Sabtu, 29 Desember 2012

[daarut-tauhiid] Hari Raya

 

Hari Raya dalam Islam

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata kepada Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, "Hai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan hari raya kita adalah Idul Fitri dan Idul Adha." (HR. Bukhari).

Mengapa hari raya Islam hanya Idul Fitri dan Idul Adha?

Karena, pada keduanya ada proses perubahan dalam diri manusia dengan banyak melakukan ibadah-ibadah,pertaubatan,menahan nafsu dan amal-amal shaleh, bukan hanya 10 hari, bahkan 30 hari sebelumnya. Kemenangan inilah yang dirayakan dalam 2 hari Ied tersebut.

Mengapa hari raya agama lain menjadi semarak?
Karena pengubahan gaya hidup, pola pikir dan keyakinan yang dilakukan non muslim agar umat Islam ikut-kutan dan menjadi lemah, jauh dari Al Quran dan sunnah. Perlahan-lahan, generasi demi generasi.. Seperti umat sebelum Rasul saw yang menyembah berhala Latta dan Uzza di Mekah.. Mereka adalah ulama yang taat kepada Allah yang dihormati, perlahan generasi demi generasi karena penghormatan yang berlebihan, maka Latta dan Uzzapun dibuatkan patung, dan akhirnya..setelah beberapa generasi Latta dan Uzza disembah sebagai berhala..
Dahulu umat muslim tahu bahwa perayaan tahun baru adalah bagian dari ritual ibadah romawi dan nasrani, sekarang dan generasi umat muslim yang akan datang mungkin akan mentertawakan dan mendebat mereka yang tidak merayakannya, bahwa ada yang baru yang harus diikuti dan 'disembah'.

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah , dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan". (QS Taubat, 9:31)

Dulu, umat muslim di Indonesia berjumlah sekitar 90 % dari total penduduk dan sekarang menjadi sekitar 85 % dari total penduduk. Ini belum menghitung jumlah umat muslim yang tidak shalat, belum lagi jumlah umat muslim yang tidak bisa membaca AlQuran, belum lagi jumlah umat muslim yang tidak mengerti Al Quran, dst.., persentasi umat muslim akan semakin berkurang lagi,jauuuh lebih kecil dari 85%..

Pantaskah kita berharap, berdoa untuk tahun yang akan datang atau sekedar memeriahkan pada malam tahun baru?
Setiap hari adalah anugerah Allah swt yang kita isi dengan hal-hal yang Allah ridhai. Setiap pagi kita awali dengan doa terima kasih dan harapan kepada Allah swt untuk diberi kehidupan dan kesempatan aktivitas. Doa dan harapan setiap hari pasti lebih baik dari pada harapan dan doa yang hanya 1 tahun sekali, apalagi yang tidak ada dalilnya dalam AlQuran dan sunnah, apalagi diisi dengan hal-hal yang melalaikan dari yang Allah swt ridhai..
Apakah mungkin setahun yang akan datang menjadi lebih baik jika diawali dengan hal-hal yang tidak Allah swt ridhai?

Berbeda dengan kemenangan yang kita rayakan saat Idul Fitri dan Idul Adha. Kita lalui dengan proses puasa, sedekah, zakat, shalat tarawih, malam lailatul qadar, yakni saat jasmani dan rohani kita dekat dengan Allah, doa-doa kita panjatkan dan ampunan kita mohonkan. Bukan hanya untuk 1 tahun yang akan datang, bahkan untuk masa-masa yang akan datang di dunia dan akhirat..

Seandainya semua orang ingat keutamaan Idul Fitri dan Idul Adha, dan mengerti kelalaian hari-hari raya agama lainnya..

Wallahu'alm bisshawab.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___