Messages In This Digest (4 Messages)
- 1.
- (no subject) From: Udo Yamin Majdi
- 2a.
- [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat? From: Nursalam AR
- 2b.
- Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat? From: minehaway@gmail.com
- 2c.
- Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat? From: Nursalam AR
Messages
- 1.
-
(no subject)
Posted by: "Udo Yamin Majdi" ibnu_majdi@yahoo.com ibnu_majdi
Thu Jun 16, 2011 3:10 pm (PDT)
RENUNGAN PAGI
====
Kritikan itu adalah umpan balik. Seperti bola, semakin keras kita pantulkan ke dinding, maka semakin keras pula bola itu datang ke kita. Kesalahan kita ibarat bola, sedangkan orang lain bagaikan dinding. Bila kita tidak mau dikritik orang lain, sebaiknya kita tidak melemparkan bola alias tidak melakukan kesalahan kepada mereka.
========
Salam SMART & Tabik
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Udo Yamin Majdi
# Mentor Sekolah Menulis SMART (Sistim Menulis Asik, Reguler dan Terpadu)
# Founder dan pengelola Milis wordsmartcenter@yahoogroups. , www.wordsmartcentercom .com dan www.wordsmartcenter .net
# Blog Pribadi: http://udoyamin.multiply. com/
# No HP: +6282124417561
# YM & FB: ibnu_majdi & udoyaminmajdi
- 2a.
-
[Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Thu Jun 16, 2011 8:32 pm (PDT)
Curhat Itu Racun atau Obat?
Oleh Nursalam AR
Pernah kecewa berat dalam hidup ini? Pernah senang? Tentu pernah.
Pernah curhat atau mencurahkan isi hati atas segala kekecewaan atau
kesenangan tersebut kepada saudara atau orang terdekat? Konon
kesengsaraan terbesar orang-orang yang kesepian bukanlah tak punya
tempat berkeluh kesah saat kesulitan tetapi justru tak punya tempat
mencurahkan segala kegembiraan yang dirasakan.
Namun tak semua orang mampu mencurahkan isi hatinya dengan leluasa.
Sebagian orang memilih bungkam dan memendamnya dalam-dalam. Atau
bahkan menguncinya rapat-rapat dan membuang anak kuncinya ke ngarai
lipatan waktu. Beberapa kasus bunuh diri yang marak diberitakan media
massa belakangan ini menunjukkan fakta sebagian pelaku bunuh diri
semula disangka tak punya masalah apa-apa. Masalahnya adalah ketika
kemudian mereka didapati menggantung mati di kusen pintu atau batang
pohon. Mengapa mereka memilih diam? Barangkali soal karakter yang
sangat tertutup; faktor kehormatan diri alias menjaga aib atau depresi
psikologis yang amat sangat sehingga untuk berbagi pun tak berani.
Seorang suami tetangga saya sangat pendiam sekali orangnya. Susah
sekali diajak berdiskusi atau diajak ngobrol panjang lebar. Keruwetan
rumah tangganya baru terungkap ketika sang istri kedapatan berupaya
bunuh diri dengan cara bakar diri. Ternyata bahasa sehari-hari sang
suami adalah hardikan dan hantaman. Kedua putrinya pun tumbuh dalam
atmosfer pertengkaran rumah tangga.
"The ability to talk over problems, to sit around table and discuss
varied points of view, to settle difficulties by means of tongue and
pen, and not by bombs and guns is the hallmark of civilized man."
Kutipan panjang dari L.H. Logan dalam buku Creative Communication
tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan membicarakan masalah, duduk
bersama dan membahas dari berbagai sudut pandang, dan mengatasi
kesulitan dengan lisan dan pena, dan tidak dengan kekerasan atau
senjata adalah ciri orang yang beradab. Meski kutipan ini lebih
dimaksudkan dalam dimensi negosiasi dan penyelesaian konflik,
curhatentah kapan istilah ini mulai populer dalam khazanah bahasa
Indonesia atau mencurahkan isi hati sedikit banyaknya merupakan cara
beradab dan sehat untuk mengatasi masalah atau, setidaknya, mengurangi
masalah. Jika tidak, niscaya kita terjebak menjadi orang-orang biadab
yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan fisik dan psikologis,
tinju dan perang urat syaraf.
Di satu sisi curhat memang tombo ati, obat hati. Sungguh melegakan
atau bahkan menyembuhkan ketika kita dapat curhat via lisan atau
tulisan. Syukur-syukur pengalaman atau kisah hidup kita itu dapat
diambil hikmahnya bagi orang lain, atau menginspirasi banyak orang
untuk berbuat yang terbaik. Lebih-lebih jika kita curhat kepada Tuhan
dalam doa, tahajud, sembahyang atau pengakuan dosa dan apapun tata
cara legal formal agama di dunia. Di sinilah puncak transendensi
keberimanan seseorang diuji sampai sejauhmana ia memasrahkan diri
kepada sang Khalik dengan menundukkan segala ego dan logika
duniawinya.
Seperti pesan Norman Vincent Peale dalam bukunya yang menjadi buku
best-seller internasional termasuk di Indonesia, The Power of Positive
Thinking,"Lewat keuletan, pengetahuan diri, komitmen, optimisme, doa,
kepercayaan total kepada Tuhan serta pengembangan kekuatan moral maka
Anda akan menikmati keberkahan terdalam dan mampu menghadapi kesulitan
hidup dengan keberanian dan keyakinan."
Namun seperti obat yang filosofinya adalah racun yang dilemahkan di
mana terlalu banyak mengonsumsi obat dapat membahayakan, curhat juga
dapat menjadi racun. Terlalu banyak curhat yang tidak perlu akan
melemahkan semangat juang dan menimbulkan paranoia tersendiri terhadap
kehidupan. Hingga pada akhirnya kita akan terperosok pada sumur
keluh-kesah tak berdasar atau lorong panjang keluhan tak berujung.
Lagi-lagi, kecuali kita mengumbar curhat kepada Tuhan yang tak akan
pernah lelah menampungnya. Meski dalam konteks ini patut dicermati
sikap seorang khalifah Umar bin Khattab yang geram melihat seorang
laki-laki yang terus-terusan berdoa sepanjang waktu di mesjid untuk
meminta rejeki. Apa kata Umar? "Rejeki tidak jatuh begitu saja dari
langit. Bekerjalah!"
Penyair Mohammad Iqbal dari Pakistan, sang inspirator kemerdekaan
Pakistan dari India, dalam bukunya Javid Nama (Ziarah Keabadian)
secara tidak langsung mewanti-wanti kita bahwa "jika engkau dapat
berubah dan berhasil dalam ujian engkau akan hidup dan dipuja. Atau
bila tidak, api kehidupanmu akan jadi asap dan lenyap."
Ya, curhat hanya akan terhenti sebatas curhat belaka jika tidak ada
perubahan setelahnya. Kecuali jika kita curhat hanya sekadar
melampiaskan ego untuk didengar atau diperhatikan.
Sebagai orang yang kerap dipercaya jadi tempat curhat sejak zaman
SMAentah mengapa demikian saya sering mendapati banyak kawan yang
kadang curhat berjam-jam atau berkali-kali kirim sms atau surel (surat
elektronik) hanya untuk menunjukkan bahwa mereka orang termalang di
dunia. Atau bahkan terkesan mengeksploitasi "penderitaan" yang
dialami. Tanpa berusaha mencari cahaya terang di ujung terowongan yang
gelap.
Sebetulnya tidak masalah apapun motif mereka untuk curhat. Sepanjang
telinga masih kuat berpanas-panas ria dengan gagang telepon. Sepanjang
masih bisa duduk dengan tenang mendengarkan tamu yang curhat
berkepanjangan. Sepanjang pulsa mencukupi untuk membalas sms yang
bertubi-tubi minta perhatian. Sepanjang jemari masih bertenaga
mengetikkan email balasan untuk kawan yang minta dipedulikan. Toh, itu
pertanda mereka percaya kepada saya. Kepercayaan itu barang mahal. Dan
sharing atau berbagi itu nikmat.
Lagipula curhat juga tak sesederhana apa yang kita bayangkan. Maka
jangan tertawakan seorang sahabat Anda yang susah sekali mengungkapkan
apa kesulitan dirinya kepada Anda kendati Anda sudah membujuk atau
memaksanya. Jika curhat adalah obat, tak semua orang sanggup menelan
obat dalam satu bentuk saja.
Itulah kenapa produsen obat merancang obat dalam bentuk jamu, sirup,
puyer, pil, kapsul, tablet atau kaplet. Jika curhat adalah obat hati,
ia butuh kejujuran diri sebagai syarat manjurnya tombo ati itu. Karena
curhat bukan sekadar mengungkapkan sakitnya perasaan akibat makan ati.
Karena curhat bukan hanya meluapkan kegembiraan kepada orang terdekat
atau kerabat. Karena curhat sejatinya adalah penyerahan kepercayaan
penuh kepada objek yang dicurhati untuk menampung dan menjaga rahasia
dari relung hati terdalam.
Maka selain leluasa bercurhat ria kepada orang lain relakah kita untuk
memaksimalkan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
Kelebihan anugerah Tuhan itu adalah dua telinga dan satu mulut. Bukan
dua mulut dan satu telinga.
Jakarta, 16 Juni 2011
--
www.nursalam.wordpress. com
- 2b.
-
Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
Posted by: "minehaway@gmail.com" minehaway@gmail.com mine_haway
Thu Jun 16, 2011 8:46 pm (PDT)
Like this
Absolutely right
Two thumbs up
Hmmm....apalagi yah, jadi speechless.
Ahya...sy inget kalimat teman di milis sebelah "too much curhat will kill you"
Padahal sy juga sering menyisipkan curhat2 di tulisan, mendadak pengin curhat ama teman chatting meski ga deket.
Biasanya merasa lega setelah curhat di mana-mana.Palagi curhat sama Allah.Dahsyat rasanya.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT - 2c.
-
Re: [Catcil] Curhat Itu Racun atau Obat?
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Thu Jun 16, 2011 9:19 pm (PDT)
Curhat mah boleh,ga dilarang. Asal yang sedang-sedang
saja,hehe...Ingat lagu dangdut nih.
Ayo, Mbak Mimin, curhat di sini pun boleh. Sekadar pelepas gundah di
dada, sekaligus menghangatkan kembali milis yang "dingin" ini.Haiah:D.
Terima kasih atas komentarnya.
tabik,
Nursalam AR
On 6/17/11, minehaway@gmail.com <minehaway@gmail.com > wrote:
> Like this
> Absolutely right
> Two thumbs up
> Hmmm....apalagi yah, jadi speechless.
>
> Ahya...sy inget kalimat teman di milis sebelah "too much curhat will kill
> you"
> Padahal sy juga sering menyisipkan curhat2 di tulisan, mendadak pengin
> curhat ama teman chatting meski ga deket.
>
> Biasanya merasa lega setelah curhat di mana-mana.Palagi curhat sama
> Allah.Dahsyat rasanya.
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> --------------------- --------- ------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
--
www.nursalam.wordpress. com
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar