Rabu, 22 Juni 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3419

Messages In This Digest (4 Messages)

Messages

1a.

cerpenku di annida

Posted by: "alam Hwang" duta_dynasty@ymail.com   duta_dynasty@ymail.com

Tue Jun 21, 2011 2:26 am (PDT)



Dear All,

Sudah lama tak mengunjungi laman ini. Kebetulan saya ingin berbagi cerpen saya yang dimuat di annida online edisi 20 Juni 2011. Silahkan dinikmati dan diacak2 :).

Thanks & Best Regards
Rifan Nazhif Dalimunthe

link : http://www.annida-online.com/artikel-3369-nol-bertemu-nol.html
2a.

UNDANGAN PRESS CONFERENCE IDEAFEST 2011 - with Maylaffaiza dan Andy

Posted by: "aryadni nataya" aryadni_nataya@yahoo.com   aryadni_nataya

Tue Jun 21, 2011 2:26 am (PDT)



UNDANGAN
PRESS CONFERENCE, 21 JUNI 2011

IDEAFEST 2011

 

"People
with ideas- people who own ideas - have become more powerful than people who
work machines and in many cases more powerful than the people who own
machines." - John Howkins

 

Kami dari FGD Forum mengundang rekan media
untuk menghadiri Press Conference
kami:

Tempat      :
Level One (depan Cafe Ismaya Catering) , Grand Indonesia Shopping Town

Hari & Tgl  : Selasa, 21 Juni 2011

Jam           
: 14.00 - 16.00 WIB

Acara        
: Pemaparan Ideafest 2011

                                - Pembicara

                  
             1.
Maylaffayza

                  
             2.
David Wayne

                  
             3.
Bernhard Subiakto

                  
             4. Perwakilan FGD

                  
             5. Perwakilan Radyatama

-  Coffe Break

-  Tanya Jawab

-  Pembagian Goodie
Bags

 

Event
Summary

FGD Forum, suatu organisasi yang peduli
akan perkembangan dunia kreatif dan industri kreatif di Indonesia berniat
mengadakan event besar sekaligus inspirasional: Ideafest 2011 yang sedianya akan diadakan pada tanggal 21-24 Juli
2011 dan akan dilangsungkan di JCC.

Acara akan dibagi menjadi tiga sisi
kreatif, yaitu expo, conference, dan workshop dengan mengundang
pembicara-pembicara kelas dunia dan inspirasional di bidang yang mereka tekuni
seperti: Stefan Sagmeister, Peter Gontha, Yoris Sebastian, Sandiaga Uno, hingga
Daniel Manantha dan Glenn Fredly. Mereka akan mengajak partisipan event ini
untuk berbagi, berdiskusi, dan memahami lebih dalam aspek-aspek lain dunia
kreatif, termasuk aspek finansial dan kesinambungannya.

Ideafest ke depannya diharapkan
menjadi sebuah ajang festival besar yang tidak sekedar expo, tetapi juga
conference dan workshop, yang akan menampilkan karya kolaborasi lintas industri
dan lintas desainer, serta menghadirkan sejumlah insan kreatif yang mumpuni di
bidangnya untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi khalayak umum, khususnya anak muda.

Oleh karenanya kami ingin mengundang media
Anda untuk hadir dalam Press Conference dalam waktu yang tercantum di atas.

 

Hormat kami,

 

Bernhard
Subiakto

Chairman Ideafest 2011

 

Konfirmasi kedatangan:                     Publicist:

Mei: 0857 1717 1513                         Nataya Aryadni: 021  9439 7235 | Hendra Bagya
N: 0856 215 8 555

 

( Note ;
Harap kirim kembali surat konfirmasi melalui Fax ke nomer 021 – 72795518 )
3a.

Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Tue Jun 21, 2011 11:07 pm (PDT)



2011/6/9 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>

> hehe..lucu juga,Min. Oh,itulah kenapa situs www.minehaway.com ga
> dipake lagi ya?:).
>
> Btw, terima kasih komentarnya.
>
Sama-sama.Maaf baru baca.Soalnya email yg ini gak masuk bb.
Karena minehawa.com diserbu spam, kewalahan sy bersihinnya.
Mau upgrade plugin antispam, tapi sudah gak muat memorinya.
Musti delete-delete.
Sementara Mimin juga pusing bikin min-shop.com, jadi terbengkalai hehe...

--
Write what you think!
http://minesweet.blogspot.com
http://id-networkers.com <http://minehaway.com/min-shop/>
4.

(Sastra)TIGA WANITA MENGUAK KOTA

Posted by: "Teha Sugiyo" kembangpring049@yahoo.co.id   kembangpring049

Wed Jun 22, 2011 1:35 am (PDT)





Dari Kumpulan Puisi Senandung Bandung-3:

TIGA WANITA MENGUAK 
KOTA

Oleh Teha Sugiyo

 

Eulis yang baik,

Apa kabar? Kau pasti menjawab,
"Kabar baik!" Kalau saya bertanya lagi, "Benarkah kabar baik yang selalu kau
dapatkan?" Ternyata tidak. Kabar-kabar yang kita nikmati setiap hari dari
berbagai media masa, sebagian besar adalah bukan kabar baik. Kau boleh  mengatakan saat ini Ibu Pertiwi menangis!
Berbagai masalah mendera negeri  kita.
Hampir setiap hari kita disuguhi kabar-kabar buruk tentang berbagai bencana, seperti:
bencana pemanasan global, bencana alam dan bencana moral yang memrihatinkan.
Konon, 80% remaja terlibat narkoba. Data Menkominfo, 97% remaja menjadi pecandu
pornografi yang berdampak pada maraknya seks bebas, perkosaan, hamil di luar
nikah, bunuh diri. Ambruknya budi pekerti yang ditandai dengan maraknya tawuran
antarpelajar, mahasiswa, mengakibatkan kerugian moral, material, dan bahkan
nyawa. Para pendidik tak lagi bewibawa mengatasinya. Kerusuhan masa yang
anarkhis, tawuran antarwarga, antarsuporter, suku, agama/ kepercayaan
telah banyak membawa korban, baik harta maupun nyawa. Kemiskinan meningkat,
gelandangan, pengemis, anak jalanan terus bertambah.

 

Kelaparan dikabarkan mewarnai
kasus kematian dan bunuh diri. Banyak perusahaan gulung tikar, terjadi PHK,
pengangguran yang terus bertambah. Angka kriminalitas semakin tinggi. Oang
lapar makin sadis: mencuri, merampok, menipu, menggelapkan dan sering diiringi
dengan tindak kekerasan, penganiayaan dan pembunuhan. Efek jera  tidak 
ada karena napi yang punya uang memperoleh fasilitas  enak dan bahkan bisa menggerakkan peredaran
narkoba di luar sel. Korupsi dan mafia hukum yang telah menggurita sulit
dibasmi. Negeri kita termasuk salah satu Negara paling korup di dunia. Korupsi
bagai buah simalakama, karena justru melibatkan aparat yang seharusnya
menegakkan hukum.  Belum lagi bahaya
terorisme yang saban hari mengancam. Dan masih seabrek masalah lagi yang harus
dihadapi negeri ini. Seolah kita semua tak berdaya mengatasinya. Di antara
kabar-kabar buruk yang menjadi santapan harian kita, masih adakah secercah
kabar baik yang dapat kita renungkan, kita resapkan untuk menguatkan asa
menggapai cita menuju sejahtera?

 

Eulis yang tabah,

Memikirkan tentang kabar-kabar buruk sepanjang hari
tidaklah membuat kita mengubah keadaan. Bagaimana kalau kita mengubah pola pikir kita, tidak hanya memikirkan kabar-kabar baik, tetapi kita
juga bertindak, melakukan, membiasakan dan memiliki watak, agar kabar baik itu
dapat kita sebar luaskan? Bukankah lebih baik kita menyalakan lilin daripada
memaki kegelapan?

 

Beruntung kita
masih punya orang-orang yang peduli terhadap kebaikan, kehidupan. Coraline Norris,  bocah Haiti, 14 th, dalam konferensi
perubahan iklim internasional yang diadakan di Cancun, Meksiko,
November-Desember 2010, mengatakan, "Impian saya
adalah menyumbangkan kebaikan bagi Bumi agar semua orang dapat hidup aman dan
damai."  Ada banyak orang yang tidak
hanya memikirkan tetapi mereka juga berbuat untuk pelestarian
lingkungan, perbaikan kondisi, menciptakan berbagai karya dari hal-hal kecil
hingga yang besar, sehingga mampu menyumbangkan kebaikan bagi dunia.

Demikian pula ada 22 orang
penyair yang terkumpul dalam buku Senandung
Bandung-3 yang juga mencoba menorehkan sejarah dengan berbuat kebaikan. Mereka
peduli terhadap kota yang pernah membesarkan, memberinya nafkah dan bahkan
hingga kini masih menyediakan tempat baginya untuk berkarya dan hidup. Menariknya,
diantara 22 orang penyair itu, ada 3 nama wanita yang dengan gigih ikut
memperjuangkan kesejahteraan demi kota tercinta. Mereka adalah Nyayu Zulfia Hikmayanty, Ottih Rostoyati,
dan Yooke Tjuparmah S. Komarudin. Kau
dapat belajar kepada mereka.

Tentang Senandung Bandung-3 itu sendiri, bisa hadir karena kerja keras
seorang Anton de Sumartana . Anton begitu getol
menerbitkan Senandung Bandung,
sampai 3 jilid dalam kurun 30 tahun. Barangkali memang ada semacam "dendam" dan
"geram" menggelegak yang perlu disalurkan oleh seorang "multitalen" yang
melihat kondisi dan situasi di sekitarnya penuh ketidaksesuaian dengan
harapannya. Anton ingin bengak-bengok,
teriak-teriak dan unjuk rasa memuntahkan obsesinya. Tapi untuk apa? Untuk
siapa? Toh tidak ada gunanya. Sia-sia. Semuanya terasa budek, tuli. Maka ia mencari saluran lain, tidak hanya  "unjuk rasa" tetapi juga "unjuk pikiran" melalui
karya-karyanya. Sekaligus ia mengajak teman-temannya untuk saling berbagi,
beramal dalam kreativitas yang kemudian dikumpulkan dan muncullah Senandung Bandung. Bukankah ini suatu
bentuk ibadah yang indah?

Jika dalam SB-1,
Anton berhasil mengumpulkan 14 orang teman-teman penyair (termasuk dirinya
sendiri) dengan 65 karya puisi, SB-2, 16 orang dengan 75 puisi, pada SB-3 dia
berhasil menggiring 22 teman penyair termasuk dirinya sendiri dengan 82 karya
puisi. Bukan pekerjaan yang mudah, memang, dalam mengumpulkan puisi itu. Banyak
temannya yang hanya mengumbar janji tanpa ada bukti. Ada yang harus didatangi,
ditodong dan ditunggui untuk dapat keluar ide dan melahirkan puisi. Ada pula
yang dengan antusias menggelegak segera menyetorkan puisi-puisinya dan seolah
tak sabar lagi menunggu SB-3 muncul.

Eulis yang peka,

Yang ingin saya katakan kepadamu adalah tentang 3 wanita
yang ikut kontribusi dalam "unjuk pikiran" dan sekaligus "unjuk rasa" pada
buku Senandung Bandung-3 ini. Nyayu
Zulfia Hikmayanty, meskipun bukan orang Bandung asli, tetapi pernah mengenyam
pendidikan di Jurusan Sastra Indonesia UNPAD. Ia menyumbangkan 5 buah puisi
untuk SB-3. Ottih Rostoyati memang
orang Bandung asli yang tidak hanya kental logat Sundanya, tetapi juga
menguasai berbagai bentuk seni budaya Sunda. Dengan semangat 45 ia menyajikan 6
buah puisinya. Yooke Tjuparmah  S.
Komaruddin, pendidik dan pengabdi setia pada alma maternya, UPI, yang hingga
kini masih berjiwa dan bersemangat Pandu Indonesia itu, menyumbangkan 3 puisi.

 

Di antara 5 buah puisi Nyayu Zulfia Hikmayanty, puisi yang
berjudul "Monumen Perjuangan" kiranya dapat mewakili pendapat dan kenangannya
tentang Bandung. Dengarkan rintihannya yang bernada perih: Atas nama pentingnya Monumen Perjuangan Rakyat bagi anak bangsa/Ribuan
orang yang dulu bergantung hidup dari ritus belajar anak-anak negeri/Kini telah
entah ke mana/Tak satu pun jejaknya terpetakan/ditelan tiang-tiang beton mewartakan
perjuangan//.

 

Memang, pembangunan
senantiasa menyisakan kepedihan, terutama bagi rakyat kecil. Slogan yang
berbunyi "Pembangunan untuk kesejahteraan rakyat", seringkali justru
mengorbankan rakyat. Boro-boro rakyat menjadi sejahtera, faktanya rakyat justru
menderita. Jika ada rakyat yang sejahtera, dapat dipertanyakan rakyat yang
mana?

Ottih Rostoyati dalam 6 puisi
yang disajikannya, tak hanya mengusung makna dalam kegeraman dan kemarahan hati
melihat situasi kiwari yang amburadul, tetapi sekaligus juga menyajikan
visualisasi puisi yang meliuk seolah penari dan penembang Cianjuran yang sedang
beraksi. Kegeraman yang sempat terumbar sampai berderet teori asing dan lokal,
pandangan global dan nasional, tercampur aduk dalam untaian lirik prosais. Dengarkan
keluhannya: Rumah pengadilan bukan untuk
keadilan/Jadi toko jual beli hukum/..…/Begitu hinalah derajat bangsa/Pemimpin
pingpineun/Hakim hukumeun/Jaksa tuntuteun/ Polisi
tangkepeun/Tentara jagaeun/Guru papatahaneun/Dunia terbalik para penguasa
kehilangan kehormatan/Ternyata/RAKYAT LAH YANG TERHORMAT//

Setelah berteriak: Kembalikan lagi wahai pusat peradaban
dunia/Inti Jagat/Menuju Perdamaian Dunia//, dan setelah bumi pertiwi didera
berbagai bencana,  mengambil alih
tanggung jawab para pengrusak lingkungan, Ottih pun tak mampu menahan sujud
untuk tafakur dalam pertobatannya: Maafkanlah
oh Tuhan/Ampunlah hamba-Mu/Atas  kehilapan,
dosa-dosa/Merusak hasil karya-Mu/ Hamba buta dan
buta/Pikiran/Hati/Nurani/Tunjukkan jalan lurus/ Menghadap-Mu.//

Eulis yang manis,

Satu lagi pendekar wanita dalam kumpulan SB-3 itu yang dengan gigih
memperjuangkan nilai-nilai budi pekerti yang kini tergerus oleh konsumerisme
dan aliran posmo yang seringkali kebablasan menjadi cara pandang dan
perilaku yang "saenak udhele dhewe".
Ketiga puisi Yooke mengungkapkan nostalgia masa silam Bandung sekitar tahun
70-an (Hiruk Bandungku), Otokritik
terhadap kemerosotan nilai-nilai pekerti (Pikuk),
dan kemudian ditutup dengan indah dalam kenangan masa kanak yang tetap setia
menjunjung nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran untuk menghormati dan mewujudkan
jiwa nasionalismenya sekalipun harus menelan pil pahit dihukum oleh Kepala
Sekolah yang rajin gembar gembor tentang budi pekerti tetapi abai dalam
praktek. Suatu gambaran indah yang nelangsa (CiluuukBaa).

 

Eulis, masihkah kau memiliki budi
pekerti yaitu nilai-nilai yang dapat diukur baik buruknya menurut norma agama,
hukum, etika, kesopanan, budaya, adat istiadat? Masihkah kau  memiliki wujud perilaku positif yang berupa
perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, kepribadian yang tergambar
jelas dalam ketaatan pada Tuhan YME, toleransi, disiplin, harga diri, tanggung
jawab, potensi diri, cinta & kasih sayang, kebersamaan & gotong royong,
kesetiakawanan, saling menghormati, tatakrama & sopan santun, serta
kejujuran?

Eulis yang manis, pernahkah
kau bayangkan dalam hidupmu pada masa kini, ada seorang gadis kecil berseragam
SD, berjalan kaki setiap hari dari rumah ke sekolah yang jaraknya sekitar 3 km?
Ketaatannya pada nasihat kakek membuat gadis kecil itu tidak naik beca, karena
itu adalah penghisapan keringat sesama manusia. Meskipun teman-temannya naik
beca berlima, bahkan sambil melambaikan tangan kepadanya, ia
tetap tegar dalam jalan kaki. Kakeknya mendidiknya dengan prinsip "tega" dan "rela" kepada
cucunya untuk berlatih disiplin, bertanggung jawab dan toleran. Kemudian ketika
sampai di halaman Kodam ada upacara bendera, sang gadis berhenti karena pas ada
lagu Indonesia Raya dan pengibaran bendera. Jiwa pandu yang menjunjung tinggi
semangat merah putih, kebangsaan dan nasionalismenya menggelegak membuat langkahnya
terhenti untuk menghormati  Sang Saka.
Setelah usai ia berlari menuju ke sekolahnya. Di pintu masuk kelas, telah
menunggu sang Kepala Sekolah berwajah galak, sambil memberikan instruksi untuk
berdiri 2 jam di depan kelas menjalani hukuman karena terlambat datang. Dengan
disaksikan teman-teman sekelasnya ia harus menyimak pelajaran PMP yang mengurai
tentang moral dalam teori-teori indah tapi tidak menginjak bumi kenyataan dalam
pelaksanaan.

Meskipun hati berontak dan
pikirannya berkecamuk menghadapi kontras antara teori dan praktek budi pekerti,
toh sang  gadis masih dapat memilih untuk
tetap setia menjalankan pesan kakek menjadi orang yang kokoh kuat mempertahankan
prinsip pekerti yang santun, disiplin, toleran, memilik harga diri, bertanggung
jawab dan tetap mempertahankan kejujuran. 
Jiwa dan semangat merah putih telah mengalir dalam tubuhnya. Perjuangan
untuk mengubah nasib menjadi baik tetap harus dijalani. Nasib tidak ditentukan
oleh orangtua yang kaya, berpangkat, melimpah harta, tetapi oleh perjuangan
diri sendiri yang tidak gampang menyerah, tidak cengeng dan kolokan. Dan
perjuangan tak hanya ditandai oleh bambu runcing atau senjata atau perang,
tetapi dengan memberi makna jiwa dan semangat merah putih. "Apa arti Sang Saka, apa makna perjuangan
mempertahankan merah putih, selalu berkibar dalam rasa raga hidup kehidupan,
untuk generasi berikut, untuk masalalu, kini dan masa depan sampai entah
kapan?" gelora hati sang gadis.

Nah, Eulis yang manis,
sudahkah kau memiliki semangat merah putih yang selalu menggelora dalam dada,
dalam hatimu? Kunanti jawabmu!

PS. Artikel yang sama dikirim juga ke redaksi Pikiran Rakyat.

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Cat Owners Group

Join a community

for cat lovers

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: