Minggu, 26 Juni 2011

[daarut-tauhiid] Aku Terlambat!!!

 

 
Yasin berusia 15 tahun saat itu. Ia lulus dari SMP dengan nilai buruk. Bingung
hendak melanjutkan sekolah kemana maka orang tua memasukkannya ke sebuah
pesantren. Yasin tidak suka hidup di pesantren. Menurutnya pesantren
terbelakang, jorok dan tidak sesuai dengan gaya hidup. Ia merasa kesal dan
marah.

Namun bagaimana lagi, ia dan orang tuanya tak punya pilihan lain sebab ia tidak
diterima di SMA Negeri dan untuk masuk sekolah swasta orang tuanya tak mampu.

Maka Yasin masuk atau 'dimasukin' pesantren motif sesungguhnya adalah masalah
ekonomi. Bete sekali….! Ia jemu dan tidak betah selama 3 hari masa ospek di
pesantren. Mandi harus ngantri, makan ngantri, sendal hilang, jemuran lenyap….
dan segudang cacian lain yang terus diumpatnya dengan hati dan mulut. Apalagi
soal pelajaran yang diajarkan…., jangankan soal fiqh, nahwu, sharaf, tafsir,
hadits dan segudang ilmu lainnya…. Baca Al Quran pun ia tidak sanggup.

Semua itu menjadi akumulasi kekesalan Yasin yang hampir membuat ia keluar
pesantren. "Tak sanggup aku belajar di sini…!!!" gumam batin Yasin. Setengah jam
menjelang maghrib sore itu... Sirene meraung keras berbunyi ke segala penjuru
pesantren seolah memaksa semua santri untuk masuk segera ke masjid. Nampak
banyak asatidz (jamak dari ustadz) bersama senior berdiri menyusun duduk para
santri di dalam masjid.

Tradisi di pesantren itu melazimkan seluruh santri membaca surat Al Waqiah dan
Al Mulk sebelum Maghrib. Yasin pun turut duduk di sana sambil memegang mushaf Al
Quran. Amat sulit ia mencari kedua surat itu di dalam Al Quran sebab memang
jarang sekali ia akrab dengan Al Quran sebelumnya. Berkali-kali ia
membolak-balik Al Quran namun tidak ketemu juga. Rupanya seorang bocah kelas 2
Tsanawiyah (setingkat SMP) yang duduk di sebelahnya memperhatikan Yasin sejak
tadi.

"Mari aku bantu kak mencarinya….!" Ahmad nama anak itu menawarkan jasa. Yasin
pun menyorongkan Al Quran-nya. Hanya dalam beberapa detik tangan Ahmad yang
mungil berhasil menemukan kedua surat itu dalam Al Quran. Kini Ahmad dan Yasin
menunggu dengan seksama bacaan Al Quran yang akan di-imami oleh seorang santri
senior.

"A'UDZU BILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM……" terdengar masjid bergemuruh
seketika dengan bacaan seluruh santri yang mulai membaca surat Al Waqiah. IDZA
WAQA'ATIL WAAQIAH… LAYSA LIWAQ'ATIHAA KAADZIBAH… KHAFIDHATUR RAFI'AH…. Kini
seluruh santri memulai bacaan mereka dengan bacaan yang baik, tenang, merdu dan
bergemuruh. Begitu lancar mereka membaca surat Al Waqiah. Namun tidak demikian
dengan Yasin yang belum pandai membacanya.

Tergopoh-gopoh ia mengejar bacaan Al Quran mereka semua. Belum juga ia kelar
membaca seperti yang diucapkan oleh imam bacaan yang memimpin, eh…kini bacaan
sudah pindah lagi ke ayat berikutnya! Malu sekali rasanya Yasin yang akan masuk
kelas 4 di pesantren itu yang setara dengan kelas 1 SMA, namun baca Al Quran
–pun ia belum bisa. Frustrasi dengan bacaannya maka ia menoleh ke sahabat
barunya yang mungkin 3 tahun lebih muda darinya. Sahabat baru bernama Ahmad yang
tadi berjasa menunjukkan surat Al Waqiah dan Al Mulk untuknya. Yasin memandangi
Ahmad yang begitu menikmati bacaannya.

Ahmad mengikuti bacaan Al Quran imam dengan begitu relaks. Fasih sekali ia
membaca, dan suaranya pun terdengar merdu di telinga Yasin. Sebentar-sebentar
Ahmad melemparkan senyum kepada Yasin yang sedang memandanginya. Itu tanda bahwa
Ahmad mungkin sudah hafal surat tersebut, hingga ia terlihat santai membacanya.
Tak terasa terbitlah rasa iri di hati Yasin kepada Ahmad. Sungguh ia iri kepada
Ahmad sebab Ahmad sudah sedemikian pandai membaca Al Quran.

Yasin pun menundukkan pandangannya. Kini ia menatapi Al Quran yang terbuka di
pangkuannya. Ia mencoba lagi mengikuti bacaan seperti yang mampu dilakukan
Ahmad. Berkali-kali ia membacanya tetap saja ia selalu tertinggal.

Kini Yasin merasa malu…. Ia malu kepada diri sendiri sebab ia sudah berusia 15
tahun membaca Al Quran saja tidak mampu. Terus ia tatapi Al Quran yang tak mampu
dibacanya….. Tak terasa air mata mulai menetes di pipi. Tergambar penyesalan
karena sudah membuang umur percuma selama ini hingga baca Al Quran-pun tak bisa.
Beberapa bulir air mata berhasil mendarat di Al Quran yang terbuka di pangkuan
Yasin. Saat itu tak kuasa meredam sesal, Yasin pun berkata dalam hati "Ya
Allah…., kemana saja saya selama ini?!" Ia sadar bahwa ia terlambat. Yasin
bertaubat kepada Allah Swt sejak itu dan belajar sungguh-sungguh di pesantren.

Energi hidayah dari Allah Swt membuatnya giat belajar meski sampai larut malam
demi mengejar ketertinggalan. Atas izin Allah Swt, Yasin menjadi juara umum
selama 6 semester di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Ia bahkan melanjutkan
kuliah ke Al Azhar University dan kini ia menjadi seorang muballigh ternama di
Indonesia.

Usia Yasin kini hampir 40 tahun. Ia mengenang kisah itu di hadapan saya dengan
mata berkaca-kaca. "Coba bayangkan pak…. Saat itu usia saya padahal baru 15
tahun. Sadar belum bisa baca Al Quran saya menyesal dan bertaubat kepada Allah
Swt karena telah membuang umur dengan percuma!"

Itulah momen turunnya hidayah Allah Swt kepada Ustadz Yasin yang telah mengubah
arah hidupnya ke jalan kebaikan sebab sadar belum dapat membaca Al Quran.
Bagaimana dengan Anda saudaraku?! Semoga Anda juga tidak menyesal dan terlambat
sebab belum bisa baca Al Quran.

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: