menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.
Lama sekali kakek itu berdoa dan menangis di hadapan Tuhannya. Hingga muncullah
simpati Davy yang membuat ia tergerak untuk menghibur kakek yang terlihat sedih
tadi. Davy pun datang menghampiri...
"Pak..., kita orang beriman harus bersabar ya atas ujian yang Allah berikan...
hidup ini tak selalu bahagia, ada kalanya Dia Swt berikan ujian kepada kita agar
kita selalu mawas diri!" demikian ujar Davy kepada kakek itu.
Masih dengan tubuh berguncang dan suara terisak kakek itu mengangguk-anggukkan
kepalanya tanda setuju. Davy pun kini mengusap-usap punggung sang kakek untuk
meredam tangis dan gejolak emosi. Alhamdulillah, usaha Davy sedikit berbuah
hasil. Kakek tersebut sudah mulai agak tenang.
Davy lalu bertanya kepada kakek itu, "Memangnya berapa orang anggota keluarga
kakek yang menjadi korban Tsunami tempo hari?"
Dengan terbata-bata sang kakek menjawab, "Alhamdulillah, semua keluarga saya
selamat. Tidak satu pun Allah Swt ambil lewat peristiwa Tsunami."
Masih ingin tahu lebih jauh, Davy bertanya lagi, "Mungkin harta bapak, atau
usaha bapak, atau kendaraan bapak hanyut dan hilang disapu Tsunami?!"
Sang kakek menjawab, "Alhamdulillah tidak satu pun yang Allah Swt ambil dari
saya lewat Tsunami!"
Kini Davy menjadi bingung dan bertanya membatin mengapa kakek ini menangis
tersedu. Hal itu pun ia utarakan dalam sebuah tanya, "Lalu apa yang membuat
kakek menangis seperti ini..., andai tidak satu pun Allah Swt ambil lewat
Tsunami?!"
Kini sang kakek menatap wajah Davy dengan dalam. Mimik kesungguhan tergurat di
wajahnya. Sang kakek bertanya kepada Davy, "Apakah Anda tadi melihat penampilan
seorang gadis kecil Aceh yang menyanyikan lagu berbahasa Inggris?!"
"Ya, saya lihat!" jawab Davy.
"Apakah Anda melihat seorang pria bule yang bertanya kepada gadis itu dengan
bahasa Inggris?!" tanya Kakek lagi.
"Ya, saya lihat!" jawab Davy.
"Apakah Anda menyimak jawaban gadis kecil tersebut?!" tanya kakek.
"Ya, gadis itu tidak bisa menjawab pertanyaan pria tadi, padahal sebelumnya ia
bernyanyi lagu berbahasa Inggris dengan amat fasih!" jelas Davy.
"Ya... kejadian itu membuat kita semua tertawa terbahak-bahak saat kita
menyadari bahwa gadis kecil itu tidak bisa sama sekali berbahasa Inggris.
Rupanya ia hanya menghapal, dan apa yang ia nyanyikan bisa jadi tidak ia
pahami..." sang kakek menambahkan.
"Kejadian itu sungguh adalah sebuah peringatan bagi saya. Sebuah peringatan bagi
saya yang sudah terlupa. Terlupa atas tugas yang Allah Swt titipkan kepada
saya..." tambah Kakek.
"Maksud bapak...?!" tanya Davy mengejar.
"Teguran yang Allah berikan kepada saya hari ini jauh lebih hebat daripada
tegurannya yang bernama Tsunami. Dalam tempo hanya beberapa belas menit, Tsunami
telah melenyapkan hampir seluruh harta dan jiwa yang dimiliki oleh rakyat Aceh.
Namun teguran Allah Swt yang diberikan kepada saya ini boleh jadi akan
melenyapkan semua kebahagiaan saya, tidak hanya di dunia bahkan mungkin hingga
akhirat!" terang sang kakek.
Davy hanya terdiam. ia masih belum mengerti. Ingin sekali ia menyimak dengan
seksama apa yang akan dijelaskan oleh sang kakek.
Sang kakek pun menambahkan, "Peristiwa gadis itu menyadarkan saya bahwa sang
gadis tidak memahami apa yang ia nyanyikan. Kejadian itu membuat semua orang
yang hadir tertawa terbahak saat menyadarinya. Kini usia saya sudah lebih dari
60 tahun, dan saya tahu mungkin waktu kematian saya sudah tak lama lagi. SETIAP
HARI SAYA SHALAT, BERDOA DAN MEMBACA AL QURAN KALAM ILAHI. NAMUN APA YANG SAYA
BACA DAN HAPALKAN HANYA SEDIKIT YANG BISA SAYA MENGERTI. SAYA TAK UBAHNYA
SEPERTI GADIS KECIL TADI....
MUNGKIN SAAT SAYA MATI DAN BERADA DI DALAM KUBUR...., MALAIKAT MUNKAR-NAKIR AKAN
DATANG KEPADA SAYA DAN BERTANYA: MAN RABBUKA..., WA MAN NABIYYUKA..., WA MA
QIBLATUKA... WA MAN IKHWANUKA...?
DAN SAAT ITU SAYA AKAN TERDIAM, TERPAKU DAN TIDAK BISA MENJAWAB. MUNGKIN SAYA
AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN GADIS TADI. SAYA AKAN MENGGELENGKAN KEPALA
DAN MENJAWAB DENGAN; MMMMMM...... SAYA TIDAK MENGERTI!!!
Bila hari ini kita semua tertawa atas gadis yang tidak mengerti tadi, boleh jadi
nanti di kubur malaikat, setan dan iblis akan menertawakan saya sambil berkata,
"Lihat ini anak manusia..., 60 tahun lebih dia hidup di dunia menjadi hamba
Allah, namun selama itu ia tidak mengerti apa yang Allah mau dari hidupnya...!"
Kalimat terakhir itu membuat sang kakek kembali menangis tersedih. Ia tidak lagi
menghiraukan Davy yang berada di sisinya. Ia menutup wajah dengan kedua telapak
tangannya. Berulangkali kata tobat ia ucapkan kepada Tuhannya.
Davy hanya tercenung, bergetar relung batinnya. Perlahan tangannya yang sedari
tadi merangkul tubuh sang kakek ia lepaskan. Kini tatapan Davy nanar. Tak terasa
air mata sudah mulai mengembang di sudut matanya. Dalam batin ia berulang
membaca istighfar. Ia bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberi peringatan
kepadanya, padahal sebelumnya ia termasuk manusia yang 'terlupa'.
Thanks to Davy buat kisah yang sungguh menggetarkan ini!
=======0=======

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: