Jumat, 07 Oktober 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3492

Messages In This Digest (5 Messages)

Messages

1.

Artikel': Sebelum Segalanya Serba Terlambat

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Oct 6, 2011 11:22 pm (PDT)



Artikel': Sebelum Segalanya Serba Terlambat
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Kita mengenal istilah ini; 'setinggi-tingginya bangau terbang, pasti kembali ke sarang.' Makna pepatah itu bukanlah soal fisik belaka, melainkan soal tata nilai. Kita selalu percaya bahwa setiap orang yang pergi tentu akan ingat pulang. Kita juga pecaya bahwa setiap orang yang melakukan langkah yang salah selalu memiliki kesempatan untuk berubah dan kembali memperbaiki diri. Termasuk orang-orang yang terpenjara dalam kebiasaan yang buruk. Kita percaya bahwa mereka, mempunyai kesempatan untuk insyaf dan bertaubat. Lalu kembali mengadopsi kebiasaan baik. Tetapi kita juga punya istilah ini; 'sudah terlanjur basah, ya nyebur saja sekalian'. Mereka yang suka istilah asing menyebutnya 'the point of no return' yaitu titik, dimana kita tidak bisa kembali. Dengan idiom itu, kita diingatkan untuk segera memperbaiki diri selagi masih ada kesempatan untuk melakukannya.
 
Langit terik tiba-tiba berubah menjadi gelap. Hujan lebat disertai angin dan guntur turun tak lama kemudian. Ketika hujan reda, kami pun kembali meneruskan perjalanan. Di jalur utama terlihat deretan panjang kendaraan. Untungnya saya tahu 'jalur rahasia' untuk memotong jalan. Maka saya pun membelokkan kendaraan melintasi jalan yang tidak banyak diketahui orang. Sungguh nyaman ada di jalur itu. Hanya sedikit kendaraan, sama sekali tidak ada kemacetan. Namun perlahan tapi pasti, permukaan jalan yang kami lintasi mulai ditutupi oleh air. Saat istri saya mengingatkan untuk kembali, saya bilang; tenang saja, semuanya masih dalam kendali. Tapi semakin melaju kedepan, genangan air ternyata semakin dalam. Saya masih tidak juga peduli. Menjelang jembatan, barulah saya sadar jika sungai meluap dan airnya membanjir hingga tidak bisa dilintasi. Sekarang, kendaraan kami terjebak diantara genangan air yang dalam di depan dan mobil lain yang sama-sama bandel di
belakang. Saya berada pada the point of no return. Maka seperti itulah juga jadinya jika kita ngotot untuk terus melakukan kebiasaan buruk. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar berbalik arah sebelum terlambat, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
1.      Sadar diri. Belum ada kekuatan yang bisa mendorong seseorang melakukan sesuatu secara suka rela dan suka cita selain kesadaran yang datang dari diri sendiri. Dengan kesadaran diri, dia tidak perlu dipaksa oleh siapapun atau apapun. Sebaliknya, sangat sulit mengharapkan perubahan perilaku dari orang-orang yang tidak memiliki kesadaran diri. Jika Anda ingin memaksa seseorang untuk meninggalkan kebiasaan buruk bisa saja. Tetapi, apakah orang itu senang atas paksaan Anda atau tidak? Bisa jadi dihadapan Anda orang itu tidak melakukannya. Tapi dibelakang? Itu tidak hanya berlaku bagi orang lain, karena kita pun akan bersikap demikian jika tidak memiliki kesadaran yang datang dari dalam diri kita sendiri. Anda tidak akan bisa menikmati proses  meninggalkan kebiasaan buruk dibawah paksaan atasan, orang tua, suami atau istri atau siapapun. Karena sekujur tubuh Anda hanya tunduk patuh kepada perintah diri Anda sendiri. Jika Anda tidak dengan sukarela
melakukannya, maka tubuh Anda akan menolaknya. Segala sesuatunya hanya akan dilakukan dalam keterpaksaan. Hal ini berlaku di kantor, di rumah, dan di lingkungan manapun yang Anda tinggali. So, milikilah kesadaran diri. Karena hanya dengan kesadaran itulah Anda akan bisa menikmati prosesnya.
 
2.      Kontrol diri. Setiap perilaku dan perbuatan buruk yang sudah memberikan kenikmatan memiliki efek adiktif. Kita terdorong untuk melakukannya lagi dan lagi. Tentu kita masih ingat efeknya jika seseorang sudah mengalami ketagihan. Dia bisa mengabaikan segala-galanya hanya untuk mendapatkan kenikmatan yang sama. Kita sudah merasa enak, nyaman dan kerasan dengan segala kenikmatannya. Kalau sudah begitu, kita tidak lagi peduli jika hal itu melanggar norma, merugikan orang lain, bahkan mengabaikan kesusilaan. Kita menyebutnya sebagai keadaan 'lepas kontrol'. Dalam keadaan lepas kontrol, dia tidak lagi memiliki kendali atas hidupnya. Tidak lagi tertarik untuk mengindahkan aturan. Bahkan mengabaikan keyakinan yang pernah dipegang teguhnya. Hanya dengan kontrol diri itu kita bisa mengatasinya. Kontrol diri itu teori. Kongkritnya bagaimana? Sederhana. Satu kata saja, yaitu BERHENTI. Sama seperti saat Anda sedang berkendara. Untuk bisa berbalik
arah, Anda harus terlebih dahulu berhenti, meski hanya dalam hitungan sepersekian detik. Dengan 'berhenti' itu Anda memiliki momentum untuk mengganti gigi, memutar setir, maju dan mundur, lalu melaju lagi dengan arah yang 180 derajat berbeda dari sebelumnya.
 
3.      Komitmen diri. Ketika hendak menghentikan suatu kebiasaan buruk, sisi baik dan sisi buruk didalam diri kita saling berebut pengaruh. Sebenarnya sisi baik dan sisi buruk itu memiliki kekuatan yang sama. Tetapi, setiap kebiasaan menghasilkan pengalaman fisikal dan emosional yang membekas didalam diri kita. Jika kita hendak menghentikan kebiasaan buruk, maka pengalaman fisik dan emosi itu menjadi referensi penting bagi sisi buruk untuk mengalahkan sisi baik. "Seperti biasanya, dengan melakukan itu kita mendapatkan kenikmatan,"  begitu kata sisi buruk. Sekujur tubuh kita akan mengamini karena memiliki pengalaman nyata atas apa yang dikatakan sang sisi buruk. Sedangkan argumentasi normatif sisi baik sering digoyahkah oleh resistensi kita terhadap perubahan. "Kalau tidak begitu lagi, nanti kerja kita lebih berat. Nanti uang kita berkurang. Nanti kenikmatan kita hilang.…." Makanya, untuk bisa membuat sisi baik menang, kita perlu
mendukungnya dengan komitmen. Hanya orang-orang yang memiliki komitmen tinggi saja yang sanggup melawan bisikan dan rayuan sisi buruk. Lalu mendengarkan nasihat sang sisi baik. Bersedia mengorbankan kenikmatan sementara, dan bersungguh-sungguh memperbaiki diri.
 
4.      Konsistensi diri. Orang bilang, menjadi orang baik di zaman ini bukan perkara gampang. Kelihatannya ada benarnya juga memang. Khususnya, jika lingkungan pergaulan kita terdiri dari orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk yang hendak kita tinggalkan itu. Mereka tidak membiarkan kita berhenti begitu saja sehingga  rayuan untuk balik lagi tidak akan pernah surut menggoda kita. Makanya, kita sering melihat orang-orang insyaf sebentar lalu kembali lagi kepada kebiasaan lamanya yang buruk. Kita pun tidak akan pernah kehilangan alasan untuk melakukan itu lagi. "Tahu rasa lu susah sendiri tuh. Makanya, elu jangan coba-coba sok suci…." Merasakan betapa perihnya usaha untuk keluar dari kebiasaan buruk itu, sering ingin membuat kita berhenti lalu menyerah saja. Hey, ingatlah; mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik itu mungkin berat. Tapi kesulitan itu timbul karena kita belum menjadikan perilaku baik itu menjadi sebuah kebiasaan. Alah
bisa karena biasa. Kalau kita sudah biasa melakukannya, maka pasti kita juga tidak akan merasakan pedih perihnya lagi. Nanti, kita juga akan terbiasa berperilaku baik. Tanpa paksaan. Dan kita, hanya akan bisa membangun kebiasaan baru yang lebih baik itu jika kita melakukannya secara konsisten. Karena dengan konsistensi, kita melakukannya secara terus menerus hingga sekujur tubuh kita mengadopsinya menjadi sebuah kebiasaan yang baru.  
 
5.      Mawas diri. Kita ini siapa sih? Kita ini mahluk yang lebih mulia dari binatang. Jika binatang mati, maka selesailah semua urusannya. Tapi jika kita mati, apakah urusannya bisa menghilang begitu saja? Untuk urusan duniawi, memang bisa hilang dengan kematian. Vonis hakim di pengadilan pun tidak bisa menjangkau orang mati. Semua urusan dunia dianggap sudah selesai. Tetapi, hati-hati. Saat kita mati. Apakah nanti. Kita bisa lari. Dan sembunyi. Dari tatapan mata Ilahi? Apakah Anda berani untuk berhadapan dengan Sang Maha Adil. Lalu berdiri tegak mempertanggungjawabkan semua perbuatan buruk yang semasa hidup Anda lakukan? Kelihaian kita dalam bersilat lidah. Kekuatan pengaruh uang dan jabatan yang kita sandang. Kekompakan koneksi  dan pengacara yang membela kita. Apakah cukup untuk memutarbalikkan dakwaan yang dicatat oleh malaikat dalam buku kehidupan pribadi setiap insan? Terlalu beresiko jika kita menyombongkan diri dihadapanNya. Sekarang
mungkin kita bisa sombong. Tetapi nanti, kesombongan itu sama sekali tidak memiliki arti. Makanya, kita perlu mawas diri. Bahwa hidup kita tidaklah abadi. Dan mawas diri itu hanya akan berarti jika kita memilikinya sebelum mati.
 
Banyak orang yang sudah sejak lama ingin menghentikan kebiasaan buruknya. Namun, tidak pernah memulainya dengan tindakan nyata. Mereka terus saja melakukannya, sampai akhirnya 'tertangkap basah'. Tangis dan sesal tidak lagi memiliki makna apa-apa jika terlanjur 'ketahuan'. Apalagi kalau sudah sampai diperkarakan. Semuanya sudah serba terlambat. Jika kita hanya bersedia berhenti kalau sudah ketahuan, maka ketahuilah bahwa; Tuhan sudah sejak lama mengetahui semua perilaku buruk yang kita lakukan. Jadi, ini adalah saat yang tepat untuk memutar arah. Mumpung masih ada kesempatan.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - Deka –  3 Oktober 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Selama memiliki kesungguhan hati untuk bertaubat, maka pintu maaf selalu terbuka lebar untuk kita.  Tetapi, akan ada saatnya pintu itu terkunci dan tidak bisa dibuka lagi.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
2.

Artikel': Tugas Kecil Hanya Membuat Anda Kerdil

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Thu Oct 6, 2011 11:26 pm (PDT)



Artikel': Tugas Kecil Hanya Membuat Anda Kerdil
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Jika boleh memilih antara gaji besar dan gaji kecil, apa pilihan Anda? Pertanyaan yang kurang cerdas. Jika dihadapkan pada 2 pilihan antara mengerjakan sesuatu yang sudah biasa Anda lakukan dengan baik atau sesuatu yang Anda belum terampil melakukannnya; Anda pilih yang mana? Tidak usah khawatir, ini bukan soal pilihan antara benar dan salah kok. Kebanyakan orang mendahulukan kenyamanan. Maka wajar jika mereka memilih mengerjakan tugas-tugas yang mudah. Selain memberi rasa nyaman, pekerjaan gampang tidak memerlukan kerja keras dan bisa menghemat banyak keringat. Tak heran jika banyak orang yang merasa berat hati ketika mendapatkan penugasan yang sulit. Bahkan tidak sedikit yang rela karirnya tidak berubah karena merasa sudah sangat nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun. Boleh saja jika memang itu sudah menjadi pilihan hidup kita. Tapi, jika kita masih mengeluhkan hasilnya, itu pertanda ada yang salah dengan pilihan kita.
 
Dua minggu lalu sahabat saya menunjukkan pohon beringin bonsai yang dimilikinya. Lalu saya teringat kepada pohon beringin besar yang tumbuh dihalaman belakang rumah kakek saya di kampung ketika saya masih kecil dulu. Membayangkan kedua beringin itu, tiba-tiba saya merasa miris sendiri. Jangan-jangan saya ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. Namun, saya membiarkan diri sendiri kerdil seperti beringin bonsai itu. Seolah tersadar dari keterlenaan yang telah bertahun-tahun ini saya alami, saya melihat betapa banyak potensi diri yang saya sia-siakan selama ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memaksimalkan potensi diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
 
1.      Behentilah bermain di arena kecil. Jika Anda sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang Anda tangani, boleh jadi sebenarnya Anda sudah tidak cocok lagi dengan pekerjaan itu. Huhu, bukankah justru sebaliknya?Bukan. Salah satu alasan mengapa pohon beringin di rumah teman saya itu menjadi bonsai adalah karena dia secara sengaja ditempatkan pada pot beton yang sangat kecil. Beda dengan beringin raksasa di kebun kakek saya. Tanahnya luas, nutrisinya banyak, ruang geraknya leluasa. Maka jadilah beringin teman saya kerdil. Dan jadilah pohon beringin kakek saya menjulang tinggi dengan akar gantungnya yang besar dan kekar. Begitu pula dengan pekerjaan. Jika Anda masih terus bertahan dalam pekerjaan yang sudah menjadi tugas cetek dan celepete itu, bisa jadi Anda membiarkan diri sendiri menjadi bonsai. Kita sering mengkalim diri sebagai orang yang berjiwa besar dan berkehormatan besar. Namun, kita membiarkan diri sendiri
ngendon di ruang kecil yang hanya cocok untuk mereka yang memiliki kapasitas kerja yang juga kecil. Terlalu mudahnya pekerjaan yang Anda tangani itu adalah indikasi jika kapasitas diri Anda sudah lebih besar. Maka datanglah kepada atasan Anda untuk penugasan yang lebih menantang. Karena seperti pot mungil; tantangan kecil hanya cocok untuk orang kecil, atau orang besar yang ingin menjadi kerdil.
 
2.      Tumbuhkanlah keinginan untuk menjadi orang besar. Kalau merasa takut keluar dari arena kecil untuk memasuki arena bermain yang lebih besar itu wajar. Namun kita memiliki pilihan apakah akan menjadikan rasa takut itu sebagai alasan untuk tetap diam ditempat, ataukah sebagai daya dorong untuk mengembangkan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih besar. Pilihan itu menghasilkan sebuah perbedaan bermakna. Orang-orang yang terkurung dalam ketakutan tidak akan pernah keluar dari penjara aman yang dibuatnya sendiri. Sedangkan orang-orang yang terdorong oleh rasa takut proporsional justu semakin bersemangat untuk terus mengembangkan diri. Saya melihat akar bonsai itu memberontak keluar dari pot kecilnya. Bahkan ada bagian pot yang retak. Terlihat sekali jika sebenarnya bonsai itu ingin tumbuh membesar seperti yang seharusnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menggeliat mencari tantangan lebih besar ataukah justru diam saja ditempat berhambatan
kecil? Kita kalah oleh tanaman jika demikian. Tantangan besar sering tidak datang dengan sendirinya. Maka seperti akar bonsai itu, kita sendirilah yang harus mencarinya keluar dari tempat persembunyian. Banyak atasan yang enggan memberi penugasan besar kepada orang-orang tertentu. Mengapa? Karena kebanyakan orang memiliki seribu satu alasan untuk menolaknya. Kita? Karus seperti akar itu. Mendatanginya. Dan mempersiapkan keterbukaan diri untuk menerima tantangan besar.
 
3.      Pancinglah kesempatan besar dengan umpan yang besar. Bayangkan jika Anda berharap bisa menangkap hiu, namun Anda menggunakan sampan kecil. Dengan kondisi seperti itu, didatangi oleh hiu justru sangat berbahaya. Banyak kejadian yang patut kita ambil hikmahnya. Misalnya orang-orang yang mendapatkan jabatan atau tanggungjawab yang 'terlalu besar' dibandingkan dengan kapasitas dirinya yang kecil. Mereka berambisi untuk mendapatkan ikan besar, tapi lupa untuk memperbesar alat pancingnya. Mereka berambisi mendapatkan jabatan tinggi, tapi lalai mengimbanginya dengan kapasitas dan kemampuan diri yang juga tinggi. Akhirnya? Kinerjanya buruk. Frustrasi. Dilecehkan kolega dan bawahan. Lalu, melarikan diri ke tempat lain karena sudah tidak sanggup lagi mengatasi tantangan yang dihadapinya. Ditempat baru, kejadiannya tidak jauh berbeda. Pasti akan terulang lagi. Kecuali jika mereka kembali memasuki kolam kecil yang sesuai dengan kapasitas dirinya.
Sebaliknya jika penugasan besar itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki kapasitas diri yang besar. Dia tentu bisa mengembannya dengan sebaik-baiknya. Jadi, jika ingin mendapatkan tanggungjawab yang besar, kita mesti belajar untuk terlebih dahulu membuat kapasitas diri kita tambah besar. Karena, hanya orang besar yang layak mendapatkan kesempatan besar.
 
4.      Besarkanlah kapasitas diri dengan kemauan sendiri. Saya berani mengatakan bahwa Anda tidak bisa mengandalkan proses pengembangan kapasitas diri Anda kepada atasan Anda. Mengapa? Karena proses pengembangan diri itu harus dimulai dari kesadaran yang datang dari diri Anda sendiri. Atasan Anda hanya bisa memfasilitasi prosesnya, atau merekomendasikan program pelatihannya, atau sekedar menyediakan budgetnya. Apakah Anda berhasil mengembangkan kapasitas diri itu atau tidak, atasan Anda tidak memiliki kuasa untuk itu. Faktanya? Banyak orang yang ikut suatu pelatihan namun tidak menerapkan ilmu yang diperolehnya di tempat kerja. Banyak juga bawahan yang mengelak untuk mendapatkan penugasan menantang yang sebenarnya merupakan kesempatan bagi mereka untuk berkembang lebih cepat. Bukankah kita sering mengomel kalau diberi tugas yang sulit? Padahal kita tahu bahwa pengalaman adalah bekal yang paling relevan, berdampak, dan berdaya guna. Dan itu tidak
bisa kita raih selain dengan menjalaninya sendiri. Kebanyakan orang langsung nyantai begitu pekerjaannya selesai. Banyak juga yang sengaja melambat-lambatkan pekerjaanya dengan maksud menghindari penugasan lainnya. Tapi seorang staff memiliki kemauan yang sedemikian kuat untuk berkembang lebih pesat. Dia beristirahat hanya pada waktunya istirahat. Lalu berpindah dari tugas yang satu kepada tugas yang lain. Setahu saya, karir orang ini melejit sangat cepat. Bahkan melampaui posisi mantan atasannya. Mengapa hanya dia yang begitu? Apakah atasannya pilih kasih? Tidak. Itu karena memang dia memiliki kemauan untuk memperbesar kapasitas dirinya sendiri.
 
5.      Raihlah kesempurnaan dengan proses pencarian tanpa henti. Orang-orang yang merasa dirinya sudah sempurna pasti jauh dari kesempurnaan. Mengapa? Karena tidak ada satu hal pun dimuka bumi ini yang benar-benar statis. Semua bergerak secara dinamis. Bahkan benda-benda yang terlihat diam pun sebenarnya bergerak. Apakah secara absolut pada tingkatan atomiknya, maupun secara relatif dalam tingkatan kosmiknya. Segala sesuatu yang hari ini kita kira sebagai puncak pecapaian, akan segera kadaluarsa lalu digantikan oleh pencapaian lain yang jauh lebih bernilai. Kesempurnaan pencapaian diri kita itu laksana undakan anak tangga. Setiap kali kita menanjak naik, posisi kita memang menjadi lebih tinggi. Namun kita tidak benar-benar sampai ke puncak tertinggi. Jika kita berhenti pada anak tangga itu, maka kita hanya akan bisa mencapai setinggi itu. Lihatlah satu anak tangga lagi, maka kita akan tahu bahwa meski sudah tinggi tapi kita belum cukup tinggi.
Naiklah lagi, dan posisi kita lebih tinggi lagi. Naiklah lagi, dan naiklah lagi. Itulah satu-satunya cara untuk menapaki ketinggian nilai-nilai kemanusiaan diri kita sendiri. Yaitu dengan pencarian yang tanpa henti. Sebagai imbalannya, setiap penemuan yang kita dapatkan itu semakin mendekatkan diri kita pada kesempurnaan diri. Karenanya, kesempurnaan hanyalah milik para pencari tanpa henti.
 
Banyak karyawan yang sangat senang dengan penugasan ringan. Mereka merasa nyaman dengan segala kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Padahal, justru kondisi itu sangat membahayakan karir mereka sendiri. Tugas-tugas ringan yang kita dapatkan dari pekerjaan tidak ubahnya seperti pot-pot kecil yang akan menghalangi pertumbuhan akar, dahan dan ranting-ranting kapasitas diri yang besar. Jika pohon beringin yang bisa tumbuh puluhan meter pun bisa dikerdilkan untuk menjadi hanya 15 senti, maka kapasitas diri kita yang sangat besar itu pun pasti bisa dikerdilkan hanya dengan cara memberinya tugas-tugas yang kecil. Maka mulai sekarang, berhentilah merasa nyaman dengan tugas-tugas kecil.  Dan mulailah untuk memberikan pohon kapasitas diri Anda tanah yang luas dan besar agar bisa tumbuh hingga sebesar-besarnya.
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman - Deka –  4 Oktober 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Mengembangkan diri itu hanya bisa berhasil dengan kesediaan untuk bermain dengan peran dan tanggungjawab yang lebih besar.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
3.

Senyum Di Balik Masalah (Mengubah Sudut Pandang Kehidupan)

Posted by: "suhardi" csd_suhardi@yahoo.com   csd_suhardi

Thu Oct 6, 2011 11:29 pm (PDT)



Alkisah, pada zaman dulu hiduplah seorang wanita yang telah menikah dan menjadi ibu rumah tangga yang mengurusi rumah tangga dan ke tiga orang anaknya yang masih kecil. Suaminya bekerja di tempat yang jauh, sehingga hanya pulang beberapa hari sekali. Istrinyalah yang mengurus semuanya yang berhubungan dengan keluarganya.

Akan tetapi, wanita ini sangat mengeluhkan tingkah laku ke tiga anaknya yang begitu buruk yang membuatnya sakit hati bukan kepalang. Anak-anaknya selalu membuat keributan yang membisingkan, sering bertengkar satu sama lain, membuat rumah menjadi berantakan dan tidak takut dengan omelan ibunya.

Melihat kelakuan anak-anaknya, sang ibu hanya bisa pasrah dan melapangkan dada tanpa dapat melakukan apa-apa. Setiap hari selalu begitu terus, ditambah lagi harus mengerjakan tumpukan pekerjaan rumah yang semakin lama semakin membuat sang ibu hampir pecah kepalanya.

Tidak tahan lagi dengan ini semua, akhirnya sang ibu menemui seorang yang bijak yang terkenal dapat memecahkan masalah apapun tanpa masalah. Akhirnya sang ibu tadi berhasil menemui orang bijak tersebut yang bertanya dengan penuh senyum, "Ada yang bisa dibantu? Ada masalah?", sambil memandang wanita itu yang kelihatan murung. Sang ibu akhirnya menceritakan kepedihannya dan segala unek-unek yang terkubur dalam hatinya kepada orang bijak tersebut, dan bertanya apakah ia punya solusi atas masalah yang menimpanya.

Dengan senyum dan tawa kecil, orang bijak itupun menjelaskan, "Nyonya, melihat apa yang telah Anda ceritakan kepada saya, seharusnya Anda sedikit bersyukur." Sang ibu sedikit bingung dan berkata, "Bersyukur? Apanya yang harus disyukuri? Setiap hari saya makan hati melihat anak-anak saya" sambil memandang orang bijak tersebut, bingung lagi.

Orang bijak menjelaskan lagi, "Begini, coba nyonya lihat masalah ini dari sisi lain yang lebih positif. Rumah Anda begitu bising karena ulah ketiga anak Anda. Itu berarti rumah Anda begitu hidup karena kehadiran, tawa dan tangis mereka. Karena anak-anaklah, keluarga Anda begitu sempurna. Sekarang coba Anda bayangkan jika Anda tidak memiliki anak. Rumah Anda pasti akan sepi dan terasa mati. Anda pasti akan merasa sendirian, bosan dan kesepian. Bukankah itu harapan setiap orang tua atas kehadiran anak di dunia ini. Coba Anda lihat orang-orang yang tidak memiliki anak, bagaimana kesedihan mereka, bagaimana mereka selalu berdoa penuh harap supaya memiliki anak, bagaimana mereka rindu akan tangisan dan tawa seorang anak. Bahkan seorang suami menceraikan istrinya dan menikah dengan wanita lain karena tidak memiliki anak. Anda patut beryukur kepada Tuhan atas semua yang telah diberikannya kepada Anda. Anda seharusnya gembira karena kehadiran anak-anak Anda memberi warna pada hidup anda. Anda pasti bisa mendidik mereka dengan baik."

Sang ibu tiba-tiba tersenyum lebar mendengar penjelasan yang sungguh bijaksana dari orang bijak tersebut. Sejak itu ia lebih bahagia dari sebelumnya dan bersyukur atas semua yang ia miliki.

Pesan kepada pembaca:

Di dunia ini, selalu ada hal yang berpasang-pasangan. Dibalik kegagalan, pasti ada kesuksesan, ada kekalahan dan kemenangan, miskin kaya, tua muda, sedih gembira dan lainnya. Di balik setiap hal-hal yang negatif, pasti ada hal-hal positif yang bisa kita petik. Di balik setiap permasalahan, pasti ada jalan keluar menuju pemecahannya.

Sering kali kita selalu memberikan fokus kita terhadap hal-hal yang buruk. Hal ini tentu saja membuat Anda berada dalam keadaan yang negatif. Anda tidak akan pernah memperoleh hikmah dan keuntungan apapun jika Anda selalu negatif terhadap apapun. Seperti yang sudah dikatakan, di balik hal negatif, pasti ada hal positif. Ubah fokus dan perhatian Anda hanya pada hal-hal yang positif, sehingga senyum kebahagiaan akan selalu menyertai Anda sepanjang hidup. Anda tidak perlu mengasihani diri sendiri atas hal-hal buruk yang menimpa Anda. Tugas yang perlu Anda lakukan hanyalah melihatnya melalui sudut pandang positif. Inilah hal penting yang harus Anda lakukan yang dapat membuat Anda lebih percaya diri dalam menghadapi hidup yang berliku-liku dan sering tidak berjalan sesuai dengan harapan Anda. Dengan begitu, hidup akan terasa mudah untuk dijalani dan dilewati dengan penuh semangat.

From: Suhardi (Penulis buku motivasi "Pattern of Success")

4.

Pekerjaan Yang tertunda

Posted by: "suhardi" csd_suhardi@yahoo.com   csd_suhardi

Thu Oct 6, 2011 11:31 pm (PDT)



Pada suatu hari, hiduplah seorang pria yang pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai seorang karyawan di sebuah kantor perusahaan swasta. Itulah aktivitas rutin yang selalu dikerjakannya dari pagi hingga sore hari. Kadang-kadang karena terlalu banyaknya pekerjaan yang menumpuk, ia pun terpaksa lembur.

Perusahaan tempatnya bekerja memiliki hari libur sendiri selama 1 minggu setahun sekali. Hari liburnya pada bulan 6, pertengahan tahun. Jadi, di samping hari libur nasional, juga ada hari libur sendiri selama 1 minggu.

Seminggu sebelum hari libur, pria itu mulai agak malas melakukan pekerjaannya, karena ia menganggap sebentar lagi hari libur, toh bisa dikerjakan pada saat libur nanti. Setiap pekerjaan yang diberikannya selalu dibiarkannya. Ia selalu menunda apapun yang dikerjakannya dengan dalih akan menyelesaikannya pada saat liburan nanti. Ia hanya duduk santai sambil membaca majalah atau bermain komputer. Di saat yang lain sedang sibuk, ia malah santai sambil bergoyang kaki. Padahal pekerjaan tersebut sangat penting dan harus sudah selesai setelah liburan nanti. Sebagai akibatnya, pekerjaannya semakin lama semakin menumpuk.

Sampai dua hari sebelum hari libur, tiba-tiba Direktur perusahaan mendatangi karyawannya dan mengisyaratkan mereka untuk berkumpul. Seluruh karyawan berkumpul untuk mengetahui apa gerangan yang akan disampaikan oleh atasan mereka. Setelah semuanya berkumpul, Direktur itu berkata dengan wajah penuh keceriaan, "Bapak Ibu sekalian, saya ada sedikit kejutan buat kalian semua. Berhubung tingkat penjualan perusahaan meningkat pesat dan laba yang diperoleh sungguh drastis, maka saya akan mengajak kalian semua untuk berlibur selama 1 minggu di Bali GRATIS. Jadi, kalian hanya perlu membawa perlengkapan kalian saja, tidak perlu keluar uang sepeserpun kecuali uang saku. Tiket pesawat, hotel, makan dan akomodasi lainnya semua ditanggung perusahaan. Jadi, Anda hanya tinggal berangkat saja. Kita akan berangkat lusa. Dan bagi yang tidak mau ikut juga tidak apa-apa, tidak di paksa. Terima kasih atas waktunya. Sampai jumpa dan selamat berlibur."

Dalam sekejap terdengar suara sorak-sorai para karyawan yang membahana di sekeliling kantor saking senangnya. Tetapi ada seorang karyawan yang langsung terduduk di kursinya, berwajah sedih dan muram, yaitu karyawan yang menunda pekerjaan yang menumpuk tadi. Ia sungguh menyesal kenapa tidak dari dulu ia selesaikan pekerjaannya. Ia tidak akan bisa ikut liburan ke Bali karena harus menyelesaikan tumpukan pekerjaan yang sudah menunggunya. Pekerjaan itu harus sudah selesai saat masuk kerja seminggu kemudian. Mau tak mau ia hanya bisa gigit jari sambil membayangkan liburan yang menyenangkan, sedangkan ia hanya bisa liburan di rumah sambil bekerja lembur.

Pesan kepada pembaca:
Dari cerita di atas, Anda dapat mengambil hikmah dan memetik pelajaran yang berharga bahwa itulah akibat yang harus di tanggung seseorang jika ia menunda pekerjaan. Inilah salah satu sifat yang paling sering menjangkiti umat manusia, yang dapat membuat Anda pada akhirnya menjadi malas.

Terlalu sering kita menunda pekerjaan dengan alasan bahwa hal tersebut bisa dilakukan esok hari. Kita malah lebih suka melakukan pekerjaan lainnya yang menurut kita lebih menyenangkan untuk dilakukan. Sampai esok hari tiba, kebanyakan dari kita akan terus menundanya dengan berdalih bahwa masih ada esok hari untuk menyelesaikannya. Dan ketika esok hari tiba, kita akan terus menunda, menunda dan menunda lagi sampai akhirnya kita menjadi malas dan berhenti. Ini sama artinya Anda telah kehilangan momentum untuk bertindak.

Begitu juga jika Anda ingin meraih kesuksesan. Jika Anda sering menunda melakukan sesuatu, padahal sesuatu itu sangat penting untuk mendukung Anda ke arah kesuksesan, dan malah sebaliknya Anda lebih suka bersantai, bermain dan melakukan hal yang tak ada hubungannya dengan arah menuju kesuksesan, berarti Anda telah menyia-nyiakan waktu Anda yang berharga. Jika Anda menyangkal dan berkata bahwa Anda akan mulai melakukannya esok hari, Anda tidak akan pernah memulainya.

Esok hari atau nanti tidak akan pernah tiba, yang ada hanyalah SEKARANG. Orang yang menghargai waktu selalu melakukan hal-hal yang penting sekarang. Sebaliknya orang yang tidak menghargai waktu, di dalam pikirannya selalu ada kata "NANTI". Tidak ada kata nanti, yang ada hanyalah sekarang. Lakukan apa yang bisa dilakukan sekarang. Jangan pernah menunda apapun yang bisa diselesaikan sekarang. Do it now!

From: SUHARDI (penulis buku motivasi "Patterns of Success")

5.

Artikel': Antara Kuperman, Supelman, Dan Superman

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Fri Oct 7, 2011 2:55 am (PDT)



Artikel': Antara Kuperman, Supelman, Dan Superman
 
Hore, Hari Baru! Teman-teman.
 
Ada tiga jenis manusia yang kita kenal. Pertama adalah orang yang lebih suka menyendiri sehingga ruang pergaulannya sempit. Kita sebut saja dia sebagai Kuperman. Kedua, orang yang pitar dan luwes dalam bergaul sehingga lingkup pergaulannya luas. Kita menyebutnya sebagai orang supel alias Supelman. Ketiga, orang yang pencapaian dalam hidupnya sangat mengagumkan sehingga manfaatnya dirasakan oleh banyak orang. Sebut saja sebagai Superman. Ada keterkaitan antara ketiga jenis manusia itu. Para Supelman biasanya berhasil berteman dengan Superman, sehingga pada akhirnya dia juga menjadi seorang Superman. Sedangkan para Kuperman biasanya sibuk terus dengan dirinya sendiri sehingga dari hari kehari hanya berkutat dengan kubik kecil kehidupannya. Dia tidak menjadi siapa-siapa. Dan dia nyaris tidak dikenal oleh siapa-siapa sehingga sangat mudah untuk dilupakan. Saya yakin, tak seorang pun menginginkan akhir kehidupan seperti itu. Makanya, setiap orang perlu
belajar untuk menjadi Supelman.
 
Remote AC yang satu ternyata tidak bisa digunakan untuk AC merek lain. Bahkan sama merk tapi beda tipe pun belum tentu bisa menggunakan remote yang sama. Saya baru menyadarinya ketika romote AC di rumah kami mengalami kerusakan. Setelah gagal mencari penggantinya akhirnya saya bertemu seorang ahli reparasi alat elektronik. Dia menawarkan remote dengan merk 'aneh'. Lha, remote AC terkenal saja tidak bisa dipake untuk AC lain kok dia malah menawarkan remote ecek-ecek. One remote, one AC. Tapi dia berhasil meyakinkan saya soal 'tidak ada salahnya mencoba'. Daripada kepanasan terus? Sampai di rumah, saya hanya perlu melakukkan 'setting' sederhana. Dan...beerrrrrr AC itu hidup. Ajaib. Saya membaca manual dalam kardusnya. Mengejutkan. Ternyata, remote AC itu kompatible dengan 1000 jenis AC! Hah? Disaat remote lain hanya cocok untuk satu tipe, remote itu bisa 'nyambung' dengan SERIBU jenis. Sama seperti kita. Ada yang supel dan ada yang kuper.
Dan orang-orang supel terbukti bisa lebih sukses hidupnya. Melihat fakta itu, saya semakin ingin untuk menjadi pribadi supel. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi pribadi supel, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
 
1.      Pergaulan memberi harapan perbaikan signifikan. Normalnya, kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang saat ini kita dapatkan.Pendapatan yang meningkat, misalnya, hanya akan berdampak beberapa saat. Seiring berjalannya waktu, kita membutuhkan adanya 'perbaikan'. Absurd sekali jika kita mengharapkan perbaikan signifikan namun lingkup pergaulan kita hanya disitu-situ saja. Karena lingkungan yang sama hanya akan memberi Anda 'delta' normatif. Jika Anda mengharapkan perubahan yang signifikan, maka Anda harus bersedia meraihnya dalam radius jangkauan yang lebih besar. Banyak fakta yang menunjukkan orang-orang yang pandai bergaul lebih berhasil dalam karirnya daripada mereka yang hanya sibuk dengan kalangan terbatas. Ada begitu banyak peluang diluar sana. Namun kita tidak bisa melihatnya jika hanya 'beredar' dalam lingkaran kecil yang mengungkung keseharian hidup kita. Reach! Pergilah keluar dari zona mungil kenyamanan Anda, lalu
raihlah persabahabatan yang bisa lebih mendekatkan diri Anda kepada kesuksesan yang lebih tinggi.  
 
2.      Setiap orang mengharapkan manfaat untuk dirinya. What in it for me? Itulah pertanyaan yang selalu diajukan oleh setiap pribadi. Termasuk Anda, saya dan mereka. Dalam setiap hubungan yang kita bangun dengan orang lain selalu ada pertanyaan itu, baik secara langsung ataupun tidak. Meski bernada egois, tetapi sesungguhnya hal itu memiliki sisi positif. Saat orang mempertanyakan apa manfaat yang bisa kita berikan kepada mereka, maka jiwa kita pun terpacu untuk melakukan sesuatu yang bisa memberi manfaat. Dalam banyak situasi, bahkan kehidupan kita bisa jauh lebih efektif ketika dituntut oleh orang lain untuk melakukan sesuatu daripada mengharapkan motivasi yang datang dari diri sendiri. Kita bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik jika berteman dengan orang yang menuntut hal-hal terbaik dari diri kita, misalnya. Sebaliknya, kita juga berhak untuk 'menuntut' manfaat dari pergaulan yang kita bangun. Hanya saja, hendaknya dipastikan agar kita
tidak berfokus hanya kepada manfaat berupa materi belaka. Karena manfaat sebuah pergaulan jauh melampui sekat-sekat kebendaan. Maka lakukanlah sesuatu untuk orang lain. Dan harapkanlah sesuatu dari orang lain. Karena setiap orang mengharapkan manfaat dari setiap hubungan yang dibangunnya. 
 
3.      Brand terbaik adalah 'diri Anda sendiri'. Saya mengira hanya remote AC dengan brand tertentu yang bisa menyelesaikan masalah saya. Ternyata tidak. Kesulitan saya mendapatkan pengganti dari brand terkenal itu ternyata membawa hikmah berupa pemahaman bahwa saya lebih membutuhkan 'kebergunaan', bukan sekedar 'brand'. Manusia juga begitu. Ada banyak orang top yang kita kenal. Dan kita sering mengira bahwa kalau bisa bergaul dengan mereka, maka efektivitas hidup kita akan menjadi lebih baik. Mungkin memang begitu. Seperti halnya kalau saya mendapatkan remote yang sesuai brand itu. Tetapi, faktanya; orang-orang yang sudah 'punya brand' itu tidak selalu mudah untuk dijangkau. Seperti remote branded yang saya cari, mereka tidak selalu available. Saya justru menemukan kebergunaan yang jauh melampaui harapan-harapan saya sebelumnya dari brand yang 'tidak dikenal'. Bisa jadi, sebenarnya kita juga bisa menemukan keberdayaan itu dari
orang-orang 'biasa'. Maka mulai sekarang, mari bebaskan diri kita dari kesilauan kepada nama besar yang tidak selalu bisa kita sentuh. Saatnya mendekat kepada orang-orang biasa yang selalu ada untuk kita. Sebaliknya. Kita juga bisa menjadi 'seseorang' yang berarti bagi orang lain. Meski hanya dengan tindakan kecil, tetapi itu bisa menjadi 'sesuatu banget' bagi mereka. Mengapa? Karena brand terbaik itu bukanlah nama besar orang-orang terkenal. Tetapi brand yang tersusun dari huruf-huruf yang membentuk nama Anda.
 
4.      Pergaulan heterogen lebih memperkaya khasanah kita. Coba cek, orang-orang dalam jaringan Anda. Latar belakangnya, profesinya, hobinya, dan faktor penanda lainnya. Apakah mereka lebih  banyak kesamaan? Kita cenderung bergaul dengan orang-orang yang memiliki kemiripan, atau bahkan menuntut adanya kesamaan. Padahal, kesempurnaan hidup kita tidak dibangun oleh homogenitas. Efektivitas hidup kita justru dibangun dari heterogenitas. Cobalah untuk menerima perbedaan dan menggunakannya untuk saling mengisi dan berbagi. Jika Anda orang HRD, misalnya, memang baik bergabung dengan komunitas HRD. Karena dalam komunits itu kita bisa saling belajar meningkatkan pemahaman tentang bidang yang kita geluti. Tetapi, jika Anda juga bergabung dengan komunitas sales, misalnya. Maka selain memahami prinsip-prinsip HRD, Anda juga memahami cara menerapkannya untuk orang-orang sales. Sebaliknya, jika Anda orang sales, bergabung dengan komunitas HRD membantu Anda
untuk lebih memahami bagaimana orang HRD menangani karyawan. Pemahaman masing-masing ini bukan sekedar bisa membuat kita lebih sadar. Tetapi juga lebih pengertian. Dan lebih dewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Bagaimana dengan bidang dan komunitas lainnya? Layak untuk kita coba masuki dan jajaki.
 
5.      Pergaulan mempengaruhi baik dan buruknya kita. Bergaul dengan tukang minyak wangi, membuat kita kebagian wanginya. Bergaul dengan pedagang ikan, tentu membuat kita juga kebagian amisnya. Dalam setiap interaksi yang kita bangun, pasti ada pertukaran energy. Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan energy semacam apa yang dipancarkan oleh orang-orang dalam jaringan Anda. Orang-orang yang sikap atau perilakunya negatif, memancarkan energy negatif. Dan disadari atau tidak, energy itu terus menerus terkirim kearah kita. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang berpikir, bersikap, dan berperilaku positif. Energinya senantiasa mendatangi diri kita. Makanya, baik dan buruknya diri kita juga sangat ditentukan oleh baik buruknya orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk memilih siapa saja orang yang kita jadikan teman. Siapa yang harus kita jadikan teman jika demikian? Penyebar energy positifkah atau
sebaliknya? Bergantung apa yang kita inginkan dalam hidup kita. Jika kita ingin menjadi pribadi yang semakin hari semakin baik, maka pilihannya hanya satu, yaitu; bertemanlah dengan orang-orang yang bisa mempengaruhi, mendorong dan membantu kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Karena pergaulan kita, mempengaruhi baik dan buruknya diri kita.
 
Pergaulanlah yang menentukan efektivitas hidup seseorang. Dengan kata lain, peluang orang-orang supel (supelman) untuk menjadi pribadi dengan pencapaian istimewa (superman) jauh lebih besar daripada para penyendiri (kuperman). Meski dengan mengisolasi diri kita bisa membuat sebuah penemuan, namuan tanpa pergaulan; penemuan itu hanya akan menjadi koleksi laboratorium belaka. Tidak akan bisa memberi manfaat bagi dunia. Terlebih lagi di zaman ini. Kita bahkan tidak bisa untuk tidak berkomunikasi. Kesempatan terserak dimana-mana. Peluang bertebaran disetiap sudut hingga menembus ruang-ruang pribadi kita. Sayang jika kita melewatkannya begitu saja. Atau hanya sekedar selingan belaka. Ini adalah era dimana setiap pribadi berksempatan untuk mengambil dan memberi manfaat melalui hubungan yang bisa dibangunnya bersama orang lain. Bahkan dengan mereka yang hanya bisa dijangkau dalam dunia maya. Saya siap untuk belajar menjadi Supelman. Bagaimana dengan Anda?
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman –  7 Oktober 2011
Trainer"Natural Intelligence Leadership Training" 
Penulis buku "Natural Intelligence Leadership"(jadwal terbit Oktober 2011)
 
Catatan Kaki:
Orang biasa yang supel lebih berpeluang untuk meraih perncapaian tinggi daripada orang hebat yang mengucilkan diri.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain, langsung saja; tidak usah minta izin dulu. Tapi tolong, jangan diklaim sebagai tulisan Anda sendiri supaya pahala Anda tidak berkurang karenanya.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman
Recent Activity
Visit Your Group
Cat Groups

on Yahoo! Groups

Share pictures &

stories about cats.

Yahoo! Groups

Parenting Zone

Resources and tips

for parents

Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: