Catatan Ramadhan 4 : Parade Kesabaran
"Addduuuhhh naak… kenapa lagi sih kamu? Untung ibu sedang
puasa …" seorang ibu di rumah menahan kesabaran mendapati anak lelakinya
kembali berulah di sekolahnya. Ia tak jadi marah lantaran sadar dirinya sedang berpuasa,
meski rasa ingin marah terus menerus mendesaknya. Hampir saja meledak, jika tak
segera ingat bahwa ini bulan Ramadhan, bahwa orang berpuasa pun harus menahan
amarahnya.
"Beruntung kau, aku sedang berpuasa. Jika tidak, sudah
kosobek-sobek mulutmu itu …" seorang preman di Terminal Pulogadung pun
berpuasa. Dan lantaran puasanya itu pula ia urung menghajar rekannya yang sejak
siang mengolok-oloknya. "coba saja kau berani hina aku selepas maghrib nanti,
kau kan tahu akibatnya…" belum terlalu sabar memang, karena masih ada ancaman.
Namun siang itu ia jauh lebih penyabar dari biasanya, di hari-hari sebelum
bulan ramadhan.
"Sabarlah sedikit kawan, semua orang pun mau lancar.
Kalau kau main serobot, bakal lebih rumit jalan di depan itu…" seorang pria menegur
pengemudi angkot yang nampaknya tak peduli dengan kemacetan yang sudah terjadi
di ujung jalan. Ia terus memaksa dan menerobos celah di sisi jalan, "tak punya
otak ya? Sudah tahu jalan macet masih terus masuk…" kali ini pria yang tadi
meningkatkan nada bicaranya, lebih keras. "Eh kawan, jika tak sedang puasa
kupecahkan ban mobil kau itu…". Lagi-lagi puasa menyelamatkan supir angkot tak
tahu diri itu dari amukan pengendara lain yang sebenarnya sudah mulai kesal.
Seorang kawan saya bercerita, satu hari biasanya ia
ditelepon sampai sepuluh kali oleh penagih kartu kredit. Tapi sejak awal
ramadhan, terasa lebih jarang. "Biasanya kalau telepon sambil marah-marah,
bahasanya pun kasar. Eh, kemarin ada satu telepon bahasanya kalem. Tetap
menagih sih, tapi lebih sopan. Apa karena mereka lagi puasa ya?" Mudah-mudahan
saja benar karena puasa, mereka tak sedang bersemangat untuk marah-marah. Kawan
saya pun berandai-andai, "seandainya semua bulan adalah Ramadhan, saya nggak
stress setiap ada telepon dari Debt Collector".
Marah atau sekadar kesal, selalu saja ada pemicunya
setiap hari. Di bulan Ramadhan ataupun bukan bisa setiap hari kita temukan. Mau
tidak mau, suka tidak suka kadang ujian kesabaran selalu menghampiri, selalu
saja kita dipertemukan dengan orang-orang yang dengan segala motif dan
tujuannya membuat kita marah, kesal, jengkel atau sekadar menggerutu sebal
lantara tak lagi mampu berbuat apa-apa. Di bulan Ramadhan pun tak berbeda,
selalu ada saja orang yang membuat hati bergemuruh. Hanya saja bedanya, di
bulan mulia ini amarah lebih bisa terkendali, "sabaaar, sabaaar… orang puasa
mesti sabar" kalimat inilah pengendalinya.
Memang kita tidak bisa memilih hanya mau bertemu
orang-orang yang selalu bisa membuat kita tersenyum saja, hanya ingin
berhubungan dengan orang yang sedianya selalu membuat kita senang saja. Kita
tak selamanya bisa memutuskan hanya ingin berinteraksi dengan orang-orang
tertentu, adakalanya justru kita harus dan terpaksa bertemu dengan orang yang
jelas-jelas senang bikin perkara, hobinya bikin kesal dan kesenangannya adalah
memancing amarah orang lain. Kepuasan tersendiri bagi orang-orang ini kalau
sudah berhasil membuat orang lain marah atau emosi.
Bulan Ramadhan atau bukan, boleh jadi Allah memang
menskenariokan kita untuk sering bertemu orang-orang dengan hobi dan kesenangan
aneh ini, tentu dengan maksud melatih kesabaran bagi orang-orang yang belum
terbiasa sabar. Bagi orang yang sudah biasa sabar, tujuannya untuk menguji
kesabaran. Yang menarik, banyak orang berpuasa yang kemudian merasa dengan
puasanya ia berhasil lebih sabar menghadapi berbagai ujian kesabarannya. Seperti
contoh kasus diatas, "Untung saya sedang puasa" atau 'kalau sedang tak puasa…"
menjadi gambaran betapa puasa mampu membuat orang yang menjalankannya lebih
sabar. Kesabaran yang dimaksud, bukan hanya soal amarah, termasuk juga tentang
kesabaran untuk tidak berbuat dzalim dan merugikan diri sendiri serta orang
lain.
Inilah salah satu rahasia keindahan bulan ramadhan,
ketika bumi berisi parade kesabaran yang membentang dari timur ke barat.
Orang-orang mulai dari yang berlatih kesabaran, menguji kesabaran, hingga
mereka yang tengah berupaya meningkatkan level kesabarannya dengan berpuasa.
Dunia yang di bulan sebelum ramadhan dipenuhi dengan emosi, amarah, kekesalan,
kejengkelan, berubah seketika dengan kalimat sederhana, "Maaf, saya sedang
berpuasa" untuk orang-orang yang senang memancing amarah. Maka pantaslah jika
kita berandai, "seandainya semua bulan adalah Ramadhan" (Gaw)
Bayu Gawtama
LifeSharer
SOL - School of Life
085219068581 - 087878771961
twitter:
@bayugawtama
@schoolof_life
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar