Kamis, 25 April 2013

[daarut-tauhiid] Mari Mengenal Aceh (bagian 3)

Assalamu 'alaikum wr. wb.****

** **

Kalau di pengantar postingan yang lalu saya mengatakan "*Sebagaimana yang
biasa dikatakan oleh generasi salaf yang sudah merasakan manisnya iman,
bagaimana mungkin Aceh meninggalkan syariat Islam yang bisa membawanya agar
bisa merasakan manisnya iman*?" ****

Ternyata ini juga ada sejarahnya sendiri! Kalaulah mau dibahas semua
seperti dihilangkannya tujuh kata dari Piagam Jakarta (yang dijadikan
sebagai *Muqaddimah* UUD 45 versi *original*). Tentunya terlalu panjang,
jadi kita bahas lagi lain waktu saja. Insyaallah.****

** **

Kembali ke Aceh, sebelum bergabung dengan NKRI Aceh merupakan bagian dari
khilafah Islam. Karena khilafah saat ini sudah runtuh (1924), maka
sebagaimana pepatah Cina, "*Burung bebas memilih pohon untuk sarangnya*"
Aceh memilih NKRI sebagai pohon barunya atas janji – janji Soekarno. Namun
seiring berlalunya waktu dan sepeninggal Daud Beureueh maka Aceh berubah
dari burung yang bebas memilih pohon, menjadi burung yang terkurung di
dalam sangkar. Sebagaimana bisa kita lihat pada surat yang ditulis oleh
Teungku Hasan di Tiro kepada pemerintah NKRI ketika ia masih muda perkasa. *
***

** **

Tentunya di artikel mendatang. Insyaallah.****

** **

** **

*Daud Beureueh : Membangun Negara di Atas Gunung *

* *

"*Wallah, billah, daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah
tangganya sendiri sesuai syari'at Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya
agar rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanakan syari'at Islam. Apakah
Kakak masih ragu*?" ****

** **

Kata-kata di atas diucapkan oleh Soekarno sambil terisak di bahu seseorang
yang ia panggil Kakak. Sang kakak, tidak lain adalah Daud Beureueh.
Akhirnya, berbekal iba dan isak tangis, Soekarno berhasil meluluhkan hati
sang Abu Jihad, demikian panggilan Daud Beureueh.****

** **

Soekarno mengucapkan janjinya untuk meyakinkan Daud Beureueh, bahwa jika
Aceh bersedia membantu perjuangan kemerdekaan, syari'at Islam akan
diterapkan di tanah Rencong ini. Maka urung niat Daud Beureu'eh meminta
perjanjian hitam di atas putih.****

** **

Tapi ternyata janji tinggal janji, penerapan syariat Islam di Aceh pun
tinggal mimpi. Air mata yang diteteskan Soekarno ternyata hanya pelengkap
sandiwara. ****

** **

Siapakah Daud Beureueh? Ia adalah cikal bakal semua gerakan kemederkaan
Aceh. Lahir 17 September 1899, dengan nama asli Muhammad Daud di sebuah
dusun kecil bernama Beureu'eh di Aceh Pidie. Nama dusun itulah yang kelak
yang lebih dikenal sebagai namanya. la bukan dari kalangan bangsawan Aceh
yang bergelar Teuku, ia seorang rakyat biasanya saja. Gelar Tengku di depan
namanya menandakan ia termasuk salah seorang yang diperhitungkan sebagai
ulama di masyarakat sekitarnya. Selain Abu Jihad, orang-orang di sekitarnya
biasa memangilnya dengan sebutan Abu Daud atau Abu Beureueh.****

** **

Pada zamannya, Daud Beureueh dikenal sebagai seorang ulama yang tegas dan
keras pendiriannya. la tak segan-segan menjatuhkan vonis haram atau kafir
bagi setiap orang yang telah melanggar aturan agama. Menurut beberapa
catatan dan keterangan orang-orang yang dekat dengan Abu Daud, ia termasuk
salah seorang yang buta huruf (tapi akhimya ia bisa juga baca dan tulis
huruf latin). Ia hanya bisa membaca aksara Arab. Tapi jangan ditanya soal
kemampuannya dalam masalah agama dan siasat perang. ****

** **

Pendidikan yang ia jalani adalah pendidikan dari beberapa pesantren di
daerahnya. Beberapa pesantren yang pernah menempa tokoh yang satu ini
adalah Pesantren Titeue dan Pesantren Leumbeue. Kedua pesantren itu
terkenal sebagai "pabrik" yang melahirkan pribadi-pribadi dengan militansi
tinggi di bumi Serambi Makkah.****

** **

Abu Daud terkenal sebagai orator dan seorang yang pemurah hati.
Kepeduliannya pada pendidikan rakyat Aceh pun sangat tinggi. Kepedulian
pada pendidikan itu pula yang membuatnya pada tahun 1930 mendirikan
Madrasah Sa'adah Adabiyah, di Sigli.****

** **

Sembilan tahun kemudian, bersama seorang sahabatnya, Daud Beureueh
mendirikan sebuah organisasi sebagai wadah para ulama Aceh. Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA), begitu ia memberi nama organisasi tersebut. PUSA
inilah yang kelak menjadi motor perjuangan melawan penjajah Belanda.****

** **

Selain itu, PUSA didirikan untuk mempersatukan visi para ulama Aceh
terhadap syariat Islam dan memperbaiki program-program sekolah agama di
Aceh. Meski pada awalnya didirikan dengan latar keagamaan, tak urung PUSA
akhirnya dimusuhi Belanda. Itu semua karena gerakan PUSA berhasil
mencerdaskan rakyat Aceh dan menanamkan semangat jihad yang tinggi untuk
melawan penjajah. Hal ini menjadikannya sebagai tokoh PUSA yang paling
diincar oleh pemerintah kolonial Belanda. Pengejaran yang dilakukan Belanda
itulah yang membuat PUSA menjadi gerakan bawah tanah.****

** **

Kabar kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta, terlambat
sampai di Aceh. Kabar merdeka baru diterima pada 15 Oktober 1945. Mendengar
kemerdekaan yang sudah mutlak, semangat perjuangan Abu Daud kian meledak.
"Aceh juga harus merdeka," pekiknya membangkitkan semangat mengusir Belanda
yang berada di Aceh. Segera ia serukan lewat seluruh ulama di Aceh agar
rakyat Aceh mendukung Soekarno. Namun seperti tertulis di atas, air susu
dibalas air tuba.****

** **

Selain dukungan untuk Soekarno, masih banyak lagi sumbangsih rakyat Aceh
yang nota bene salah satu hasil perjuangan Daud Beureueh. Sumbangsih tanda
kasih pada Rl itu antara lain adalah saat ibukota Rl masih di Yogyakarta.
Ketika kota itu diduduki dan Soekarna-Hatta ditawan Belanda dalam Agresi
Militer II, tanpa dikomando, rakyat Aceh membangun dua pemancar radio untuk
berkomunikasi dengan dunia luar yang terputus akibat aksi itu.****

** **

Begitu juga saat PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) yang
berkedudukan di Bukittingi dipindahkan ke Kutaraja. Rakyat Aceh menanggung
seluruh biaya "akomodasi" pemerintahan darurat. Daftar sumbangsih rakyat
Aceh untuk Rl akan semakin panjang jika kita masih mau mencari. Sebut saja
cikal bakal penerbangan Indonesia. Rakyat Aceh-lah yang memulai dengan
pesawat terbang Seulawah I dan II yang disumbangkan untuk Rl. Namun,
tuntutan untuk hidup di bawah syariat Islam belum juga terwujud. Bahkan
rakyat Aceh cenderung menjadi "anak tiri" Rl, ketika Soekarno membubarkan
Provinsi Aceh dan melebumya menjadi bagian dari Sumatera Utara.****

** **

Tentu saja hal itu menimbulkan kemarahan rakyat Aceh. Daud Beureueh yang
menjadi gubernur pertama Aceh, berkata lantang di atas mimbar, "*Apabila
tuntutan Provinsi Aceh tidak dipenuhi, kita pergi kegunung untuk membangun
negara dengan cara kita sendiri*."****

** **

Puncaknya pada 21 September 1953, ia memimpin dan memproklamirkan bahwa
Aceh bagian dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Hal itu
tidak lebih dari respon atas penindasan dan kekecewaan yang telah
menggunung pada pemerintah Rl, lebih-lebih pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo. ****

** **

Untuk meredakan aksi tersebut, pemerintah mengirim M. Natsir ke Aceh,
dengan disepakatinya tuntutan rakyat Aceh dan diberikannya otonomi untuk
Aceh. Namun masa tenang itu tak berlangsung lama. Penangkapan-**penangkapan
yang dilakukan pada anggota DI/TII terus berlanjut karena isu-isu rapat
rahasia antara Daud Beureueh dengan Kartosoewiryo.****

** **

Banyak orang menyebut Daud Beureueh sebagai pemberontak. Pemberontakkah ia,
jika setelah sekian lama memberikan baktinya tapi malah dera derita untuk
Aceh yang diterimanya? ****

(*Sabili/Oleh Herry Nurdi*)****

** **

*Sumber* : Dikutip dari Swaramuslim dari artikel berjudul "Harga Mahal
Negara Islam", dari majalah Sabili.****

** **


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: