Selasa, 21 Juni 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3418[1 Attachment]

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (12 Messages)

Messages

1.

Hidup Adalah E(Y)=f(x)

Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com   ikhwansopa

Mon Jun 20, 2011 7:36 am (PDT)



<http://4.bp.blogspot.com/-egVKteFKVLI/Tf9Yl5NleQI/AAAAAAAACDM/32X-T3DEcnM/s1600/life.png>
*E(Y)=f(x)*

Hidup adalah tentang *stimulus x* dan *respon y*.
Apa yang *hidup *adalah apa yang dapat merespon stimulus.
Yang tak lagi mampu merespon stimulus adalah *mati*.

Kita hidup berjalan di atas *waktu*.
Di atas waktu diciptakan *event* dan *kejadian*.
Persamaan *tetap berlaku* selama waktu yang telah ditetapkan.

Segala stimulus dari dunia luar dan dari dunia dalam terjadi *detik demi
detik*, *saat demi saat*.
Antara stimulus dan respon ada *jeda waktu*, pendek atau panjang.
Dalam jeda waktu ini tumbuhlah *kedewasaan* dan *kesadaran*.

Stimulus adalah segala event dan kejadian yang sedang menjalankan *fungsi
(f)*.
Setiap event dan kejadian diciptakan dengan *maksud dan tujuan*.
Yang hidup akan merespon dengan menciptakan *expected value (Y)*.
Segala hal adalah tentang mengkreasi *nilai* dan *makna*.

*Kualitas hidup* kita adalah *nilai *dan *makna *yang kita kreasi mengikuti
*tujuan penciptaan *event dan kejadian.

**Rumus di atas adalah rumus yang biasa digunakan untuk menjelaskan
Stimulus-Response
Model.*

Semoga bermanfaat,

Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
Founder, Penulis "Manajemen Pikiran Dan
Perasaan<http://www.penerbitzaman.com/code.php?index=Katalog&op=tampilbuku&bid=118>
"*
*
2a.

Re: ORANG ISLAM WAJIB BERUSAHA JADI KAYA

Posted by: "Abir Sabil" abirsabil.81@gmail.com   manhaj_fithriy

Mon Jun 20, 2011 9:29 pm (PDT)



Terima kasih Pak Dewo, atas kutipannya. Perkenankan saya memberikan
beberapa komentar yang mungkin bisa kita obrolkan bersama.

Sepengetahuan saya, tidak ada dalil yang memerintahkan seorang muslim
untuk berusaha menjadi kaya. Yang ada adalah perintah untuk mencari
karunia Allah: Wabtaghuu min fadhlillaah. Tentunya ada perbedaan
antara:

1. Giat mencari karunia Allah dan Malas mencari karunia Allah.
2. Menjadi kaya dan Tidak menjadi kaya.

Sekian dulu. Mudah-mudahan dapat menjadi masukan yang bermanfaat.

On 6/11/11, Dewo <pdewo@yahoo.com> wrote:
> (Dikutip dari tulisan di group facebook: MOTIVASI & INSPIRASI)
>
> ORANG ISLAM WAJIB BERUSAHA MENJADI KAYA....
>
> Wah, ngeledek nih judulnya, berarti orang miskin itu bukan Islam dong ?, lho
> iya, bisa jadi orang itu gak ngerti Islam dan gak meneladani tokoh-tokoh
> Islam termasuk Nabi SAW dan para Sahabatnya. Bukannya Nabi SAW dan para
> Sahabatnya itu miskin buktinya pernah kelaparan ?! siapa bilang ? pernah sih
> miskin, tapi Cuma sebentar yaitu ketika masa diembargo/diboikot oleh Kaum
> Kafir di Makkah. Tapi coba kita lihat fakta sejarah :
>
> - Nabi menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25
> tahun.
> - Beliau berdagang ke Luar Negeri setidaknya 18 kali, menjangkau Syiria,
> Yaman, Bashra, Iraq, Yordania dan Bahrain
> - Nabi Menyerahkan puluhan Unta muda untuk Mas Kawin Beliau
> - Beliau juga Memiliki banyak unta perah dan 20 untanya pernah dirampas oleh
> Uyainah bin Hishn
> - Beliau memilii unta pilihan (Al-Qoshwa) dan Keledai pilihan untuk
> memudahkan perjalanan dan perjuangan
> - Hanya saja gaya hidup Beliau sangat-sangat sederhanan, makanya beliau
> hanya memakai pakaian, alas tidur dan makanan ala kadarnya.
>
> Adakah para Sahabat Nabi yang tidak kaya ? diantara empat Sahabat Nabi yang
> tidak kaya hanyalah Ali bin Abi Thalib yang tidak kaya, tapi beliau
> sangat-sangat kaya Ilmu.
> - Umar bin Khattab mewariskan 70.000 properti senilai Triliunan rupiah.
> - Ustman bin Affan mewariskan property sepanjang Aris dan Khaibar senilai
> triliunan rupiah
> - Abu Bakar mensedekahkan seluruh harta kekayaannya juga bernilai triliunan
> rupiah.
>
> Bagaimana dengan Sahabat yang lain ? diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang
> dijamin masuk Sorga ternyata hamper semuanya orang kaya salah satunya adalah
> Abdurrahman bin Auf, meski beliau sering sedekah besar-besaran namun Beliau
> masih mewariskan harta senilai triliunan rupiah.
>
> Istri Kesayangan Nabi SAW Khadijah ternyata jauh lebih kaya daripada Nabi
> SAW
> Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para Pedagang, mereka adalah
> orang-orang kaya. Pendiri NU Hasyim Asy'ari dan Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan
> adalah Saudagar yang kaya raya. Serikat Dagang Islam yang turut
> memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini adalah sekumpulan orang-orang kaya.
>
> Jadi kalau ada seorang Muslim yang membiarkan dirinya terus-terusan miskin
> berarti dia telah mengkhianati para teladannya termasuk mengkhianati
> Rosulullah SAW. Lho kok gitu ? lha iyalah, coba kita lihat lagi pesan Nabi
> SAW dan Umar bin Khatthab berikut ini :
>
> Suatu waktu Umar bertanya kepada seseorang yang sudah lanjut usia " apa
> menghalangimu mengelola dan menanami tanah pekaranganmu ini ? ", maka
> dijawablah " aku ini sudah tua renta, mungkin besok aku sudah wafat ",
> lantas Umar menanggapinya agar orang tua itu segera menanami tanahnya dan
> Umarpun sempatkan membantu menanami tanah itu.
>
> Soal kerja, Umar sering menasehati " Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan
> lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia ", Umar bukan hanya menasehati,
> bahkan setiap usai sholat shubuh umar langsung bergegas menuju kebunnya di
> Juruf, ia berusaha memenuhi kebutuhan dirinya.
>
> Terkait dengan ini Nabi SAW, juga berwasiat " diantara dosa-dosa, ada dosa
> yang dapat terhapus dengan puasa dan sholat, ia hanya bisa dihapus dengan
> susah payah mencari nafkah ", wasiat beliau lainnya " Allah menyukai
> hambanya yang berkarya dan terampil, sesiapa yang bersusah payah mencari
> nafkah untuk keluarganya, maka ia serupa dengan Pejuang di Jalan Allah",
> jadi kerja ternyata bentuk ibadah tertinggi.
>
> Umar juga mengajak para pekerja/karyawan untuk memiliki pendapatan tambahan,
> kurang lebih nasehatnya begini :" jika keluar gaji, maka sebagian belikan
> kambing, demikian juga gaji selanjutnya ", intinya Umar mengajak para
> karyawan agar memiliki asset/investasi produktif yang bisa mencetak uang
> terus-menerus. Umar juga mengajak orang-orang berdagang dengan nasehatnya "
> Berdagang itu merupakan sepertiga harta", Umar sendiri memiliki asset 70.000
> properti senialai triliunan rupiah.
>
> Allah sendiri Maha Kaya Raya dan selalu memberikan Kekayaan dan Kecukupan
> kepada kita semua, gak pernah Allah SWT menyuruh kita miskin, gak percaya
> cari dalilnya ( sampai gagak ubanan gak akan pernah ketemu ) lha wong kita
> diperintahkan Zakat dan memperbanyak Sedekah, diperintahkan untuk Haji dan
> Umroh serta dianjurkan membiayai orang lain untuk Haji dan Umroh, disuruh
> menuntut ilmu dan membiayai kegiatan keilmuan, harus menafkahi keluarga dan
> mencukupkan ahli waris, menyantuni orang tua yang sudah sepuh, orang-orang
> fakir miskin serta anak yatim, menegakkan ekonomi syari'ah dan membangun
> sarana ummat, meningkatkan bargaining position ummat Islam dan mengembangkan
> Dakwah dan Syi'ar Islam, semuanya itu perlu dana yang besar, lha kok kita
> mau bergembira ria dan bersantai ria dengan kemiskinan.
>
> Masih gak percaya, kalo kita itu wajib kaya ?, kita lihat lagi nasehat Nabi
> SAW berikut : " Kefakiran itu dekat sekali dengan Kekafiran ", " Allah lebih
> menyukai Muslim yang kuat iman dan nafkahnya dari pada muslim yang lemah ".
> coba kita analisis juga isi ayat An-Najm : 43-48 berikut ini :
>
> Allahlah yang menjadikan tertawa dan menangis
> Allahlah yang menjadikan kematian dan kehidupan,
> Allahlah yang menjadikan laki-laki dan perempuan
> Allahlah yang memberikan kekayaan dan kecukupan (bukan kemiskinan),
>
> Jadi Allah hanya memberi kita Kekayaan dan Kecukupan, hidup kita ini
> sebenarnya selalu dimuliakan dan dimanja oleh Allah SWT, lha kalo kita
> miskin ? itu pasti karena salah kita sendiri. Masih mau membantah ? mari
> kita telaah lagi ayat-ayat berikut ini :
>
> " Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan
> apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami Mengutusmu
> (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang
> menjadi Saksi ".(An-Nisa :79 )
>
> " Mereka (utusan-utusan) itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena
> kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah
> kaum yang melampaui batas." ( Yaasin :19 )
>
> " Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu
> sendiri, dan Allah Memaafkan banyak (dari
> kesalahan-kesalahanmu)"..(Asy-Syuro : 30)
>
> " Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
> meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
> terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
> kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar ".
> (An-Nisa :9 )
>
> Gimana? Cukup ?, bandelnya kita itu gak mau niru Nabi SAW, padahal perbedaan
> kita dengan Nabi SAW itu Cuma SEDIKIT saja, makanya kita gak kaya-kaya ! gak
> percaya ? kita lahat lagi yang ini :
> - Nabi itu sedikit-sedikit beribadah, kita sedikit ibadahnya
> - Nabi itu sedikit-sedikit sedekah, kita sedikit sedekahnya
> - Nabi itu sedikit-sedikit sholat sunnah, kita sedikit sholat sunnahnya
> - Nabi sedikit tidurnya, kita sedikit-sedikit tidur
> - Nabi sedikit makannnya, kita sedikit-sedikit makan terus
> - Nabi itu sedikit bicaranya, kita sedikit-sedikit bicara bahwkan bicarakan
> orang
>
> Nah, kan Cuma sedikit tho bedanya ? harusnya kita bisa niru Nabi dong ! he
> he he…
>
> Naaah, bagaiman kita menjadi KAYA ???. Korupsi ???..atau dengan cara2
> ISLAM??...dengan BerSEDEKAH kah ??
> Bagaimana SEDEKAH berakibat dahsyat kepada peningkatan KeKAYAan kita..???
> Nah tunggu tulisan berikutnya...
>
>
>
> Pramono Dewo
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>

3.

Artikel: Dua Jenis Helm Dan Isi Kepalanya

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Mon Jun 20, 2011 9:29 pm (PDT)



Artikel: Dua Jenis Helm Dan Isi Kepalanya
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Kami termasuk keluarga yang beruntung untuk mendapatkan doorprize pada saat mengikuti acara Family Gathering beberapa hari yang lalu. Hadiahnya berupa sebuah helm sepeda gunung. Anak saya yang berusia 7 tahun sangat terkesan dengan helm itu sehingga sepanjang hari dia memakainya terus bahkan dibawanya hingga menjelang tidur. Helm seyogyanya berfungsi untuk menjaga kepala kita agar tidak ada benda dari luar yang masuk kedalam. Namun selain helm sepeda gunung seperti yang dimainkan anak saya itu, kita juga memiliki jenis helm lain yang menutup kepala kita rapat-rapat. Saya menyebutnya sebagai ‘helm pikiran’. Apakah Anda sudah bisa menebak maksudnya?
 
Tujuan kita mengenakan helm adalah untuk melindungi kepala agar jangan sampai terkena pengaruh dari luar. Tetapi, menyimak perilaku anak saya dengan helm barunya itu, saya teringat betapa terbiasanya kita menggunakan ‘helm pikiran’ hingga sering terjebak dalam kesempitan pemikiran sendiri. Ciri orang yang mengenakan helm pikiran secara baik adalah selalu bisa menghalau pengaruh buruk yang datang dari luar, sambil terus menerima hikmah yang datang. Sedangkan ciri orang yang mengenakan helm pikiran secara buruk adalah senantiasa bersikap picik, skeptis, dan menolak hikmah yang ditebarkan oleh orang lain.  Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya memahami lebih lanjut tentang  helm pikiran ini, saya ajak untuk memulainya dengan menerapkan 5 kemampuan Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Bersikaplah protektif tetapi tetap terbuka. Tidak salah jika kita mengira bahwa diluar sana banyak sekali pengaruh buruk yang mengancam kebersihan dan kejernihan pikiran. Namun diantara pengaruh buruk itu ada begitu banyak pemikiran yang justru sangat mencerdaskan dan mencerahkan. Oleh karenanya, kita perlu pandai memilah mana pengaruh luar yang buruk dan mana yang baik. Setelah mengenalinya, lalu lindungilah jangan sampai pengaruh pemikiran buruk itu memasuki otak kita. Pada saat yang sama, ijinkanlah pengaruh pemikiran positif untuk masuk kedalamnya. Caranya; abaikan gagasan-gagasan dan pemikiran negatif yang dihembuskan kepada Anda. Dan terimalah pemikiran positif dengan hati terbuka.
 
2.      Milikilah pemikiran yang bersih. Kita tidak akan bisa menerima pemikiran yang bersih, baik dan positif jika otak kita sendiri dipenuhi oleh pemikiran kotor. Sebaik apapun hikmah yang disampaikan oleh seseorang tidak akan dinilai baik dimata kita jika kita sendiri memiliki pemikiran yang buruk. Kebaikan tidak bisa berteman dengan keburukan, bukan? Hanya jika kita memiliki pemikiran yang bersih saja, kita akan mampu mengenali permikiran yang bersih. Jadi, untuk bisa menerima pemikiran yang bersih dari luar, kita harus terlebih dahulu memiliki pikiran yang juga bersih didalam kepala kita.
 
3.      Rajin-rajinlah membilas pemikiran. Otak kita sudah diisi oleh beragam pemikiran. Diantaranya ada yang bersifat buruk atau bercampur kedengkian. Jika pemikiran negatif itu dibiarkan terus bersemayam disana maka dia akan berkembang menjadi kerak yang menempel dan semakin mengeras. Jika sudah seperti itu, sangat sulit untuk diajak positif. Makanya otak kita mesti sering dibilas. Berdekat-dekatanlah dengan orang-orang yang positif. Sering-seringlah membaca tulisan-tulisan yang inspiratif. Giat-giatlah untuk mendengarkan perkataan para penebar hikmah. Dengan cara itu, maka perlahan-lahan pemikiran buruk kita terdesak keluar sehingga yang tersisa nanti hanyalah pemikiran yang baik-baik saja.
 
4.      Menyadari bahwa helm pikiran itu sering dicemari oleh ego. Banyak orang yang keberatan menerima masukan dari luar dikarenakan oleh egonya yang terlalu tinggi. Rasanya sulit menerima nasihat dari orang yang tingkat jabatannya lebih rendah. Apalagi dari seseorang yang jelas-jelas uangnya tidak banyak. Padahal hikmah bukanlah monopoli mereka yang menduduki posisi tinggi atau para pemilik keberlimpahan harta. Hikmah adalah anugerah bagi siapa saja yang bersedia melumerkan egonya untuk mendengar bisik kebijaksanaan tanpa memandang siapa yang mengatakannya, berapa banyak uangnya, atau bagaimana status sosialnya.
 
5.      Menyadari bahwa otak kita adalah sebuah lahan kosong. Kita sering merasa serba tahu. Padahal, pengetahuan kita belum sanggup untuk sekedar mengisi 5% saja dari kapasitas otak yang sesungguhnya. Jika ada sebuah wadah besar yang baru terisi sedikit, kita tidak ragu untuk menyebutnya wadah kosong atau nyaris kosong. Tetapi, dengan otak yang hanya sedikit diisi ini kita masih tersinggung jika disebut sebagai si otak kosong. Kita perlu lebih sadar dengan kenyataan bahwa otak kita ini seperti sebuah lahan kosong yang memerlukan banyak tambahan isi. Jika tidak ingin lahan itu dipenuhi dengan belukar dan hewan-hewan liar, maka kita harus segera mengisinya dengan pemikiran-pemikiran yang bersih. 
 
Kita percaya bahwa kualitas diri seseorang sering sangat ditentukan oleh isi otaknya. Namun kita sering lupa bahwa otak itu tidak akan berfungsi secara maksimal sebelum kita benar-benar bersedia menerima masukan dari pihak luar. Meskipun itu tidak berarti boleh menerima segala hal yang orang lain katakan, tetapi ada begitu banyak hikmah yang mengandung beragam manfaat tak ternilaikan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman  - 14 Juni 2011
Natural Intelligence Inventor
http://www.dadangkadarusman.com/training-programs/
Contact person in-house training: Ms. Vivi - 0812 1040 3327
 
Catatan Kaki:
Helm pikiran itu seperti seorang konsultan. Dia membuat rekomendasi untuk menerima  atau menolak sebuah gagasan, namun kliennyalah yang menentukan keputusan akhir.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
4a.

Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?

Posted by: "satriyo" satriyo.boedi@gmail.com   satriyo_as

Mon Jun 20, 2011 9:30 pm (PDT)



Sama sama Mas Nursalam

salam,
Satriyo

2011/6/13 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>

>
>
> Terima kasih banyak, Mas Satrio.
>
> salam,
>
> Nursalam AR
>
>
> On 6/13/11, satriyo <satriyo.boedi@gmail.com> wrote:
> > Mas Nur,
> >
> > Ini mas yang sempat saya temukan:
> >
> > Untuk hadisnya, a.l., bisa lihat di http://www.defry.net/ustad
> > -menjawab/hukum-seorang-wanita-menambahkan-nama-suam
> > inya-di-belakang-namanya/
> >
> > Atau ini: http://forum.vivanews.com/archive/index.php/t-117154.html
> >
> > salam,
> > Satriyo
> >
> > PS: alamat FB saya http://www.facebook.com/#!/satriyo1
> >
> > 2011/6/13 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> >
> >>
> >>
> >> Terima kasih, Mas Satriyo. Jika berkenan, di-share juga ya alamat
> >> FB-nya,biar yang lain tahu:).
> >>
> >> salam,
> >>
> >> Nursalam AR
> >>
> >>
> >> On 6/10/11, satriyo <satriyo.boedi@gmail.com> wrote:
> >> > Mas Amrullah,
> >> > Sila lihat posting dan komen di wall facebook saya berisi tulisan mas
> >> > Nur yg sdh saya tambahkan refrensi hadisnya. Maaf dr BB saat ini susah
> >> > mengakses fb saya itu :-(
> >> >
> >> > Satriyo
> >> >
> >> > On 6/10/11, bintang_maha_putra@yahoo.co.id
> >> > <bintang_maha_putra@yahoo.co.id> wrote:
> >> >> Mas Nur,
> >> >> Klo boleh tahu, mohon bunyi haditsnya seperti apa? Siapa perawinya?
> >> >> Makasih
> >> >>
> >> >> Regards,
> >> >>
> >> >>
> >> >> Yozar F. Amrullah
> >> >>
> >> >> Dikirim dari Yozar.ReMixer RainbowBerry® smartphone
> >> >>
> >> >> -----Original Message-----
> >> >> From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> >> >> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> >> >> Date: Tue, 7 Jun 2011 17:17:51
> >> >> To: sekolah kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> >> >> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> >> >> Cc: Nursalam AR<nursalam.ar@gmail.com>
> >> >> Subject: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri?
> >> Bolehkah?
> >> >>
> >> >> Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
> >> >>
> >> >> Oleh Nursalam AR
> >> >>
> >> >>
> >> >> Iya, bolehkah?
> >> >>
> >> >> Demikian suatu pertanyaan yang mengemuka di sebuah milis lain.
> >> >> Menarik, karena yang punya argumentasi mengemukakan pendapatnya
> >> >> disertai hadis Nabi Muhammad SAW tentang dilarangnya menisbatkan nama
> >> >> suami di belakang nama istri seperti yang banyak dilakukan orang saat
> >> >> ini. Misalnya, istri mantan presiden AS,Bill Clinton, yang
> menisbatkan
> >> >> nama suaminya di belakang namanya menjadi Hillary Rodham Clinton.
> >> >>
> >> >> Di sebuah artikel lain yang pernah saya baca, praktik penisbatan nama
> >> >> suami seperti itu dianggap sebagai bentuk dominasi patriarki
> >> >> (kekuasaan lelaki) atas perempuan.
> >> >>
> >> >> Hemat saya, soal nama, khusus untuk kaum perempuan apalagi ibu-ibu
> >> >> memang unik. Di
> >> >> lingkungan sekitar rumah saya yang baru (yang baru ditempati 5 bulan
> >> >> ini), istri saya biasa
> >> >> dikenal dengan 3 nama: Umminya Alham (nama anak saya), Mamanya Alham
> >> >> dan Bu Nursalam. Nama aslinya sendiri (Yuni) tenggelam:D.
> >> >>
> >> >> Pernah ibu-ibu tetangga bilang ke istri saya,"Ih,ibu kok kemarin
> >> >> dipanggil ga nengok?"
> >> >>
> >> >> Karena istri saya keliatan bingung, ia menambahkan,"Itu, waktu saya
> >> >> panggil 'Bu Nur..Bu Nur'." Oalah, pantas saja istri saya tak nengok.
> >> >> Ia kira yang dipanggil orang lain.
> >> >>
> >> >> Yah, itulah budaya di masyarakat. Tapi secara pribadi saya setuju
> >> >> dengan hadis tersebut tentang penisbatan nama suami tersebut (emang
> >> >> kudu yah kalo Muslim mah. Terserah jika ummat agama lain):D. Saya
> >> >> sendiri membebaskan istri saya untuk menggunakan namanya sendiri,
> Yuni
> >> >> Meganingrum, baik di formulir formal atau akun jejaring sosial
> >> >> sekalipun. Dan bukan Yuni Salam atau Yuni Rahman.
> >> >>
> >> >> Sebab, lepas dari 'ancaman' hadis tersebut, salah satu hikmah
> >> >> pelarangan penisbatan nama suami tersebut adalah pembebasan atau
> >> >> pengakuan Islam atas hak identitas perempuan. Di masa jahiliyah,
> >> >> sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, perempuan biasa dianggap sebagai
> >> >> barang atau aset, yang bisa diwariskan ke anak atau diberikan kepada
> >> >> orang lain. Perempuan tak punya hak secuil pun termasuk hak identitas
> >> >> atas namanya sendiri.
> >> >>
> >> >> Hikmah lainnya, juga tentang keajegan. Jika dinisbatkan pada ayah kan
> >> >> jelas dan tak berubah. Karena tak ada bekas ayah atau bekas anak.
> >> >> Namun, yang ada bekas istri atau bekas suami. Kasus seperti ini
> pernah
> >> >> terjadi atas penyanyi Elya Khaddam yang terkenal dengan lagu 'Boneka
> >> >> India'.
> >> >>
> >> >> Konon di awal karirnya ia pakai nama Elya Agus, sesuai nama ayahnya.
> >> >> Namun karirnya biasa saja. Setelah menikah dan pakai nama Elya
> >> >> Khaddam, karirnya melejit dengan hits lagu 'Boneka India' tersebut.
> >> >> Beberapa tahun setelah tenar, ia bercerai dengan Khaddam.
> >> >> Memang tak ada persoalan soal penggunaan nama 'Khaddam' karena Elya
> >> >> pun masih menggunakannya hingga bertahun-bertahun setelah cerai.
> >> >> Belakangan ia kembali ke nama aslinya 'Elya Agus'.
> >> >>
> >> >> Kasus lain yang serupa juga terjadi pada artis sinetron Firdha Razak
> >> >> yang dulu ngetop dengan sinetron awal 90-an "Opera Tiga Jaman" di
> >> >> RCTI. Saat ngetop ia adalah istri Razak Satari, seorang produser di
> >> >> RCTI. Setelah bercerai, ia pun masih pakai nama itu karena sudah
> >> >> merupakan trademark atau label keartisan. Meski kemudian setelah
> >> >> menikah dengan seorang bule Jerman ia berganti nama menjadi Firdha
> >> >> Kussler.
> >> >>
> >> >>
> >> >>
> >> >> --
> >> >> www.nursalam.wordpress.com
> >> >>
> >> >>
> >> >
> >> > --
> >> > Sent from my mobile device
> >> >
> >>
> >> --
> >> www.nursalam.wordpress.com
> >>
> >>
> >
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>
>
4b.

Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?

Posted by: "satriyo" satriyo.boedi@gmail.com   satriyo_as

Mon Jun 20, 2011 9:31 pm (PDT)



Mas Amrullah,

Sama sama mas

Satriyo

2011/6/13 <bintang_maha_putra@yahoo.co.id>

>
>
> Mas Satriyo,
> Alamatnya sudah saya buka. Makasih infonya. Makasi jg buat mas Nur.
>
> Regards,
>
>
> Yozar F. Amrullah
> Musisidigital.wordpress.com
>
> Dikirim dari Yozar.ReMixer RainbowBerry® smartphone
> ------------------------------
> *From: * Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> *Sender: * sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> *Date: *Mon, 13 Jun 2011 17:38:35 +0700
> *To: *<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> *ReplyTo: * sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> *Subject: *Re: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri?
> Bolehkah?
>
>
>
> Terima kasih banyak, Mas Satrio.
>
> salam,
>
> Nursalam AR
>
> On 6/13/11, satriyo <satriyo.boedi@gmail.com> wrote:
> > Mas Nur,
> >
> > Ini mas yang sempat saya temukan:
> >
> > Untuk hadisnya, a.l., bisa lihat di http://www.defry.net/ustad
> > -menjawab/hukum-seorang-wanita-menambahkan-nama-suam
> > inya-di-belakang-namanya/
> >
> > Atau ini: http://forum.vivanews.com/archive/index.php/t-117154.html
> >
> > salam,
> > Satriyo
> >
> > PS: alamat FB saya http://www.facebook.com/#!/satriyo1
> >
> > 2011/6/13 Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> >
> >>
> >>
> >> Terima kasih, Mas Satriyo. Jika berkenan, di-share juga ya alamat
> >> FB-nya,biar yang lain tahu:).
> >>
> >> salam,
> >>
> >> Nursalam AR
> >>
> >>
> >> On 6/10/11, satriyo <satriyo.boedi@gmail.com> wrote:
> >> > Mas Amrullah,
> >> > Sila lihat posting dan komen di wall facebook saya berisi tulisan mas
> >> > Nur yg sdh saya tambahkan refrensi hadisnya. Maaf dr BB saat ini susah
> >> > mengakses fb saya itu :-(
> >> >
> >> > Satriyo
> >> >
> >> > On 6/10/11, bintang_maha_putra@yahoo.co.id
> >> > <bintang_maha_putra@yahoo.co.id> wrote:
> >> >> Mas Nur,
> >> >> Klo boleh tahu, mohon bunyi haditsnya seperti apa? Siapa perawinya?
> >> >> Makasih
> >> >>
> >> >> Regards,
> >> >>
> >> >>
> >> >> Yozar F. Amrullah
> >> >>
> >> >> Dikirim dari Yozar.ReMixer RainbowBerry® smartphone
> >> >>
> >> >> -----Original Message-----
> >> >> From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
> >> >> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> >> >> Date: Tue, 7 Jun 2011 17:17:51
> >> >> To: sekolah kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> >> >> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> >> >> Cc: Nursalam AR<nursalam.ar@gmail.com>
> >> >> Subject: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri?
> >> Bolehkah?
> >> >>
> >> >> Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
> >> >>
> >> >> Oleh Nursalam AR
> >> >>
> >> >>
> >> >> Iya, bolehkah?
> >> >>
> >> >> Demikian suatu pertanyaan yang mengemuka di sebuah milis lain.
> >> >> Menarik, karena yang punya argumentasi mengemukakan pendapatnya
> >> >> disertai hadis Nabi Muhammad SAW tentang dilarangnya menisbatkan nama
> >> >> suami di belakang nama istri seperti yang banyak dilakukan orang saat
> >> >> ini. Misalnya, istri mantan presiden AS,Bill Clinton, yang
> menisbatkan
> >> >> nama suaminya di belakang namanya menjadi Hillary Rodham Clinton.
> >> >>
> >> >> Di sebuah artikel lain yang pernah saya baca, praktik penisbatan nama
> >> >> suami seperti itu dianggap sebagai bentuk dominasi patriarki
> >> >> (kekuasaan lelaki) atas perempuan.
> >> >>
> >> >> Hemat saya, soal nama, khusus untuk kaum perempuan apalagi ibu-ibu
> >> >> memang unik. Di
> >> >> lingkungan sekitar rumah saya yang baru (yang baru ditempati 5 bulan
> >> >> ini), istri saya biasa
> >> >> dikenal dengan 3 nama: Umminya Alham (nama anak saya), Mamanya Alham
> >> >> dan Bu Nursalam. Nama aslinya sendiri (Yuni) tenggelam:D.
> >> >>
> >> >> Pernah ibu-ibu tetangga bilang ke istri saya,"Ih,ibu kok kemarin
> >> >> dipanggil ga nengok?"
> >> >>
> >> >> Karena istri saya keliatan bingung, ia menambahkan,"Itu, waktu saya
> >> >> panggil 'Bu Nur..Bu Nur'." Oalah, pantas saja istri saya tak nengok.
> >> >> Ia kira yang dipanggil orang lain.
> >> >>
> >> >> Yah, itulah budaya di masyarakat. Tapi secara pribadi saya setuju
> >> >> dengan hadis tersebut tentang penisbatan nama suami tersebut (emang
> >> >> kudu yah kalo Muslim mah. Terserah jika ummat agama lain):D. Saya
> >> >> sendiri membebaskan istri saya untuk menggunakan namanya sendiri,
> Yuni
> >> >> Meganingrum, baik di formulir formal atau akun jejaring sosial
> >> >> sekalipun. Dan bukan Yuni Salam atau Yuni Rahman.
> >> >>
> >> >> Sebab, lepas dari 'ancaman' hadis tersebut, salah satu hikmah
> >> >> pelarangan penisbatan nama suami tersebut adalah pembebasan atau
> >> >> pengakuan Islam atas hak identitas perempuan. Di masa jahiliyah,
> >> >> sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, perempuan biasa dianggap sebagai
> >> >> barang atau aset, yang bisa diwariskan ke anak atau diberikan kepada
> >> >> orang lain. Perempuan tak punya hak secuil pun termasuk hak identitas
> >> >> atas namanya sendiri.
> >> >>
> >> >> Hikmah lainnya, juga tentang keajegan. Jika dinisbatkan pada ayah kan
> >> >> jelas dan tak berubah. Karena tak ada bekas ayah atau bekas anak.
> >> >> Namun, yang ada bekas istri atau bekas suami. Kasus seperti ini
> pernah
> >> >> terjadi atas penyanyi Elya Khaddam yang terkenal dengan lagu 'Boneka
> >> >> India'.
> >> >>
> >> >> Konon di awal karirnya ia pakai nama Elya Agus, sesuai nama ayahnya.
> >> >> Namun karirnya biasa saja. Setelah menikah dan pakai nama Elya
> >> >> Khaddam, karirnya melejit dengan hits lagu 'Boneka India' tersebut.
> >> >> Beberapa tahun setelah tenar, ia bercerai dengan Khaddam.
> >> >> Memang tak ada persoalan soal penggunaan nama 'Khaddam' karena Elya
> >> >> pun masih menggunakannya hingga bertahun-bertahun setelah cerai.
> >> >> Belakangan ia kembali ke nama aslinya 'Elya Agus'.
> >> >>
> >> >> Kasus lain yang serupa juga terjadi pada artis sinetron Firdha Razak
> >> >> yang dulu ngetop dengan sinetron awal 90-an "Opera Tiga Jaman" di
> >> >> RCTI. Saat ngetop ia adalah istri Razak Satari, seorang produser di
> >> >> RCTI. Setelah bercerai, ia pun masih pakai nama itu karena sudah
> >> >> merupakan trademark atau label keartisan. Meski kemudian setelah
> >> >> menikah dengan seorang bule Jerman ia berganti nama menjadi Firdha
> >> >> Kussler.
> >> >>
> >> >>
> >> >>
> >> >> --
> >> >> www.nursalam.wordpress.com
> >> >>
> >> >>
> >> >
> >> > --
> >> > Sent from my mobile device
> >> >
> >>
> >> --
> >> www.nursalam.wordpress.com
> >>
> >>
> >
>
> --
> www.nursalam.wordpress.com
>
>
5.

BELAJAR KEJUJURAN DI SEKOLAH

Posted by: "Yudi Lubis" yudilubis@yahoo.com   yudilubis

Mon Jun 20, 2011 9:33 pm (PDT)



Ikut prihatin  dan berduka atas matinya kejujuran di sekolah kita di tanah air.

Salam

BELAJAR KEJUJURAN DI SEKOLAH
Oleh : Tabrani Yunis

Suatu
ketika di bulan Juli 2006, seorang penulis, D.Keumalawati yang saya
kenal cukup kreatif melhairkan karya-karya sastra dan juga aktif
menulis di media massa  itu pada tanggal 19 Juli 2006 ia menulis sebuah
tulisan yang bernada bertanya. Saat itu ia menulis dengan judul,
”Jujurkah Dunia Pendidikan Kita ?”  D. Kemalawati yang seharian bekerja
sebagai guru di sebuah SMK di kota Banda Aceh ini, dalam tulisannya itu
memberikan gambaran kegusaran yang mendalam terhadap dunia pendidikan
kita.  Betapa D.Kemalawati gelisah dan galau melihat fenomena dan
realitas pendidikan kita yang sedang berlangsung saat ini. Kegalauan
D.Kemalawati sebagaimana tergambar dan terdeskripsi dalam tulisan itu
dilandasi pada realitas kontemporer yang saat ini melanda dunia
pendidikan kita yang bernama sekolah. Sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan formal yang berfungsi menjalankan fungsi edukatif saat ini
dipandang semakin tidak jujur. Salah satu indikator yang digunakan oleh
D.Kemalawati adalah apa yang terjadi dalam hiruk pikuknya pelaksanaan
ujian nasional di tanah air baru-baru ini. Ujian nasional yang telah
dijadikan sebagai sebuah standard kelulusan siswa itu dalam banyak
catatan masyarakat kita penuh dengan tanda tanya. Tanda tanya yang
mengarah pada ketidakpercayaan pada hasil UAN tersebut, karena banyak
terjadinya hal-hal yang kontradiktif, paradoksal, dan bahkan tidak
masuk akal. Indikator lain yang membuat kegalauan itu adalah pada
sebuah statement sang Menteri pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo
dalam rapat kerja dengan komisi X DPR RI 28 Juni 2006 yang menyatakan
bahwa beliau malu karena hasil penyelidikan yang oleh Tim Investigasi
menemukan banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan UN.

Kecurangan adalah sebuah bentuk ketidak jujuran yang kerap kali
terjadi dalam kehidupan kita, termasuk saat ini dalam dunia pendidikan
yang seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak kita dan bahkan kita
sendiri belajar kejujuran. Sekolah yang selama ini menjadi harapan bagi
kita untuk membangun sikap-sikap positif yang mulia, seperti beraklak
baik dalam artian menjunjung nilai-nilai kejujuran, sopan, santun, dan
sebagainya, ternyata kini tidak lagi menjadi semakin sirna. Dikatakan
demikian, karena apa yang disebut dengan kejujuran itu, kini semakin
sulit untuk didapatkan  di lembaga pendidikan yang bernama sekolah.
Benarkah kini di sekolah kita mengalami krisis kejujuran ? Atau bisakah
kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam melaksanakan  Ujian Nasional
selama ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa memang kejujuran itu
sudah tidak ada di lembaga pendidikan kita ?

Mungkin terlalu sempit atau bisa jadi dianggap sangat tidak
berdasar kalau kita katakan bahwa kecurangan yang dilakukan dalam
pelaksanaan UN menjadi indikator ketidak jujuran pendidikan kita.
Namun, tidak salah, bila dijadikan sebagai salah satu indikator. Karena
masih banyak unsur atau elemen lain yang bisa dijadikan indikator. Bila
kita benar-benar jujur, maka kecurangan yang dilakukan oleh siswa,
guru, kepala sekolah maupun para pengambil kibijakan pendidikan dengan
manipulasi nilai UN tersebut, adalah sebuah bentuk bentuk ketidak
jujuran tersebut. Sekolah sebagai salah satu basis atau learning center
of honesty, selama ini sudah kehilangan makna kejujuran.

Sulit dan Langka
Idealnya,
lembaga pendidikan yang bernama sekolah, seperti halnya rumah
(keluarga) adalah sebuah lembaga yang menjadi basis untuk belajar
kejujuran. Seperti kata orang bijak, kejujuran itu berangkat dari rumah
dan sekolah. Mengapa demikian ?  Tentu saja, jawabannya karena seorang
anak, belajar kejujuran yang pertama adalah dari kejujuran yang ada di
dalam keluarga dan yang ada di sekolah. Percaya atau tidak, bahwa dalam
keluarga yang baik atau di sekolah yang baik, yang meletakkan basis
pemahaman yang agamis, kita selalu saja diajarkan agar selalu bersikap
jujur. Hidup dengan kejujuran selalu saja dijadikan sebagai sebuah
jalan yang bisa mengantarkan kita pada posisi selamat. Maka, sebagai
perwujudan dari penanaman sikap jujur tersebut, seringkali kita
mendengar anjuran atau pepatah petitih seperti, ”Jauhilah yang jahat,
dan hiduplah dengan jujur. Janganlah sekali-kali menyimpang dari jalan
yang benar”. Atau ada yang mengatakan  seperti ini, jujur adalah
pangkal kebahagiaan dan keselamatan. Atau juga ada yang mengapatak
bahwa, kalau ingin selamat berjalanlah di atas rel kejujuran, dan
sebagainya. Pendeknya, anjuran berlaku jujur adalah anjuran yang banyak
kita temukan dalam agama yang diwujudkan dalam berkehidupan sosial.
Begitu pentingnya menjaga dan bersikap jujur dalam hidup ini. Oleh
sebab itu, setiap anak di dalam keluarga dan bahkan dalam kurikulum
pendidikan, diajarkan dengan nilai-nilai kejujuran. Maka, harapan untuk
menjadikan keluarga dan sekolah sebagai tempat belajar kejujuran
menjadi semakin strategis.

Namun, bila kita mencoba masuk ke dalam lembaga pendidikan yang
bernama sekolah itu saat ini, apakah masih menemukan nilai dan prinsip
kejujuran tersebut ? Barangkali terlalu ekstrim dan mengada-ngada bila
kita katakan bahwa lembaga pendidikan yang bernama sekolah sudah tidak
jujur. Para guru atau para praktisi pendidikan pasti akan menggugat,
bertanya apa landasan pemikiran yang mengatakan bahwa sekolah sekarang
sudah tidak jujur. Bisa saja anda, sang pembaca  akan berkata”ah itu
tidak benar”.

Nah, apapun jawabannya. Benar atau salahkah bila tuduhan itu
muncul, yang paling penting kita harus menganalisis dahulu isi dari
pernyataan tersebut. Oleh sebab itu, agar kita bisa menjawabnya, perlu
upaya untuk melihat dari dekat terhadap kondisi sekarang di lembaga
pendidikan kita. Mari kita amati satu persatu dan catat semua fenomena
dan realitas yang sedang berkembang. Mungkin para guru, praktisi
pendidikan dan para pembaca akan menemukan banyak catatan penting yang
bisa mengarah pada pembenaran terhadap pernyataan bahwa saat ini
kejujuran itu kian langka dan sulit ditemukan di sekolah. Salah satu
indikator kita yang  bisa kita jadikan sebagai alat ukur terhadap
kejujuran di sekolah adalah dengan apa yang saat ini masih menjadi
bahan perdebatan dengan hasil Ujian Nasional yang dianggap memiliki
tingkat validity dan liability yang tinggi itu. Hingga kini, walau para
pejabat pendidikan kita berbesar hati dan bahkan eforia terhadap hasil
yang dicapai pada tahun 2006 yang lalu, tingkat validitas hasil masih
saja diragukan oleh masyarakat kita.

Andai kita mau melihat dengan jujur.  Kita akan bertanya, bagaimana
kita bisa belajar kejujuran di sekolah, kalau saat ini sudah banyak
guru yang dalam menjalankan tugas sudah tidak jujur. Misalnya, karena
tuntutan dan dijejalkan dengan berbagai persyaratan dalam sistem
kenaikan pangkat, demi mengejar angka kredit dalam mengusulkan pangkat,
tidak sedikit guru yang berbuat curang. Berapa banyak guru yang saat
ini dengan jujur bisa memberikan nilai terhadap yang sesuai dengan
hasil yang diperoleh anak ?  Ini adalah salah satu hal yang bisa kita
jadikan sebagai sebuah alat ukur, karena masih banyak realitas lain
yang bisa kita temukan. Lalu, kalau kita ingin mengukur tingkat
kejujuran seorang Kepala Sekolah, mungkin semakin banyak fakta ketidak
jujuran itu kita jumpai. Bertanyalah kita, jujurkah seorang kepala
sekolah dalam memperoleh jabatan kepala sekolah ?. Kita harapkan kepala
sekolah bisa menjawab dengan jujur, sekurang-kurangnya terhadap
dirinya. Jabatan kepala sekolah sebagai jabatan yang boleh dikatakan
jabatan yang tergolong ”top karir” tersebut biasanya diperjuangkan
dengan cara-cara yang sarat dengan ketidak jujuran. Bisa dengan
memanfaatkan hubungan nepotisme, bisa dengan membayar sejumlah uang,
bisa pula dengan berkolusi. Ini adalah fenomena umum dalam memperoleh
sebuah jabatan di negeri ini.  Lalu, kejujuran apa yang bisa kita
pelajari dari seorang kepala sekolah yang memperoleh jabatan secara
tidak jujur ? Transparansi ? Akuntabilitas ? Atau apa ?

Untuk belajar transparansi, agaknya kita semakin jauh. Realitas
menunjukan bahwa kebanyakan kepala sekolah sangat tidak transparan
kepada para guru dalam mengelola dana-dana yang masuk ke sekolah.
Berapa banyak kepala sekolah yang mau secara transparan memberitahukan
sumber-sumber pendapatan sekolah kepada para guru yang menjadi stake
holders pendidikan ? Celakanya, banyak kepala sekolah yang berkata,
Bapak dan Ibu guru, tidak perlu banyak tanya. Tugas ibu dan Bapak hanya
mengajar. Jangan tanya-tanya soal uang di sekolah. Ini bukan urusan ibu
dan bapak guru. Kalau ada guru yang mau bertanya soal dana block Grant,
BOS  bahkan sekolah yang menerima bantuan dari bencana tsunami dan
sebagainya, sebaiknya jangan bertanya di dalam rapat. Datanglah ke
ruangan kepala sekolah. Aneh bukan ? Padahal, yang namanya transparansi
itu adalah bagaimana agar semua guru di sekolah diberikan hak untuk
tahu akan penggunaan dana di sekolah. Ketidakjujuran seorang kepala
sekolah, juga tergambar pada sikap dan perilakunya. Di satu sisi,
penampilan tampak sangat agamis, perkataan sangat agamis, bahkan
menggunakan ayat-ayat suci, tetapi kala berkaitan dengan uang, ya sikap
itu berbeda antara kata dan perbuatan. Belum lagi kita bertanya soal
akuntabilitas, semakin tidak bisa dipertanggungjawakan. Celaka bukan ?

Ketidakjujuran guru, kepala sekolah pada hakikatnya tidak
semata-mata bersumber atau disebabkan oleh faktor yang ada dalam diri
guru dan dalam diri kepala sekolah saja. Semua ini juga terkait dengan
sistem pemerintahan kita yang kini semakin sulit kita temukan kejujuran
itu. Jadi, kegundahan dan kegalauan  D.Keumalawati dalam tulisannya
tanggal 19 Juli 2006 itu bisa kita jawab demikian.

Namun pertanyaan kita selajutnya, kalau begini kondisi yang ada di
dalam lembaga pendidikan kita dan kondisi sistem di pemerintahan kita,
maka pertanyaan kita adalah bisakah kita belajar kejujuran di sekolah
?  Kalau kita mau menganalisisnya, salah satu jawaban yang bisa kita
prediksikan adalah semakin sulit kita bisa belajar kejujuran di sekolah
saat ini. Di tengah kesulitan ini juga barangkali, kita memang tidak
bisa berharap dan menuntut agar sekolah dan pemerintah bisa jujur.
Haruskah demikian ? Subhannallah.

Tabrani Yunis
Peminat masalah sosial dan Pendidikan, berdom

--
============================
Center for Community Development and Education (CCDE)
Jl. T.P. Nyak Makam, Pango Raya
PO. Box 141 Banda Aceh 23001

Indonesia
Telp.  +62 651 7428446
Email. ccde.aceh@gmail.com, potret.ccde@gmail.com
Web : www.ccde.or.id
6a.

Bls: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Kenapa Cina Tangerang Disebut Cina

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Mon Jun 20, 2011 10:12 pm (PDT)



save dulu ah.ya Bang?
komennya belakangan ya Bang
sekalian mau hafal seluk beluk Budaya Betawi
pokoknya setiap tulisan  abang ada yang berbau Betawi pasti aye save
buat nambah wawasan dan referensi
thanks all

nb:
boleh request nggak bang bisa tulis tentang palang pintu, kembang goyang dan mak comblang dalam budaya betawi. maklum aye benar2 buta kalo soal budaya Betawi. terima kasih atas tulisan-tulisannya selama ini tentang budaya Betawi.sukses sll buat abang...amin

--- Pada Rab, 15/6/11, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> menulis:

Dari: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
Judul: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Kenapa Cina Tangerang Disebut Cina Benteng?
Kepada: "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Tanggal: Rabu, 15 Juni, 2011, 11:13 AM

Kenapa Cina Tangerang Disebut Cina Benteng?

Oleh Nursalam AR

Pertanyaan itu muncul di benak saya berawal dari pertanyaan seorang
penumpang KRL (Kereta Rel Listrik) jalur Serpong yang bertanya,"Kenapa
ya di tiket kereta Serpong Ekspress tertulis 'Benteng Ekspress'?

Selidik punya selidik, 'Benteng' tak lain adalah nama lain yang sangat
historis bagi kota Tangerang. Dan kawasan Serpong adalah bagian dari
wilayah Tangerang.

Lalu kenapa orang Cina yang berdomisili di Tangerang disebut Cina Benteng?

Cina Benteng adalah sebuah komunitas Cina tersendiri yang berbeda
dengan Cina Glodok yang kulitnya lebih putih dan lebih makmur secara
ekonomi. Cina Benteng cenderung dikenal sebagai komunitas Cina
berkulit gelap atau hitam yang tingkat ekonominya lebih rendah dan
posisi kekuatan sosial ekonomi dan politik lebih marjinal. Tercermin
dari kasus penggusuran yang dilakukan pemerintah kota Tangerang
terhadap pemukiman tradisional mereka yang bernilai historis dan telah
didiami sejak ratusan tahun lalu.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita kembali kepada azimat
Bung Karno yakni JAS MERAH - Jangan Sekali-Kali Melupakan Sejarah.

Menurut sejarahnya, orang Cina atau Tionghoa â€" sebutan resmi sejak
jaman Soekarno â€" yang pertamakali membuka hutan di kawasan Tangerang
yang sekarang menjadi kota Tangerang.

Istilah Benteng sebagai padanan kota Tangerang berawal dari
didirikannya sebuah benteng (fort) oleh VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie) -- sebuah perusahaan dagang asal Belanda yang lebih dikenal
sebagai Kompeni -- pada 1685 setelah terjadi perjanjian damai antara
Banten-VOC pada 1682. Letaknya di sebelah timur Sungai Cisadane.

Tujuan didirikannya benteng yang kemudian oleh penduduk setempat lebih
dikenal sebagai Benteng Makassar, sebab para serdadu penjaganya
kebanyakan orang Bone (yang dianggap sama dengan Makassar oleh
penduduk setempat), anak buah Aru Palakka, untuk mencegah direbutnya
kembali Tangerang dari tangan VOC.

Nama Tangerang sendiri berasal dari kata Sunda, Tanggeran, artinya
`segala sesuatu yang didirikan dengan kokoh' (naon-naon anu
ditangtungkeun kalawan ajeg). Benteng Makassar sekarang sudah tidak
ada, digusur oleh Plaza Tangerang.

Dalam perjanjian damai 1682 itu ditetapkan wilayah yang terletak di
antara kota Batavia hingga sebelah timur Cisadane merupakan milik VOC.
Untuk mengolah kawasan yang masih berupa hutan belukar itu, VOC
memberikan hak milik kepada orang-orang yang pertama-tama membuka
lahan. Yang datang membuka lahan kebanyakan orang Tionghoa yang
mempunyai keterampilan bertani dan mengolah tanah. Sebagian lahan
dijadikan kebun sayur-mayur, namun sebagian besar dijadikan perkebunan
tebu yang hasilnya untuk memasok kebutuhan gula di pasaran Eropa.

Orang Tionghoa inilah yang merupakan penduduk pertama lahan yang masih
kosong tersebut. Setelah orang Tionghoa, orang orang yang berasal
daerah lain di Nusantara turut meramaikan daerah ini dengan
kehadirannya. Laki-laki Tionghoa totok yang datang ke Nusantara
kemudian menikah dengan orang-orang dari berbagai daerah itu, sehingga
lahirlah Tionghoa Peranakan.

Orang Tionghoa dari kawasan Ommelanden (luar tembok Batavia) ini
sebenarnya tidak disebut Cina Benteng, namun Cina Ilir (Utara) bagi
penduduk di utara Tangerang (termasuk Kampung Melayu, Tanjung Burung,
Mauk dll) dan Cina Udik (Selatan) bagi penduduk Tionghoa di selatan
Tangerang (termasuk Curug, Legok, Panongan dll).

Dalam bahasa Melayu, bahasa yang berlaku di kawasan ini, Ilir artinya
Utara, Udik artinya Selatan, Kulon adalah Barat, dan Wetan itu Timur.
Mereka yang tinggal dari Ilir atau Udik mengatakan "hendak ke Benteng"
bila ingin ke Tangerang.

Versi lain dapat dilihat di Wikipedia di
http://id.wikipedia.org/wiki/Tangerang#Asal-usul_Tangerang_disebut_juga_sebagai_Kota_.22Benteng.22

--
www.nursalam.wordpress.com

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

7a.

Bahagia

Posted by: "reza dynasti" namaku_dyn@yahoo.com   namaku_dyn

Mon Jun 20, 2011 10:16 pm (PDT)



Bahagia itu seperti melihat kunang-kunang di dalam kegelapan. Langit medung
menggantung, tanpa bintang satupun, hanya gelap mengurung seluruh sudut pandang.
Kemudian melihat pendar kecil samar timbul hilang, mengerjap lalu tahu itu
kunang-kunang, dan seketika kau tersenyum…, Itu namanya bahagia.
Bahagia itu seperti melihat pelangi setelah hujan lebat berlipat-lipat. Berlipat
karena lebat, berlipat lagi beserta angin dan gelegar halilintar menciutkan
nyali. Lalu saat bulir terakhirpun tak terasa lagi, langit dihiasi pelangi, dan
kau ber-‘wow’ tanpa nada hanya dalam hati, lalu kau seketika tersenyum…, Itu dia
disebut bahagia.
Bahagia itu layaknya seorang pendaki mencapai puncak. Dari bawah berjalan dengan
kesungguhan lebih tinggi dari puncaknya. Di tengah tertatih namun menolak bilang
kata menyerah. Saat lelah membisiki hati dengan motivasi,’sebentar lagi’. Lalu
mencapai puncak, melihat bahwa diri lebih tinggi daripada awan, mengangkat
tangan lebar, (reflek) berteriak, lalu tertawa sangat keras…, Ini dia sejatinya
bahagia.
Walau tidak perlu sengsara agar bisa merasakan bahagia, walau tidak butuh
menderita untuk bisa menikmati bahagia. Namun menjadi seorang insan, yaitu sadar
bahwa konsekuensi hidup adalah cobaan, bahwa komitmen berkata bahwa ‘aku seorang
hamba’ adalah ujian.

Terlalu dinikah berpikir bahwa sebentar lagi diri ini mati? Tidak ada penjelasan
untuk pertanyaan ini. Hanya untuk ditanam di benak masing-masing. Apakah yang
ditanam bisa jadi benih tumbuh besar jadi rindang, atau ditanam jadi benih
kosong tidak bergerak kemana pun; mungkin tumbuh, mungkin juga mati di
tempat. Menjadi hamba yang mati sebelum mati…. Naudzubillah…
Bahagia itu seperti masuk syurga. Berjalan tertatih menghadapi ujian, babak
belur tempuhi cobaan, terkadang dihadapkan dengan maksiat menyenangkan namun
menolak, terkadang diserang oleh bid’ah namun tetap berpegang teguh pada karang
sunnah. Lalu saat waktu menghadap, bisa menjawab tanya dari para malaikat,
mendapat teman yang menemani sampai kiamat mendekat, lalu masuk syurga tanpa
siksa yang membebat, melihat Rasul tersenyum dengan syafaat, kemudian memandang
kepada wajah yang paling dirindu â€" wajah Allah azza wa jalla â€" disana kelak…,
Lalu kau tersenyum…
Dan selamat, kau mendapatkan sebenar-benarnya kebahagiaan.

Reza D Pramana
dyn01.wordpress.com
8.

Dosa Mayoritas

Posted by: "Ruli Amirullah" ruli_amirullah@yahoo.com   ruli_amirullah

Mon Jun 20, 2011 10:18 pm (PDT)





Dosa Mayoritas

Written by: Ruli Amirullah

 

Assalamualaikum Wrwb,

 

Dear all,

Pernah pada suatu waktu, aku kesal pada orang yang begitu seenaknya di
jalan raya. Jika tingkatan kesabaranku mirip orang-orang yang tak tahu malu,
mungkin aku sudah sibuk mengumpat dan bersumpah serapah seperti orang yang
sedang belajar menghapalkan nama-nama penghuni kebun binaran. Jika aku
tingkatku mirip orang yang psycho, bisa jadi aku sudah diam-diam mengejar orang
tersebut, kemudian mengikutinya hingga di tujuan dan saat dia turun dari
mobilnya untuk kemudian sibuk dengan urusannya, aku akan meledakkan mobilnya.  Buumm…

 

Untung aku tidak begitu.

 

Tapi sayangnya, aku juga tidak memiliki tingkatan sabar sebagaimana
layaknya orang-orang baik. Karena jika tingkatan itu yang aku miliki,
seharusnya aku akan mendoakan orang tersebut agar Tuhan membuka mata hatinya
dan mengampuni kesalahannya tersebut. Hingga ia tak saja menjadi tidak
membahayakan bagi keselamatan orang lain, tapi juga malah akan berubah menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang lain.

 

Tidak, saat itu aku tidak mendoakan seperti itu.

 

Aku justru hanya menarik nafas dan diam. Tidak mengumpat tapi juga
tidak mendoakan. Tidak mengutuk tapi juga tidak berharap kebaikan atas dirinya.

Mau tau kenapa?

Karena sempat mikir, mestinya aku senang masih ada orang-orang yang
seenaknya seperti itu. Soalnya andai semua orang di dunia berubah menjadi baik,
lha berarti aku harus lebih giat lagi usahanya untuk ‘cari muka’ dihadapanNYA…

Bayangkan, jika semua orang jadi baik, maka aku harus jadi super baik
untuk jadi menonjol dibanding yang lain. Tapi jika masih banyak orang yang
tidak baik, maka aku cukup menjadi sekedar baik agar bisa bangga berdiri
dihadapanNYA..

Maka lebih baik aku berdiam diri aja melihat orang-orang seperti itu,
karena dengan keberadaan mereka lah aku bisa terlihat lebih baik. Bukankah butuh
bad guy untuk menjadi good guy??

 

Tapi sepertinya itu pikiran yang salah. Itu pikiran yang sempit dan
egois. Pengen selamat sendiri padahal nyatanya bisa malah ancur sama-sama.

 

Kok bisa? Mari kita berandai-andai untuk mempermudah..

 Andai aku memiliki space kios
makanan di suatu foodcourt. Ada 19 kios lain disitu. Karena itulah foodcourtnya
menjadi ramai termasuk kios yang aku punya. Trus lama-lama, ada 1 kios yang
bangkrut. Gara-gara itu aku senang karena merasa saingan berkurang satu.

Untuk sesaat mungkin tampaknya memang seperti itu.

Kemudian aku berdoa semoga kios lain juga bangkrut. Dan yang terjadi
seperti itu, 1 lagi ada yang tutup, lanjut 2 kios, tambah lagi jadi 3 sampai
akhirnya hanya tersisa 5 kios termasuk punya ku. Apa yang terjadi? Apakah semua
pelanggan pindah ke sisa 5 kios yang tadi? Sayangnya tidak, karena akhirnya
lebih banyak pelanggan yang malah pindah ke food court lain. Pihak manajemen
foodcourt pun merugi karena tenant-nya hanya 5 kios. Tidak lama kemudian,
foodcourtnya tutup. Aku hanya bisa gigit jari karena bingung harus keluar duit
lagi untuk beli kios baru di tempat lain.

 

Ini persis yang ditulis oleh Mira Lesmana tentang adanya anggapan
hilangnya film asing bermutu dari bioskop akan menguntungkan film Indonesia. Menurutnya,
justru yang terjadi kebalikannya karena dengan tidak adanya film asing di bioskop
orang akan mencari film tersebut di DVD , dengan begitu lama-lama bioskop akan
kehilangan penonton. Jika itu terus terjadi maka akhirnya bioskop pun merugi
dan gulung tikar. Kalau itu yang terjadi, apa dampaknya bagi perfilman
Indonesia? Ya film Indonesia kehilangan bioskop! Mau diputer dimana film-film
kita kalo bioskopnya udah gak ada??

 

Kembali ke topik…

Jadi pikiran enggan untuk mendoakan orang yang jahat agar menjadi baik
adalah suatu pikiran yang salah. Itu pelit.

Juga dengan adanya anggapan, toh orang lain ini yang berbuat salah, itu
mah dosanya dia, gak usah gue pikirin, yang penting ga nyenggol gue. Itu egois.

Apalagi sampai mikir biarin orang laen tetep jahat supaya diri sendiri
terlihat baik. Itu sangat amat pemikiran sempit nan dangkal. Cetek. Kekanak-kanakkan.

 

Karena dengan mendiamkan orang tetap tidak baik, itu justru merugikan
kita sendiri. Kita lama-lama akan hidup disuatu lingkungan yang tidak baik. Kecurangan
akan menjadi hal biasa bagi kita. Contoh terkini adalah adanya kasus contek
mencontek pada ujian sekolah. Mencontek sudah menjadi hal lumrah bagi
kebanyakan orang. Begitu pula korupsi, sogok menyogok, pokoknya menggunakan
segala cara untuk mencapai tujuan. Bila semua orang berbuat tidak benar ,pada
akhirnya ada suatu pemikiran ‘Semua orang juga melakukan mengapa aku tidak?’.

 

Pelaku dosa menjadi jamaah. Dosa mayoritas. Dan ketika dosa menjadi
mayoritas, maka itu tidak tampak lagi menjadi suatu dosa. Melainkan menjadi
suatu budaya. Dosa menjadi suatu hal lumrah. Mulut kitapun menjadi ringan
ketika dosa itu tercipta

‘yaah, hari gini wajarlah nyontek’

‘kalau gak nyogok kapan naek
jabatan? Semua juga begitu kalee’

‘daripada sidang, mending salam tempel
aja deeeh…’

 

Kita menjadi tidak sadar telah melakukan dosa. Kita menjadi tidak sadar
telah berbuat salah. Akhirnya kebaikan yang kita banggakan lama-lama akan
tergerus habis oleh dosa-dosa ‘manusiawi’ dan ‘lumrah’ tersebut.

Dan pada akhirnya dosa kita menjadi jauh lebih banyak dibanding dengan
kebaikan kita.

Apalagi yang bisa kita banggakan di hadapanNYA?

Semua berawal karena kita mendiamkan ketidak baikkan berkembang di
sekitar kita hanya karena menganggap ‘kita aman karena kita tidak melakukan’

Mungkin saat ini memang tidak, tapi bagaimana tahun-tahun mendatang? Saat
ketidak baikkan itu sudah menjadi budaya dan berkarat di mental di setiap orang?

 

Coba bayangkan bila dunia penuh dengan orang baik. Maka pada akhirnya
kitapun terpecut untuk lebih berbuat baik lagi. Tidak sekedar bangga karena
tidak korupsi, tapi bahkan merasa malu jika belum berbuat baik pada satu hari. Standar
kebaikan menjadi tinggi. Dan tanpa sadar, kita akan lebih sering berbuat baik. Dan
kita semua akan menjadi golongan yang selamat, golongan yang beruntung…

 

Jadi paling tidak sebagai awal, jangan malas, enggan dan pelit untuk
mendoakan kebaikan bagi orang agar orang-orang yang tidak baik, bahkan yang
mendzalimi kita sekalipun. Karena sesungguhnya doa kebaikan itu akan berbalik juga
pada kita…

 

Barangsiapa
yang berdoa atas orang yang telah mendzaliminya,

maka
dia telah meraih kemenangan

(HR
At Tirmidzi)

 

Wassalam,

Ruli Amirullah

*panjang ya? Capek ya bacanya? Hehehe….*

 

9.

(Catcil) Jejak

Posted by: "musimbunga@gmail.com" musimbunga@gmail.com

Mon Jun 20, 2011 10:26 pm (PDT)



Terinspirasi dari obrolan di groupnya SMAN2 Bogor angkatan 2003, tentang meninggalnya salah satu teman SDnya teman kami, yang ganteng, dan juga dikenal baik hati dan murah senyum akibat korban tabrak lari. Padahal 2 minggu lagi berencana menikah, malah sudah poto pre wedding.

Sudah lama sebenarnya saya punya satu kebiasaan, kalau ada orang yang saya kenal atau sahabatnya teman-teman saya yang meninggal -apa lagi yang meninggal di usia muda-, saya akan coba mengecek 'sejarah kaki' dalam dunia maya almarhum/ah tersebut sekedar untuk dzikrul maut, entah itu dari jejaring sosialnya atau dari blog almarhum/ah. Padahal saya tidak mengenal mereka secara langsung.

Inget juga dulu waktu kira-kira saya masih usia TK, yang untuk pertama kalinya tau apa itu arti mati/meninggal. Waktu itu masih zamannya layar tancap, saat itu saya menonton film Indonesia yang gak tau judulnya apa (karena nontonnya pas di pertengahan dan tak sampai tuntas pula), menayangkan satu adegan kematian, keluarga menangisi kematian orang tersebut.Padahal saya tau itu hanya film, Cuma entah kenapa adegan itu yang justru menyadarkan ternyata begitu yang namanya kematian. Terpisah jauh dari orang-orang yang kita cinta.

Setelah menonton film itu, keesokan harinya saya menangis lama di hadapan ibu saya, meminta suatu hal yang mustahil, merengek, menarik-narik ibu saya yang sedang menyetrika, berkata berulang-ulang "Nia gak mau mati… Nia gak mau mati.." ibu saya hanya terdiam, karena tau untuk hal itu beliau tidak bisa mengabulkan juga tak mau membohongi saya, bahwa kematian mau tidak mau akan dijalani oleh tiap-tiap manusia.

Beberapa bulan yang lalu, temannya teman saya, ex SMAN 1 Bogor ketika mengecek bangunan berlantai tingkat terpeleset jatuh dan seketika itu meninggal, saya coba cari beritanya, dan ternyata perempuan muda itu baru beberapa bulan menikah, dan long distance pula dengan suaminya. Cerita yang cukup memilukan.

Ada lagi, saudara dari sahabat saya yang juga meninggal muda akibat sakit, di guest book blognya terlihat ucapan-ucapan belasungkawa dan saya sempat mengecek tanggal berapa terakhir almarhumah mengisi blognya. Sahabat saya pernah berjanji membelikan almarhumah sebuah Al-Quran terjemahan mini, namun sayang sahabat saya belum sempat memberikannya disaat almarhumah masih hidup. Alhamdulillahnya, Al-Quran itu sudah diberikan kepada orang yang dianggap tepat, seorang perempuan mualaf yang baru saja menikah.

Ada juga seorang dosen di fakultas sastra Indonesia UI, yang juga sekaligus sastrawan, pak Asep Sambodja, walaupun belum pernah tatap muka di dunia nyata, saya sempat beberapa kali interaksi lewat karya dan juga chat via fb yang terkait dengan kesusastraan. Beliau ini sempat juga memberikan kata pengantar di buku puisi saya dan teman-teman. Tidak menyangka juga ketika mendapatkan kabar via sms mengenai meninggalnya pak Asep. Saya sempat beberapa kali mengecek Fb-nya melihat begitu banyak orang yang mengucapkan belasungkawa, bahkan banyak di antaranya yang membuat puisi dan tulisan, karena mungkin merasa kehilangan seorang sastrawan muda yang baik hati, ramah dan juga tidak pelit ilmu itu. Pak Asep salah satu penulis yang menginspirasi saya untuk selalu berkarya.

Saya kadang juga melihat beberapa jejaring sosial saya, melihat blog saya, sambil merenungi apa yang terjadi ketika saya sudah tiada (walaupun saya selalu berharap diberikan umur yang panjang dan bermanfaat), tapi kadang juga malu sendiri karena banyak tulisan yang mungkin tak bermanfaat bagi orang lain. Hanya tulisan grasak grusuk gajebo. Walaupun tak bisa dipungkiri dari kerusuhan di blog saya juga mendatangkan banyak saudara.

Ya, saya belajar tentang dzikrul maut dari banyak hal, bahkan dunia maya sekalipun. Seberapa banyak 'jejak bermanfaat' yang kita telah tinggalkan.

Tiba-tiba jadi ingat Soe Hok Gie dan Norman Edwin, dua petualang yang mati muda ketika pendakian. Namun 'jejaknya' lewat tulisan menginspirasi banyak orang.

That's life, we'll never know when it ends. Begitu kira-kira kata seorang teman.
Haltim
190611
Powered by Telkomsel BlackBerry®
10a.

Trs: [penuliskuwais] Fw: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al W

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Tue Jun 21, 2011 12:05 am (PDT)

[Attachment(s) from arya noor amarsyah arya included below]



arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

--- Pada Sel, 21/6/11, bobby herwibowo <bobby_hero77@yahoo.com> menulis:

Dari: bobby herwibowo <bobby_hero77@yahoo.com>
Judul: [penuliskuwais] Fw: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al Waqiah
Kepada: "group penulis kuwais" <penuliskuwais@yahoogroups.com>
Tanggal: Selasa, 21 Juni, 2011, 11:27 AM

----- Forwarded Message ----
From: bobby herwibowo <bobbyhero@gmail.com>
To: bobby_hero77@yahoo.com
Cc: wawan.setiawan@al-kauny.com
Sent: Tue, June 21, 2011 9:41:50 AM
Subject: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al Waqiah

 Abu Zhabiyah berkata, “Ketika Abdullah (bin Mas’ud) menderita sakit yang membawanya pada kematian, ia dijenguk oleh Utsman bin ‘Affan.  “Apa yang engkau rasakan?” Tanya Utsman.  Abdullah berkata, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang engkau inginkan?” Abdullah menjawab, “Rahmat Tuhanku.”
Utsman berkata, “Bagaimana kalau aku datangkan dokter untukmu?” Abdullah menjawab, “Dokter hanya membuatku bertambah sakit.”
Utsman berkata, “Bagaimana kalau aku beri padamu sebuah hadiah?” Abdullah menjawab, “Aku tidak membutuhkannya.” Utsman berkata, “(Mungkin) untuk putri-putrimu sepeningalmu…?”
Abdullah menjawab,  “Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Sesungguhnya aku telah menyuruh putri-putriku membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam, sebab aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
 
Ù…ÙŽÙ†Ù' قَرَأَ سُوÙ'رَة الÙ'وَاقِعَة كُل Ù„ÙŽÙŠÙ'لَةٍ Ù„ÙŽÙ…Ù' تُصِبÙ'هُ فَاقَة أَبَدًا
“Barangsiapa yang membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”
(Ibnu Asakir dan Abu Ya’la. Bisa dilihat dalam Tafsir Ibnu Katsir pada awal penjelasan Surat Al-Waqi’ah. Derajat hadits ini dhoif)
 
Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Surat Al-Waqi’ah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.” (Ad-Dailamy, hadits dhoif)
 
Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir bin Samurah, “Shalat yang dilakukan Rasulullah Saw. seperti shalat yang kalian kerjakan sekarang ini, namun beliau meringankannya. Shalat beliau lebih ringan dari shalat kalian saat ini. Pada shalat Shubuh beliau membaca Surat Al-Waqi’ah dan surat-surat yang semisal dengannya.”
 
Bila rezeki Anda terasa sempit dan susah… atau Anda merasa khawatir soal rezeki?!
 
Saudaraku, Shalat Al-Waqi’ah adalah salah satu pembuka pintu rezeki. Ayo amalkan dan hafalkan Surat Al-Waqi’ah dengan mengikuti TRAINING MASSAL MENGHAFAL AL-QUR’AN METODE KAUNY QUANTUM MEMORY (KQM). DENGAN MATERI: MENGHAFAL SURAT AL-WAQIAH. Insya Allah akan diadakan pada:
 
Rabu, 29 Juni 2011, Pkl. 08.00 s/d 17.00
Auditorium Arifin Panigoro
Kampus Univ. Al-Azhar Indonesia, Komplek Masjid Al-Azhar
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
 
 
Fasilitas           : Seminar Kit, Makan siang + Coffe break, dll.
 
Daftarkan diri Anda sekarang juga melalui:
 
083 88 087 087
 
Melalui training KQM ini, insya Allah Anda akan mendapatkan keahlian berikut:
1. Tahfiz (Cara Mudah Menghafal Al Quran)
2. Makhraj (Cara Pengucapan Huruf yang Benar)
3. Tajwid (Cara Baca Al Quran yang Benar
4. Fahmul Ma’ani (Mengerti dan Memahami Makna)
5. Kitabah (Menulis Huruf Arab)

Insya Allah, mereka yang belum bisa baca Al Qur’an pun akan mudah menghafalkan surat Al Waqiah ini!!!

Komentar mereka tentang KQM:
1. Doni Berni Pritama, Eksekutif Muda, Jakarta:
Pada awalnya saya tertarik sekaligus ragu-ragu dengan Teknik Quantum Kauny ; yang katanya bisa membuat hapal Al Qur’an bahkan hingga 30 juz ! Tapi ketika saya ikuti pelatihannya selama 6 jam, SURPRISE !! Saya sebelumnya hapal sedikit-sedikit, langsung bisa menghapal dari ayat manapun hingga membacanya terbalik dari akhir surat ke awalnya. Subhanallah. Saya bersyukur bertemu dengan metoda ini. KEREN PUNYA !

2. Ronni Waluya, Artis, Bintaro:
"Subhanallaah…..Luar biasa !!!!Sebuah metode yang sangat-sangat mudah diikuti. Dalam satu waktu bersamaan kita bisa menghapal ayat, belajar baca, tulis dan melafazkan dengan benar serta memahami artinya. Angkat semua jempol untuk ustadz Bobby dan Tim. Mudah-mudahan bangsa ini semakin menjadi bangsa yang cerdas,
berakhlak mulia dan bermartabat."
 
3. Elvy Maghrina
Dengan adanya training ini lebih membuka cakrawala saya bahwa menghafal al-Qur’an itu tidak sulit. Dengan mengetahui atau menggambarkan hal-hal yang terkait dengan ayat-ayat al-Qur’an sehingga untuk menghafal lebih mudah. Secara visual alam lebih mudah bagi saya untuk mempelajari atau menghafal al-Qur’an. Insya Allah akan saya terapkan dalam kehidupan saya.
 
4. Sulaiman â€" Pontianak
Subhanallah, baru kali ini saya merasakan sesuatu yang sangat berbeda. Sudah banyak training-training tentang Al-Qur’an yang saya ikuti, tapi kali ini bukan saja kita hafal Al-Qur’an tapi makna serta tajwidnya juga kita mengerti. Semoga dengan training ini saya pribadi dapat hafal dan mengamalkan Al-Qur’an secara utuh. Harapannya ada lanjutan yang lebih dahsyat lagi.
 
5. Rikzantara

Menghafal al-Qur’an semudah tersenyum terus akan saya praktekan. Setelah ikut training ini mudah-mudahan dengan training ini saya punya semangat untuk mempraktekan teori Kauny Quantum Memory ini.
 

Attachment(s) from arya noor amarsyah arya

1 of 1 File(s)

10b.

Re: Trs: [penuliskuwais] Fw: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat

Posted by: "Indah Sari Dewi" indah_sadewi@yahoo.com   indah_sadewi

Tue Jun 21, 2011 2:25 am (PDT)



gratis atau berbayar? kalau berbayar, kira2 berapa?

________________________________
From: arya noor amarsyah arya <arnabgaizir@yahoo.co.id>
To: asma nadia <pembacaasmanadia@yahoogroups.com>; sekolah-kehidupan@yahoogroups.com; Forum_LingkarPena@yahoogroups.com; penulis lepas <penulislepas@yahoogroups.com>
Sent: Tuesday, June 21, 2011 2:04 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Trs: [penuliskuwais] Fw: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al Waqiah [1 Attachment]

 
[Attachment(s) from arya noor amarsyah arya included below]

arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

--- Pada Sel, 21/6/11, bobby herwibowo <bobby_hero77@yahoo.com> menulis:

>Dari: bobby herwibowo <bobby_hero77@yahoo.com>
>Judul: [penuliskuwais] Fw: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al Waqiah
>Kepada: "group penulis kuwais" <penuliskuwais@yahoogroups.com>
>Tanggal: Selasa, 21 Juni, 2011, 11:27 AM
>
>
>
>
>
>
>----- Forwarded Message ----
>From: bobby herwibowo <bobbyhero@gmail.com>
>To: bobby_hero77@yahoo.com
>Cc: wawan.setiawan@al-kauny.com
>Sent: Tue, June 21, 2011 9:41:50 AM
>Subject: Training Mudah & Cepat Menghafal Surat Al Waqiah
>
>
> Abu Zhabiyah berkata, “Ketika Abdullah (bin Mas’ud) menderita sakit yang membawanya pada kematian, ia dijenguk oleh Utsman bin ‘Affan.  “Apa yang engkau rasakan?” Tanya Utsman.  Abdullah berkata, “Dosa-dosaku.” Utsman bertanya, “Apa yang engkau inginkan?” Abdullah menjawab, “Rahmat Tuhanku.”
>Utsman berkata, “Bagaimana kalau aku datangkan dokter untukmu?” Abdullah menjawab, “Dokter hanya membuatku bertambah sakit.”
>Utsman berkata, “Bagaimana kalau aku beri padamu sebuah hadiah?” Abdullah menjawab, “Aku tidak membutuhkannya.” Utsman berkata, “(Mungkin) untuk putri-putrimu sepeningalmu…?”
>Abdullah menjawab,  “Apakah engkau mengkhawatirkan kemiskinan menimpa putri-putriku? Sesungguhnya aku telah menyuruh putri-putriku membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam, sebab aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda,
> 
>Ù…ÙŽÙ†Ù'قَرَأَسُوÙ'رَةالÙ'وَاقِعَةكُللَيÙ'لَةٍلَمÙ'تُصِبÙ'هُفَاقَةأَبَدًا
>“Barangsiapa yang membaca Surat Al-Waqi’ah setiap malam maka dirinya tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya.”
>(Ibnu Asakir dan Abu Ya’la. Bisa dilihat dalam Tafsir Ibnu Katsir pada awal penjelasan Surat Al-Waqi’ah. Derajat hadits ini dhoif)
> 
>Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Surat Al-Waqi’ah adalah surat kekayaan maka bacalah dan ajarkanlah ia kepada anak-anakmu.” (Ad-Dailamy, hadits dhoif)
> 
>Imam Ahmad meriwayatkan dari Jabir bin Samurah, “Shalat yang dilakukan Rasulullah Saw. seperti shalat yang kalian kerjakan sekarang ini, namun beliau meringankannya. Shalat beliau lebih ringan dari shalat kalian saat ini. Pada shalat Shubuh beliau membaca Surat Al-Waqi’ah dan surat-surat yang semisal dengannya.”
> 
>Bila rezeki Anda terasa sempit dan susah… atau Anda merasa khawatir soal rezeki?!
> 
>Saudaraku, Shalat Al-Waqi’ah adalah salah satu pembuka pintu rezeki. Ayo amalkan dan hafalkan Surat Al-Waqi’ah dengan mengikuti TRAINING MASSAL MENGHAFAL AL-QUR’AN METODE KAUNY QUANTUM MEMORY (KQM). DENGAN MATERI: MENGHAFAL SURAT AL-WAQIAH. Insya Allah akan diadakan pada:
> 
>Rabu, 29 Juni 2011, Pkl. 08.00 s/d 17.00
>Auditorium Arifin Panigoro
>Kampus Univ. Al-Azhar Indonesia, Komplek Masjid Al-Azhar
>Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
> 
> 
>Fasilitas           : Seminar Kit, Makan siang + Coffe break, dll.
> 
>Daftarkan diri Anda sekarang juga melalui:
> 
>083 88 087 087
> 
>Melalui training KQM ini, insya Allah Anda akan mendapatkan keahlian berikut:
>1. Tahfiz (Cara Mudah Menghafal Al Quran)
>2. Makhraj (Cara Pengucapan Huruf yang Benar)
>3. Tajwid (Cara Baca Al Quran yang Benar
>4. Fahmul Ma’ani (Mengerti dan Memahami Makna)
>5. Kitabah (Menulis Huruf Arab)
>
>
>Insya Allah, mereka yang belum bisa baca Al Qur’an pun akan mudah menghafalkan surat Al Waqiah ini!!!
>
>Komentar mereka tentang KQM:
>1. Doni Berni Pritama, Eksekutif Muda, Jakarta:
>Pada awalnya saya tertarik sekaligus ragu-ragu dengan Teknik Quantum Kauny ; yang katanya bisa membuat hapal Al Qur’an bahkan hingga 30 juz ! Tapi ketika saya ikuti pelatihannya selama 6 jam, SURPRISE !! Saya sebelumnya hapal sedikit-sedikit, langsung bisa menghapal dari ayat manapun hingga membacanya terbalik dari akhir surat ke awalnya. Subhanallah. Saya bersyukur bertemu dengan metoda ini. KEREN PUNYA !
>
>2. Ronni Waluya, Artis, Bintaro:
>"Subhanallaah…..Luar biasa !!!!Sebuah metode yang sangat-sangat mudah diikuti. Dalam satu waktu bersamaan kita bisa menghapal ayat, belajar baca, tulis dan melafazkan dengan benar serta memahami artinya. Angkat semua jempol untuk ustadz Bobby dan Tim. Mudah-mudahan bangsa ini semakin menjadi bangsa yang cerdas,
>berakhlak mulia dan bermartabat."
> 
>3. Elvy Maghrina
>Dengan adanya training ini lebih membuka cakrawala saya bahwa menghafal al-Qur’an itu tidak sulit. Dengan mengetahui atau menggambarkan hal-hal yang terkait dengan ayat-ayat al-Qur’an sehingga untuk menghafal lebih mudah. Secara visual alam lebih mudah bagi saya untuk mempelajari atau menghafal al-Qur’an. Insya Allah akan saya terapkan dalam kehidupan saya.
> 
>4. Sulaiman â€" Pontianak
>Subhanallah, baru kali ini saya merasakan sesuatu yang sangat berbeda. Sudah banyak training-training tentang Al-Qur’an yang saya ikuti, tapi kali ini bukan saja kita hafal Al-Qur’an tapi makna serta tajwidnya juga kita mengerti. Semoga dengan training ini saya pribadi dapat hafal dan mengamalkan Al-Qur’an secara utuh. Harapannya ada lanjutan yang lebih dahsyat lagi.
> 
>5. Rikzantara
>Menghafal al-Qur’an semudah tersenyum terus akan saya praktekan. Setelah ikut training ini mudah-mudahan dengan training ini saya punya semangat untuk mempraktekan teori Kauny Quantum Memory ini.
> 
Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Small Business Group

Own a business?

Connect with others.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the Fibromyalgia Zone today!