Selasa, 28 Juni 2011

[daarut-tauhiid] Beramal Sebanyak Mungkin Atau Beriman Sebelum Beramal?

* *

*Beramal Sebanyak Mungkin Atau Beriman Sebelum Beramal?*

oleh Ihsan Tandjung

Di dalam Al-Qur'an seringkali Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì menyatakan bahwa
Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì pasti membalas seorang hamba sebagai ganjaran atas amal-perbuatan
yang telah dilakukannya. Perbuatan apapun, apakah berupa sebuah amal baik
maupun amal buruk, kedua-duanya pasti bakal diberi ganjaran oleh Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì .

ÃõæáóÆößó ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáúÌóäóøÉö ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåÇ ÌóÒóÇÁð ÈöãÇ ßóÇäõæÇ
íóÚúãóáõæäó

"Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS Al-Ahqaf 14)

ÝóÃóÚúÑöÖõæÇ Úóäúåõãú Åöäóøåõãú ÑöÌúÓñ æóãóÃúæóÇåõãú Ìóåóäóøãõ ÌóÒóÇÁð ÈöãóÇ
ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó

Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis
dan tempat mereka Jahanam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka
kerjakan. (QS At-Taubah 95)

Di dalam surah Al-Ahqaf 14 Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì gambarkan balasan atas
amal-perbuatan baik yang mengantarkan pelakunya ke dalam surga. Semoga kita
termasuk ke dalam golongan tersebut. Sedangkan di dalam surah At-Taubah 95
justeru sebaliknya, Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì gambarkan mereka yang berbuat
amal-perbuatan buruk sehingga pelakunya diganjar dengan neraka Jahannam. *Wa
na'udzubillaahi min dzaalika*.

Jadi jelas sekali betapa pentingnya pilihan jenis amal-perbuatan apa yang
dilakukan seseorang sehingga ia berhak menerima balasan seperti apa dari
Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì . Maka alangkah naifnya bila ada seorang yang mengaku
muslim lalu ia tidak pernah merenungkan jenis amal apa yang ia pilih, yang
penting menurutnya adalah banyaknya amal. Lalu dia berusaha mengisi waktunya
dengan sebanyak mungkin amal. Lebih jauh lagi dia bahkan memandang remeh
orang lain yang dinilainya tidak banyak beramal. Sehingga dengan mudah dia
menstempel orang lain yang tidak sibuk beramal seperti dirinya sebagai
orang-orang yang hanya NATO (no action, talk only). Padahal Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì memperingatkan kita bahwa ada sementara manusia di dunia ini yang
mengira bahwa dirinya sudah banyak berbuat kebaikan namun ternayata di dalam
pandangan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì justeru mereka itulah orang-orang yang paling
merugi.

Þõáú åóáú äõäóÈöøÆõßõãú ÈöÇáÃÎúÓóÑöíäó ÃóÚúãóÇáÇÇáóøÐöíäó Öóáóø ÓóÚúíõåõãú

Ýöí ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏõøäúíóÇ æóåõãú íóÍúÓóÈõæäó Ãóäóøåõãú íõÍúÓöäõæäó ÕõäúÚðÇ

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang
paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS Al-Kahfi 103-104)

Apakah faktor yang menyebabkan perbuatan yang mereka sangka baik itu justeru
ternyata di mata Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì adalah sia-sia dalam kehidupan di
dunia? Lihatlah penjelasan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì pada ayat berikutnya:

ÃõæáóÆößó ÇáóøÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÈöÂíóÇÊö ÑóÈöøåöãú æóáöÞóÇÆöåö ÝóÍóÈöØóÊú
ÃóÚúãóÇáõåõãú ÝóáÇ äõÞöíãõ áóåõãú

íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö æóÒúäðÇÐóáößó ÌóÒóÇÄõåõãú Ìóåóäóøãõ ÈöãóÇ ßóÝóÑõæÇ
æóÇÊóøÎóÐõæÇ ÂíóÇÊöí æóÑõÓõáöí åõÒõæðÇ

"Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir
terhadap) perjumpaan dengan Dia (Allah). Maka hapuslah amalan-amalan mereka,
dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari
kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran
mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku
sebagai olok-olok." (QS Al-Kahfi 105-106)

Merekalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kafir
terhadap) perjumpaan dengan Dia (Allah). Inilah sebabnya..! Jadi, sebabnya
terkait dengan masalah yang lebih fundamental daripada urusan beramal,
berbuat maupun bekerja. Urusannya terkait dengan hadir-tidaknya iman di
dalam dirinya. Iman terhadap ayat-ayat Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dan iman
terhadap perjumpaan dengan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì di hari berbangkit kelak.
Barangsiapa yang imannya tidak hadir atau tidak sah, maka berarti ia kafir.
Dan kekafiran inilah yang menghapus semua amal kebaikan yang disangka
pelakunya bahwa dia telah berbuat sebaik-baiknya.

Iman merupakan prasyarat agar amal apapun yang dipilih seseorang
mendatangkan ganjaran kebaikan dari Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì . Tidak hadirnya
iman atau tidak sahnya iman seseorang bakal menghapuskan nilai amal apapun
yang telah dikerjakannya. Betapapun banyaknya amal orang itu, namun jika
tidak dilandasi oleh hadirnya iman yang benar, maka niscaya merugilah orang
itu kelak di akhirat. Sehingga Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berfirman: Maka hapuslah
amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi
(amalan) mereka pada hari kiamat. Alangkah ruginya dia..! Bayangkan, amal
yang banyak itu dihapus oleh Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì . Tidak mendapatkan
penilaian atau pengakuan dari Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì barang sedikitpun. Di
tempat lainnya Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berfirman mengenai amal kaum kafir itu:

æóÞóÏöãúäóÇ Åöáóì ãóÇ ÚóãöáõæÇ ãöäú Úóãóáò ÝóÌóÚóáúäóÇåõ åóÈóÇÁð ãóäúËõæÑðÇ

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS Al-Furqan 23)

æóÇáóøÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ÃóÚúãóÇáõåõãú ßóÓóÑóÇÈò

"Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana."
(QS An-Nur 39)

Bahkan lebih jauh lagi Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berfirman: Demikianlah balasan
mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka
menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. Orang-orang
itu dipastikan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bakal dibalas dengan neraka Jahannam.
Dan mereka diserupakan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dengan orang-orang yang
mengolok-olok ayat-ayat Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dan rasul-rasulNya.

Saudaraku, sungguh kita harus waspada terhadap masalah ini walupun kita
telah mengaku diri sebagai seorang muslim, seorang yang telah berikrar
syahadatain, seorang yang menganggap diri termausuk kaum beriman. Sebab
Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì bahkan menyatakan bahwa kebanyakan orang yang
menganggap dirinya beriman kepada Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì ternyata terlibat
dalam dosa syirik..!

æóãóÇ íõÄúãöäõ ÃóßúËóÑõåõãú ÈöÇááóøåö ÅöáÇ æóåõãú ãõÔúÑößõæäó

"Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." (QS
Yusuf 106)

Walau saat membahas ayat di atas Ibnu Katsir mengacu kepada kaum musyrikin
Quraisy di kota Mekkah pada masa jahiliah, namun Sayyid Qutb di dalam kitab
Fi Zhilalil Qur'an menulis:

Di sana ada juga syirik yang nyata dan tampak jelas. Yaitu ketundukan kepada
selain Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dalam salah satu perkara hidup, ketundukan
kepada suatu hukum yang dijadikan keputusan dalam segala urusan, ketundukan
terhadap adat seperti pesta-pesta dan festival-festival meriah yang tidak
disyariatkan oleh Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì , ketundukan dalam pakaian dan
seragam yang bertentangan dengan syariat Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berkenaan
dengan pembukaan aurat dimana nash memerintahkan untuk menutupnya.

Masalahnya, dalam perkara-perkara itu bisa melampaui batas kesalahan dan
dosa karena penentangan, ketika hal itu merupakan wujud ketaatan, ketundukan
dan kepasrahan kepada adat suatu masyarakat yang dihormati padahal ia adalah
bikinan manusia. Sementara itu, perintah Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì Rabb manusia
yang jelas dan bersumber dari-Nya ditinggalkan dan diacuhkan. Pada saat itu
perkara tersebut bukan lagi hanya dosa dan kesalahan, tapi sudah menjadi
syirik. Karena hal itu merupakan ketundukan kepada selain Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì dalam perkara-perkara yang menentang perintah-Nya. Dari sudut ini,
perkara menjadi sangat berbahaya.

Ayat di atas mengenai sasaran orang-orang yang dihadapi rasulullah Õáì Çááå
Úáíå æ Óáã di Jazirah Arab, dan mencakup sasaran orang-orang lainnya di
setiap zaman dan setiap tempat. (Tafsir Fi Zhilalil Qur'an- jilid 7- Gema
Insani- hlm 19)

Ketika Sayyid Qutb mengatakan "Pada saat itu perkara tersebut bukan lagi
hanya dosa dan kesalahan, tapi sudah menjadi syirik", maka kita yang hidup
di era badai fitnah dewasa ini sepatutnya berhati-hati dan merasa khawatir.
Sebab di dalam Sistem Dajjal begitu banyak –kalau tidak bisa dikatakan
seluruhnya- aturan dan hukum yang diberlakukan bukan bersumber dari hukum
Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì melainkan hukum bikinan manusia. Dan Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì menyatakan bahwa hukum di dunia ini hanya ada dua macam, hukum
Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì atau hukum thaghut. Hukum Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì wajib ditegakkan dan
ditaati, sedangkan hukum thaghut wajib diingkari dan dijauhi. Demikian
firman Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì .

Ãóáóãú ÊóÑó Åöáóì ÇáóøÐöíäó íóÒúÚõãõæäó Ãóäóøåõãú ÂãóäõæÇ ÈöãóÇ ÃõäúÒöáó
Åöáóíúßó æóãóÇ ÃõäúÒöáó ãöäú ÞóÈúáößó íõÑöíÏõæäó Ãóäú íóÊóÍóÇßóãõæÇ Åöáóì
ÇáØóøÇÛõæÊö æóÞóÏú ÃõãöÑõæÇ Ãóäú íóßúÝõÑõæÇ Èöåö æóíõÑöíÏõ ÇáÔóøíúØóÇäõ Ãóäú
íõÖöáóøåõãú ÖóáÇáÇ ÈóÚöíÏðÇ

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS An-Nisa 60)

Mengomentari ayat di atas Ibnu Katsir menulis:

Ini merupakan pengingkaran Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì terhadap orang yang mengaku
beriman kepada apa yang diturunkan Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì kepada RasulNya dan
kepada para nabi yang mendahului Nabi kita. Walaupun pengakuannya demikian,
mereka tetap berhakim kepada selain Kitab dan Sunnah. Demikian pula ayat ini
mencela orang yang berpindah dari hukum Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì dan RasulNya
kepada kebatilan selain keduanya, kebatilan itulah yang disebut thaghut di
sini. Oleh karena itu Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì berfirman "Mereka hendak berhakim
kepada thaghut".(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir-jilid 1-Gema Insani-hlm
742-743)

Dewasa ini hukum Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì tidak dimuliakan, disucikan dan
ditinggikan. Yang dimuliakan adalah hukum bikinan manusia, aturan
nenek-moyang, adat-istiadat setempat atau deklarasi hak asasi manusia dan
sejenisnya. Apakah manusia modern mengira bahwa Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì tidak
sanggup merumuskan hukum yang memenuhi rasa keadilan seluruh umat manusia?
Sehingga mereka lebih memuliakan dan meyakini hukum produk manusia yang
dinilai adil, up-to-date dan akomodatif untuk menyerap aspirasi aneka jenis
manusia di muka bumi? Jika demikian adanya, sungguh keji logika manusia
modern..! Mereka telah gagal menangkap tanda-tanda kebesaran Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì yang terus-menerus menjamin rezeki segenap makhluk, baik manusia
maupun hewan di langit dan di bumi. Kok bisa mereka berprasangka bahwa Dzat
yang seperti itu tidak sanggup merumuskan hukum yang adil? Sementara manusia
yang tidak sanggup menjamin rezeki untuk dirinya sendiri saja kok malah
diyakini produk hukumnya dapat memenuhi rasa keadilan segenap manusia..!
Pantas Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì menantang manusia kafir itu dengan pertanyaan
berikut:

ÃóÝóÍõßúãó ÇáúÌóÇåöáöíóøÉö íóÈúÛõæäó æóãóäú ÃóÍúÓóäõ ãöäó Çááóøåö ÍõßúãðÇ
áöÞóæúãò íõæÞöäõæäó

"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS
Al-Maidah 50)

Berarti, sudah jelaslah, bahwa kata kuncinya terletak pada kata-kata "bagi
orang-orang yang yakin". Jika sekedar mengandalkan pengakuan seseorang bahwa
dirinya muslim atau beriman, maka ini tidak menjamin. Tetapi diperlukan
pembuktian lebih lanjut. Pembuktian itulah yang menandakan hadir tidaknya
keyakinan alias iman. Sah atau tidaknya iman. Maka jika kita kembali kepada
pembahasan di awal mengenai "orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya," mereka adalah orang-orang yang boleh jadi secara lisan
mengaku muslim atau mengaku beriman, tetapi sejatinya di mata Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì mereka adalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah ÓÈÍÇäå æ
ÊÚÇáì .

Mereka adalah orang-orang yang hanya sibuk memperbanyak amal namun tidak
merenungkan apakah tumpukan amalnya itu sudah benar-benar dilandasi iman
yang sah atau tidak. Benarkah mereka telah menjadikan kalimat tauhid sebagai
fondasi berbagai amal mereka? Atau mereka sesungguhnya tidak pernah peduli
apakah ketika beribadah kepada Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì mesti disertai
pengingkaran kepada thaghut? Atau mereka mengira bahwa banyak beramal
merupakan suatu perkara mulia yang pasti bakal mendatangkan kebaikan dari
Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì walaupun amal itu berlandaskan penerimaan diri akan
hukum thaghut? Sungguh jauh sekali prasangka mereka dari kebenaran yang
Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì terangkan di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Oleh karena itu dalam ayat berikutnya Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì menegaskan bahwa
orang-orang yang beramal sholeh dengan dilandasi iman yang benar sajalah
yang bakal dijamin memasuki surga Firdaus-Nya. Orang-orang yang tidak saja
sadar pentingnya beribadah kepada Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì tetapi juga faham
urgensi menjauhi dan mengingkari thaghut.

Åöäóø ÇáóøÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóãöáõæÇ ÇáÕóøÇáöÍóÇÊö ßóÇäóÊú áóåõãú ÌóäóøÇÊõ

ÇáúÝöÑúÏóæúÓö äõÒõáÇ ÎóÇáöÏöíäó ÝöíåóÇ áÇ íóÈúÛõæäó ÚóäúåóÇ ÍöæóáÇ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah
surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak
ingin berpindah daripadanya." (QS Al-Kahfi 106-107)

Saudaraku, beramal sholeh itu penting. Tetapi yang jauh lebih penting lagi
adalah beriman yang benar sebelum beramal. Sebab bila iman sudah benar, maka
sekecil dan sesedikit apapun amal seseorang, niscaya ia akan memperoleh
balasan yang baik dan berlipat dari Allah ÓÈÍÇäå æ ÊÚÇáì di akhirat kelak.
Namun sebaliknya, sebanyak apapun amal seseorang jika tidak dilandasi oleh
iman yang benar, niscaya ia akan merugi di akhirat kelak. Sebab Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì tidak akan memberikan penilaian apapun atas amal yang tidak
berlandaskan iman yang benar tadi.

Hidup di era penuh fitnah seperti saat ini banyak sekali ditemukan ancaman
terhadap eksistensi iman yang benar. Tawaran untuk mengingkari Allah ÓÈÍÇäå
æ ÊÚÇáì sangat banyak dan menggiurkan. Tawaran untuk berkompromi bahkan
bekerjasama dengan thaghut sungguh sangat ramai dan menjanjikan keuntungan
duniawi. Keadaan dunia dewasa ini sangat tepat digambarkan oleh hadits Nabi Õáì
Çááå Úáíå æ Óáã berikut ini:

*ÈóÇÏöÑõæÇ ÈöÇáúÃóÚúãóÇáö ÝöÊóäðÇ ßóÞöØóÚö Çááóøíúáö ÇáúãõÙúáöãö***

* *

*íõÕúÈöÍõ ÇáÑóøÌõáõ ãõÄúãöäðÇ æóíõãúÓöí ßóÇÝöÑðÇ Ãóæú íõãúÓöí ãõÄúãöäðÇ***

* *

*æóíõÕúÈöÍõ ßóÇÝöÑðÇ íóÈöíÚõ Ïöíäóåõ ÈöÚóÑóÖò ãöäú ÇáÏõøäúíóÇ***

Nabi Õáì Çááå Úáíå æ Óáã bersabda: "Segeralah beramal sebelum datangnya
rangkaian fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seorang
laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di sore harinya. Di sore hari
seorang laki-laki dalam keadaan mukmin, lalu kafir di pagi harinya. Dia
menjual agamanya dengan barang kenikmatan dunia." (HR Muslim - 169) Shahih

*Çááóøåõãóø Åöäöøí ÃóÓúÃóáõßó ÅöíãóÇäðÇ áóÇ íóÑúÊóÏõø***

"Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad." (AHMAD -
4112)

http://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/beramal-sebanyak-mungkin-atau-beriman-sebelum-beramal.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: