Cerdas Mensyukuri Nikmat
http://www.dpu-online.com
Bagi mereka yang belum bersungguh-sungguh kepada Allah, sikap orang lain akan
sangat mempengaruhi suasana hatinya. Ketika diberi sesuatu, ia merasa gembira
karena pemberian itu. Tapi ketika ditolak, merasa kecewa karena harapannya
tidak menjadi kenyataan.
Namun, bagi mereka yang mengetahui bahwa yang terbaik bagi dirinya adalah
ketika Allah ridha, pemberian dan penolakan tidak akan membuat senang atau
susah. Karena senang dan susahnya adalah ketika ia tidak bisa bersyukur dan
tidak bisa bersabar. Bukan pada ada atau tidaknya sesuatu.
Misalnya seorang pedagang yang bergantung pada makhluk, dia akan senang kalau
ada pembeli dan akan kecewa jika tidak ada pembeli. Tetapi pedagang yang yakin
bahwa Allah pemberi rezeki, akan merasa senang walaupun tidak ada pembeli.
Karena dia tahu, semua ikhtiarnya dicatat oleh Allah. Semua upayanya sudah ada
pembalasan, walaupun tidak selalu datang dalam bentuk uang.
Jika kita masih merasa senang dengan sesuatu yang datang, dan kecewa dengan
yang pergi, padahal segala sesuatu itu hanyalah lalu lintas takdir Allah, maka
kita harus belajar untuk bersyukur. Bersyukur bukan hanya untuk nikmat yang
datang kepada kita, tetapi juga nikmat yang datang kepada orang lain. Inilah
yang membuat ada atau tiada sesuatu tidak akan membuat sengsaranya hati.
Kita harus melatih bahwa perasaan senang itu bukan karena apa yang kita
lakukan. Nikmat itu semuanya datang dari Allah. Jangan dikaitkan dengan
hebatnya ibadah dan ikhtiar kita. Jika Allah belum memberikan apa yang kita
inginkan, bersyukurlah. Karena apa yang Allah tidak berikan sekarang, bukan
berarti selama-lamanya Allah tidak berikan.
Walaupun apa yang kita inginkan tidak terwujud, tetap saja Allah mewujudkan
keinginan itu dalam bentuk yang lain. Banyak hal dalam hidup ini yang terkadang
tidak cocok dengan keinginan kita, tapi kita masih bisa menghirup udara yang
diberikan oleh-Nya. Menikmati apa yang kita makan sehari-hari. Masih
berpakaian, masih ditutupi aib kita dan masih bisa beribadah. Inilah bukti
bahwa Allah menyayangi kita. Lalu, apanya yang tidak cocok?
Hal yang kita anggap tidak cocok seringkali itulah yang baik menurut Allah dan
dapat menaikkan derajat kita. Semua yang kita inginkan seringkali lebih dekat
kepada nafsu, karena sangat pendeknya pengetahuan kita tentang yang baik.
Sedangkan yang baik menurut Allah pastilah cocok dengan iman.
Sehat itu menurut kita bagus. Namun ada kalanya Allah yang Maha Tahu kalau
sakitlah yang cocok untuk menguatkan iman kita. Mendapat gaji itu baik menurut
nafsu. Tapi seringkali kedatangan rezeki yang terus menerus membuat kita lengah
untuk beribadah. Menurut nafsu kesenangan itu baik untuk kita. Tapi menurut
iman, dapat merusak sandaran kita. Inilah contoh penolakan yang baik.
Orang yang selalu dipuji cederung mabuk dan lupa diri, bahkan menipu diri. Tapi
ketika mendapat cobaan berupa cacian dari orang, Allah tahu kalau inilah yang
membuat jebolnya 'penjara' ia ingin dipuji orang. Nafsu tidak senang dengan
hinaan. Tapi menurut iman, hinaan itu terkadang akan membuat kita menjadi lebih
baik lagi.
Jadi, kalau kita masih senang dengan pujian yang datang, dan kecewa dengan apa
yang tidak ada, berarti kita masih bersikap kekanak-kanakan. Karena kita masih
memanjakan nafsu, dan tidak mensyukuri nikmat-nikmat lain yang telah diberikan
Allah. Nikmat yang tanpa batas, tanpa pamrih. (KH. Abdullah Gymnastiar,
Penasihat dan Pembina DPU Daarut Tauhiid)
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar