Kamis, 13 Desember 2012

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3670

1 New Message

Digest #3670
1
Joni Ariadinata: Sastrawan Pelaku Puasa Daud by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Wed Dec 12, 2012 9:00 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Joni Ariadinata: Sastrawan Pelaku Puasa Daud
*Ditulis Oleh :Yons Achmad, Pada Tanggal : 13 - 12 - 2012 | 11:31:50*

**

**Penyair atau sastrawan selalu memiliki jalannya sendiri. Seringkali jalan
yang diambil oleh para sastrawan ini sangat sulit dipahami oleh orang-orang
awam. Orang-orang awam akan selalu melihat aneh, tidak wajar, tak lazim
ketika menengok jalan hidup yang ditempuh para sastrawan ini. Kalau kita
mau menengok akan banyak sekali contohnya, meski ada pula yang tetap ikut
mainstream (arus utama) kehidupan normal. Para sastrawan ini adalah
orang-orang yang memilih jalan sunyi di pojokan zamannya. Tidak hanya
penyair dan sastrawan, jalan sunyi ini menjadi lazim bagi mereka yang
memilih untuk menjadi penulis. Seperti orang ini yang akan bisa kita
memetik inspirasi dan hikmah dari kehidupan yang ia tempuh.

*Wajib Makan Bagi Tamu*

"Ayo makan dulu sana, hari ini istriku masak enak loh", dengan ramah pria
kecil berambut jarang tersebut mempersilakan tamu-tamunya makan. Tak
segan-segan pria ini menarik tamu yang malu-malu untuk menuju dapur,
mengambil mkananya sendiri. Inilah adat kebiasaanya, selalu mengajak
siapapun yang singgah ke rumahnya untuk makan. Baginya memuliakan tamu
adalah kewajiban, dan menjamu makan adalah salah satu caranya
menerjemahkannya. Laki-laki dengan dua anak ini tinggal di tepi sungai
Bedog, di sebelah barat kota Jogja. Rumah sederhana yang hanya berdinding
tembok tanpa plesteran menjadi tempat yang paling ramai dikunjungi orang di
desa yang masih relatif sepi tersebut.

Rumah yang tidak terlalu besar terletak tepat di bawah pohon Munggur besar
ditambah rumbunnya pohon lain menjadikanya sangat sejuk. Gemericik air
sungai yang coklat kehitam-hitaman menambah suasana nyaman untuk
berlama-lama di sana. Penghuni yang ramah, buku-buku di rak sepanjang sudut
rumah menjadikan seperti di rumah sendiri. Laki-laki separo baya tersebut
tak akan pernah kehabisan cerita untuk membetahkan tamu-tamunya duduk
berlama-lama di ruang tengahnya. Suguhan berupa minum dan snack untuk para
tamu pun mengalir seperti sungai yang tepat berada di samping bawah rumah
itu.

Joni Ariadinata, dialah cerpenis, sastrawan sang empunya rumah di pinggir
kali Bedog tersebut. Di rumah itu Joni tinggal bersama istri dan dua orang
anak laki-lakinya. Hampir setiap hari ada saja orang-orang yang main
berburu inspirasi ke tempat Joni. Joni selalu menyambut ramah tamu-tamunya,
baik yang sudah dikenalnya maupun yang belum sama sekali bertemu bahkan
sekedr bertegur sapa denganya. Joni menuturkan bahwa rumahnya selalu
terbuka 24 jam untuk siapa saja yang ingin bertandang. Joni tidak menerima
tamu hanya di saat ia tidak di rumah.

Karya-karya Joni Ariadinata beberapa tak lepas tentang penggabaran
kehidupan keseharianya. Seperti cerpen *'Lampor' *pemenang Cerpen Pilihan
Kompas 1994 yang menjadi awal dari titik balik kesastrawananya. *Lapor
*mengambil
latar tempat di sebuah kampung di pinggir kali yang kumuh. Joni bisa
dengan gamblang dan sangat kuat menggabarkan bagaimana kondisi dari kampung
tersebut. Menurut Joni semua itu bisa ia ceritakan karena memang dia
seorang pecinta kali. Sejak merantau ke Jogja Joni selalu memilih tempat
tinggal di pinggir kali. Bahkan sampai ketika ia mampu membeli rumah, Joni
tetap memilih pinggir kali sebagai tempat tinggalnya.

Keramahan Joni dalam memuliakan tamu sudah cukup terkenal dikalangan
sahabat-sahabat dan para sastrawan lainnya. Sikapnya yang tidak
membeda-bedakan tamu membuatnya mempunyai banyak kawan. Hampir semua
kawanya sastrawan pernah bertandang ke rumahnya. Seperti D Zawawi Imron,
Ahmad Thohari, Acep Zamzam Nur, Taufik Ismail dan banyak lagi kawannya yang
selalu menyempatkan mampir ke rumah Joni bila ada acara di Jogja. Pak D
panggilan akrab D Zawawi Imron pernah mengatakan bahwa ia selalu rindu
dengan suasana rumah Joni. Begitu juga Kang Acep yang betah berlama-lama
tidur bermalam di rumah sederhana pinggir kali Bedog tersebut.

*Semua Bermula Dari Puasa Daud*

* *

Kebiasaan Joni lain yang mungkin jarang dilakukan oleh banyak penulis
ketika ia memilih untuk lapar sehari dan kenyang sehari. Disela-sela makan
tersebut Joni menceritakan awal mula ia memilih untuk melaksanakan puasa
yang berat bagi banyak orang ini. Di tengah-tengah menunggui kami makan,
ada seorang kawan yang bercelatuk, "ndak ikut makan mas", tanyanya. Dengan
ramah Joni menjawab bahwa ia sedang berpuasa. Kami menjadi semakin
tergelitik, masak hari sabtu kok puasa. Ternyata setelah diselidik lebih
dalam ternyata saat itu Joni sedang berpuasa Daud.

Joni memulai semua kehidupanya yang sekarang dengan berpuasa Daud. Ketika
itu Joni masih menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta
terkenal di Jogja. Ketika itu Joni menceritakan bagaimana susahnya keadaan
perekonomianya. Bahkan untuk sekedar menegakan tulang belakangnya Joni
sempat menjadi penarik becak di Jogja. Di sela-sela itulah Joni sambil
belajar merangkai kata-kata. Belajar untuk berproses, tajam melihat
kehidupan sekitarnya, belajar merasakan dan menumpahkan semua yang ada
dalam dirinya.

Ketika itu Joni diajak seorang kawanya untuk pergi mengikuti pengajian di
sebuah pesantren terkenal di Jogja. "Malam itu, saya mendapat ijazah dari
mbah yai untuk melakukan puasa sunnah Daud", Joni mengenang malam
bersejarahnya tersebut. Sejak menjalankan puasa Daud tersebut secara
perlahan kehidupan Joni berubah. Mulai dari batinnya yang semakin tenang,
karir kepenyairannya yang semakin cemerlang dan yang pasti ekonominya yang
mulai tak tertatih-tatih.(Yons Achmad/Wasathon.com)

Tidak ada komentar: