Kamis, 11 April 2013

[daarut-tauhiid] Bahagia Itu Sederhana

 

http://didaytea.com/2013/04/11/bahagia-itu-sederhana/

Bahagia Itu Sederhana
 
Setiap orang pasti memiliki masalahnya
masing- masing.

Hutang, perselisihan antara anggota
keluarga, kesehatan, karir, jodoh, harta, kendaraan, ibadah kurang khusyu, atau
bahkan malas ibadah, dan beribu jenis masalah lain yang dihadapi oleh seorang
manusia, pasti kita semua pernah mengalaminya.
Baik sekaligus, satu per satu, atau
naudzubillahimiindzaalik, datang bertubi- tubi.

Lalu hadirlah
para motivator di antara kita. Dengan pengalaman, teladan, keilmuan, dan
keahlian mereka, mereka hadir bagai embun di tengah padang pasir yang panas
membara.

Mereka
menghadirkan kesejukan untuk orang- orang yang sedang dirundung masalah
kehidupan ini.

Mereka
menghadirkan kata- kata yang menyemangati semua orang yang membacanya.

Menyemangati
agar menganggap hidup ini mudah, menyemangati agar tidak lelah bermimpi untuk
menjadi sukses luar biasa.

Menyemangati
agar kita menjadi orang kaya luar biasa, agar bisa bersedekah luar biasa banyak
juga, agar kita bisa bermanfaat untuk orang banyak. Agar kita bisa menjadi
pengusaha super sukses luar biasa.

Ah, intinya
mereka semua pastinya menyarankan hal- hal yang insyaallah menuju kebaikan
kita, dunia dan akhirat.

Saya pernah
mendengar dan menonton di televisi, Rhenald Kasali pernah berbicara tentang
tujuan akhir umat manusia.

Tujuan paling
akhir, ultimate goal dari seorang
manusia itu ternyata, bukan kekayaaan, bukan kesholehan, bukan kesuksesan,
bukan kesehatan, bukan kemuliaan hidup, bukan keilmuan yang banyak, bukan karir
yang cemerlang, bukan keberhasilan menjadi pengusaha yang bersedekah milyaran
rupiah, bukan seseorang yang bisa menginspirasi jutaan orang, dan berjuta
parameter kebahagiaan lainnya.

Menurut beliau,
tujuan hidup seorang manusia adalah kebahagiaan.

Dengan
berjubelnya para motivator ini, ada sisi gelap yang kurang tersorot. Ketika
hampir setiap hari kita bertubi- tubi dihujani kata- kata motivasi, terkadang
kita menjadi seperti dikejar target.

Kehidupan kita
terkadang menjadi seperti robot, dan selalu dihantui oleh parameter- parameter
kesuksekan yang terus terngiang- ngiang di dalam otak kita.

Harus sukses!

Harus kaya!

Harus bermanfaat!

Harus bisa
shodaqoh satu milyar!

Dan harus- harus
lainnya.

Seolah
terprogram otomatis, di kepala saya pun langsung terpasang dan terpatri target-
target yang luar biasa.

Saya ingin
menjadi penulis novel best seller, seperti JK Rowling, dan royaltinya akan saya
sedekahkan.

Saya ingin
kuliah setinggi mungkin, agal bisa menjadi bekal saya di masa depan kelak,
ketika sudah tidak bekerja lagi di Qatar.

Saya ingin menjadi
hafizh Qurán, agar bisa mengajarkan sebanyak mungkin orang agar bisa dekat
kepada Allah.

Saya ingin
menjadi pengusaha sukses luar biasa, agar saya bisa shodaqoh menghajikan orang.

Saya ingin
menjadi konglomerat super kaya, sehingga jika ada orang yang memerlukan
bantuan, saya tidak akan berpikir panjang berapa pun jumlahnya.

Saya kadang,
sejujurnya sih sering lupa bahwa itu semua ternyata hanya PERANTARA. Tak
tersadar bahwa saya merasa bahwa menjadi kaya, sholeh, dan sukses dunia akhirat
itu bukan tujuan akhir kehidupan saya.

Seolah- olah,
saya tidak akan bahagia dulu sampai semua mimpi itu bisa saya raih.

Kalau masalah
sekedar bahagia, seringkali bahagia itu sangat sederhana.

Senyum dua anak
balita yang berlarian menyambutku ketika pintu rumah terbuka, itu sudah
merupakan kebahagiaan.

Kita masih bisa
sehat saja, itu sudah merupakan kebahagiaan.

Ultimate goal
seorang manusia itu adalah Ridho Allah.

Bahagianya
seorang muslim adalah ketika Allah ridho akan apa yang diperbuatnya.

Bahagianya
seorang muslim adalah ketika Allah ridho kita berkumpul dengan keluarga kita di
syurga-Nya kelak.

Bahagianya
seorang muslim Allah haramkan dari api neraka-Nya.

Seperti kata
Steven Covey, tools yang sangat penting di dalam melakukan sesuatu adalah Start
From The End.

Mulailah dari
tujuan akhir kita. Tujuan yang benar- benar akhir.

Kaya, sholeh,
sukses, sehat, itu hanya perantara.

Sama sekali
bukan tujuan akhir.

Kita masuk
syurga bukan karena amalan sholeh kita, tapi semata- mata karena ridho Allah
semata.

Wah, tulisan ini
berarti menafikan perjuangan para motivator- motivator itu dong?

Tulisan ini
berarti malah akan mendiscourage orang- orang yang sedang terpuruk dong.

Sama sekali
tidak!

Saya justru
menjadi lebih bersemangat untuk mencapi mimpi- mimpi saya yang tadi sudah
disebutkan tadi. Karena saya mereset ulang diri saya ke tujuan akhir, tujuan
yang paling akhir.

Ridho Allah.

Ketika kembali
ke mimpi- mimpi saya tadi, sekarang saya memiliki energi yang jauh lebih kuat.
Energi motivasi yang jauh lebih kuat dari energi para motivator yang tidak
pernah lelah, tidak pernah letih, selalu berbagi dan menyebar "virus" kebaikan.

Mari kita mulai
dari tujuan akhir! Semoga Allah Ridho terhadap kita.

The Beginning is
The End is The Beginning.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: