Selasa, 28 Juni 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3423

Messages In This Digest (21 Messages)

Messages

1a.

(Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "achmad hidayat" cakdayat@gmail.com   dayat_xxx

Mon Jun 27, 2011 4:30 am (PDT)



Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26
Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar
mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.
dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin
1b.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "Sismanto" sirilwafa@gmail.com   siril_wafa

Mon Jun 27, 2011 4:51 am (PDT)



Innalillahi wa inna lillahi raajiun,

semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWt, dan Pak Suhadi dan keluarga
yang ditinggalkan kuat menjalaninya.. Amin

Salam,
Sis

2011/6/27 achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>

> **
>
>
> Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....
>
> Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu,
> 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
> Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar
> mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.
> dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.
>
> Amin amin amin ya robbal alamin
>
>
1c.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "veby" vbi_djenggotten@yahoo.com   vbi_djenggotten

Mon Jun 27, 2011 4:58 am (PDT)



innalillaahi...
ikut mengamini semua doa baik di sini,
dan semoga Allah melimpahkan barokah kepada Pak Suhadi sekeluarga...

comic(ing) everything
www.haltebikumiku.com

--- Pada Sen, 27/6/11, Sismanto <sirilwafa@gmail.com> menulis:

Dari: Sismanto <sirilwafa@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 4:51 AM

 

Innalillahi wa inna lillahi raajiun,
semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWt, dan Pak Suhadi dan keluarga yang ditinggalkan kuat menjalaninya.. Amin

Salam,
Sis

2011/6/27 achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>

 

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.

dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

1d.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "musimbunga@gmail.com" musimbunga@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 5:12 am (PDT)



Inallillahi wainnailaihi rojiun..
Turut berduka, smg amal ibdah diterima Allah SWT
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: veby <vbi_djenggotten@yahoo.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 27 Jun 2011 19:58:00
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

innalillaahi...
ikut mengamini semua doa baik di sini,
dan semoga Allah melimpahkan barokah kepada Pak Suhadi sekeluarga...

comic(ing) everything
www.haltebikumiku.com




--- Pada Sen, 27/6/11, Sismanto <sirilwafa@gmail.com> menulis:

Dari: Sismanto <sirilwafa@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 4:51 AM







 









Innalillahi wa inna lillahi raajiun,
semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWt, dan Pak Suhadi dan keluarga yang ditinggalkan kuat menjalaninya.. Amin

Salam,
Sis

2011/6/27 achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>
















 









Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.


dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin









































1e.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "Udo Yamin Majdi" ibnu_majdi@yahoo.com   ibnu_majdi

Mon Jun 27, 2011 5:27 am (PDT)



inna lillahi wa inna ilaihi rajiun
semoga almarhum mendapat ampunan dan kasih sayang
dan keluarga yg tinggalkan tetap bersabar

========
Salam SMART & Tabik
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Udo Yamin Majdi
# Mentor Sekolah Menulis SMART (Sistim Menulis Asik, Reguler dan Terpadu)
# Founder dan pengelola Milis wordsmartcenter@yahoogroups.com, www.wordsmartcenter.com dan www.wordsmartcenter.net
# Blog Pribadi: http://udoyamin.multiply.com/
# No HP:  +6282124417561
# YM & FB: ibnu_majdi & udoyaminmajdi

--- Pada Sen, 27/6/11, Sismanto <sirilwafa@gmail.com> menulis:

Dari: Sismanto <sirilwafa@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 27 Juni, 2011, 4:51 AM

 

Innalillahi wa inna lillahi raajiun,
semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWt, dan Pak Suhadi dan keluarga yang ditinggalkan kuat menjalaninya.. Amin

Salam,
Sis

2011/6/27 achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>

 

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26 Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.

dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

1f.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "airin nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Mon Jun 27, 2011 6:00 am (PDT)



Turut berduka cita utk pak suhadi. Semoga keluarganya dberikan ketabahan dan almarhum mendapat tempat di sisiNya. Amin.

Airin Nisa
freelance translator
tweet me at @aforain
fB: airin nisa

-----Original Message-----
From: achmad hidayat <cakdayat@gmail.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 27 Jun 2011 18:30:48
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: [sekolah-kehidupan] (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....

Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26
Juni 2011 jam 12.50 WIB.
Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar
mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.
dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.

Amin amin amin ya robbal alamin

1g.

Re: (Berita Duka) Innalillahi wa inna ilaihi roji'un

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Mon Jun 27, 2011 2:55 pm (PDT)



innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Ikut berbela sungkawa Pak Suhadi atas wafatnnya Ayah Pak Suhadi. Semoga beliau di tempatkan di sisi terbaik Allah SWT, ammin.

As

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, achmad hidayat <cakdayat@...> wrote:
>
> Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....
>
> Telah berpulang ke Rahmatullah Ayahanda dari Pak Suhadi pada hari Minggu, 26
> Juni 2011 jam 12.50 WIB.
> Mohon keihkhlasan sahabat semua untuk berkenan mendo'akan beliau agar
> mendapatkan tempat terbaik di sisiNYA.
> dan semoga keluarga yang di tinggalkan diberikan ketabahan.
>
> Amin amin amin ya robbal alamin
>

2a.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Mon Jun 27, 2011 3:04 pm (PDT)



setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your story.

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Curhat Itu Racun atau Obat?
>
> Oleh Nursalam AR
>
> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
>
> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
>
> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
>
> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
>
> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
> curhat—entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
> Indonesia— atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
> tinju dan perang urat syaraf.
>
> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
> duniawinya.
>
> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
>
> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
> langit. Bekerjalah!"
>
> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
>
> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
>
> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
> SMA—entah mengapa demikian— saya sering mendapati banyak kawan yang
> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
> gelap.
>
> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
> sharing atau berbagi itu nikmat.
>
> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
> obat dalam satu bentuk saja.
>
> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
> dari relung hati terdalam.
>
> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
> dua mulut dan satu telinga.
> Jakarta, 16 Juni 2011
>
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>

2b.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "musimbunga@gmail.com" musimbunga@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 3:13 pm (PDT)



Wuih.. Lama bangat nih gak curhat dengan uni dan bang Nur hihi
Powered by Telkomsel BlackBerry�

-----Original Message-----
From: "asma_h_1999" <asma_h_1999@yahoo.com>
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Mon, 27 Jun 2011 22:04:45
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your story.

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Curhat Itu Racun atau Obat?
>
> Oleh Nursalam AR
>
> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
>
> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
>
> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
>
> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
>
> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
> curhat�entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
> Indonesia� atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
> tinju dan perang urat syaraf.
>
> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
> duniawinya.
>
> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
>
> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
> langit. Bekerjalah!"
>
> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
>
> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
>
> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
> SMA�entah mengapa demikian� saya sering mendapati banyak kawan yang
> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
> gelap.
>
> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
> sharing atau berbagi itu nikmat.
>
> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
> obat dalam satu bentuk saja.
>
> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
> dari relung hati terdalam.
>
> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
> dua mulut dan satu telinga.
> Jakarta, 16 Juni 2011
>
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>



2c.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 9:48 pm (PDT)



Mungkin kendala Mas Rama adalah curhat via lisan ya. Tapi tentu tidak
jika via tulisan. Media dan bentuk curhat kan macam-macam, tergantung
yang mana yang membuat kita nyaman dan lebih aman:D.

Selamat curhat! *lho*:)

tabik,

Nursalam AR

On 6/24/11, Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com> wrote:
> Alhamdulillah kabar baik Mas. Buat saya tidak ada masalah buat curhat
> apa pun bentuknya. Tapi mungkin kendala saya (hehehe ini kendala atau
> bukan ya) ya itu tadi, agak bingung kalau disuruh cerita. :)
>
> On 6/24/11, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> wrote:
>> Mas Rama, apa kabar?:)
>>
>> Hehe..tampaknya kalo Mas Rama sih karena terlalu banyak jadi tempat
>> curhat nih jadi susah untuk curhat:D. Sebetulnya curcol boleh
>> kok,Mas,biar lega,hehe...
>>
>> Tabik,
>>
>> Nursalam AR
>>
>> On 6/17/11, Ramaditya Adikara <ramavgm@gmail.com> wrote:
>>> Wah Mas Nursalam, meski saya orangnya terbuka kadang suka bingung
>>> kalau disuruh curhat. Entah karena kebanyakan hal jadi bingung
>>> nyortir, atau keseringan dicurhatin orang, atau malah nggak punya
>>> sense of curhat nih. :)
>>>
>>> Nice article!
>>>
>>> On 6/17/11, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> wrote:
>>>> Curhat mah boleh,ga dilarang. Asal yang sedang-sedang
>>>> saja,hehe...Ingat lagu dangdut nih.
>>>>
>>>> Ayo, Mbak Mimin, curhat di sini pun boleh. Sekadar pelepas gundah di
>>>> dada, sekaligus menghangatkan kembali milis yang "dingin" ini.Haiah:D.
>>>>
>>>> Terima kasih atas komentarnya.
>>>>
>>>> tabik,
>>>>
>>>> Nursalam AR
>>>>
>>>> On 6/17/11, minehaway@gmail.com <minehaway@gmail.com> wrote:
>>>>> Like this
>>>>> Absolutely right
>>>>> Two thumbs up
>>>>> Hmmm....apalagi yah, jadi speechless.
>>>>>
>>>>> Ahya...sy inget kalimat teman di milis sebelah "too much curhat will
>>>>> kill
>>>>> you"
>>>>> Padahal sy juga sering menyisipkan curhat2 di tulisan, mendadak pengin
>>>>> curhat ama teman chatting meski ga deket.
>>>>>
>>>>> Biasanya merasa lega setelah curhat di mana-mana.Palagi curhat sama
>>>>> Allah.Dahsyat rasanya.
>>>>> Sent from my BlackBerry®
>>>>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>>>>>
>>>>> ------------------------------------
>>>>>
>>>>> Yahoo! Groups Links
>>>>>
>>>>>
>>>>>
>>>>>
>>>>
>>>>
>>>> --
>>>> www.nursalam.wordpress.com
>>>>
>>>
>>>
>>> --
>>> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>>>
>>> - Eko Ramaditya Adikara
>>> http://www.ramaditya.com
>>>
>>
>>
>> --
>> www.nursalam.wordpress.com
>>
>
>
> --
> "Ramaditya Skywalker: The Indonesian Blind Blogger"
>
> - Eko Ramaditya Adikara
> http://www.ramaditya.com
>

--
www.nursalam.wordpress.com

2d.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 9:49 pm (PDT)



Kalo Nia di Halmahera curhat via telpon ke saya (Jakarta) dan Asma di
Bandung nanti ada lagunyan tuh.Judulnya "Curhatku Berat di
Ongkos",hahaha...

'met curhat (via tulisan) ya:D

tabik,

Nursalam AR

On 6/28/11, musimbunga@gmail.com <musimbunga@gmail.com> wrote:
> Wuih.. Lama bangat nih gak curhat dengan uni dan bang Nur hihi
> Powered by Telkomsel BlackBerry�
>
> -----Original Message-----
> From: "asma_h_1999" <asma_h_1999@yahoo.com>
> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Mon, 27 Jun 2011 22:04:45
> To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
>
> setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi
> yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang
> yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita
> meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit
> 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your
> story.
>
> as
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...>
> wrote:
>>
>> Curhat Itu Racun atau Obat?
>>
>> Oleh Nursalam AR
>>
>> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
>> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
>> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
>> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
>> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
>> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
>>
>> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
>> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
>> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
>> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
>> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
>> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
>> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
>> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
>> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
>> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
>>
>> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
>> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
>> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
>> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
>> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
>> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
>>
>> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
>> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
>> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
>>
>> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
>> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
>> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
>> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
>> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
>> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
>> curhat�entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
>> Indonesia� atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
>> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
>> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
>> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
>> tinju dan perang urat syaraf.
>>
>> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
>> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
>> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
>> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
>> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
>> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
>> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
>> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
>> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
>> duniawinya.
>>
>> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
>> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
>> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
>> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
>> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
>> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
>>
>> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
>> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
>> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
>> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
>> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
>> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
>> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
>> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
>> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
>> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
>> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
>> langit. Bekerjalah!"
>>
>> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
>> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
>> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
>> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
>> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
>>
>> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
>> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
>> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
>>
>> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
>> SMA�entah mengapa demikian� saya sering mendapati banyak kawan yang
>> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
>> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
>> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
>> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
>> gelap.
>>
>> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
>> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
>> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
>> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
>> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
>> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
>> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
>> sharing atau berbagi itu nikmat.
>>
>> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
>> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
>> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
>> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
>> obat dalam satu bentuk saja.
>>
>> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
>> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
>> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
>> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
>> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
>> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
>> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
>> dari relung hati terdalam.
>>
>> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
>> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
>> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
>> dua mulut dan satu telinga.
>> Jakarta, 16 Juni 2011
>>
>>
>>
>> --
>> www.nursalam.wordpress.com
>>
>
>
>
>

--
www.nursalam.wordpress.com

2e.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 9:52 pm (PDT)



Betul, Asma, seperti lagu dangdut, yang sedang-sedang saja:D.

Btw, belum baca Pollyana, baru baca resensinya di blognya Mbak
Rinurbad di www.rinurbad.com. Hmm...kalo Juice Nursalam kurang menjual
sebagai merek tuh:D

Ditunggu lho cerita-cerita Asma dari Taiwan:)

tabik,

Nursalam AR

On 6/28/11, asma_h_1999 <asma_h_1999@yahoo.com> wrote:
> setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi
> yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang
> yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita
> meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit
> 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your
> story.
>
> as
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...>
> wrote:
>>
>> Curhat Itu Racun atau Obat?
>>
>> Oleh Nursalam AR
>>
>> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
>> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
>> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
>> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
>> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
>> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
>>
>> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
>> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
>> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
>> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
>> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
>> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
>> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
>> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
>> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
>> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
>>
>> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
>> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
>> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
>> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
>> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
>> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
>>
>> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
>> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
>> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
>>
>> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
>> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
>> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
>> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
>> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
>> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
>> curhat�entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
>> Indonesia� atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
>> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
>> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
>> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
>> tinju dan perang urat syaraf.
>>
>> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
>> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
>> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
>> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
>> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
>> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
>> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
>> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
>> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
>> duniawinya.
>>
>> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
>> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
>> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
>> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
>> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
>> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
>>
>> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
>> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
>> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
>> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
>> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
>> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
>> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
>> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
>> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
>> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
>> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
>> langit. Bekerjalah!"
>>
>> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
>> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
>> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
>> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
>> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
>>
>> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
>> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
>> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
>>
>> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
>> SMA�entah mengapa demikian� saya sering mendapati banyak kawan yang
>> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
>> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
>> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
>> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
>> gelap.
>>
>> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
>> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
>> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
>> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
>> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
>> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
>> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
>> sharing atau berbagi itu nikmat.
>>
>> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
>> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
>> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
>> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
>> obat dalam satu bentuk saja.
>>
>> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
>> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
>> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
>> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
>> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
>> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
>> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
>> dari relung hati terdalam.
>>
>> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
>> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
>> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
>> dua mulut dan satu telinga.
>> Jakarta, 16 Juni 2011
>>
>>
>>
>> --
>> www.nursalam.wordpress.com
>>
>
>
>

--
www.nursalam.wordpress.com

2f.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Tue Jun 28, 2011 1:54 am (PDT)




silahkan menghubungiku kalo mau curhat nihaw, heheheh

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, musimbunga@... wrote:
>
> Wuih.. Lama bangat nih gak curhat dengan uni dan bang Nur hihi
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: "asma_h_1999" <asma_h_1999@...>
> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Mon, 27 Jun 2011 22:04:45
> To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
>
> setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your story.
>
> as
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@> wrote:
> >
> > Curhat Itu Racun atau Obat?
> >
> > Oleh Nursalam AR
> >
> > Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
> > Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
> > kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
> > kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
> > tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
> > mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
> >
> > Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
> > Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
> > bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
> > lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
> > massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
> > semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
> > kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
> > pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
> > sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
> > psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
> >
> > Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
> > sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
> > rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
> > bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
> > suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
> > atmosfer pertengkaran rumah tangga.
> >
> > "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
> > varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
> > pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
> >
> > Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
> > tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
> > bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
> > kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
> > senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
> > dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
> > curhat—entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
> > Indonesia— atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
> > beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
> > masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
> > yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
> > tinju dan perang urat syaraf.
> >
> > Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
> > atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
> > tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
> > diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
> > untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
> > dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
> > cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
> > keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
> > kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
> > duniawinya.
> >
> > Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
> > best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
> > Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
> > kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
> > Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
> > hidup dengan keberanian dan keyakinan."
> >
> > Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
> > mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
> > dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
> > melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
> > kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
> > keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
> > Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
> > pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
> > sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
> > laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
> > meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
> > langit. Bekerjalah!"
> >
> > Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
> > Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
> > secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
> > berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
> > bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
> >
> > Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
> > perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
> > melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
> >
> > Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
> > SMA—entah mengapa demikian— saya sering mendapati banyak kawan yang
> > kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
> > elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
> > dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
> > dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
> > gelap.
> >
> > Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
> > telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
> > masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
> > berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
> > bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
> > mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
> > pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
> > sharing atau berbagi itu nikmat.
> >
> > Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
> > jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
> > apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
> > memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
> > obat dalam satu bentuk saja.
> >
> > Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
> > puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
> > ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
> > curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
> > Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
> > atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
> > penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
> > dari relung hati terdalam.
> >
> > Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
> > memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
> > Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
> > dua mulut dan satu telinga.
> > Jakarta, 16 Juni 2011
> >
> >
> >
> > --
> > www.nursalam.wordpress.com
> >
>

2g.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Tue Jun 28, 2011 1:54 am (PDT)



mahalan nia bayarnya mas

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Kalo Nia di Halmahera curhat via telpon ke saya (Jakarta) dan Asma di
> Bandung nanti ada lagunyan tuh.Judulnya "Curhatku Berat di
> Ongkos",hahaha...
>
> 'met curhat (via tulisan) ya:D
>
> tabik,
>
> Nursalam AR
>
>
>
> On 6/28/11, musimbunga@... <musimbunga@...> wrote:
> > Wuih.. Lama bangat nih gak curhat dengan uni dan bang Nur hihi
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -----Original Message-----
> > From: "asma_h_1999" <asma_h_1999@...>
> > Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> > Date: Mon, 27 Jun 2011 22:04:45
> > To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> > Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> > Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
> >
> > setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi
> > yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang
> > yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita
> > meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit
> > 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your
> > story.
> >
> > as
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@>
> > wrote:
> >>
> >> Curhat Itu Racun atau Obat?
> >>
> >> Oleh Nursalam AR
> >>
> >> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
> >> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
> >> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
> >> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
> >> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
> >> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
> >>
> >> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
> >> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
> >> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
> >> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
> >> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
> >> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
> >> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
> >> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
> >> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
> >> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
> >>
> >> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
> >> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
> >> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
> >> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
> >> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
> >> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
> >>
> >> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
> >> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
> >> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
> >>
> >> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
> >> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
> >> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
> >> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
> >> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
> >> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
> >> curhat—entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
> >> Indonesia— atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
> >> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
> >> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
> >> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
> >> tinju dan perang urat syaraf.
> >>
> >> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
> >> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
> >> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
> >> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
> >> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
> >> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
> >> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
> >> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
> >> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
> >> duniawinya.
> >>
> >> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
> >> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
> >> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
> >> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
> >> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
> >> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
> >>
> >> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
> >> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
> >> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
> >> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
> >> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
> >> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
> >> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
> >> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
> >> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
> >> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
> >> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
> >> langit. Bekerjalah!"
> >>
> >> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
> >> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
> >> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
> >> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
> >> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
> >>
> >> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
> >> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
> >> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
> >>
> >> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
> >> SMA—entah mengapa demikian— saya sering mendapati banyak kawan yang
> >> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
> >> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
> >> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
> >> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
> >> gelap.
> >>
> >> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
> >> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
> >> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
> >> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
> >> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
> >> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
> >> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
> >> sharing atau berbagi itu nikmat.
> >>
> >> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
> >> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
> >> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
> >> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
> >> obat dalam satu bentuk saja.
> >>
> >> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
> >> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
> >> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
> >> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
> >> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
> >> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
> >> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
> >> dari relung hati terdalam.
> >>
> >> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
> >> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
> >> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
> >> dua mulut dan satu telinga.
> >> Jakarta, 16 Juni 2011
> >>
> >>
> >>
> >> --
> >> www.nursalam.wordpress.com
> >>
> >
> >
> >
> >
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>

2h.

Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Tue Jun 28, 2011 1:56 am (PDT)



ayo dibaca mas, seru ceritanya. Kalau begitu kita buat sirup atau pil nursalam aja (udah menjual belum) ato juice nur/atawa juice salam (asa kayak daun salam ya). Pilih yang disuka deh

as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Betul, Asma, seperti lagu dangdut, yang sedang-sedang saja:D.
>
> Btw, belum baca Pollyana, baru baca resensinya di blognya Mbak
> Rinurbad di www.rinurbad.com. Hmm...kalo Juice Nursalam kurang menjual
> sebagai merek tuh:D
>
> Ditunggu lho cerita-cerita Asma dari Taiwan:)
>
> tabik,
>
> Nursalam AR
>
> On 6/28/11, asma_h_1999 <asma_h_1999@...> wrote:
> > setuju banget nih ama tulisan mas Nur. Simpulannya : curhat kudu dalam porsi
> > yang mas ya Mas. Inget mas Nur, aku ingat cerita Pollyana. Kan banyak orang
> > yang curhat tuh sama mas Nur, seperti cerita Pollyana, 'bisa tidak kita
> > meresepkan Juice Nursalam sebagai bagian resep obat, supaya penyakit
> > 'masalah' kita bisa terselesaikan. Hahaha, It's always nice to read your
> > story.
> >
> > as
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@>
> > wrote:
> >>
> >> Curhat Itu Racun atau Obat?
> >>
> >> Oleh Nursalam AR
> >>
> >> Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
> >> Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
> >> kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
> >> kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
> >> tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
> >> mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
> >>
> >> Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
> >> Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
> >> bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
> >> lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
> >> massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
> >> semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
> >> kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
> >> pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
> >> sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
> >> psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
> >>
> >> Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
> >> sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
> >> rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
> >> bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
> >> suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
> >> atmosfer pertengkaran rumah tangga.
> >>
> >> "The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
> >> varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
> >> pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
> >>
> >> Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
> >> tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
> >> bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
> >> kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
> >> senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
> >> dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
> >> curhat—entah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
> >> Indonesia— atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
> >> beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
> >> masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
> >> yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
> >> tinju dan perang urat syaraf.
> >>
> >> Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
> >> atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
> >> tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
> >> diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
> >> untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
> >> dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
> >> cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
> >> keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
> >> kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
> >> duniawinya.
> >>
> >> Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
> >> best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
> >> Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
> >> kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
> >> Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
> >> hidup dengan keberanian dan keyakinan."
> >>
> >> Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
> >> mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
> >> dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
> >> melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
> >> kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
> >> keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
> >> Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
> >> pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
> >> sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
> >> laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
> >> meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
> >> langit. Bekerjalah!"
> >>
> >> Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
> >> Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
> >> secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
> >> berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
> >> bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
> >>
> >> Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
> >> perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
> >> melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
> >>
> >> Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
> >> SMA—entah mengapa demikian— saya sering mendapati banyak kawan yang
> >> kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
> >> elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
> >> dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
> >> dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
> >> gelap.
> >>
> >> Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
> >> telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
> >> masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
> >> berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
> >> bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
> >> mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
> >> pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
> >> sharing atau berbagi itu nikmat.
> >>
> >> Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
> >> jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
> >> apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
> >> memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
> >> obat dalam satu bentuk saja.
> >>
> >> Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
> >> puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
> >> ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
> >> curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
> >> Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
> >> atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
> >> penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
> >> dari relung hati terdalam.
> >>
> >> Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
> >> memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
> >> Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
> >> dua mulut dan satu telinga.
> >> Jakarta, 16 Juni 2011
> >>
> >>
> >>
> >> --
> >> www.nursalam.wordpress.com
> >>
> >
> >
> >
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>

3.

Pasangan = Pakaian

Posted by: "Udo Yamin Majdi" ibnu_majdi@yahoo.com   ibnu_majdi

Mon Jun 27, 2011 3:53 pm (PDT)



~Renungan pagi~ :

Isteri adalah pakaian suami, sebaliknya suami adalah pakaian isteri. Diantara fungsi pakaian yaitu: menjaga aurat dan aib dalam diri, melindungi berbagai ancaman dari luar, dan sebagai identitas/pengenal diri. Nah, sudahkah kita menjadi pakaian bagi pasangan kita?

========
Salam SMART & Tabik
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Udo Yamin Majdi
# Mentor Sekolah Menulis SMART (Sistim Menulis Asik, Reguler dan Terpadu)
# Founder dan pengelola Milis wordsmartcenter@yahoogroups.com, www.wordsmartcenter.com dan www.wordsmartcenter.net
# Blog Pribadi: http://udoyamin.multiply.com/
# No HP:  +6282124417561
# YM & FB: ibnu_majdi & udoyaminmajdi
4a.

(catcil) Para Peminum teh

Posted by: "Senja Lova" senjalova@gmail.com   freelance_corp

Mon Jun 27, 2011 3:59 pm (PDT)



Para Peminum Teh
Oleh
yons achmad*

Teh untuk kita berdua, dan kita berdua untuk teh
Aku hanya untukmu, dan kau hanya untukku

(Irving Caesar)

Apa jadinya ketika para peminum sekaligus pecinta teh seluruh dunia
berbagi cerita?

Semua tersaji manis dalam buku �Chiken Soup for the Tea Lover�s Soul�.
Buku cantik bersampul putih terbitan Gramedia Jakarta, dengan alih
bahasa oleh Donna Widjajanto. Yang terjemahannya apik, membuat nyaman
dan tenang pembacanya. Persis semacam menyesap secangkir teh terbaik
yang sangat enak. Lalu, apa cerita-cerita mereka?

1. Shirley yang tinggal di rumah kayu sebelah utara Wisconsin, seorang
pekerja lingkungan, mengawali cerita dengan mengutip ucapan Eleanor
Roosevelt �Perempuan seperti sekantong teh: Kau tak pernah tahu
seberapa kuatnya, sampai dia masuk ke dalam air hangat�. Aha. Saya
suka deklarasi magis ini.

2. Taylor sedang kesal pada bos brengsek gila. Yang selalu kasih
pekerjaan numpuk di hari Jumat. Tahu hal itu, mertua baiknya berkat,
�Duduklah�. Dan berjanji akan memberikan rahasia mengatasi bosnya.
�Jadi teh ini-ini yang membuat para bos pergi� tanyanya. Ibu mertuanya
berkata� Tidak, tidak ada yang bisa membuat mereka pergi. Tapi, teh
ini bisa membuatmu melupakan mereka sejenak�.

3. Pearl Blanchett selalu mengawali harinya dengan secangkir teh yang
mengepul. Semua itu terkenang saat ibunya selalu membangunkan anggota
keluarganya dengan berkata� Bangun, Sayang. Teh kalian sudah siap�. Di
akhir cerita, tercatat bahwa di Inggris Raya hanya 30% penikmat teh
yang menambahkan gula atau pemanis buatan. Tapi 98% penikmat teh
menambahkan sedikit susu pada teh mereka.

4. Lola Di Giulio, penulis cerita anak dari pegunungan San Bernardino,
kadang sampai menangis saat teh menyatu dengan bibirnya �Aku rindu
ibuku� katanya pada cangkir bertuliskan �Mom�. Teringat saat-saat dulu
mengunjungi ibunya dan selalu dihidangkannya seteko teh panas yang
diseduh diatas kompor. Meminumnya, untuk merayakan keberhasilan di
hari itu.

5. Cheryl, suka berkebun, berkisah tentang ayahnya, duda berumur 62
tahun yang diundang oleh June ke rumahnya untuk minum teh. June janda
menarik, berbusana rapi dan sopan dalam berbicara. Secangkir teh, ya
ya ya. Ia bisa dijadikan alasan untuk sebuah pertemuan. Sekaligus, ini
untuk menguji teori Sir Arthur Pinero �Di mana ada teh, di situ ada
harapan�. Benarkah?

6. Anita Machek membawa kisah yang diakhiri dengan kalimat magis. �Teh
ini nikmat dan menghangatkan tubuh kita, tetapi kebersamaan dan
percakapan saat minum teh-inilah yang dapat menghangatkan jiwa kita�.

7. Lynne Drake. Seorang pendeta penyuka teh. Dia menganggap teh
sebagai penyembuh segala macam penyakit. Kau lelah? Minum saja
secangkir teh. Marah? Obatnya cuma satu, minum secangkir teh panas.
Menerima kunjungan? Keramahanmu ditentukan dengan segara menyuguhkan
teh begitu tamumu duduk. Kehilangan kata-kata? Saatnya kau minum teh.
Setiap acara minum teh membawa berkat tersendiri. Setiap teko yang
kita tuang selalu menandai langkah kita ke depan, menjadi fondasi yang
besar nilainya...kepercayaan, rasa hormat, stabilitas, dan yang
terpenting di atas semuanya, kasih tanpa syarat.

8. Yogesh Chabria berkisah tentang tentang teh paling payah sedunia
yang dijajakan dalam kereta. Penjual teh itu berteriak-teriak dalam
kereta. �Benar-benar teh yang payah. Sekali menyeruput, Anda akan
langsung memuntahkannya�. Jelas saja menjadi pusat perhatian seluruh
isi gerbang kereta. Dasar Yogesh, pecinta teh sejati malah penasaran
dan membelinya. Meminumnya dengan hati berdebar kencang. Dan tertipu,
teh itu rasanya sama sekali tak terlalu buruk, malah nikmat. Dia
bilang �Tadi kau bilang ini teh paling payah seluruh dunia, tapi ini
bukan teh paling payah sedunia�. �Sir, kalau aku mengatakan yang lain,
apa kau akan tertarik membelinya�. Begitulah, promosi teh paling
�payah� sedunia.

9. Di ujung kisah yang berjudul �Teh Sensuali�, Carol Rehme begitu
lembut lagi pandai menganyam kata bilang �Tidak masalah apakah teh
dinikmati di atas tempat tidur pada musim semi, dinikmati di antara
dedaunan di kastil-kebun tehmu, yang kelihatan dari pelapis berandamu
pada senja musim panas, atau diminum saat duduk di sofa besar sambil
mengenakan kaos kaki tebal pada musim dingin, selalu ada yang sama
dalam secangkir minuman hangat yang menenangkan jiwa itu. Teh yang
menggoda semua.

Begitulah, teh selalu menuangkan cerita bagi para pecintanya.

Di ujung senja, saya ucap terimakasih pada seorang teman, sesama
pecinta teh yang berbaik hati meminjamkan buku ini. Ia penyuka teh
tanpa gula. Katanya, dalam cerpen �Cardamon�: �Gula hanya candu yang
mengelabuhi kenyataan�

Para peminum teh. Hai..kapan kita ketemu?

*Penulis lepas. Pecinta teh. Penikmat senja.

http://penakayu.blogspot.com

4b.

Re: (catcil) Para Peminum teh

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 9:22 pm (PDT)



"If this is coffee, please bring me some tea; but if this is tea,
please bring me some coffee."
� Abraham Lincoln
http://www.goodreads.com/quotes/search?q=coffee&commit=find+quotes

Teh versus kopi kayaknya seru nih dibahas:D. Setahu saya, kebanyakan
perempuan penggemar kopi. Termasuk istri saya. Sebelum menikah, saya
penggemar berat teh, dan jarang sekali minum kopi. Sebaliknya dengan
istri saya. Ia pecandu kopi dan jarang minum teh. Kurang
nendang,katanya,kalau untuk mengatasi pusing dan lemas saat haid. Dan
setelah menikah, terjadilah kolaborasi dan pertukaran:D. Saya mulai
ketularan ngopi dan istri saya muali menjadi penggemar teh:D.

Nah, saya pingin tahu nih apakah setelah menikah nanti Mas Yon yang
pecinta teh akan tetap setia minum teh atau tidak nih?hehe...

Tulisan yang menginspirasi! Terima kasih sudah berbagi.

Tabik,

Nursalam AR

On 6/28/11, Senja Lova <senjalova@gmail.com> wrote:
> Para Peminum Teh
> Oleh
> yons achmad*
>
> Teh untuk kita berdua, dan kita berdua untuk teh
> Aku hanya untukmu, dan kau hanya untukku
>
> (Irving Caesar)
>
>
> Apa jadinya ketika para peminum sekaligus pecinta teh seluruh dunia
> berbagi cerita?
>
> Semua tersaji manis dalam buku �Chiken Soup for the Tea Lover�s Soul�.
> Buku cantik bersampul putih terbitan Gramedia Jakarta, dengan alih
> bahasa oleh Donna Widjajanto. Yang terjemahannya apik, membuat nyaman
> dan tenang pembacanya. Persis semacam menyesap secangkir teh terbaik
> yang sangat enak. Lalu, apa cerita-cerita mereka?
>
> 1. Shirley yang tinggal di rumah kayu sebelah utara Wisconsin, seorang
> pekerja lingkungan, mengawali cerita dengan mengutip ucapan Eleanor
> Roosevelt �Perempuan seperti sekantong teh: Kau tak pernah tahu
> seberapa kuatnya, sampai dia masuk ke dalam air hangat�. Aha. Saya
> suka deklarasi magis ini.
>
> 2. Taylor sedang kesal pada bos brengsek gila. Yang selalu kasih
> pekerjaan numpuk di hari Jumat. Tahu hal itu, mertua baiknya berkat,
> �Duduklah�. Dan berjanji akan memberikan rahasia mengatasi bosnya.
> �Jadi teh ini-ini yang membuat para bos pergi� tanyanya. Ibu mertuanya
> berkata� Tidak, tidak ada yang bisa membuat mereka pergi. Tapi, teh
> ini bisa membuatmu melupakan mereka sejenak�.
>
> 3. Pearl Blanchett selalu mengawali harinya dengan secangkir teh yang
> mengepul. Semua itu terkenang saat ibunya selalu membangunkan anggota
> keluarganya dengan berkata� Bangun, Sayang. Teh kalian sudah siap�. Di
> akhir cerita, tercatat bahwa di Inggris Raya hanya 30% penikmat teh
> yang menambahkan gula atau pemanis buatan. Tapi 98% penikmat teh
> menambahkan sedikit susu pada teh mereka.
>
> 4. Lola Di Giulio, penulis cerita anak dari pegunungan San Bernardino,
> kadang sampai menangis saat teh menyatu dengan bibirnya �Aku rindu
> ibuku� katanya pada cangkir bertuliskan �Mom�. Teringat saat-saat dulu
> mengunjungi ibunya dan selalu dihidangkannya seteko teh panas yang
> diseduh diatas kompor. Meminumnya, untuk merayakan keberhasilan di
> hari itu.
>
> 5. Cheryl, suka berkebun, berkisah tentang ayahnya, duda berumur 62
> tahun yang diundang oleh June ke rumahnya untuk minum teh. June janda
> menarik, berbusana rapi dan sopan dalam berbicara. Secangkir teh, ya
> ya ya. Ia bisa dijadikan alasan untuk sebuah pertemuan. Sekaligus, ini
> untuk menguji teori Sir Arthur Pinero �Di mana ada teh, di situ ada
> harapan�. Benarkah?
>
> 6. Anita Machek membawa kisah yang diakhiri dengan kalimat magis. �Teh
> ini nikmat dan menghangatkan tubuh kita, tetapi kebersamaan dan
> percakapan saat minum teh-inilah yang dapat menghangatkan jiwa kita�.
>
> 7. Lynne Drake. Seorang pendeta penyuka teh. Dia menganggap teh
> sebagai penyembuh segala macam penyakit. Kau lelah? Minum saja
> secangkir teh. Marah? Obatnya cuma satu, minum secangkir teh panas.
> Menerima kunjungan? Keramahanmu ditentukan dengan segara menyuguhkan
> teh begitu tamumu duduk. Kehilangan kata-kata? Saatnya kau minum teh.
> Setiap acara minum teh membawa berkat tersendiri. Setiap teko yang
> kita tuang selalu menandai langkah kita ke depan, menjadi fondasi yang
> besar nilainya...kepercayaan, rasa hormat, stabilitas, dan yang
> terpenting di atas semuanya, kasih tanpa syarat.
>
> 8. Yogesh Chabria berkisah tentang tentang teh paling payah sedunia
> yang dijajakan dalam kereta. Penjual teh itu berteriak-teriak dalam
> kereta. �Benar-benar teh yang payah. Sekali menyeruput, Anda akan
> langsung memuntahkannya�. Jelas saja menjadi pusat perhatian seluruh
> isi gerbang kereta. Dasar Yogesh, pecinta teh sejati malah penasaran
> dan membelinya. Meminumnya dengan hati berdebar kencang. Dan tertipu,
> teh itu rasanya sama sekali tak terlalu buruk, malah nikmat. Dia
> bilang �Tadi kau bilang ini teh paling payah seluruh dunia, tapi ini
> bukan teh paling payah sedunia�. �Sir, kalau aku mengatakan yang lain,
> apa kau akan tertarik membelinya�. Begitulah, promosi teh paling
> �payah� sedunia.
>
> 9. Di ujung kisah yang berjudul �Teh Sensuali�, Carol Rehme begitu
> lembut lagi pandai menganyam kata bilang �Tidak masalah apakah teh
> dinikmati di atas tempat tidur pada musim semi, dinikmati di antara
> dedaunan di kastil-kebun tehmu, yang kelihatan dari pelapis berandamu
> pada senja musim panas, atau diminum saat duduk di sofa besar sambil
> mengenakan kaos kaki tebal pada musim dingin, selalu ada yang sama
> dalam secangkir minuman hangat yang menenangkan jiwa itu. Teh yang
> menggoda semua.
>
> Begitulah, teh selalu menuangkan cerita bagi para pecintanya.
>
> Di ujung senja, saya ucap terimakasih pada seorang teman, sesama
> pecinta teh yang berbaik hati meminjamkan buku ini. Ia penyuka teh
> tanpa gula. Katanya, dalam cerpen �Cardamon�: �Gula hanya candu yang
> mengelabuhi kenyataan�
>
> Para peminum teh. Hai..kapan kita ketemu?
>
>
> *Penulis lepas. Pecinta teh. Penikmat senja.
>
> http://penakayu.blogspot.com
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

--
www.nursalam.wordpress.com

5a.

Turut berbelasungkawa untuk Pak Suhadi dan Mbak Indarwati

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 8:52 pm (PDT)



Saya mengucapkan turut berbelasungkawa untuk kedua Sahabat SK yang
baru saja kehilangan orang tua tercinta mereka:

1. Ayahanda Pak Suhadi yang wafat pada Ahad, 26 Juni 2011 pukul 12.50 WIB.

2. Ibunda Mbak Indarwati yang wafat pada Ahad, 26 Juni 2011 pukul
16.00 WIB di Pati, Jawa Tengah.

Semoga kedua orang tua mereka diampuni segala kesalahannya, diterangi
kuburnya dan ditempatkan di surga bersama orang-orang beriman. Dan
keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kekuatan dan ketabahan.
Amin!

salam,

Nursalam AR

--
www.nursalam.wordpress.com

5b.

Re: Turut berbelasungkawa untuk Pak Suhadi dan Mbak Indarwati

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Tue Jun 28, 2011 1:57 am (PDT)



Ammin, ikut berduka cita buat Mbak Indar. Semoga keluarga yang ditinggalkan ditabahkan oleh Allah SWT, Ammin

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Saya mengucapkan turut berbelasungkawa untuk kedua Sahabat SK yang
> baru saja kehilangan orang tua tercinta mereka:
>
> 1. Ayahanda Pak Suhadi yang wafat pada Ahad, 26 Juni 2011 pukul 12.50 WIB.
>
> 2. Ibunda Mbak Indarwati yang wafat pada Ahad, 26 Juni 2011 pukul
> 16.00 WIB di Pati, Jawa Tengah.
>
> Semoga kedua orang tua mereka diampuni segala kesalahannya, diterangi
> kuburnya dan ditempatkan di surga bersama orang-orang beriman. Dan
> keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kekuatan dan ketabahan.
> Amin!
>
> salam,
>
> Nursalam AR
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>

6a.

Re: [Catper] Kesan Pertama Begitu Menggoda (Edisi Snorkeling)

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Jun 27, 2011 9:33 pm (PDT)



Kisah yang seru, menarik dan menginspirasi nih. Jadi tahu asal usul
kata Hawai:D. Plus,jadi bertanya-tanya kapan ya terakhir kali saya
berenang,hehe...

thanks for sharing!

Tabik,

Nursalam AR

On 6/27/11, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com> wrote:
> Ada seorang Indonesia yang sering melanglang buana ke negera-negara asing,
> mencari keindahan alam negera yang ia datangi. Suatu saat di suatu tempat
> ia bertemu dengan seseorang, �dari mana Anda berasal?�, Ia bertanya.
>
> �Hawai�(*), orang asing itu menjawab.
>
> �wow, tempat yang sangat indah.�
>
> �Anda berasal dari mana?�
>
> �Indonesia�
>
> �wah, Anda salah, justru Indonesia adalah negera yang indah, terutama taman
> dasar laut�.
>
>
> Cerita di atas adalah cerita yang sebenernya tidak terlalu sama persis
> dengan kejadian sebenarnya, ini adalah cerita seorang teman perjalan yang
> menceritakan ulang cerita yang didengarnya, ketika kami sama-sama
> �mbolangan� ke Morotai, Halmahera Utara untuk mencari sisa-sisa peninggalan
> perang dunia ke-2(**).
>
>
> �Nia.. gue curiga, harta karun bawah laut ada di Indonesia.�, teman satu
> perjalan itu menambahkan.
>
> Entah kenapa, setelah itu rasa penasaran saya bertambah untuk mengetahui
> lebih banyak tentang alam Indonesia, tak terkecuali laut dan perairan
> lainnya. Padahal sebelumnya saya begitu takut dengan yang namanya perairan
> luas ditambah kurangnya kemampuan berenang, apalagi tekhnik menyelam.
>
>
> 11 � 12 Juni 2011, saya memberanikan diri mengikuti trip Petualangan Kita,
> agenda utama dari trip itu adalah snorkeling di beberapa tempat di sekitaran
> pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
>
>
> Setelah kurang lebih 7 tahun, akhirnya saya kembali lagi ke Kepulauan
> Seribu. 7 tahun yang lalu, untuk urusan penilitian akademis saya pernah
> singgah di Pulau Rambut memperhatikan populasi berbagai jenis burung yang
> mendiami pulau itu, walaupun saya harus rela pulangnya diberi oleh-oleh
> kotoran burung yang sedang berlalu di atas saya.
>
>
> 11 Juni 2011, kami memulai perjalanan dengan menaiki kapal penumpang dari
> Muara Angke. Bau menusuk hidung, ditambah dengan tanah pasar yang becek dan
> air tergenang. Orang-orang berlalu lalang, muda-mudi pun berjumlah banyak,
> mereka dan juga kami merencanakan trip yang berbeda, walaupun di satu gugus
> kepualauan seribu juga.
>
>
> Kami ber-10, satu diantaranya adalah seorang pemandu dari Petualangan Kita,
> Hedra Akhari. Pagi itu, ombak cukup tenang, selama menunggu saya juga
> mendengarkan pengalaman Icad (keturunan JAPA �jawa Papua�) tentang
> pengalaman serunya lomba berenang Surabaya � Madura, membuat saya
> geleng-geleng dibuatnya. setelah 2 jam perjalanan akhirnya sampai juga kami
> ke penginapan.
>
>
> Istirahat sejenak kami langsung pergi ke Pulau Semak Daun. Pulau kecil
> cukup asri dan berpasir putih. Di pulau ini kami memulai latihan dasar
> snorkeling, banyak di antara kami yang sebelumnya belum pernah snorkeling.
> Dengan bantuan mas Agus, yang berasal dari pulau Pramuka, kami diajarkan
> bagaimana berjalan menggunakan fin, bernapas dengan snorkel dan beberapa
> tekhnik dasar lainnya. Saya tanpa malu-malu berkata bahwa saya tidak bisa
> berenang.
>
>
> Teringat beberapa hari sebelumnya, ketika saya latihan renang, keponakan
> saya, Pasha, yang masih TK pernah komentar tentang kemampuan renang saya
> yang baru 2 meteran udah megap-megap nafasnya, �tante cuma bisa berenang 2
> meter? Pasha 500 meter�, si bocah kecil ini memang sudah terbiasa dengan
> berenang, tidak takut air seperti tantenya :D, kemampuan bernafasnya juga
> terlatih karena 2 kali seminggu anak TK ini rutin kursus berenang.
>
>
> Walaupun, kemampuan tekhnik pernafasan saya dalam air belum begitu baik,
> namun dengan peralatan snorkel sangat membantu banyak dalam ketahanan
> bernafas saya dalam air. Walaupun begitu beberapa kali saya tersedak, karena
> lupa bahwa ketika menggunakan snorkel saya harus bernafas dengan mulut bukan
> dengan hidung.
>
>
> Setelah cukup latihan dasar di pinggir pantai pulau semak daun, akhirnya
> kami melanjutkan kembali ke perairan luas. Awalnya susah sekali untuk
> menceburkan diri ke dalam laut, kaki kaku, muka gugup, padahal sudah
> menggunakan alat yang cukup lengkap termasuk life jacket (sayang waktu itu
> gak ada yang moto :P).
>
>
> Byuuuur� sempat gelagapan sebentar, pemandu memberikan saya Ring, agar saya
> tidak khawatir terbawa arus. Ring itu diberi tali, memudahkan pemandu (mas
> agus dan Hedra) menyeret-nyeret saya :D. Hanya saya yang mengunakan ring,
> yang lain hanya dengan life jacket, malah ada di antaranya yang tidak
> menggunakan life jacket sama sekali. Saya lihat, adik bungsu saya pun lincah
> bersnorkeling riya. (gak kaya kakaknya yang takutan macam begini hihi).
>
>
> Benar kata Hedra, rasa takut snorkeling pertama kali adalah kewajaran, dan
> setelah melihat taman bawah laut maka akan lupa.
>
> Saya benamkan wajah saya ke dalam air, terlihat berbagai jenis terumbu
> karang. Bahkan di antaranya ada yang berbentuk seperti otak-otak besar yang
> tertanam dalam lautan. Menakjubkan,untuk pengalaman pertama saya. Beberapa
> jenis ikan berenang di dasar laut. Setelah puas snorkeling, kami istirahat
> sejenak di Pulau Air, pulau yang cukup luas yang dimiliki oleh satu
> pengusaha Indonesia. Orang-orang asing ramai bermain olahraga air. Setelah
> itu melihat beberapa jenis hiu di keramba apung.
>
>
> Keesokan harinya, ada dua tempat tujuan kami snorkeling. Pertama, di
> sekitaran pulau air, namun saya memilih untuk berdiam diri di atas perahu.
> Sambil menunggu, saya mengobrol dengan pemilik perahu yang bercerita banyak
> tentang pulau Pramuka dan Pulau Panggang. Bapak pemilik perahu itu juga
> menjelaskan, bahwa, beberapa pulau di kepulauan seribu banyak yang sudah
> menjadi milik pribadi, beberapa di antaranya malah dimiliki oleh orang-orang
> asing. Miris mendengarnya. Beberapa pulau itu dibeli dengan harga ber-M-M.
> (ada yang mau nabung buat beli Pulau? Hehe)
>
>
> Selain itu, ia juga bercerita bahwa beberapa pulau yang kami lalui di
> antaranya pulau buatan. Perairan yang cukup dangkal lalu ditimbuni pasir
> putih, setelah itu pohon-pohon dan tumbuhan liar tumbuh sendiri, entah
> karena penyerbukan lewat udara atau terbawa air. Sehingga pulau-pulau
> buatan itu, seperti pulau-pulau yang berdiri secara alami.
>
>
> Beberapa jam setelahnya, teman-teman kembali ke perahu, bercerita banyak,
> membuat saya sedikit menyesal tidak ikut �nyebur�. Kata mereka terumbu
> karangnya lebih bagus dari pada yang pertama, lalu banyak ikan-ikan yang
> mengikuti mereka. Menurut salah satu pemandu, kebiasaan ikan-ikan berenang
> di sekitar mereka dikarenakan sebelumnya banyak penyelam yang memberikan
> mereka makan (roti dsb).
>
>
> Tempat kedua �soft coral�, tidak begitu jauh dari pulau pramuka. Saya
> memberanikan diri lagi untuk menceburkan diri, walaupun belum berani dengan
> tekhnik menceburkan diri dengan berdiri di perahu, kaki kanan dimajukan ,
> tangan kanan memegang google dan kaki kiri di belakang, seperti beberapa
> teman yang lain (saya masih nyebur dengan �duduk� sodara-sodara.. hehe
> cupu).
>
> Tempat ini, punya terumbu karang lebih beraneka dibanding tempat pertama
> saya menceburkan diri. Lebih dalam dan binatang-binatang laut pun lebih
> beraneka. Tumbuhan dan binatang lautnya lebih berwarna. Ubur-ubur bertebaran
> di mana-mana.
>
> Menghampiri kami yang sedang berenang, jadi teringat salah satu adegan di
> film layar lebar �Avatar�. Membuat saya sedikit sibuk agar ubur-ubur itu tak
> menciumi pipi saya :P.
>
>
> Setelah itu kami harus bersiap-siap pulang, agar tak tertinggal kapal
> penumpang yang terjadwal pukul satu siang. Namun, ombak yang menerjang cukup
> keras, perahu yang penuh muatan penumpang itu menghadang gelombang naik
> turun, teringat wahana Kora-kora di Dunia Fantasi, membuat beberapa
> penumpang memuntahkan isi perutnya.
>
> Setelah 2 jam, akhirnya kami tiba di Muara Angke dengan selamat. Air laut
> yang semula biru, berubah menjadi keruh dan bau. Tentu sudah faham,
> pencemaran air merupakan jawabannya.
>
>
> Lelah kami bawa, tapi bersyukur untuk pengalaman pertama bersnorkeling yang
> saya alami. Mengobati ketraumaan saya terhadap perairan luas. Ditambah
> dengan teman-teman baru yang ramah, dengan berbagai pengalaman yang mereka
> punya (beberapa di antaranya tak asing dengan wilayah timur Indonesia). Dan
> juga untuk Petualangan Kita, Hedra, mas Agus sebagai pemandunya, yang
> bersedia menyeret2 saya dengan tali ring (nyeretnya pake kelingking lho..
> hihi merhatiin kelingking si Hedra nyeret2 tali ring dalam air). Terima
> kasih untuk semua (momik, Evi, Icad, Fanny, Dely, Rhonald, Yudi, mba Andi,
> Hedra, mas Agus).. terima kasih untuk seafood-nya :) cuminya� mantap sudah!
> :D
>
>
>
> Catatan kaki :
>
> (*) Hawai berasal dari kata Javaii, pada saat itu penjelajah salah mengira,
> dikiranya hawai merupakan pulau Jawa. (baca di buku sejarah melayu lama)
>
> (**) Peninggalan perang dunia ke dua banyak di sekitar Morotai, dan Pulau
> Zumzum bisa dilihat di notes :
> http://www.facebook.com/note.php?note_id=478319383919
>

--
www.nursalam.wordpress.com

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Small Business Group

A community for

small business owners

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: