Rabu, 29 Juni 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3424

Messages In This Digest (9 Messages)

Messages

1a.

Re: (Bahasa) Rethinking Tentang Penyair

Posted by: "Teha Sugiyo" kembangpring049@yahoo.co.id   kembangpring049

Tue Jun 28, 2011 5:44 am (PDT)





 
biasa mas nur, penyair itu egois. salah satu yang paling menunjukkan egoisme chairil nampak dalam lirik yang seingat saya berbunyi:  "...bahkan dengan cermin pun aku enggan berbagi". sori kalau salah, dah lama gak baca chairil. dalam hal "yang bukan penyair, tidak ambil bagian", menurut tafsir saya :memang benar, karena yang bukan penyair mungkin tidak memahami dunia kepenyairan. jadi tidak dapat ikut ambil bagian dalam menikmati keindahan dan kebermaknaan sebuah puisi. tafsir lain pun tidak salah, sebab dalam sastra tidak ada yang salah atau benar, yang ada adalah baik atau tidak. dan itu pun juga relatif, sebab masalah sastra adalah masa "rasa", sebagaimana rasa, memang sulit diperdebatkan... btw trims atas tanggapannya. dah lama gak nulis, dan hanya sebagai silent reader seperti istilah mbak indar... mari kita ramaikan lagi, kita gebrak lagi milis ini biar lebih "hidup". ayo dani, endah, retno, catur, shinta, mbak ugik, bunda icha, divin, asri,
novi, mas sis, dan teman-teman lain yang dah lama gak nulis, yuk nulis lagi yuk! atau tenggelam dalam kesibukan masing-masing?
 

--- Pada Sen, 27/6/11, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> menulis:

Dari: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Rethinking Tentang Penyair
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 4:34 AM

Memang beda jika motivator plus sastrawan sekelas Pak Teha Sugiyo
memberikan materi. Tak luput atmosfer motivasi yang dipompakan,bahkan
dalam bahasan sastra sekalipun:).

Satu pertanyaan yang menggelitik saya sejak pertamakali tertarik
dengan dunia sastra pada awal SMP, apakah benar Chairil Anwar telah
mengucapkan perkataan legendaris,"Yang bukan penyair, harap
menyingkir!" yang dikutip dalam banyak literatur sebagai "egoisme"
sastrawan elit.

Mungkin dalam hal ini Pak Teha bisa berbagi pandangan.

Terima kasih sebelumnya.

Tabik,

Nursalam AR

On 6/27/11, Teha Sugiyo <kembangpring049@yahoo.co.id> wrote:
> (Bahasa)
>
>
>
>
> RETHINKING TENTANG PENYAIR
>
> Oleh Teha Sugiyo
>
> Menjadi
>      penyair adalah pilihan. Dan setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan.
>      Ketika kita memilih sesuatu, maka kita meninggalkan sesuatu yang lain.
>      Pada saat kita memilih A kita meninggalkan B. Pada saat kita memilih B
>      kita meninggalkan C dan seterusnya.
>      Di dunia ini ada banyak pilihan. Dan pilihan yang kita lakukan
>      dapat lebih dari satu. Kita dapat memilih menjadi penyair sekaligus
>      menjadi PNS, pengusaha atau bahkan penguasa! Dan sekali lagi, setiap
>      pilihan harus dipertanggungjawabkan!Menjadi
>      penyair juga dapat dikatakan sebagai suatu panggilan, sebagaimana
> layaknya
>      kita terpanggil untuk menjadi manusia. Manusia! Bukan
> manusia-manusiaan!
>      Orang! Bukan orang-orangan. Menjadi manusia berurusan dengan kualitas.
> Bukan
>      kuantitas. Bukan berapa lamanya kita menjadi manusia tetapi seberapa
>      bermaknanya kualitas dalam kemanusiaan kita. Kualitas manusia menurut
>      Oerip & Tatag (2000) merupakan hasil kali dari kualitas teknik,
>      kualitas fisik dan kualitas sikap mental. Kualitas teknik mencakup
> ranah skill dan knowledge, keterampilan dan pengetahuan. Kualitas fisik
>      mencakup kesehatan, kebugaran, kesadaran termasuk daya tahan kita
> terhadap
>      bantingan dan halangan. Kualitas sikap mental adalah attitude, perilaku
> yang bersumber pada cara pandang, pola
>      pikir (mindset), afektif yang
>      mengejawantah dalam perbuatan, kebiasaan, watak dan yang akhirnya
>      mengantarkan kita kepada sang nasib. Kalau dinilai, kualitas teknik
>      nilainya skala 1-100. Kualitas fisik nilainya skala 1-100. Tetapi untuk
>      Kualitas Sikap Mental nilainya berskala -10 – 100. Jadi meskipun
> kualitas
>      tekniknya bernilai 100, kualitas fisik bernilai 100, namun jika
> kualitas
>      sikap mentalnya minus 1, maka jumlah total kualitas manusia itu adalah
>      minus 10.000.Panggilan
>      penyair untuk menjadi manusia tak ubahnya laksana panggilan untuk
> hidup.
>      Menjalani kehidupan. Hadir.  Ada. To Be.  (Masalahnya to be or not to
> be)
>      Prinsip menjalani hidup sebagai manusia, sebagai penyair adalah To Be,
> To Do,  To Have. Menjadi manusia, menjadi
>      penyair (to be), adalah
>      berpikir sebagai manusia besar, penyair besar, bertindak sebagai
> manusia
>      besar, penyair besar, memiliki kebiasaan sebagai manusia besar, penyair
>      besar dan berwatak sebagai manusia besar / penyair besar. Selanjutnya
>      melakukan (to do), berjuang
>      untuk menjadi besar, berupaya dengan berbagai cara, melakukan
> eksperimen,
>      bekerja keras dan bijak, berjuang tanpa kenal putus asa, menunda
>      kesenangan. Tak hanya berani mati, tetapi juga berani hidup. Hidup yang
>      penuh kenyataan perjuangan, ketidaknyamanan, kelelahan, kesendirian,
>      kesepian, tidak dikenal, tidak digubris, dihina, dilecehkan, dibanting
>      hingga berkeping… untuk selanjutnya memetik hasilnya, memiliki (to
> have) jiwa dan semangat
>      manusia/penyair besar, memiliki hidup sebagai manusia/penyair yang
> terus
>      menerus diperkaya.Faktanya kini
>      terdapat berbagai macam problematika Bangsa: narkoba, pornografi,
> tawuran,
>      kemiskinan, terorisme, korupsi, kriminalitas, kerusuhan anarkhis.
> Kedukaan
>      dan kegembiraan bangsa ini adalah kedukaan dan kegembiraan kita juga.
>      Kecemasan dan harapan bangsa ini, adalah juga kecemasan dan harapan
> kita
>      juga, sebagai manusia, sebagai penyair. Tugas kita sebagai
>      manusia/penyair, menanggapi, membuat, melakukan, agar kondisi tak baik
> itu
>      menjadi lebih baik.  Tugas kita
>      sebagai penyair (manusia) tak cukup
>      hanya menyuarakan zamannya, tetapi sekaligus membuat zaman ini menjadi
> lebih baik, lebih agung, lebih
>      mulia. Sekecil apa pun yang kita lakukan dalam karya kita sebagai
> penyair
>      itu sudah merupakan sumbangan kita bagi negeri, bagi bangsa, bagi
>      kemanusiaan, bagi hidup dan kehidupan. Seorang
>      penyair adalah perintis jalan, kata Chairil Anwar. Perintis jalan
> artinya
>      berani memulai, berani melakukan terobosan, berani dicaci, dikritik,
>      dimaki, sendiri, kesepian, sebagai suatu resiko pilihan, sebagai
>      pertanggungjawaban panggilan. Para pendahulu kita, orang-orang sukses,
>      penyair-penyair besar, sastrawan-sastrawan dunia, dan juga
> manusia-manusia
>      sukses lainnya di berbagai bidang telah memberi contoh kepada kita
> untuk
>      mengambil keputusan, mengubah mindset
>      untuk menjadi sukses.  Jadi,
>      kuncinya: menerima tanggung jawab dengan mengubah mindset kita sebagai
> manusia untuk lebih produktif, kreatif,
>      berani menghadapi benturan, untuk melakukan terobosan, kreativitas,
>      berpikir out of the box,
>      senantiasa mencari cara untuk keluar dari kemelut masalah. Dan kita
> yakin,
>      KITA PASTI MAMPU!SELAMAT DAN
>      SUKSES! Baik sebagai penyair maupun sebagai manusia!
>
>
>
> Disampaikan pada
> acara Launching buku SENANDUNG BANDUNG-3
>
> Di Auditorium
> FPIPS – UPI Bandung, 26 Juni 2011.
>
> Teha Sugiyo
>
> 081220011950
>
>
>
>
>
>
>
>
>

--
www.nursalam.wordpress.com

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

1b.

Re: (Bahasa) Rethinking Tentang Penyair

Posted by: "satriyo" satriyo.boedi@gmail.com   satriyo_as

Tue Jun 28, 2011 9:17 am (PDT)



Menarik pendapat pak teha ini!

Lebih menarik lagi setelah kita, sebagai orang yg beriman pada Allah
SWT dan mematuhi Rasulullah SAW, melihat fakta klasik betapa Islam sbg
pedoman hidup ternyata melahirkan sederet tokoh d tiap masa dan mereka
nyaris semua adalah juga menggeluti sejumlah bidang secr mendalam.
Istilahnya POLYMATH atau serba-bisa, macam al-khawarizmi, ibn sina,
ibn rushd, dst termasuk para ulama/cendekiawan yg paham al-Quran yg
tentunya punya rasa bahasa atau rasa sastra yg tdk remeh. Nah yg tidak
kalah menarik, para tokoh yg juga rata rata pelopor d bidangnya ini
sedikit yg dianggap penyair. Bahkan Allah mengingatkan ttg sifat
penyair secr umum yg mudah lalai. Tp saya yakin bila penyair itu jg
beriman pada Allah SWT dan patuh pd Rasulullah SAW pasti dia tidak
sesat. Amin

Satriyo

On 6/27/11, Teha Sugiyo <kembangpring049@yahoo.co.id> wrote:
> (Bahasa)
>
>
>
>
> RETHINKING TENTANG PENYAIR
>
> Oleh Teha Sugiyo
>
> Menjadi
> penyair adalah pilihan. Dan setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan.
> Ketika kita memilih sesuatu, maka kita meninggalkan sesuatu yang lain.
> Pada saat kita memilih A kita meninggalkan B. Pada saat kita memilih B
> kita meninggalkan C dan seterusnya.
> Di dunia ini ada banyak pilihan. Dan pilihan yang kita lakukan
> dapat lebih dari satu. Kita dapat memilih menjadi penyair sekaligus
> menjadi PNS, pengusaha atau bahkan penguasa! Dan sekali lagi, setiap
> pilihan harus dipertanggungjawabkan!Menjadi
> penyair juga dapat dikatakan sebagai suatu panggilan, sebagaimana
> layaknya
> kita terpanggil untuk menjadi manusia. Manusia! Bukan
> manusia-manusiaan!
> Orang! Bukan orang-orangan. Menjadi manusia berurusan dengan kualitas.
> Bukan
> kuantitas. Bukan berapa lamanya kita menjadi manusia tetapi seberapa
> bermaknanya kualitas dalam kemanusiaan kita. Kualitas manusia menurut
> Oerip & Tatag (2000) merupakan hasil kali dari kualitas teknik,
> kualitas fisik dan kualitas sikap mental. Kualitas teknik mencakup
> ranah skill dan knowledge, keterampilan dan pengetahuan. Kualitas fisik
> mencakup kesehatan, kebugaran, kesadaran termasuk daya tahan kita
> terhadap
> bantingan dan halangan. Kualitas sikap mental adalah attitude, perilaku
> yang bersumber pada cara pandang, pola
> pikir (mindset), afektif yang
> mengejawantah dalam perbuatan, kebiasaan, watak dan yang akhirnya
> mengantarkan kita kepada sang nasib. Kalau dinilai, kualitas teknik
> nilainya skala 1-100. Kualitas fisik nilainya skala 1-100. Tetapi untuk
> Kualitas Sikap Mental nilainya berskala -10 � 100. Jadi meskipun
> kualitas
> tekniknya bernilai 100, kualitas fisik bernilai 100, namun jika
> kualitas
> sikap mentalnya minus 1, maka jumlah total kualitas manusia itu adalah
> minus 10.000.Panggilan
> penyair untuk menjadi manusia tak ubahnya laksana panggilan untuk
> hidup.
> Menjalani kehidupan. Hadir.� Ada. To Be.� (Masalahnya to be or not to
> be)
> Prinsip menjalani hidup sebagai manusia, sebagai penyair adalah To Be,
> To Do,� To Have. Menjadi manusia, menjadi
> penyair (to be), adalah
> berpikir sebagai manusia besar, penyair besar, bertindak sebagai
> manusia
> besar, penyair besar, memiliki kebiasaan sebagai manusia besar, penyair
> besar dan berwatak sebagai manusia besar / penyair besar. Selanjutnya
> melakukan (to do), berjuang
> untuk menjadi besar, berupaya dengan berbagai cara, melakukan
> eksperimen,
> bekerja keras dan bijak, berjuang tanpa kenal putus asa, menunda
> kesenangan. Tak hanya berani mati, tetapi juga berani hidup. Hidup yang
> penuh kenyataan perjuangan, ketidaknyamanan, kelelahan, kesendirian,
> kesepian, tidak dikenal, tidak digubris, dihina, dilecehkan, dibanting
> hingga berkeping� untuk selanjutnya memetik hasilnya, memiliki (to
> have) jiwa dan semangat
> manusia/penyair besar, memiliki hidup sebagai manusia/penyair yang
> terus
> menerus diperkaya.Faktanya kini
> terdapat berbagai macam problematika Bangsa: narkoba, pornografi,
> tawuran,
> kemiskinan, terorisme, korupsi, kriminalitas, kerusuhan anarkhis.
> Kedukaan
> dan kegembiraan bangsa ini adalah kedukaan dan kegembiraan kita juga.
> Kecemasan dan harapan bangsa ini, adalah juga kecemasan dan harapan
> kita
> juga, sebagai manusia, sebagai penyair. Tugas kita sebagai
> manusia/penyair, menanggapi, membuat, melakukan, agar kondisi tak baik
> itu
> menjadi lebih baik. �Tugas kita
> sebagai penyair (manusia) tak cukup
> hanya menyuarakan zamannya, tetapi sekaligus membuat zaman ini menjadi
> lebih baik, lebih agung, lebih
> mulia. Sekecil apa pun yang kita lakukan dalam karya kita sebagai
> penyair
> itu sudah merupakan sumbangan kita bagi negeri, bagi bangsa, bagi
> kemanusiaan, bagi hidup dan kehidupan. Seorang
> penyair adalah perintis jalan, kata Chairil Anwar. Perintis jalan
> artinya
> berani memulai, berani melakukan terobosan, berani dicaci, dikritik,
> dimaki, sendiri, kesepian, sebagai suatu resiko pilihan, sebagai
> pertanggungjawaban panggilan. Para pendahulu kita, orang-orang sukses,
> penyair-penyair besar, sastrawan-sastrawan dunia, dan juga
> manusia-manusia
> sukses lainnya di berbagai bidang telah memberi contoh kepada kita
> untuk
> mengambil keputusan, mengubah mindset
> untuk menjadi sukses.� Jadi,
> kuncinya: menerima tanggung jawab dengan mengubah mindset kita sebagai
> manusia untuk lebih produktif, kreatif,
> berani menghadapi benturan, untuk melakukan terobosan, kreativitas,
> berpikir out of the box,
> senantiasa mencari cara untuk keluar dari kemelut masalah. Dan kita
> yakin,
> KITA PASTI MAMPU!SELAMAT DAN
> SUKSES! Baik sebagai penyair maupun sebagai manusia!
>
>
>
> Disampaikan pada
> acara Launching buku SENANDUNG BANDUNG-3
>
> Di Auditorium
> FPIPS � UPI Bandung, 26 Juni 2011.
>
> Teha Sugiyo
>
> 081220011950
>
>
>
>
>
>
>
>
>

--
Sent from my mobile device

1c.

Re: (Bahasa) Rethinking Tentang Penyair

Posted by: "Teha Sugiyo" kembangpring049@yahoo.co.id   kembangpring049

Tue Jun 28, 2011 6:15 pm (PDT)



trimakasih pak satriyo. kepekaan dan kepedulian itu akan mengantarkan anda menuju puncak. sukses untuk bapak!

--- Pada Sen, 27/6/11, satriyo <satriyo.boedi@gmail.com> menulis:

Dari: satriyo <satriyo.boedi@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Rethinking Tentang Penyair
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 10:19 AM

Menarik pendapat pak teha ini!

Lebih menarik lagi setelah kita, sebagai orang yg beriman pada Allah
SWT dan mematuhi Rasulullah SAW, melihat fakta klasik betapa Islam sbg
pedoman hidup ternyata melahirkan sederet tokoh d tiap masa dan mereka
nyaris semua adalah juga menggeluti sejumlah bidang secr mendalam.
Istilahnya POLYMATH atau serba-bisa, macam al-khawarizmi, ibn sina,
ibn rushd, dst termasuk para ulama/cendekiawan yg paham al-Quran yg
tentunya punya rasa bahasa atau rasa sastra yg tdk remeh. Nah yg tidak
kalah menarik, para tokoh yg juga rata rata pelopor d bidangnya ini
sedikit yg dianggap penyair. Bahkan Allah mengingatkan ttg sifat
penyair secr umum yg mudah lalai. Tp saya yakin bila penyair itu jg
beriman pada Allah SWT dan patuh pd Rasulullah SAW pasti dia tidak
sesat. Amin

Satriyo

On 6/27/11, Teha Sugiyo <kembangpring049@yahoo.co.id> wrote:
> (Bahasa)
>
>
>
>
> RETHINKING TENTANG PENYAIR
>
> Oleh Teha Sugiyo
>
> Menjadi
>      penyair adalah pilihan. Dan setiap pilihan harus dipertanggungjawabkan.
>      Ketika kita memilih sesuatu, maka kita meninggalkan sesuatu yang lain.
>      Pada saat kita memilih A kita meninggalkan B. Pada saat kita memilih B
>      kita meninggalkan C dan seterusnya.
>      Di dunia ini ada banyak pilihan. Dan pilihan yang kita lakukan
>      dapat lebih dari satu. Kita dapat memilih menjadi penyair sekaligus
>      menjadi PNS, pengusaha atau bahkan penguasa! Dan sekali lagi, setiap
>      pilihan harus dipertanggungjawabkan!Menjadi
>      penyair juga dapat dikatakan sebagai suatu panggilan, sebagaimana
> layaknya
>      kita terpanggil untuk menjadi manusia. Manusia! Bukan
> manusia-manusiaan!
>      Orang! Bukan orang-orangan. Menjadi manusia berurusan dengan kualitas.
> Bukan
>      kuantitas. Bukan berapa lamanya kita menjadi manusia tetapi seberapa
>      bermaknanya kualitas dalam kemanusiaan kita. Kualitas manusia menurut
>      Oerip & Tatag (2000) merupakan hasil kali dari kualitas teknik,
>      kualitas fisik dan kualitas sikap mental. Kualitas teknik mencakup
> ranah skill dan knowledge, keterampilan dan pengetahuan. Kualitas fisik
>      mencakup kesehatan, kebugaran, kesadaran termasuk daya tahan kita
> terhadap
>      bantingan dan halangan. Kualitas sikap mental adalah attitude, perilaku
> yang bersumber pada cara pandang, pola
>      pikir (mindset), afektif yang
>      mengejawantah dalam perbuatan, kebiasaan, watak dan yang akhirnya
>      mengantarkan kita kepada sang nasib. Kalau dinilai, kualitas teknik
>      nilainya skala 1-100. Kualitas fisik nilainya skala 1-100. Tetapi untuk
>      Kualitas Sikap Mental nilainya berskala -10 – 100. Jadi meskipun
> kualitas
>      tekniknya bernilai 100, kualitas fisik bernilai 100, namun jika
> kualitas
>      sikap mentalnya minus 1, maka jumlah total kualitas manusia itu adalah
>      minus 10.000.Panggilan
>      penyair untuk menjadi manusia tak ubahnya laksana panggilan untuk
> hidup.
>      Menjalani kehidupan. Hadir.  Ada. To Be.  (Masalahnya to be or not to
> be)
>      Prinsip menjalani hidup sebagai manusia, sebagai penyair adalah To Be,
> To Do,  To Have. Menjadi manusia, menjadi
>      penyair (to be), adalah
>      berpikir sebagai manusia besar, penyair besar, bertindak sebagai
> manusia
>      besar, penyair besar, memiliki kebiasaan sebagai manusia besar, penyair
>      besar dan berwatak sebagai manusia besar / penyair besar. Selanjutnya
>      melakukan (to do), berjuang
>      untuk menjadi besar, berupaya dengan berbagai cara, melakukan
> eksperimen,
>      bekerja keras dan bijak, berjuang tanpa kenal putus asa, menunda
>      kesenangan. Tak hanya berani mati, tetapi juga berani hidup. Hidup yang
>      penuh kenyataan perjuangan, ketidaknyamanan, kelelahan, kesendirian,
>      kesepian, tidak dikenal, tidak digubris, dihina, dilecehkan, dibanting
>      hingga berkeping… untuk selanjutnya memetik hasilnya, memiliki (to
> have) jiwa dan semangat
>      manusia/penyair besar, memiliki hidup sebagai manusia/penyair yang
> terus
>      menerus diperkaya.Faktanya kini
>      terdapat berbagai macam problematika Bangsa: narkoba, pornografi,
> tawuran,
>      kemiskinan, terorisme, korupsi, kriminalitas, kerusuhan anarkhis.
> Kedukaan
>      dan kegembiraan bangsa ini adalah kedukaan dan kegembiraan kita juga.
>      Kecemasan dan harapan bangsa ini, adalah juga kecemasan dan harapan
> kita
>      juga, sebagai manusia, sebagai penyair. Tugas kita sebagai
>      manusia/penyair, menanggapi, membuat, melakukan, agar kondisi tak baik
> itu
>      menjadi lebih baik.  Tugas kita
>      sebagai penyair (manusia) tak cukup
>      hanya menyuarakan zamannya, tetapi sekaligus membuat zaman ini menjadi
> lebih baik, lebih agung, lebih
>      mulia. Sekecil apa pun yang kita lakukan dalam karya kita sebagai
> penyair
>      itu sudah merupakan sumbangan kita bagi negeri, bagi bangsa, bagi
>      kemanusiaan, bagi hidup dan kehidupan. Seorang
>      penyair adalah perintis jalan, kata Chairil Anwar. Perintis jalan
> artinya
>      berani memulai, berani melakukan terobosan, berani dicaci, dikritik,
>      dimaki, sendiri, kesepian, sebagai suatu resiko pilihan, sebagai
>      pertanggungjawaban panggilan. Para pendahulu kita, orang-orang sukses,
>      penyair-penyair besar, sastrawan-sastrawan dunia, dan juga
> manusia-manusia
>      sukses lainnya di berbagai bidang telah memberi contoh kepada kita
> untuk
>      mengambil keputusan, mengubah mindset
>      untuk menjadi sukses.  Jadi,
>      kuncinya: menerima tanggung jawab dengan mengubah mindset kita sebagai
> manusia untuk lebih produktif, kreatif,
>      berani menghadapi benturan, untuk melakukan terobosan, kreativitas,
>      berpikir out of the box,
>      senantiasa mencari cara untuk keluar dari kemelut masalah. Dan kita
> yakin,
>      KITA PASTI MAMPU!SELAMAT DAN
>      SUKSES! Baik sebagai penyair maupun sebagai manusia!
>
>
>
> Disampaikan pada
> acara Launching buku SENANDUNG BANDUNG-3
>
> Di Auditorium
> FPIPS – UPI Bandung, 26 Juni 2011.
>
> Teha Sugiyo
>
> 081220011950
>
>
>
>
>
>
>
>
>

--
Sent from my mobile device

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

2a.

Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?

Posted by: "Dee" deenie_25@yahoo.co.id   deenie_25

Tue Jun 28, 2011 9:16 am (PDT)




Masya Alloh baru tahu ternyata..
boleh copas dan share d blog/FB pak?
Jazakillah khoir...

3a.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "yudhi" yudhi_sipdeh@yahoo.com   yudhi_sipdeh

Tue Jun 28, 2011 9:17 am (PDT)




inna lillahi wa inna ilaihi rajiun
semua berasal dari ALLAH dan semua milik ALLAH
Semoga Almarhum diampuni dosanya dan dilapangkan kuburnya kembali kepada sang Khalik dengan ikhlas.
serta bagi keluarga yg tinggalkan tetap bersabar.

Amiin ya robbal alamiin

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, achmad hidayat <cakdayat@...> wrote:

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.
dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

3b.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "Zubair Awwam" zubair_ibnu_awwam@yahoo.com   zubair_ibnu_awwam

Tue Jun 28, 2011 9:17 am (PDT)



turut berduka cinta sedalam-dalamnya
semoga amal ibadah diterima disisiNya
amin

--- On Mon, 6/27/11, achmad hidayat <cakdayat@gmail.com> wrote:

From: achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Monday, June 27, 2011, 11:30 AM

 

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.

dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

4a.

Bls: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "CaturCatriks" akil_catur@yahoo.co.id   akil_catur

Tue Jun 28, 2011 9:17 am (PDT)



Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Kami turut berduka ...
Smoga amal mendiang diterima di sisi Alloh dan diampuni seluruh dosanya
Amin

Smoga Pak Suhadi dan keluarga senantiasa tabah ...

- Catur n retno -

Halaman Moeka Production:
Penerbit dan Jasa Penerbitan Buku I Toko Buku Online

http://halamanmoeka.blogspot.com
http://halamanmoeka.com

 

--- Pada Sen, 27/6/11, achmad hidayat <cakdayat@gmail.com> menulis:

Dari: achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>
Judul: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 6:30 PM

 

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.

dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

5.

(prosa) Boleh Kubawa Pulang Senyum Itu, Nona?

Posted by: "Zubair Awwam" zubair_ibnu_awwam@yahoo.com   zubair_ibnu_awwam

Tue Jun 28, 2011 9:18 am (PDT)




(prosa) Boleh Kubawa Pulang Senyum Itu, Nona?: ini kulakukan untukmu nona agar kau bahagia selalu...  aduh nona mana tahan aku lihat senyummu itubegitu merona hingga membuat dadaku sesakseketikanona jika kamu ingin tahu kenapa aku menyukai senyummuberwarna biru itu?karena senyummu itu membuat harihariku yang kelam terasaterang benderangsumpah deh nona!sumpah disamber gledektapi disambernya berdua ya nonamaukah kau nona? aduh nona jika aku boleh meminta:bolehkah aku bawa pulang senyummu itu untukkubawa pulang?tapi aku tak mau membawa pulangnya dengankantong kresek berwarna hitamseperti yang lalu pernah aku lakukan saat aku lupamenyimpannya nona?nona tidak usah khawatir senyummu itu nanti akankupigurakan ke dalam hatikuagar tidak layu  diterpa angin malamsumpah deh nona?tapi bukan sumpah samber gledekaku tidak mau nonakarena kata Emakku sumpah itu hanya satu:sumpah demi Allahbukan sumpah macammacam yang seperti aku bilang nona walau kutahu senyummu
itu bukan untukkutapi biarlah kubingkai saja dengan ketulusanku padasenyummu itu nona nona tahu tidak bahwa senyum itu obatkusaat iniwalau aku saat ini sedang sakit kantong kering, miskin cintadan juga fakir pulsa pulatapi  aku tak pedulikarena senyummu sudah mengisi itu semua senyumlah nona untuk hari ini dan juga untuk esokmenjelang kau pergi ke arah mentari pagilalu titipkan senyummu di sanadan jangan lupa bilang nona kepadanya: senyummu itu tidak untuk jual apalagi dapat sale nona akhirnya kutahu senyummu itu bukanterbuat dari plastiktapi dari cinta Kamar Inspirasi; 27062011Saat kesunyiaan benarbenar menerpa Mau lihat senyum lagi cekidot link di bawah ini:  http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150224622937908
6.

Sejarah Ditulis oleh Para Pemenang

Posted by: "Ruli Amirullah" ruli_amirullah@yahoo.com   ruli_amirullah

Tue Jun 28, 2011 9:18 am (PDT)





Sejarah Ditulis oleh Para Pemenang

Written by : Ruli Amirullah

 

Assalamualaikum WrWb,

 

Dear all,

Sejarah itu ditulis oleh para pemenang ya?

Coba andai Indonesia gagal merdeka dan kita semua masih berada dalam
cengkraman Belanda. Sebagai pemenang,  pasti pemerintah Belanda akan menjadikan semua
tokoh yang pada saat ini tercatat sebagai pahlawan kemerdekaan,  menjadi tokoh pemberontak yang merongrong
kedaulatan Hindia Belanda.

Untungnya Indonesia berhasil menjadi pemenang dan merdeka, jadi kita  pun berterima kasih pada para tokoh tersebut dan
dengan senang hati memberi mereka gelar pahlawan kemerdekaan.

 

Begitu pula dulu waktu sekelompok perwira tinggi Jerman mencoba
membunuh Adolf Hitler. Karena usaha mereka gagal dan untuk sesaat Hitler
menjadi pemenang, maka sekelompok perwira tersebut langsung dihukum mati dan mereka
mendapat gelar pemberontak. Tapi beberapa bulan kemudian, Nazi runtuh dan
Hitler mati bunuh diri. Pemenangnya kemudian adalah para musuh Hitler. Dalam
sekejap para 'pemberontak' tersebut diganti gelarnya menjadi pahlawan. Bahkan nama
salah satu pelakunya diabadikan menjadi nama jalan di berbagai daerah di
Jerman.

 

Terbukti bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Walaupun mungkin yang
tercatat tetap sesuai dengan fakta, tapi pasti ditulis dari sudut pandang para
pemenang sejarah tersebut.

 

Pertanyaannya, bagaimana agar kita dicatat sebagai pahlawan dalam
sejarah?

Jawabannya, tentu saja kita harus berpihak pada pemenang….

 

Tapi kalo pertanyaannya, siapa pemenang tersebut?

Nah ini yang susah jawabnya. Soalnya, pemenang biasanya silih berganti.
Dinasti raja-raja Mesir kuno yang selama ratusan tahun menjadi pemenang, toh
akhirnya hancur juga. Kekaisaran Romawi yang berabad-abad menjadi pemenang,
juga runtuh. Majapahit, Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan lain juga begitu.
Kekuatan abad modern seperti tentara Nazi Jerman yang begitu perkasa pun pada
suatu waktu kehilangan daya gempurnya.

Jadi para pemenang selalu berubah. Bahkan yang telah terpuruk dalam kehinaan
pun bisa kembali bangkit dengan cemerlang.

 

So… berpihak pada siapa dunk? Gimana kalo pemenang yang kita pilih saat
ini, suatu saat menjadi pihak yang kalah?

Gimana dunk? Bisa-bisa yang tadinya kita merasa aman karena mendapat
lindungan dari pemenang, akhirnya malah jadi gak tenang lagi. Jadi takut lagi…

 

Ya udah, biar aman, berpihak aja sama kebenaran. Karena, kebenaran
itulah yang akan mendekatkan kita kepada yang paling Hebat, yang paling
Berkuasa, yang paling Menentukan, yang Menggenggam  jiwa setiap orang…

 

Kalo hati, pikiran, jiwa dan tubuh kita udah dekat pada Allah, pada Sang
Maha, pada Tuhan Segenap Alam Semesta maka dijamin, setiap episode kehidupan
kita akan selalu berada dalam naungan perlindunganNYA, kita akan aman bagai
berada dalam benteng yang kokoh.

 

Kita akan selamat dari tipu daya duniawi yang begitu menggoda. Selamat
dunia dan akhirat.

 

Dan semoga dengan begitu kita akan mendapat akhir kehidupan yang baik.
Aamin..

 

"Janganlah kalian
takut kepada manusia dan takutlah kalian kepada-Ku."

(Al-Maidah:
44)

 

Wassalam,

Ruli Amirullah

Untuk teman-teman yang mau
membaca cerpen-cerpenku tapi males ngubek-ngubek email, silahkan berkunjung ke:

http://tentangkhayal.jimdo.com/

Semoga bermanfaat!

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Parenting Zone

Family and home

Tips for mom

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: