Selasa, 16 April 2013

[daarut-tauhiid] Bertekad Mengakses Nasihat dan Kisah Para Ulama

Bertekad Mengakses Nasihat dan Kisah Para Ulama


Senin, 08 April 2013

DALAM bahasa Arab, hati disebut *"al-qalbu", *artinya berbolak-balik, tidak
menetap pada satu keadaan. Demikianlah kenyataan hati manusia. Ia bisa
menjadi sangat lembut dan mudah diarahkan, tetapi bisa juga menjadi lebih
keras dari batu. Sejenak trenyuh dan berduka, kemudian melonjak kegirangan.
Pada dua keadaan ini, sebenarnya hati punya kebutuhan yang sama, yaitu
nasihat. Dengannya maka berbolak-baliknya hati senantiasa terarah kepada
kebaikan, tidak liar dan menyeretnya ke jurang kebinasaan.

Oleh karenanya, di dalam khazanah literatur Islam berkembang satu jenis
kitab yang disebut raqa'iq atau riqaq. Istilah ini dapat dimaknai sebagai
cerita ringan, atau kisah pelembut hati. Karya seperti ini umumnya pendek,
dan di dalamnya banyak disitir kisah-kisah singkat yang menarik, juga
nasihat-nasihat ringkas yang penuh makna. Wejangan dan wasiat para ulama
besar dapat kita jumpai dengan mudah dalam karya-karya seperti ini, apalagi
dalam karya-karya yang lebih detil dan panjang.

Mengapa nasihat ulama itu penting?

Sebab – menurut Syeikh 'Abdul Qadir al-Jilani – ia merupakan saripati
pengalaman dan interaksi mereka dengan al-Qur'an dan Sunnah. Selain itu,
sepanjang hidupnya mereka hanya mengabdikan diri kepada Allah, bukan kepada
materi dan kenikmatan duniawi.

Tentu saja, mata air hikmah akan mengalir deras dari hati dan lisan mereka.
Adapun kata-kata orang yang tidak beriman kepada Allah, apalagi yang
memusuhi-Nya, jelas tidak akan steril dari polusi keyakinan mereka.
Bukankah keyakinan yang mewarnai setiap hati pasti terefleksikan melalui
kata-kata dan tindakan pemiliknya? Maka, kita harus hati-hati memilih
nasihat, sebelum teracuni tanpa sadar.

Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda; *"Sesungguhnya para ulama adalah pewaris Nabi-nabi.
Sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan
tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa yang mengambilnya, dia
telah mengambil bagian yang banyak." *(Riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan
Ibnu Majah, dari Abu Darda').

Pertanyaannya adalah: jika kita ingin mendengar nasihat ulama, maka
siapakah mereka? Sebab, di zaman ini, kita sering dibuat kecewa oleh
perilaku tokoh-tokoh yang dikenal sebagai ulama. Di media massa sebagian
dari mereka tampil sangat menawan dan sempurna. Namun, tiba-tiba hati kita
menjadi miris manakala mengetahui fakta sebagian dari mereka yang
sesungguhnya. Maka, ada baiknya kita mendahulukan untuk merujuk pada ulama
generasi awal kaum Muslimin, yakni Salafus Shalih, sebelum ulama dari
generasi lebih akhir. Mereka adalah generasi yang telah menyelesaikan misi
serta perannya di dunia ini, dan kita pun telah melihat prestasi mereka.
Sampainya dakwah dan ajaran Islam ke negeri dan zaman kita secara utuh
merupakan salah satu bukti amal mereka. Selain itu, Rasulullah Muhammad
Shallallahu 'alaihi Wassalam sendiri telah menyatakan mereka sebagai
generasi terbaik (*khairun qurun*).

'Imran bin Hushain bercerita: bahwa Nabi bersabda, *"Yang terbaik Di antara
kalian adalah generasiku, kemudian yang datang setelah mereka, kemudian
yang datang setelah mereka." – 'Imran berkata, "Aku tidak tahu, apakah Nabi
menyebut setelah generasi beliau dua generasi lagi ataukah tiga." – Nabi
bersabda, "Sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang suka berkhianat
dan tidak bisa dipercaya, suka memberikan persaksian padahal tidak diminta
bersaksi, suka bernadzar namun tidak dipenuhi, dan kegemukan merajalela di
tengah-tengah mereka."* (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menyatakan tiga lapisan generasi terbaik tersebut, yaitu
Sahabat, Tabi'in, dan Atba' Tabi'in. Kepada merekalah semestinya kita
merujuk dan mencari nasihat, supaya hati kita senantiasa terbimbing.
Masalah pilihan sumber ini penting. Sebab, di zaman sekarang, ketika media
massa dan buku-buku beredar sangat bebas di masyarakat, tentu tidak sulit
untuk mengakses nasihat dari sumber mana pun. Apalagi bagi pengguna
piranti-piranti telekomunikasi yang telah dimuati fitur-fitur untuk *sharing
*(berbagi), semisal *SMS, MMS, chatting, email, BBM, twitter, Facebook,
Skype, Youtube, Wikipedia, *dsb.

Di saat bersamaan, buku-buku digital juga semakin lazim dipergunakan,
termasuk audiobook (buku bersuara). Maka, yang sangat dibutuhkan adalah
filter diri yang mantap, juga kecerdasan untuk memilih.

Sayangnya, kita menyaksikan banyak orang rela merogoh koceknya dalam-dalam
hanya untuk membeli novel dan komik, bahkan mengoleksi serial lengkapnya
dari awal sampai akhir.

Padahal isinya belum tentu penting dan hanya khayalan. Tidak sedikit pula
orang yang berulangkali menonton film tertentu, padahal seluruhnya hanya
ilusi. Sebagian orang juga sangat sibuk menghibur diri dari waktu ke waktu,
bersenang-senang, dan berusaha melupakan masalah-masalah. Padahal, di depan
kita semua ada masalah sangat besar yang pasti datang, tanpa seorang pun
bisa menghindar, yakni kehidupan akhirat. Sebenarnya, kita lebih perlu
memikirkan masalah akhirat ini, dan justru jangan sampai melupakannya;
bukannya menghabiskan waktu untuk mengikuti imajinasi orang lain yang tidak
jelas keterkaitannya dengan akhirat, bahkan justru memalingkan kita darinya.

Mengapa kita tidak mengalokasikan sebagian dana untuk mengakses nasihat dan
kisah para ulama yang nyata, pasti bermanfaat, dan dijiwai nilai-nilai
Islam?

Maka, mari bertekad dan menata amal, dengan mendengarkan kisah dan nasihat
para ulama. Semoga dengan meneladani mereka, kita terpacu untuk beramal
seperti amal mereka, dan akhirnya dikumpulkan oleh Allah Subhanahu
Wata'alabersama mereka di akhirat kelak. Amin.*/*Alimin Mukhtar
*

*
http://hidayatullah.com/read/28051/08/04/2013/bertekad-mengakses-nasihat-dan-kisah-para-ulama.html
*


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: